Minggu Ketujuh
PEMEL PEMELIHA IHARAA RAAN N KEBIJ KEBIJAKA AKAN N PEMBELIAN / PENGADAAN MESIN
M-VII/1
PEMELIHARAAN DAN RELIABILITAS
Menciptakan Keunggulan dengan Pemeliharaan
Persaingan dalam industri manufaktur sepeda motor (motorcycle) semakin seru dengan masuknya sepeda motor dari Cina (mocin) dengan merek-merek baru, di samping pengembangan produk dari Suzuki, Yamaha, Kawasaki Motor. Honda Motor merupakan pemimpin pasar (market leader) di pasar sepeda motor di lndonesia. Kenyataan di lapangan, merek Honda masih tetap merajai pasar kelas sepeda motor bebek. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan produsen terhadap pelanggan Honda maupun untuk pelanggan merek lain yang paling menonjol alasannya adalah pemeliharaan sepeda motor Honda lebih mudah dibandingkan merek lain, karena dengan mengikuti petunjuk sistem pemeliharaan, juga didukung spare part dan komponen yang mudah diperoleh di setiap tempat, juga didukung reliabilitas komponen yang tinggi, dibandingkan komponen sepeda motor merek lain yang lebih sulit diperoleh dan reliabilitas kurang meyakinkan. Demikian juga kelas mobil angkutan pribadi maupun niaga merek Toyota menjadi pilihan konsumen mobil dibanding merek lainnya, juga akibat sistem pemeliharaan yang tidak sulit dan reliabilitas spare part atau komponen yang tinggi, dan mudah untuk diperoleh apabila dibutuhkan dalam pemeliharaannya. Faktor harga menjadi kurang penting bagi konsumen, akibat pengalaman dan alasan pemeliharaan yang menjadi prioritas nomor satu. Dengan demikian, kondisi persaingan kelas sepeda motor bebek, persaingan mobil angkutan di atas menggambarkan bahwa mesin atau peralatan yang mudah untuk dipelihara dan memiliki reliabilitas komponen yang tinggi akan menjadi keunggulan suatu produk di dalam persaingan menghadapi produk sejenis dari merek yang berbeda.
M-VII/2
Strategi Pemeliharaan dan Reliabilitas
Sasaran dari pemeliharaan dan reliabilitas adalah menjaga kapasitas mesin dan peralatan tetap konsisten dengan sistem pengendalian biaya produksi, sehingga dengan pengendalian ini dimungkinkan terjadi efisiensi sebagai pengaruh keputusan pemeliharaan dan reliabilitas yang t epat. Pemeliharaan (maintenance) merupakan semua aktivitas, termasuk menjaga sistem peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan. Reliabilitas merupakan probabilitas dari pemanfaatan mesin dan peralatan, atau produk yang berfungsi secara tepat waktu di dalam suatu situasi dan kondisi yang tertentu. Strategi pemeliharaan dan reliabilitas sangat erat kaitannya dengan peran karyawan (role of employee), prosedur pemeliharaan dan reliabilitas (maintenance and reliability procedures) di dalam usaha pencapaian hasil yang berupa kualitas
manajemen dan kualitas produk (total management and product quality result).
Reliabilitas
Perubahan pada setiap bagian komponen yang saling berhubungan dengan kemampuan (ketahanan) di dalam mendukung suatu sistem tertentu, secara konsisten tetap sesuai dengan performa yang diharapkan. Metode untuk mengetahui sistem reliabilitas dapat digunakan dengan rumus: Rs = R I x R2 x R3 x…….x Rn Di mana :
Rs = sistem reliabilitas Rl = reliabilitas komponen 1 R2 = reliabilitas komponen 2
Sebagai contoh ; Alam Raya Sewing Machine, yang memproduksi komponen dari besi cor, seperti bodi dinamo/motor, rangka mesin jahit, plat kopling, dan rumah pirodo sistem mobil, dan lain-lain. Pengecoran besi menggunakan lima tungku bakar (Cupola) dengan reliabilitas masing-masing ; 0,90, 0,92, 0,85, 0,99, dan 0,80, seperti diuraikan pada gambar 62 di bawah ini.
Rs R1
R2
R3
R4
R5
M-VII/3
Maka reliabilitas sistem tungku bakar (Cupola) adalah: Rs = 0,90 x 0,92 x 0,85 x 0,99 x 0,80 = 0,661 atau 66, %
Dasar pengukuran tingkat kegagalan setiap unit komponen di dalam sistem konversi yang dinamakan tingkat kegagalan produk (product failure rate) atau disingkat FR. Tingkat kegagalan (FR) dapat dihitung berdasarkan jumlah unit komponen yang diuji, yang mengalami kegagalan selama periode/waktu operasi. FR (%) =
FR (N) =
Jumlah yang Gagal Jumlah yang Diuji
x 100%
Jumlah yang Gagal Jumlah Komponen Selama Operasi
Sedang titik-tengah waktu antara komponen yang mengalami kegagalan (mean time between failures) disingkat MTBF dapat dihitung dengan rumus:
MRBF =
1 FR(N)
Sebagai aplikasinya dapat diambil contoh : Laboratorium Manajemen Fak. Ekonomi Universitas Trisakti terdapat 40 komputer secara online sistem yang dapat menggunakan internet. Dalam satu minggu pemakaian lab. 50 jam. Ada dua komputer yang selalu mengalami kemacetan, sehingga suatu ketika dilakukan pengujian, pertama diuji sesudah 10 jam untuk satu komputer dan 30 jam untuk komputer lainnya. Persentase kegagalan dapat dihitung sebagai berikut.
