BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Syari’at Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan ummat manusia. Hukum atau peraturan dalam menjalankan dan mengamalkan agama Allah termasuk syari’at Islam. Peraturan yang telah ditetapkan Allah kepada manusia, baik hubungannya terhadap Allah, maupun hubungan terhadap sesama manusia, alam dan kehidupan. Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Alla h SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah). Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariah adalah Al-Qur’an Al- Qur’an dan As-Sunnah, As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariah dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat. Makalah ini disusun berdasarkan materi yang akan dipelajari oleh penulis pada mata kuliah yang berkaitan. berkaitan. Disini penulis berusaha menerangkan materi yang dibutuhkan sebagai referensi agar dapat menyempurnakan materi yang akan diperbincangkan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai : a.
Definisi Syari’at Islam.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
1
b.
Tujuan Syari’at Islam.
c.
Sumber dan Dasar Syari’at Islam.
d.
Prinsip- prinsip Syari’at Islam.
e.
Definisi Hukum Islam.
f.
Sejarah Perkembangan Hukum Islam.
g.
Perbedaan Hukum Islam dengan Hukum Umum.
h.
Ruang Lingkup Hukum Islam.
i.
Macam-macam Hukum dalam Islam.
j.
Hukum Berzina.
C. Tujuan Penulisan
a.
Memberikan penjelasan mengenai definisi Syari’at dan Hukum Islam.
b.
Menjelaskan Syari’at Islam mengenai Tujuannya, Sumber da Dasarnya, Prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, kemudian Penulis juga akan menjelaskan mengenai Hukum Islam mulai dari definisinya, sejarah pekembangannya, perbedaanya dengan d engan yang lain, ruang lingkupnya, dan macam-macam Hukum Islam.
c.
Dan tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan s emata.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
2
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Syari’at Islam
Syari’at Islam : (Syari’at Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syari’at Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Secara etimologis, kata syari’at, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/ ) berasal dari kata syara’a (
) yang berarti jalan menuju mata air.
Dalam istilah Islam, syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap umat manusia. Syari’at Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan ummat manusia. Hukum atau peraturan dalam menjalankan dan mengamalkan agama Allah termasuk syari’at Islam. peraturan yang telah ditetapkan Allah kepada manusia, baik hubungannya terhadap Allah, maupun hubungan terhadap sesama manusia, alam dan kehidupan. Istilah teknis dalam bahasa Inggris “Canon law of Islam; yaitu keseluruhan dari perintah-perintah Tuhan. tiap-tiap perintah Tuhan dinamakan hukum, jama’nya ahkaam. Oleh karena itu, syari’at tidak dapat disamakan dengan hukum dalam dunia modern ini. Syari’at secara umum adalah segala aturan hukum yang diwahyukan kepada para nabi berupa kitab suci seperti : Taurat, Zabur, injil dan Al-Quran, maupun berupa syari’at yang disampaikan kepada para nabi yang tidak berupa kitab/tidak dibukukan sebagai kitab yang mempunyai nama, misalnya syari’at Nabi Adam, syari’at Nabi Ibrahim maupun nabi-nabi yang lainnya yang diwahyukan kepada mereka untuk membentengi ummat dimana mereka diu tus. Syari’at Islam adalah peraturan/ hukum-hukum agama yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci Al-Quran,
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
3
sunnah/hadist nabi yang diperbuat atau disabdakan dan yang ditakrirkan oleh nabi termasuk juga bagian dari syari’at Islam. Syari’at meliputi di dalamnya semua tingkah laku manusia, yang disandarkan pada wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya. Dalam perkembangan Hukum Islam dikenal ijtihad hal disandarkan kepada Fiqih yang di dalamnya termuat hukum hasil kecerdasan mengistimbatkan satu nilai hukum. Di dalam fiqih didapati suatu tindakan sah atau tidak sah, boleh atau tidak, sedangkan di dalam syari’at didapati tindakan hukum boleh dan terlarang, harus diakui bahwa syari’at dan fiqih mempunyai perbedaan, tetapi dalam perkembangannya para ulama tidak terlalu prinsipil membedakannya.
B. Tujuan Syari’ah Islam
Tujuan dari syari’at adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan kehidupan kita. Paling tidak ada 8 tujuan : 1.
