PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL A. Definisi pemberian obat per oral Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula. B. Keuntungan dan kerugian cara pemberian melalui oral 1. Keuntungan a. Harga relative lebih murah b. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien c. Tidak menimbulkan rasa nyeri d. Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan cara Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di minum belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster Tetapi bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam intestinum atau belum mengalami absorbsi. Racun masih bisa di keluarkan dengan cara : 1) Urus urus menggunakan Magnesium Sulfat tubuh berwarna putih untuk dewasa dosis 10 mg atau 1 peres sendok makan 2) Antara 4 dan 6 jam tadi pasien di beri Absorben yaitu arang aktif bentuk seperti tablet, warna hitam, cukup 1 tablet 3) Bilamana melebihi 6 jam ini diberi penetral racun atau Antidotum zat yang dapat menetralkan racun
2. Kerugian Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah a. Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. b. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. c. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. d. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan. C. Persiapan Pemberian obat per oral. a. Kartu pesanan harus diperiksa secara hati-hati tentang pesanan obatnya. Sebelum mengambil/mengeluarkan obat, perawat harus mencocokan kartu pesanan obat dengan label pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkan obat yang di berikan: 1. Pada saat botol obat di ambil dari lemari. 2. Pada mencocokan pada dengan kartu pesanan obat. 3. Pada saat di kembalikan. b. Obat dalam bentuk cair di tuangkan menjauhi sisi table, sejajar dengan mata pada permukaan datar. Sebelum mengembalikan obat kedalam almari atau lemari es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obat tidak lengket atau merusak label. c. Tablet dan kapsul di keluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian pada mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan pada pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh di peggang. (pagliaro. Pagliaro, 1986, Pharmacologic Aspects Of Nursing, The Cv Mosby Co,St Louis) D. Cara pemberian obat per oral Peralatan : 1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada) 2. Kartu rencana pengobatan 3. Cangkir disposable untuk tempat obat 4. Martil dan lumping penggerus (bila di perlukan) Tahap Kerja : 1. Siapkan peralatan dan cuci tangan 2. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual dan muntah, atau tidak boleh makan dan minum).
3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat,waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan-keraguan laporkan keperawat jaga atau dokter. 4. Ambil obat sesuai yang di perlukan (baca order pengobatan dan ambil di almari, rak atau lemari es sesuai yang di perlukan). 5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan (gunakan teknik aseptik, jangan menyentuh obat dan cocokan dengan order pengobatan) 6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara: a) Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah b) Atur posisi pasien duduk bila mungkin c) Kaji tanda-tanda vital pasien d) Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien di anjurkan minum. e) Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk di isap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau pisang. f) Tetap bersama pasien sampai obat di telan. 7. Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang di berikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan anda dengan jelas. Kembalikan semua perlatan yang di pakai dengan tepat kemudian cuci tangan. 8. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah waktu pemberian. E. JENIS – JENIS OBAT PER ORAL 1. PIL Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan bahan kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan. Pil hendaknya di telan secara utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang rasanya sangat tidak enak atau zat besi yang bisa membuat gigi penderita berwarna hitam. 2. Tablet Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan. Tablet dapat di patahkan untuk mempermudah dalam menelan. 3. Bubuk Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini tidak dapat larut dalam air dan dapat di berikan kepada penderita dengan cara berikut : a. Dari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas lidah penderita b. Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus kita aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut) c. Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk
4. Drase Yaitu obat - obatan yang di bungkus oleh selaput tipis gula. Harus di telan secara utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang mempunyai kemampuan untuk mengiritasi selaput lendir lambung pasien. 5. Kapsul Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan di bungkus gelatin yang juga harus di telan secara utuh karena dapat menyebabkan muntah akibat iritasi selaput lendir lambung pasien. Suatu obat di persiapkan dalam bentuk kapsul dengan harapan agar tetap utuh dalam suasana asam lambung tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam pemberian obat jenis kapsul, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum susu atau antacid sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat. 6. Sirup Di sini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur (yang kecil), atau botol tetesan. Kadang -kadang sirup sebelum diminum harus dikocok terlebih dahulu. Pemberiannya harus dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberiminum dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup, pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.