FR (%)
2/40 (100%)
=
5%
=
Tingkat kegagalan berdasarkan waktu operasi per jam : FR (N) =
Jumlah yang Rusak Waktu Operasi
Di mana: Jumlah waktu
= (50 jam) (40 jam) = 2.000 jam - unit
M-VII/4
Waktu tidak operasi
= 40 jam unit yang diuji pertama + 20 jam unit yang diuji ke-2 = 60 jam-unit
Waktu operasional
= Total waktu - Waktu tidak operasi
FR(N)
2
=
2000 60
=
2 1940
= 0.0010 kegagalan/jam-unit.
Maka MTBF dapat dihitung: BTBF =
1 0.0010
= 0,971 jam.
Apabila pemakaian laboratorium selama satu tahun (52 minggu), maka tingkat pemanfaatan berkurang sebanyak: Tingkat kegagalan
(0.0010) (52 minggu) (50 jam)
=
= 0.026 kegagalan dari total penggunaan lab/tahun
Untuk mengatasi reliabilitas komponen yang kurang baik (dibandingkan komponen lainnya), dapat dilakukan dengan cara meningkatkan sistem reliabilitas kombinasi antarkomponen, agar diperoleh tingkat reliabilitas gabungan yang lebih baik (redundancy method). Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki komponen yang tingkat reliabilitasnya rendah, dengan rumus:
Probabilitas Cupola, Pertama dioperasik an
Probabilitas Probabilitas + Cupola, Kedua X Cupola, Kedua dioperasik an yang dibutuhkan
=
Perhitungannya: Sebagai ilustrasi, kasus Alam Raya Sewing Machine sebelumnya:
= 0,90 x 0,92 x {0,85 + 0,85 (1 - 0,85)} x 0,99 x { 0,80 + 0,80(1- 0,80)} = 0,76
M-VII/5
MACAM-MACAM PEMELIHARAAN
A. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan atau perawatan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang tidak terduga, yang menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Pemeliharaan preventif sangat penting untuk mendukung fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “critical unit” seperti berikut : 1. Kerusakan fasilitas atau peralatan akan membahayakan keselamatan atau kesehatan para pekerja. 2. Kerusakan fasilitas akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. 3. Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi. 4. Modal yang ditanam (investasi) dalam fasilitas tersebut cukup mahal harganya.
Praktik di lapangan, pemeliharaan preventif dalam perusahaan dapat dilakukan dan dibedakan. 1) Routine maintenance; kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin, sebagai contoh setiap hari mengadakan pelumasan, pengecekan oli, pengecekan dan pengisian bahan bakar, termasuk pemanasan mesin (warming up).
2) Periodic maintenance; dapat dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi lain, sehingga perlu dibuat jadwal kerja, misalnya setiap 100 jam kerja, kemudian 500 jam kerja, dan seterusnya, yang sifatnya periodik dan berkala. Kegiatan ini jauh lebih berat dari kegiatan pemeliharaan rutin. Sebagai contoh; pembongkaran mesin, penyetelan katup-katup masuk dan keluar, penggantian spare part, service (overhaul) besar maupun kecil.
M-VII/6
B. Pemeliharaan Korektif (Breakdown Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan pada fasilitas dan peralatan s ehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Umpamanya mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam proses konversi, selama masih ada garansi (after sales service), tidak terlalu menekankan pada pemeliharaan preventif, cukup pada keadaan apabila mesin dan peralatan sudah mengalami kerusakan, sehingga perlu pembongkaran secara total (breakdown). Sebagai contoh, diambil manufaktur garmen "Sun Flower" yang memproduksi garmen dengan kualitas ekspor ke negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), di mana Quality Control (QC) dilakukan sangat ketat oleh importir di gudang pabrik. Peralatan dalam proses koversi dipergunakan Sewing Machine yang sifatnya kecepatan tinggi (High Speed). Berdasarkan hasil
QC selama dua tahun terakhir, diperoleh datadata sebagai berikut. Mesin yang MengalamiKerusakan 0 1 2 3
Bulan Terjadinya Kerusakan 1 7 7 5 20
Perusahaan mengalami kerugian pengeluaran biaya sebesar Rp 2,7 juta selama terjadi kerusakan, salah satu alternatif adalah melakukan pemeliharaan preventif, dimana rata-rata kontrak pemeliharaan preventif hanya diestimasi satu kerusakan per bulan. Biaya pemeliharaan preventif Rp 1,3 juta per bulan. Manajer operasional harus melakukan analisis, apakah melakukan pemeliharaan preventif atau pemeliharaan korektif (breakdown).
