21
2
6
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu perawatan dan pengobatan. Perawat saat ini dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode proses keperawatan. Disamping memberikan asuhan keperawatan, perawat dituntut juga untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang pengobatan. Keikutsertaan perawat dalam kegiatan kolaborasi pengobatan ini cukup bervariasi selaras dengan kemajuan pembangunan dibidang kesehatan.
Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Pemberian obat dapat melalui berbagai cara yaitu: peroral, parenteral, melalui mata, telinga, kulit, vagina, hidung, dan anus. Di sini kami akan membahas pemberian obat melalui oral dan Topikal. Pemberian obat per oral dan topikal merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.
Tujuan
Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan supaya mahasiswa mengetahui dan memahami cara pemberian obat secara oral dan topical.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa dapat:
Mengetahui obat oral dan topikal
Mengetahui jenis-jenis obat oral dan topikal
Mengetahui cara pemberian obat secara oral dan topikal
Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini membahas tentang pemberian obat secara oral dan topikal
Metode
Penulisan makalah ini diperoleh dengan studi kepustakaanya itu mempelajari Literature yang ada,untuk mendapatkan bahan dalam pembuatan makalah.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan. BaB II Pembahasan berisi pengertian, bentuk obat , cara pemberian obat. Bab III Penutup berisi kesimpulan dan saran untuk keperluan penerapan maupun pengembangan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Obat Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
Obat Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan atau menetskan obat pada permukaan kulit tergantung dimana letak penyakit itu terjadi.
Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jam. Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
Untuk mempertahankan hidrasi
Melindungi permukaan kulit
Mengurangi iritasi kulit
Mengatasi infeksi
Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
B. Bentuk Obat
Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan nyaman untuk diberikan. Bentuk obat sediaan padat yang diberikan melalui oral yaitu :
Serbuk, campuran kering bahan obat atau zat kimia, diameter 1,2-1,7 µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan.
Macam serbuk :
Serbuk terbagi
Pulveres, dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tunggal. Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
Serbuk tak terbagi
Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang tidak poten (antasida,dll) untuk multiple dose. Cara penggunaan dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum.
Serbuk tabur, ditaburkan pada kulit.
Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi.
Granul, sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4µm dengan atau tanpa vehikulum. Cara penggunaan sebelum diminum dilarutkan atau disuspensikan dulu dalam air pelarut yang sesuai.
Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan tipe umum dari suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet dapat berupa : tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut gula (menutupi bau dan rasa tidak enak), tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai dan di usus halus baru dipecah). Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat pipih dengan kedua permukaannya rata atau cembung, dalam perdagangannya disebut Tablet. Sedangkan silindris seperti kapsul, dalam perdagangannya disebut Kaplet.
Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu cangkang yang keras terbuat dari gelatin dengan atau tanpa bahan tambahan.
Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai ventrikel untuk menyampaikan obat.
Lotion
Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.
Shake lotion
Shake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
Cream/ Krim
Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.
Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir. Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.
Tetes
Tetes biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada telinga pada bagian dalamnya. Larutan yang sering di pakai adalah air dengan campuran alkaloid dan bahan kimia yang lain.
C. Cara Kerja Pemberian Obat
1. Obat Oral
a. Peralatan :
Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada)
Kartu rencana pengobatan
Cangkir disposible untuk tempat obat
Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
b. Tahap kerja :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Cuci tangan
Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual dan muntah, akan dilakukan penghisapan cairan lambung, atau tidak boleh makan/minum).
Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian). Bila ada keraguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
Ambil obat sesuai yang diperlukan.
Bantu untuk minum obat dengan cara :
Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan menyentuh obat dengan tangan. Obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
Atur posisi pasien duduk bila mungkin
Kaji tanda-tanda vital pasien
Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien dianjurkan minum
Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau pisang.
Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang diberikan, setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan tulis tanda tangan dengan jelas.
Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci tangan.
Lakukan evaluasi menegenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah waktu pemberian.
2. Obat Topikal
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment,ointment, pasta dan bubuk biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina maupun rektum.
Pemberian obat kulit (dermatologis)
Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :
Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.
Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih dilentukkan oleh dokter).
Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan tangan.
Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.
Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril.
Irigasi dan instilasi mata
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Berbagai bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan spuit dengan tabung yang besar. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah misalnya 2%
Cara irigasi dan instilasi mata :
Pastikan tentang adanya order pengobatan.
Siapkan peralatan.
Untuk irigasi :
Tabung steril untuk tempat cairan.
Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240cc dengan suhu 37ºC.
Alas irigator mata atau spuit steril.
Bengkok steril
Bola kapas steril.
Cairan normal salin steril (bila diperlukan).
Perlak.
Sarung tangan steril.
Instilasi :
Obat yang diperlukan.
Kapas kering steril.
Kapas basah (normal saline) steril.
Kassa/penutup mata dan plester.
Sarung tangan steril.
Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/pengobatan yang diberikan. Bantu pasien mengatur posisi duduk atau berbaring saling memiringkan kepala ke arah mata yang sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit (pada pelaksanaan irigasi).
Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya warna merah, adanya kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek-kucek dan lain-lain.
Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan nola kapas yang telah dibasahi dengan cairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus keluar.
Masukkan cairan irigasi atau obat mata
Untuk irigasi :
Buka mata dengan jari telunjuk dan ibu jari sehingga kantong konjungtiva dapat dilihat. Pegang irigator yang telah berisi cairan 2,5cm di atas mata. Arahkan air pada kantong konjungtiva bawah dari kantus dalam menuju kantus luar. Lanjutkan irigasi sampai air yang meninggalkan mata tampak bersih. Anjurkan pasien untuk membuka dan menutup mata secara teratur. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata dengan bola kapas.
Untuk instilasi :
Periksa nama, kekuatan dan jenis obat. Anjurkan pasien memandang ke atas dan beri pasien sebuah bola kapas. Buka mata dengan cara menarik kelopak mata bawah dengan jempol atau jari-jari tangan yang tidak memegang obat. Pegang obat tetes dengan tangan satunya.
Dekatkan ke mata sampai berjarak 1 sampai 2 cm dari mata lalu teteskan obat sesuai yang dibutuhkan pada kantong konjungtiva bawah 1/3 dari luar. Bila obat berupa salep mata, pegang pipa salep di atas kantung konjungtiva atas dan oleskan sekitar 3 cm salep dari kantus dalam ke luar. Lalu anjurkan pasien menutup mata tanpa mengusap obat keluar. Untuk obat cair, pasien dianjurkan menutup mata selama 30 detik dan menekan hati-hati duktus nasolakrimalis agar obat tidak masuk ke dukus tersebut.
Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar.
Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.
Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan dengan singkat dan jelas.
Instilasi hidung
Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung) diberikan biasanya dengan maksud menimbulkan astringent efekyang merupakan efek obat dalam mengkerutkan selaput lendir yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan untuk menyembuhkan infeksi pada rongga atau sinus-sinus hidung.
Cara kerja instilasi hidung :
Pastikan tentang adanya order pengobatan.
Siapkan peralatan :
Obat tetes hidung.
Bola kapas.
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan siapkan pasien. Posisi pasien diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu disokong sebuah bantal sehingga kepala mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas sedikit kuat sehingga lubang hidung akan bersih.
Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan jempol.
Pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk bernapas melalui mulut sewaktu obat diteteskan).
Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit sehingga obat dapat sampai pada semua dinding hidung.
Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui hidung kembali.
Bereskan peralatan dan catat tindakan secara jelas dan singkat.
Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :
Pastikan tentang adanya order pengobatan.
Siapkan peralatan :
Untuk irigasi :
Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan konsentrasi sesuai yang dikehendaki.
Alat suntik/spuit.
Bengkok.
Perlak handuk.
Kapas pengusap.
Bola kapas.
Sarung tangan (kadang-kadang)
Untuk intilasi :
Obat tetes dalam tempatnya.
Kapas dibungkus dalam kasa.
Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk tetesan terakhir untuk mencegah gerakan tiba-tiba anak atau pasien tidak sadar.
Untuk instilasi : bantu pasien berbaring ke samping dengan posisi telinga yang sakit menghadap ke ats.
Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar. Lakukan inspeksi untuk mengetahui adanya kemerah-merahan, lecet dan setiap kotoran yang keluar. Bila diperlukan gunakan otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau genderang telanga (membran timpani) tidak utuh, jangan lakukan irigasi dan laporkan keadaan ini pada perawat senior.
Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas basah.
Siapkan peralatan :
Untuk irigasi : isi spuit dengan cairan irigasi atau bila menggunakan tabung irigasi, angkat tabung ke atas dan alirkan cairan mengisi pipa.
Untuk instilasi : siapkan obat tetes yang diperlukan.
Masukkan cairan irigasi atau obat tetes telinga.
Untuk irigasi : buka daun telinga (untuk bayi daun telinga di tarik ke bawah, untuk dewasa di tarik ke atas belakang), masukkan ujung spuit dan pancarkan cairan pada dinding atas saluran telinga sesuai yang diperlukan. Bila sudah selesai, keringkan bagian luar telinga dengan kapas dan bantu berbaring ke samping ke arah telinga yang telah diirigasi.
Untuk instilasi : hangatkan obat dengan atau masukkan botol dalam cairan hangat beberapa detik. Buka dan luruskan lubang telinga dan teteskan obat pada sisi telinga. Tekan tragus secara hati-hati beberapa kali untuk membantu obat masuk. Anjurkan pasien tetap berbaring miring lebih kurang selama 5 menit. Pasang kapas pada lubang telinga (tidak ditekan) selama 15 menit sampai dengan 20 menit.
Kaji respon manusia terhadap adanya rasa nyeri, keadaan saluran telinga, kotoran yang ada dan pada irigasi amati keadaan dan bau cairan yang keluar.
Rapikan pasien dan catat tindakan secara singkat dan jelas.
Irigasi dan instilasi vagina
Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran dalam vagina mencegah perdarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan mengurangi peradangan.
Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina di rumah sakit, terutama bila terdapat luka terbuka pada vagina. Jenis cairan yang digunakan tergantung pada prosedur rumah sakit dan tujuan irigasi. Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium bikarbonat, air ledeng dan lain-lain. Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000 ml dan cairan dibandingkan pada suhu 40,5ºC.
Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk mengobati infeksi atau menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada vagina. Obat yang dimasukkan melaui vagina dikemas dalam bentuk yang bervariasi antara lain : cream, jelly, foam atau supositoria.
Cara kerja irigasi dan isntilasi vagina :
Pastikan tentang adanya order pengobatan
Siapkan peralatan
Untuk irigasi vagina :
Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposible) yang terdiri dari ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong cairan.
Perlak
Cairan irigasi
Kapas lembab termometer
Bedpan
Kertas tissue
Sarung tangan
Tiang/standart infus
Untuk instilasi vagina :
Obat yang berbentuk supositoria atau krim
Sarung tangan disposible
Pelumas untuk obat supositoria
Aplikasi untuk krim vagina
Kertas tissue/handuk
Kapas pembersih perineum
Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan rasa tidak nyaman yang mungkin dirasakan selama tindakan. Buka/suruh pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien).
Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan. Pada pelaksanaan irigasi, pertama-tama pasang perlak di bawah bokong pasien, pasang bedpan dan atur posisi pasien di atas bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah bagian lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pada tindakan instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan di rentangkan ke luar (dorsal recumbent)
Atur peralatan yang akan digunakan :
Untuk irigasi : tutup/klem pipa, gantung tabung cairan pada tiang infus setinggi 30 cm dari vagina. Alirkan/isi pipa dan corong dengan air.
Untuk instilasi : buka pembungkus obat supositoria dan letakkan di ats pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator, isi aplikator dengan krim, jelly, atau foam sesuai kebutuhan.
Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah sarung tangan, inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap peradangan, perhatikan bau dan setiap cairan yang keluar. Lakukan pembersihan parineal untuk menghilangkan mikroorganisme
Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai dengan kebutuhan
Untuk irigasi : alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan masukkan corong sedalam antara 7 sampai sampai dengan 10 cm kemudian alirkan cairan pelan-pelan. Setelah semua cairan masuk dan keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di ats bedpan
Untuk supositoria :lumasi ujung supositoria dan ujung jari telunjuk anda dengan jelly. Buka labia sehingga lubang vagina dapat dilihat. Dorong supositoria ke dalam lubang vagina dengan jari telunjuk sedalam 8-10cm. Setelah supositoria masuk, tarik jari telunjuk dan anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi (terlentang) selama 5 sampai dengan 10 menit.
Untuk krim, jelly atau foam : pelan-pelan masukan aplikator ke dalam lubang vagina, dorong pengokang secara hati-hati sampai obat obat habis kemudian keluarkan aplikator.
Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan atur pasien dalam posisi yang nyaman.
Bereskan peralatan dan catat tindakan.
Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan kotoran atau cairan yang keluar.
Pemberian Obat Per Rektal dan Supositoria
Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan melalui rektal yang sering disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui anus/rektum. Ada beberapa keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain :
Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.
Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan rektum.
Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum tidak ditransportasikan melalui liver (Hahn, Oestrelch, Barkin, 1986).
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain :
Untuk mencegah peristalti, lakukan enema retensi secara pelan dengan cairan sedikit (tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernapas melalui mulut untuk merilekskan spingter.
Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian enema.
Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh pada suhu kamar.
Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan bernapas melalui mulut agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.
Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau memasukkan supositoria.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian obat oral dan topikal adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut dan melalui organ yang terkena penyakit sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Tujuan dari pengobatan antara lain mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat, dan menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip 6 benar, jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.
Saran
1. Bagi mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca buku dan terus mencari informasi tetang pengobatan melalui oral dan topical.
2. Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan cara pemberian obat melalui oral dan topical dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Potter, PA &Perry, AG. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Bindler,Ruth McGillis & Howry, Linda Berner. 2007. Pedoman Obat Pediatrik & Implikasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sihombing, ferdinal. 2010. Memberikan Obat Oral. https://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/02/08/memberikan-obat-oral/. 10 Februari 2015 pukul 08.22 WIB.
Cara Pemberian obat per-oral https://birugraphity.wordpress.com/2011/05/20/cara-pemberian-obat-per-oral/ . 12 Februari 2015 Pukul 12.55 WIB.
Kun, Saputra. 2013. Prosedur pemberian obat topikal. http://kamusaskep. Blogspot.com/2013/01/prosedur-pemberian-obat-topikal.html. 15 Februari 2015 pukul 13.46 WIB.
Yanhendri, Satya Wydya. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi.Yennyhttp://www.kalbemed.com/Portals/6/08_194Berbagai%20Bentuk%20Sediaan%20Topikal%20dalam%20Dermatologi.pdf. 16 Februari 2015 pukul 13.48 WIB.