3
Pengertian Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya. Feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan, air, bakteri, zat warna empedu.
Tujuan Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain. Salmonella adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakat dikenal dengan tipes yaitu penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis.. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.
Indikasi Pemeriksaan Feses
Adanya diare dan konstipasi
Tipe-Tipe Diare
Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah diare noninflamatori (noninflammatory diarrhea), diare inflamatori (inflammatory diarrhea), dan diare pada penyakit sistemik. Istilah lain untuk diare non inflamatori adalah diare sekretori (secretory diarrhea) dan diare encer (watery diarrhea). Sinonim diare inflamatori adalah diare berdarah (bloody diarrhea) dan disenteri (dysentery).
Diare Non Inflamatori
Diare Non inflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab Diare Non inflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia.
Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms). Penyebab diare inflamatori adalah Entamoeba histolytica, Shigella spp., EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile. Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab diare inflamatori.
Diare Pada Penyakit Sistemik
Salah satu contoh Diare pada penyakit sistemik adalah Demam Enterik. Istilah lain untuk demam enterik adalah demam tifoid. Diare pada penyakit sistemik melibatkan usus halus distal. Penyebab Diare pada penyakit sistemik adalah Salmonella typhi, Slamonella non-typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp.. Virus dan parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab diare pada penyakit sistemik.
Adanya ikterus
Adanya ikterus Adanya gangguan pencernaan
Adanya lendir dalam tinja
Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Adanya darah dalam tinja
Macam-macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna kuning di karenakan bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses.
Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah warna ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yang disebut bilirubin. Ketika bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning-kuningan.
Warna Hitam
Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat lain yang memberi warna hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam (Licorice), timbal, pil yang mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
Warna Hijau
Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru saja dilahirkan.
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit. Kali ini feses pucat pun menandakan si empunya feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni
Komponen
Kandungan (%)
Air
Bahan organik (dari berat kering)
Nitrogen (dari berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering)
Karbon (dari berat kering)
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari berat kering)
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10
Kuantitas Tinja dan Air Seni
Tinja/Air Seni
Gram/orang/hari
Berat Basah
Berat Kering
Tinja
135-270
35-70
Air Seni
1.000-1.300
50-70
Jumlah
1.135-1.570
85-140
Jenis Pemeriksaan Sampel Feses
Pemeriksaan Lengkap : Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan makroskopis, dan pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan Warna pada Feses
Warna Feses
Keterangan
Warna kuning coklat
Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning
Dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
Warna hijau
Disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
Warna merah muda
Disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
Pemeriksaan Jumlah pada Feses
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram perhari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat. Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk.
Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Pemeriksaan Bau pada Feses
Bau normal : beraroma khas, bukan bau busuk. Sedangkan bau tidak normal : Baunya sangat busuk. Di curigai, ada pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus. Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
Pemeriksaan Konsistensi pada Feses
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.
Pemeriksaan Lendir pada Feses
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
Pemeriksaan Darah pada Feses
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
Pemeriksaan Nanah pada Feses
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit kronik ulseratif kolon , fistula colon sigmoid, dan lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
Parasit
Pemeriksaan parasit diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
Sisa Makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen
Urobilin dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi. Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop.
Pemeriksaan Leukosit pada Feses
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eusinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.
Pemeriksaan Eritrosit pada Feses
Eritrositnya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
Pemeriksaan Epitel pada Feses
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
Pemeriksaan Amilum pada Feses
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal charcoat leyden tinja, butir-butir amilum dan kristal hematoidin. kristal charcoat leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
Pemeriksaan Telur Cacing pada Feses
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode harada mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode kato.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :
Makroskopi dan Mikroskopi
Interpretasi
Butir, kecil, keras, warna tua
Konstipasi
Volume besar, berbau dan mengambang
Malabsorbsi zat lemak atau protein
Rapuh dengan lendir tanpa darah
Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot- jonjot
Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata)
Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
Hitam, mudah melekat seperti ter
Perdarahan saluran cerna bagian atas
Volume besar, cair, sisa padat sedikit
Infeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, keracunan makanan oleh stafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)
Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik
Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit
Agak lunak, putih abu- abu sedikit
Obstruksi jaundice, alkoholik
Cair bercampur lendir dan eritrosit
Tifoid, kolera, amubiasis
Cair bercampur lendir dan leukosit
Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus
Lendir dengan nanah dan darah
Kolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC
DAFTAR PUSTAKA
Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott Philadelphia, New York, 1998; 254-276
Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541