M-VII/7
Analisis dan Perhitungan
Langkah Pertama: Pengharapan banyaknya tingkat kerusakan dalam operasional perusahaan sebelum melakukan kontrak pemeliharaan.
Jumlah
Kerusakan
Frekuensi
Jumlah
Kerusakan
Frekuensi
0
1/20 =
0,05
2
7/20 =
0,35
1
7/20 =
0,35
3
5/20 =
0,25
Pengharapan jumlah kerusakan : = (Banyaknya Kerusakan) X (Catatan Frekuensi) = (0).(0,05) + (1).(0,35) + (2). ).(0,35) + (3). ).(0,25) = 0 + 0,35 + 0,7 + 0,75 = 1,8 kerusakan/bulan
Langkah Kedua: harapan biaya pemeliharaan korektif adalah: = Harapan Jumlah Kerusakan X Biaya Per Kerusakan = (1,8) (Rp 2,7 juta) = Rp 4,86 juta.
Langkah Ketiga: menghitung biaya pemeliharaan preventif.
Harapan biaya =
Kerusakan dengan Kontrak Pemeliharaan
Biaya
Kontrak Pemeliharaan
= (satu kerusakan/bulan)(Rp 2,7 juta) + Rp 1,3 juta = Rp 4 juta per bulan.
Langkah Keempat : oleh karena biaya pemeliharaan korektif lebih mahal, yaitu Rp 4,86 juta, adalah lebih baik melakukan kontrak pemeliharaan dengan biaya hanya Rp 4 juta
M-VII/8
Pemeliharaan Produktivitas Secara Total
Secara teoritis, total biaya pemeliharaan dapat digambarkan bahwa biaya pemeliharaan korektif (breakdown maintenance) akan berbanding terbalik dengan biaya pemeliharaan preventif (preventive maintenance), seperti diuraikan kurva dalam gambar berikut ini. Pemeliharaan produktivitas secara total dapat dilakukan dengan jalan berikut. 1. Mendesain mesin atau peralatan yang memiliki reliabitas tinggi, mudah dioperasikan, dan mudah untuk dipelihara. 2. Analisis biaya investasi untuk mesin atau peralatan dengan pelayanan (services) dari pemasok dan biaya-biaya pemeliharaannya.
3. Mengembangkan
perencanaan
pemeliharaan
preventif
yang
dapat
dimanfaatkan secara praktis oleh operator, bagian pemeliharaan, dan teknisi. 4. Melatih pekelja untuk mengoperasikan mesin atau peralatan, termasuk cara memeliharanya
Gambar Kurva Total Biaya Pemeliharaan (Total Cost of Maintenance)
Biaya
Total Biaya (Total Cost)
Biaya Pemeliharaan Korektif (Korentif Maintenance Cost) Optimasi (Kebijakan Biaya Pemeliharaan yang rendah)
Biaya Pemeliharaan Preventif (Preventif Maintenance Cost)
Kebijakan Operasi
Optimasi (Biaya Pemeliharaan)
M-VII/9
Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terdapat dua persoalan utama yang dihadapi oleh suatu perusahaan, yaitu persoalan teknis dan ekonomis. Persoalan
teknis
dalam
hal
ini
menyangkut
usaha-usaha
untuk
menghilangkan kemungkinan timbulnya kemacetan karena kondisi fasilitas atau peralatan konversi yang tidak baik. Dalam kondisi teknis yang perlu diperhatikan, antara lain: *
Tindakan-tindakan apa yang diperlukan untuk memelihara atau merawat peralatan yang ada, dan untuk memperbaiki mesin dan peralatan yang rusak;
*
Alat-alat atau komponen apa yang dibutuhkan serta harus disediakan agar tindakantindakan pada bagian di atas dapat dilakukan.
Persoalan ekonomis menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan supaya kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang dibutuhkan secara teknis dapat efisien. dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi yang dapat menguntungkan perusahaan.