Memelihara Kemaslahatan Agama (hifzh al-din) Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama ( Islam )..” QS. Al-Baqarah : 256.
2.
Memelihara Jiwa (hifzh al-nafsi) Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum Qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan.
3.
Memelihara Akal (hifzh al-’aqli) Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran)
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
4
dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akal adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi. 4.
Memelihara Keturunan dan Kehormatan (hifzh al-nashli) Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syari’at Islam telah jelas ditentukan siapa-siapa yang boleh dinikai, dan siapa yang tidak boleh di nikahi. Syari’at Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.
5.
Memelihara Harta Benda (hifzh al-mal) Dengan adanya Syari’at Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Dengan demikian Syari’at Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
6.
Melindungi kehormatan seseorang Termasuk melindungi nama baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan. Karena itu betapa luarbiasa Islam menetapkan hukuman yang keras dalam bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh kali bagi seorang yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain.
7.
Melindungi rasa aman seseorang Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan lingkungan
yang
kondusif
agar
masyarakat
yang
di
bawah
kepemimpinannya itu “tidak mengalami kelaparan dan ketakutan” 8.
Melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara Islam menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta” terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
5
ummat Islam “dengan cara yang Islami”. Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati, digantung atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin.
C. Sumber Dan Dasar Syari’at Islam
Secara garis besar sumber dan dasar syari’at Islam adalah Al-Quran dan sunnah Rasul. Dari kedua sumber tersebut dijadikan dasar oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, ulama dan para fuqaha untuk mengambil keputusan hukum. Dalam perkembangan hukum atau ilmu fiqih untuk mengambil satu keputusan yang tidak didapati di dalam sumber (Al-Quran dan sunnah) maka diperkenankan berijtihad. Menurut penyelidikan para ahli fuqaha dalil-dalil syari’at secara global berpangkal kepada empat pokok yaitu : Al-Quran, Al-sunnah, Al-ijma’ dan Alqiyas oleh jumhur ulama disepakati sebagai dalil hukum amaliyah. Selain dalil tersebut masih dikenal dalil lainnya yang senantiasa dipergunakan oleh para ulama dalam mengambil keputusan yaitu : istihsan, mas lahat mursalah, saddus zari’ah, istishab dan Al-Urf. Semua dalil-dalil tersebut dijadikan sebagai sumber fiqh Islam. Al-Quran merupakan kitabullah yang diwahyukan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW dalam bentuk lafadz dan maknanya. Al-Quran adalah sumber syari’at Islam yang tidak perlu diragukan keberadaannya. Di dalam AlQuran banyak di temui firman Allah yang menjelaskan keberadaan Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 2 yang artinya :
“Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. Qur’an surat An-Nahl ayat 102 :
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
6
“Katakanlah ruhul kudus (J ibril) menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Qur’an Al-Israa’ ayat 105 :
“ Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan ” Al-Quran tidak akan diragukan akan keberadaannya sepanjang masa oleh karena ada jaminan Allah s.w.t.Qur’an surat Al-Hijir ayat 9 :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”. Sumber kedua yang dijadikan syari’at Islam adalah sunnah Rasulullah. Dalam kalangan ulama membedakan dalam pengertian sunnah dan hadist, batasan keduanya dapat di lihat dari pendapat Prof. Dr. TM. Hasbih AshShiddieqy Hadist ialah : segala peristiwa yang disandarkan kepada nabi, walau hanya sekali saja terjadinya dalam sepanjang hidup Nabi dan walaupun hanya diriwayatkan seorang saja. Sunnah ialah : Nama bagi amaliyah yang mutawattir, yakni cara rasul melaksanakan sesuatu ibadat yang dinukilkan kepada kita dengan amaliah yang mutawattir pula. Menurut ulama hadist, tidak membedakan pengertian sunnah dan hadist. Sunnah dan hadist adalah merupakan wujud dari kepribadian rasulullah dalam memberikan teladan
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
7
kepada umatnya. Keberadaan hadist sebagai sumber syari’at Islam sudah sangat jelas kedudukannya seperti yang di ungkapkan oleh pakar hadist. Hadist sebagai pernyataan, pengamalan, taqrir dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah AlQuran. Pada zaman Nabi (w. 632M ), umat Islam sepakat bahwa sunnah merupakan
sumber
ajaran
Islam
di
samping
Al-Quran.
