2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan 1. Non Farmakoterapi a. Terapi Tingkah Laku
Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah, selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan
hipnotik
khususnya
benzodiazepin
pada
pasien
dengan
riwayat
penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat, memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound insomnia
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah laku meliputi -
Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik. ( sleep hygine) hygine)
-
Teknik Relaksasi. (relaxation therapy) Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
-
Terapi kognitif. Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada pada konseling tatap muka atau dalam grup.
-
Restriksi Tidur. Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
-
Kontrol stimulus (stymulus control therapy)
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas.8 Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol: 1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton televisi, makan atau bekerja. 2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20 menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam 20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur. 3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol waktu). 4. Tidur siang harus dihindari. 3,8
b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan atau beribadah
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada malam hari.
Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari kebisingan
Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
Menghindari makan besar sebelum tidur
Cek kesehatan secara rutin
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik. 6,8
2. Farmakologi Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah, selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat, memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound insomnia.9
Terapi pengobatan insomnia diklasifikasikan menjadi dua yaitu : -
Benzodiazepin,
- Nonbenzodiazepin 1. Benzodiazepin
Dalam penggunaannya, efek benzodiazepin yang diinginkan adalah efek hipnotiksedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan anxietas, euporia dan kemudahan tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk insomnia , jika keadaan ini terjadi terus menerus, maka pola penggunaanya akan menjadi kompulsif sehingga terjadi ketergantungan fisik. Hampir semua golongan obat-obatan hipnotik-sedatif dapat menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan ini tergantung pada besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan waktu paruh serta golongan obat yang digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu paruh lama akan dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit demi sedikit. Sedangkan pada obat dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga sisa metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama. Oleh karena itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis obat yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan. Gejala gejala abstinensi
dapat
terjadi pada penggunaan berbagai golongan obat hipnotik- sedatif. Gejala – gejala ini dapat berupa lebih sukar tidur dibanding sebelum penggunaan obat-obatan hipnotik-sedatif. Jika gejala ini terjadi, ada kecenderungan untuk menggunakannya lagi karena mungkin dari sisi
psikologis , si pemakai akan merasakan rasa nyaman karena sifat obat tersebut sehingga terjadilah ketergantungan fisik. Di beberapa Negara maju dan berkembang seperti di Belanda dan Indonesia , benzodiazepin digolongkan ke dalam golongan psikotropika , sehingga penggunaanya dibatasi karena penyalahgunaan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis. 9
2. Nonbenzodiazepin Hipnotik
Nonbenzodiazepin hipnotik adalah sebuah alternatif yang baik dari penggunaan benzodiazepin tradisional, selain itu obat ini menawarkan efikasi yang sebanding serta rendahnya insiden amnesia, tidur sepanjang hari, depresi respirasi, ortostatik hipotensi dan terjatuh pada lansia. Obat golongan non-benzodiazepin juga efektif untuk terapi jangka pendek insomnia. Obat-obatan ini relatif memiliki waktu paruh yang singkat sehingga lebih kecil potensinya untuk menimbulkan rasa mengantuk pada siang hari; selain itu penampilan psikomotor dan daya ingat nampaknya lebih tidak terganggu dan umumnya lebih sedikit mengganggu arsitektur tidur normal dibandingkan obat golongan benzodiazepin. 10
Interaksi obat
-
Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan potensiasi efek supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation and respiratory failure”
-
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal enzyme atau “produce protein binding displacement” sehingga jarang menimbulkan interaksi obat atau dengan kondisi medik tertentu.
-
Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol atau “CNS Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.
Perhatian Khusus -. Kontraindikasi :
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease
Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)1,3,9
2.9 Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik. Komplikasi insomnia meliputi
Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi kecelakaan.
Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
Kelebihan berat badan atau kegemukan
Daya tahan tubuh yang rendah
Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
2.10 Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia. 5,6
BAB III PENUTUP
3.1. Ringkasan Prinsip penanganan insomnia secara umum yaitu mengidentifikasi faktor penyebab, dimana fokus utama dari pengobatan insomnia harus diarahkan pada identifikasi faktor penyebab. Setelah faktor penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan mengelola masalah yang mendasarinya, karena hanya dengan mengobati insomnia saja tanpa menangani penyebab utamanya jarang memberikan hasil. Pada kebanyakan kasus insomnia dapat disembuhkan jika penyebab medis atau psikiatri di evaluasi dan diobati dengan benar. Selain itu perlu adanya kontrol lingkungan seperti meredupkan lampu kamar tidur sebelum tidur, membatasi kebisingan dan menghindari kegiatan di tempat tidur kecuali hanya untuk tidur. Selain mencari faktor penyebab dan juga kontrol lingkungan penanganan selanjutnya yang penting yaitu dengan pemberian terapi non-farmakologi dan farmakologi dimana pemberian terapi ini diberikan secara kombinasi. Prinsip dasar penanganan terapi farmakologi yaitu: Jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-satunya terapi pengobatan maka harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, Pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, Hindari penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat atau ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat, Memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, Melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound insomnia. Terapi pengobatan insomnia diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Benzodiazepin, dan Nonbenzodiazepin – hipnotik Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and behavioral therapy meliputi: sleep hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur, relaxation therapy atau terapi relaksasi dan stimulus control therapy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher 2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill: American Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32. 3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis. (http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com Diakses tanggal 22 Oktober 2013) 4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6 . Jakarta: EGC 5. Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 6. Insomnia.(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/DSECTION=altern ative-medicine Diakses tanggal 22 Oktober 2013) 7. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III . Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 8. Hazzard. 2009. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology 6th ed . New York: McGraw-Hill. 9. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik . Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 10. Savard J et al. Chronic insomnia and immune functioning. America: American psychosomatic Society; 2003.