M-VII/10
ALASAN-ALASAN MENGADAKAN PENGGANTIAN MESIN
1. Adanya keuntungan potensial dari penggunaan mesin baru. Misalnya penggunaan mesin baru akan lebih menguntungkan karena penggunaan bahan dan tenaga kerja yang lebih sedikit, sehingga harga pokok produk menjadi lebih rendah atau memberikan penghematan yang te rbesar. 2. Oleh karena mesin yang dipergunakan sudahb rusak sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, maka akan menimbulkan kerugian-kerugian seperti : a. Waktu pengerjaan (operation time) dari produk di mesin tersebut bertambah. b. Produksi
perusahaan
menurun,
karena
waktu
produksi
persatuan
bertambah. c. Kualitas produk menurun. d. Biaya tenaga kerja akan bertambah besar. e. Biaya maintenance juga akan bertambah besar. 3. Oleh karena mesin yang dipergunakan telah kuno/tua atau ketinggalan zaman. Walaupun mesin yang kuno ini masih dapat berfungsi, tetapi produk yang dihasilkan tidak dapat bersaing dengan produk lain di pasar, yang di produksi dengan mesin baru yang lebih efisien. 4. Perubahan keinginan dari konsumen mengharuskan atau memaksa perusahaan mengadakan perubahan desain dari produk., dan perubahan inin menyebabkan mesin yang dimiliki tidak cocok atau tidak dapat dipergunakan lagi. 5. Dalam hal ini mesin-mesin yang menimbulkan keadaan-keadaan seperti suara mesin yang ribut/keras, asapnya banyak, dan sering menimbulkan kecelakaan, haruslah diganti dengan mesin baru.
M-VII/11
METODE-METODE PEMILIHAN DAN PENGGANTIAN MESIN
Secara teoritis ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam penggantian mesin lama dan pemilihan atau pembelian mesin baru. Metode-metode pemilihan dari penggantian mesin yang dapat digunakan adalah : 1. Annual Cost Saving Approach 2. Total Life Average Approach 3. Present Worth Method 4. The New MAPI Formula
Sebelum kita membahas metode-metode ini perlu kita ketahui bahwa biaya-biaya dikeluarkan untuk pembelian mesin baru dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : a. Recurring costs yaitu biaya-biaya yang terus-menerus timbul atau terjadi tahun selama mesin tersebut digunakan. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya upah langsung (direct labor costs ), biaya upah tidak langsung ( indirect labor costs ), tenaga listrik ( power ), biaya pemeliharaan ( maintenance cost ), pajak dan asuransi. b. Non recurring costs yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan satu kali saja selama mesin atau peralatan tersebut dimiliki. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya/harga pembelian, biaya pengangkutan ( transportation cost ) dan biaya pemasangan mesin tersebut. Di samping kedua biaya ini perlu pula diperhatikan adanya penyusutan atau depresiasi dalam nilai mesin atau peralatan. Penyusutan adalah penurunan dari nilai mesin atau peralatan sebagai akibat penggunaan atau pengorbanan mesin atau peralatan tersebut untuk menghasilkan barang atau jasa. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan ada beberapa, di antaranya metode garis lurus ( straight line method ).
M-VII/12
1. Annual Cost Saving Approach
Pendekatan atau metode ini menekankan pada adanya penghematan (saving) yang diperoleh dari mesin-mesin yang dipilih. Dalam hal ini diperbandingkan antara recurring costs dan non recurring costs serta depresiasi dari mesin-mesin yang akan dipilih. Sebenarnya yang dimaksudkan dengan annual cost saving adalah perbedaan dari total recurring costs, non recurring costs dan depresiasi dari mesin lama yang kita miliki dengan mesin baru yang akan dibeli, atau antara mesin yang satu dengan mesin yang lain yang akan kita beli. Di samping itu perlu pula kita perhatikan bahwa apabila perusahaan membeli atau memiliki suatu mesin, maka ini berarti perusahaan menanamkan uang atau modalnya dalam mesin tersebut ( capital investment ) dalam beberapa tahun. Oleh karena itu perlu pula diketahui berapa lama modal yang ditanamkan tersebut akan diperoleh kembali yang sering disebut dengan Capital Recovery Period (C.R.P). Rumus dari Capital Recovery Period (C.R.P) adalah :
C.R.P =
Investasi Baru Annual Cost Saving Depresiasi dari Peralatan Baru
Investasi Baru ( Net Investment ) adalah selisih: atau perbedaan antara harga mesin baru dan harga pasar dari mesin lama ( Price of New equipment - Market value of old equipment ).
Contoh : Misalkan perusahaan kita ingin membeli mesin baru untuk menggantikan mesin lama yang dipergunakan. Harga pembelian dan pemasaran mesin baru tersebut adalah Rp. 500.000,- Apakah dengan pembelian mesin baru ini, perusahaan kita akan memperoleh keuntungan yang berupa penghematan biaya (annual cost saving). Untuk membahas masalah penggantian dan pembelian mesin baru ini, maka kita perlu menggolong-golongkan biaya-biaya dan mesin lama dan biaya-biaya dari mesin baru.