Di dalam Al-Quran dipertegas oleh Allah swt bagaimana kedudukan Rasulullah (sunnah) yang patut diikuti :
...
“….Apa yang di berikan Rosul k epadamu, maka hendaklah kamu menerimanya ; dan apa yang di larang bagimu, maka hendaklah kamu meninggalkanya….(Q.S. Al-Hasyr : 7)
“Barang siapa mentaati Rasul itu sesungguhnya ia telah mentaati Allah. (Q.S. An- Nisaa’; 80):
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan ( kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. (Q. S. Al - Ahzab : 21 ) Al-Quran dan sunnah Rasul merupakan syari’at terlengkap yang menjadi syari’at
ummat
Islam.
Al-Quran
telah
dijamin
oleh
Allah
swt
kesempurnaannya dan sunnah telah dipertegas oleh Rasulullah keberadaann ya.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
8
Penegasan Allah swt tantang kesempurnaan syari’at Islam (agama Islam) telah difirmankan dalam Al-Quran :
...
...
“... Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan aku telah mencukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam jadi agamamu... (QS. Al-Maidah: 3) Sabda Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya untuk senantiasa berpegang teguh pada syari’at Islam (Al-Quran dan al-Sunnah). “Kutinggalkan kepadamu (umat Islam) dua pusaka abadi apabila kamu berpegang kepadanya, niscaya tidaklah kamu tersesat, yaitu : Al-Quran dan Sunnah-ku”. Di samping Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama syari’at Islam, masih diperkenankan berijtihad untuk mengambil keputusan hukum apabila tidak didapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah, seperti riwayat Mua’adz tatkala diutus oleh Rasulullah untuk menjadi Qadhi di Yaman : yang artinya “Bagaimana engkau memberikan keputusan hukum, ketika dihadapkan kepadamu suatu kejadian?, Mu’adz menjawab : saya akan memberikan keputusan dengan hukum Allah swt. (Kitabullah). Nabi bertanya : Jika kamu tidak dapati dalam Sunnah Rasul-Nya? Mu’adz menjawab : aku akan berijtihad dengan pendapatku. Maka Rasulullah menepuk dada Mu’adz seraya bersabda : segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah terhadap sesuatu yang Rasulullah merasa puas itu”. Dalil-dalil hukum lainnya yang dipegang oleh ulama Ushul secara singkat teruraikan sebagai berikut :
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
9
1.
Ijma’ menurut istilah ulama Ushul kesepakatan semua ijtahidin atas sesuatu hukum pada suatu masa sesudah Rasulullah. Firman Allah swt, yang erat hubungannya :
...
“Hai orang -orang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu.... (QS. An-Nisa: 59). Tidaklah mungkin para ulama berkumpul untuk melakukan sesuatu kebohongan (dusta). Rasul bersabda yang artinya “Tidaklah Allah menghimpun ummatku untuk melakukan kesesatan. (H.R. Ibnu Majah)” 2. Qiyas menurut ulama ushul menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya dengan kejadian lain yang sudah diatur oleh nash, karena adanya persamaan antara keduanya yang disebut “Illah hukumnya”. 3. Istihsan adalah merupakan kebalikan dari Qiyas, karena istihsan memindahkan hukum suatu peristiwa dengan hukum peristiwa lainnya yang sejenis dan memberikan hukum lain karena ada alasan kuat bagi pengecualian tersebut. 4. Maslahat Mursalah, terdiri dari dua rangkaian kata yaitu: Mashalat (kebaikan, kepentingan) yang tidak diatur oleh ketentuan s yara yang menggunakan pertimbangan kebaikan akan sesuatu keputusan di ambil dengan melihat kemaslahatan yang akan timbul dan Mursalah ialah pembinaan (penetapan) hukum berdasarkan. 5. Sadduz zari’ah yaitu menutup segala jalan yang akan menuju pada perbuatan yang merusak atau mungkar. 6. Istihsan yaitu melanjutkan atau menggunakan sesuatu kaidah hukum yang ada sampai dalil atau kaidah hukum lain menggantikannya. 7. Al-‘Urf adalah sesuatu apa yang biasa dijalankan orang, merupakan kebiasaan baik dalam kata-kata maupun perbuatan keseharian. ‘Urf ialah suatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah menjadi