M-VII/13
Dalam hal ini diketahui bahwa mesin lama dapat dipergunakan selama empat tahun lagi, sedangkan mesin baru dapat dioperasikan untuk selama sepuluh tahun. Apabila kila akan memilih dan membeli mesin baru maka mesin lama dapat dijual dengan harga Rp. 200.000,00 Biaya dan data-data lainnya dari mesin lama dan mesin baru adalah :
Mesin Lama (I)
Keterangan
Mesin Baru (II)
Rp. 50.000,00
Upah langsung
Rp. 30.000,00
Rp. 25.000,00
Upah tak langsung
Rp. 15.000,00
Rp. 30.000,00
Biaya maintenance
Rp. 30.000,00
Rp. 15.000,00
Biaya tenaga listrik (power)
Rp. 20.000,00
Rp. 5.000,00
Pajak dan asuransi
Rp. 15.000,00
5%
Bunga (Interest) / tahun Umur
4 tahun
Umur
Rp. 40.000,00
5% 10 tahun
Nilai Sisa
Rp. 50.000,00
Untuk menghitung besarnya annual cost saving, terlebih dahulu kita harus mencari total pengeluaran ( total out of pocket expenses ) dan total biaya operasi per tahun (total annual operating cost ) untuk mesin lama dan mesin baru.
Mesin Lama(I)
Mesin Baru(II)
Upah langsung
Rp. 50.000,00
Rp. 30.000,00
Upah tidak langsung
Rp. 25.000,00
Rp. 15.000,00
Biaya maintenance
Rp. 30.000,00
Rp. 10.000,00
Biaya Tenaga Listrik (power)
Rp. 15.000,00
Rp. 20.000,00
Pajak dan Asuransi
Rp.
5.000,00
Rp. 15.000,00
Total out of pocket expenses
Rp.125.000,00
Rp. 90.000,00
Bunga
Rp. 10.000,00
1)
Rp.
Rp. 40.000,00
3)
Rp.
2)
25.000,00
Depresiasi 4)
45.000,00
Total biaya operasi per tahun
Rp.175.000,00
Rp.160.000,00
M-VII/14
Catatan : 1)
Bunga dari mesin lama dengan tingkat bunga 5% adalah 5% dari Rp. 200.000,00 = Rp. 10.000,00
2)
Bunga dari mesin baru dengan tingkat bunga 5% adalah 5% dari Rp. 500.000,00 = Rp. 25.000,00
3)
Depresiasi dari mesin lama dengan straight line method, bila umurnya 4 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 40.000,00 adalah Rp. 200.000,00 - Rp. 40.000,00 4
4)
= Rp. 40.000,00 per tahun
Depresiasi dari mesin baru dengan straight line method, bila umurnya 10 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 50.000,00 adalah Rp. 500.000,00 - Rp. 50.000,00
= Rp. 45.000,00 per tahun. 10 Taksiran total biaya operasi per tahun ini diperbandingkan antara mesin lama (yang satu) dengan mesin baru (yang lain). Dari total biaya ini terlihat bahwa biaya operasi per tahun mesin lama lebih besar dibandingkan dengan mesin baru. Jadi terdapat annual cost saving dari mesin baru sebesar Rp. 15.000,00. Apakah dengan annual cost saving sebesar Rp. 15.000,00 ini akan mendorong atau mempengaruhi kita untuk membeli mesin baru atau mesin ke
II
tersebut. Untuk menentukan keputusan ini perlu pula kita perhatikan. 1. Berapa lamakah modal/uang yang ditanamkan dalam mesin baru tersebut akan kembali (seperti apa yang telah diuraikan terdahulu sebagai Capital Recovery Period
=
C.R.P.). Lamanya modal baru yang ditanamkan dalam mesin barn
akan kembali adalah C.R.P. =
500.000 200.000 15.000 45.000
= 5 tahun. Ini berarti bahwa
baru setelah 5 tahun investasi kita dalam mesin baru, dapat dibayar kernbali. Makin pendek Capital Recovery Period , maka makin baik investasi tersebut, karena investasi itu akan dapat kembali dalam jangka waktu yang lebih pendek pula. 2. Apakah mesin baru itu tidak akan mengurangi semangat kerja dan menurunkan semangat kerja para pekerja, serta dapat menjamin keselamatan dan kesenangan kerja.
M-VII/15
3. Apakah mesin baru tersebut dapat menampung kemungkinan pertambahan permintaan (demand ) di kemudian hari, sehingga memungkinkan perusahaan akan berkembang. 4. Apakah hal-hal lainnya juga akan menguntungkan dari mesin baru tersebut. Apabila semua faktor ini telah diperbandingkan, dan ternyata mesin barn lebih baik dari mesin lama, maka barulah mesin lama diganti dan mesin baru yang dipilih.
2. Total Life Average Approach
Dalam
pendekatan
atau
metode
ini,
semua
biaya
per
tahun
diperbandingkan termasuk semua biaya-biaya untuk memiliki mesin tersebut dan taksiran semua biaya-biaya operasi (operating cost ) dari mesin itu selama hidupnya (operating life). Semua biaya-biaya ini dijumlahkan dan dibagi dengan umur (operating life) dari mesin tersebut, maka diperoleh biaya total rata-rata setiap tahun apabila kita memiliki dan mengoperasikan mesin tersebut. Untuk menentukan mesin mana yang dipilih, maka biaya total rata-rata setiap tahun dari mesin-mesin tersebut diperbandingkan. Sudah tentu mesin yang mempunyai biaya total rata-rata setiap tahun ( total life average) yang terendah yang akan dipilih, di samping pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu diperhatikan seperti apa yang telah disebutkan dalam metode pertama yaitu Annual Cost Saving Approach.
Contoh: Apabila misalnya suatu perusahaan memiliki mesin yang dalam operasi produksi, yang disebut mesin lama, mempunyai 100.000,00. Mesin ini masih dapat dipergunakan (perkiraan umurnya) selama dua tahun, dan sesudah dua tahun nilai sisa/residunya adalah Rp. 10.000,00. Sedangkan biaya operasi dari mesin ini per tahun ( annual operating cost ) tanpa depresiasi adalah Rp. 46.000,00. Perusahaan ini ingin membeli mesin baru yang ada di pasar, yang harga pembelian dan pemasangannya adalah Rp. 500.000,00. Mesin ini diperkirakan dapat dipergunakan dalam operasi produksi selama sepuluh tahun, dan sesudah sepuluh tahun nilai sisa/residunya mesin ini adalah Rp. 50.000,00. Sedangkan
M-VII/16
biaya operasi dari mesin ini per tahun ( annual operating cost ) tanpa depresiasi adalah Rp. 37.000,00 Apakah sebaiknya perusahaan ini mengganti mesin lama yang dimilikinya dengan mesin baru yang ada di pasar, bila tingkat bunga yang berlaku adalah 10%. Dari keterangan dalam contoh ini dapatlah diperoleh data-data dari mesin lama dan mesin baru sebagai berikut : Mesin Lama
Keterangan
Mesin Baru
Rp. 100.000,00
Harga Pasar
Rp. 500.000,00
2 tahun
Umur (Operating life)
10 tahun
Rp. 10.000,00
Nilai sisa
Rp. 50.000,00
Rp. 46.000,00
Biaya operasi per tahun tidak termasuk depresiasi ( Annual operating cost excluding depreciation)
10%
Rp. 37.000,00 10%
Tingkat bunga
Untuk menentukan apakah sebaiknya perusahaan tersebut mengganti mesin lama yang dimilikinya dan membeli mesin baru, perlu diketahui apakah dengan membeli mesin baru tersebut akan diperoleh penghematan biaya selama operasinya, karena biaya total rata-rata per tahun ( total life avarage) dari mesin baru tersebut adalah lebih rendah. Besarnya biaya total rata-rata per tahun dari masing-masing mesin dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Mesin Lama Total Depresiasi
Mesin Baru 1)
Rp.
450.000,00
3)
Rp.
370.000,00
5)
297.500,00
Rp. 90.000,00
2)
Total Biaya Operasi (Operating Cost)
Rp. 92.000,00
4) 6)
Total Bunga (Interest)
Rp. 15.500,00
Rp.
Total biaya selama umurnya
Rp. 197.500,00
Rp. 1.117.500,00
Rp. 98.750,00
Rp. 111. 750,00
(Total life cost) Biaya rata-rata per tahun (Average Cost per year)
M-VII/17
Catatan : 1)
Total depresiasi dan mesin lama dengan straight line method, bila umurnya 2 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 10.000,00 adalah Rp. 100.000,00 - Rp. 10.000,00 = Rp. 90.000,00
2) Total depresiasi dan mesin baru dengan straight line method, bila umumya 10 tahun dan nilai sisa/residunya Rp. 50.000,00 adalah Rp. 500.000,00 Rp. 50.000,00 = Rp. 450.000,00 3) Total biaya operasi dan mesin lama selama dua tahun adalah 2 x Rp. 46.000,00 = Rp. 92.000,00. 4) Total biaya operasi dari mesin baru selama sepuluh tahun adalah 10 x Rp.37.000,00 = Rp.370.000,00 5)
Total bunga dari mesin lama selama dua tahun adalah 10% x Rp. 100.000,00 pada tahun pertama ditambah 10% x (Rp. 100.000,00 - Rp. 45.000,00) pada tahun ke dua = Rp. 10.000,00 + Rp. 5.500,00 = Rp. 15.500,00
6)
Total bunga dan mesin baru selama sepuluh tahun adalah : 10% x Rp. 500.000,00 pada tahun pertama + 10% x (Rp. 500.000.00 Rp. 45.000,00) pada tahun ke dua + 10% x (Rp. 500.000,00-
Rp. 90.000,00) pada tahun ke tiga + 10% (Rp.
500.000,00-
Rp. 135.000.00 pada tahun ke empat + 10% x
(Rp. 500.000,00-
Rp. 180.000,00) pada tahun ke lima + 10% x
(Rp. 500.000,00-
Rp. 225.000,00) pada tahun ke enam + 10%
x (Rp. 500.000,00-
Rp. 270.000,00) pada tahun ke tujuh + 10%
x (Rp. 500.000,00-
Rp. 315.000,00) pada tahun ke delapan +
10% x (Rp. 500.000,00 - Rp. 360.000,00) pada tahun ke sembilan + 10% x (Rp. 500.000,00- Rp. 405.000,00 pada tahun ke sepuluh =
Rp. 50.000,00 + Rp.45.500,00 + Rp.41.000,00 + Rp.35.500,00 + Rp.32.000,00 +
Rp. 27.500,00 + Rp.23.000,00 + Rp. 18.500.00
+ Rp. 14.000,00 + Rp. 9.500,00 = Rp. 297.500,00
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa mesin baru mempunyai biaya ratarata per tahunnya (average cost per year) lebih mahal jika dibandingkan dengan mesin lama yang dipergunakan. Jadi tidak perlu membeli mesin baru untuk
M-VII/18
menggantikan mesin lama, karena biaya rata-rata per tahun dan mesin baru tersebut lebih besar.
3. Present Worth Method
Dalam metode ini semua biaya-biaya baik biaya pemilikan (investasi) maupun biaya operasi (exploitasi) dari masing-masing diperkirakan dengan nilai sekarang dan kemudian diperbandingkan. Jadi metode ini mencoba mengadakan penilaian atas biaya-biaya yang terjadi sekarang dan yang terjadi pada masa yang akan datang, dengan nilai pada saat sekarang ini. Penilaian ini dilakukan baik untuk mesin lama maupun mesin baru, sehingga dengan demikian dapat diperbandingkan. Rumus at au Formulanya:
n
S = P (1 + i) dan P =
di mana:
S (1 i) n
S = jumlah dana/uang pada suatu waktu di masa yang akan datang P = jumlah dana/uang pada masa atau saat sekarang ini. i = tingkat bunga (interest rate) n = jumlah tahun (lamanya) investasi
Sebagai contoh untuk penggunaan rumus ini, jika kita misalnya menginvestasikan uang kita sebesar Rp. 10.000,00 untuk 10 tahun yang akan datang dengan tingkat bunga 10%. Maka sesudah 10 tahun nilai uang kita menjadi : S = 10.000,00 (1 - 0,10)10
= 10.000,00 x 2.594 = 2.594,00 Atau apabila misalnya kita ingin memperoleh uang sebesar Rp. 2.594,00 pada masa sepuluh tahun yang akan datang, maka besarnya. dana/uang yang harus kita investasikan sekarang adalah : P=S
1 (1 i)
= 2.594
n 1
(1 i)10
= 1.000,00
= 2.594 x 0,3855
M-VII/19
Contoh penggunaan metode present worth. Jika suatu perusahaan yang memiliki mesin lama yang berupa manual stamper, bermaksud hendak menggantikannya dengan mesin baru yang berupa automatical stamper. Apakah perusahaan ini sebaiknya akan mengganti mesin yang dimilikinya jika digunakan present worth method, apabila diketahui : Nilai pasar ( Market value) dan mesin lama ( annual stamper ) adalah Rp. 100.000,00 dan umur mesin ini adalah 2 tahun, sedangkan
biaya operasi (operating cost )nya adalah Rp. 40.000,00 setahun. Harga pembelian dan pemasangan mesin baru ( automatical stamper ) yang akan dipilih adalah Rp. 300.000,00 dan umur mesin ini adalah 4 tahun, sedang biaya operasi (operating cost )nya adalah Rp. 30.000,00. Dalam hal ini karena umur dari kedua mesin ini berbeda, maka harus disamakan umurnya, agar dapat diperbandingkan antara ke dua mesin tersebut yaitu dengan menganggap bahwa kita dapat memperoleh mesin lama yang sama umur, biaya operasi dan harganya. Sehingga untuk operasi selama 4 tahun harus dipergunakan 2 buah (1 kali penggantian) mesin lama (manual stamper ), sedangkan mesin baru ( automatical stamper ) cukup dipergunakan satu buah. Jadi data-data mesin lama dan mesin baru adalah :
Mesin Lama (manual stamper) Rp. 100.000,00 2 tahun Rp. 40.000,00
Mesin baru (automatical stamper)
Harga pasar (Market value) Umur (Operating life) Biaya Operasi (Operating
Rp. 300.000,00 4 tahun Rp. 30.000,00
cost/year) Untuk memecahkan persoalan ini, maka kita mempunyai asumsi bahwa investasi dilakukan pada akhir tahun dan tingkat bunga ( interest rate) sebesar 10%.
Mesin Lama ( Manual Stamper)
Nilai sekarang (Present Worth) dari manual stamper I
= Rp. 100.000,00
Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi manual stamper I : untuk tahun pertama = 40.000 x 0,9091
= Rp. 36.360,00
untuk tahun ke dua = 40.000 x 0,8264
= Rp. 33.060,00
M-VII/20
Nilai sekarang (Present Worth) dari manual stamper II yaitu 100.000 x 0,8264
= Rp. 82.640,00
Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi manual stamper II : untuk tahun ke tiga
= 40.000 x 0,7513
= Rp. 30.050,00
untuk tahun ke empat = 40.000 x 0,6830
= Rp. 27.320,00
Total biaya dari manual stamper I dan II dengan nilai sekarang (Present Worth) ………….
= Rp. 309.430,00
Biaya rata-rata per tahun dengan nilai sekarang (Present Worth) ………………………
= Rp. 309.430,00 4 = Rp. 77.357,50
Mesin Baru ( Automatic Stamper)
Nilai sekarang (Present Worth) dari automatic stamper
= Rp. 300.000,00
Nilai sekarang (Present Worth) dari biaya operasi automatic stamper : untuk tahun pertama
= 30.000 x 0,9091
= Rp. 27.270,00
untuk tahun ke dua
= 30.000 x 0,8264
= Rp. 24.790,00
untuk tahun ke tiga
= 30.000 x 0,7513
= Rp. 22.540,00
untuk tahun ke empat
= 30.000 x 0,6830
= Rp. 20.490,00
Total biaya dari automatic stamper dengan nilai sekarang (Present Worth)
………………….
= Rp. 395.090,00
Biaya rata-rata per tahun dengan nilai sekarang (Present Worth)
…………………..
= Rp. 395.090,00 4
= Rp. 98.772,50
Dari perhitungan di atas ini terlihat bahwa biaya rata-rata per tahun (a verage cost per year ) dalam nilai sekarang ( Present Worth) dari automatic stamper adalah
lebih mahal daripada mesin lama ( manual stamper ), jadi perusahaan tidak perlu membeli mesin baru karena biayanya lebih besar.
M-VII/21
4. The New MAPI Formula n
C
=
n
2
p
n
n(Q - W ) (Q - 1) - (1 - b) (Q - 1) - (Q - 1) nQ n (Q - 1) - (Q n - 1)
- (Q – 1)
di mana: C
=
penggunaan capital tahun pertama, dinyatakan sebagai suatu ratio dari total cost of the assets.
N
=
umur dalam tahun (service life in years )
B
=
tingkat pajak pendapatan (rate of income tax )
W
=
tingkat penurunan relatif (rate of relative decline )
W
=
nilai sisa sementara (terminal salvage value )
P
=
Wn = [1 - W + py + (1 - p) z/(l - b)]
Q
=
1 + (1 - b)py + (1 - p)z
n
di mana : p =
perbandingan pinjaman dengan jumlah seluruh modal (ratio of borrowed to total capital )
y=
tingkat bunga dari modal yang dipinjam ( rate of interest on borrowed capital )
z=
tingkat pendapatan setelah pajak ( rate of after tax return on equity capital )
Rumus-rumus/Formula-formula ini sudah tentu sangat sukar untuk dimengerti dan dipergunakan, sehingga jarang dipergunakan oleh para manajer umumnya. Sebenarnya MAPI ini merupakan suatu system yang mudah jika menggunakan grafik.
Contoh: Suatu perusahaan memasang mesin bor/gurdi ( drilling and tapping machine) yang baru seharga Rp. 27.673,00. Umur mesin ini adalah 12 tahun,
penghematan tahun berikutnya ( next year saving) hanya sebesar Rp. 5.358,00 dan nilai sisa (salvage value) dari mesin ini setelah 12 tahun adalah 10% dari harga pembelian dan pemasangannya. Diasumsikan bahwa dari pengalaman perusahaan menunjukkan bahwa mesin ini mempunyai standard pattern of projected earnings dengan heavy curves (declining - balance tax depreciation) dan bukan light curves (straight line method ). Juga diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan
M-VII/22
declining balance depreciation mathod , sehingga diperoleh chart percentage =
44% Project no. 7
Sheet 2. III. Computation of MAPI urgency rating
32. Total next advantage after income tax (31-tax)
Rp. 5.358,00
33. Total chart allowance for Project (Total of coloumn F, Below)
Rp. 1.218,00
(Enter Depreciatiable assets only)
Items or Groups
Driling Tapping Machines
Installed Estimated Estimated MAPI Chart Chart cost of service terminal chart Percentage percentage Item or Life salvage number x Cost Group (Year) (Present (E x A) of Cost) A B C D E F 27.673 12 10 1 4,4 1.218
Total
Rp. 1.218,-
34. Amount Available for Return on Investment (32-33) 35. MAPI urgency Rating (34-5) 100 atau
4140 27673
Rp. 4.140,00
x 100% = 15%
Dari gambaran ini menunjukkan bahwa net return yang tersedia dalam investasinya
adalah
Rp.
4.140,00
atau
15%
dari
capital
cost.
Untuk
memungkinkan kita mengadakan perbandingan dengan mudah maka kita mengadakan penyusutan tingkat-tingkat (rangking) percentage return dalam investasinya untuk berbagai mesin yang diusulkan untuk penggantian.