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
10
tradisinya. Baik berupa perbuatan maupun adat kebiasaan yang baik dalam masyarakat. Qaidah-qaidah hukum di luar dari Al-Quran dan Sunnah dijadikan dasar bagi para fuqaha/ulama dalam mengambil keputusan untuk menetapkan suatu hukum. Kalau Al-Quran dan Sunnah merupakan sumber utama Syari’at Islam maka qaidah-qaidah hukum atau fiqih seperti diuraikan di atas merupakan sumber atau dalil hukum yang dapat dipengaruhi untuk mengambil keputusan bilamana keputusan yang dimaksud tidak didapati pada Al-Quran maupun dalam Sunnah Rasulullah. Syari’at Islam mempunyai peranan dan fungsi untuk mengatur dan menata kehidupan manusia, mengarahkan kepada jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah swt. tujuan Syari’at Islam adalah mengatur dan menata kehidupan untuk kebahagian dan kemaslahatan manusia baik sewaktu hidup di atas dunia fana ini, maupun kelak di negeri akhirat harus dijalankan Syari’at Islam sebagai suatu pedoman hidup yang hakiki dan sebagai aturan perundang-undangan yang maha lengkap, mengantar manusia ke pintu kebajikan dan menutup pintu kesesatan.
D. Prinsip-Prinsip Syari’at Islam
1.
Tidak Mempersulit (‘Adam al -Haraj) Dalam
menetapkan
syari’at
Islam,
al-Quran
senantiasa
memperhitungkan kemampuan manusia dalam melaksanaknnya. Itu diwujudkan dengan mamberikan kemudahan dan kelonggaran (tasamuh wa rukhsah) kepada mansusia, agar menerima ketetapan hukum dengan kesanggupan yang dimiliknya. 2.
Mengurangi Beban (Taqlil al-Taklif ) Prinsip kedua ini merupakan langkah prenventif (penanggulangan) terhadap mukallaf dari pengurangan atau penambahan dalam kewajiban agama. Al-Quran tidak memberikan hukum kepada mukallaf agar ia
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
11
menambahi atau menguranginya, meskipun hal itu mungkin dianggap wajar menurut kacamata sosial. Hal ini guna memperingan dan menjaga nilai-nilai kemaslahatan manusia pada umumnya, agar tercipta suatu pelaksanaan hukum tanpa dasari parasaan terbebani yang berujung pada kesulitan. Umat manusia tidak diperintahkan untuk mencari-cari sesuatu yang justru akan memperberat diri sendiri. 3.
Penetapan Hukum secara Periodik Al-quran merupakan kitab suci yang dalam prosesi tasri’ sangat memperhatikan berbagai aspek, baik natural, spiritual, kultural, maupun sosial umat. Dalam menetapkan hukum, Al-Quran selalu mempertimbangkan, apakah mental spiritual manusia telah siap untuk menerima ketentuan yang akan dibebankan kepadanya ?. Hal ini terkait erat dengan prinsip kedua, yakni tidak memberatkan umat. Karena itulah, hukum syari’at dalam al-Quran tidak diturunkan secara serta merta dengan format yang final, melainkan secara bertahap, dengan maksud agar umat tidak merasa terkejut dengan syari’at yang tiba-tiba. Karenanya, wahyu al-Quran senantiasa turun sesuai dengan kondisi dan realita yang terjadi pada waktu itu. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan kami kemukakan tiga periode tasryi’ al-Quran. -
Mendiamkan, yakni ketika al-Quran hendak melarang sesuatu, maka sebelumnya tidak menetapkan hukum apa-apa tapi memberikan contoh yang sebaliknya.
-
Menyinggung manfaat ataupun madlaratnya secara global. Dalam contoh khamr di atas, sebagai langkah kedua, turun ayat yang menerangkan tentang manfaat dan madlarat minum khamr. Dalam ayat tersebut, Allah menunjukkan bahwa efek sampingnya lebih besar daripada kemanfaatannya (QS. Al-Baqarah: 219) yang kemudian segera disusul dengan menyinggung efek khamr bagi pelaksanaan ibadah (al-Nisa: 43)
-
Menetapkan hukum tegas, kewajiban shalat misalnya, tahap pertama terjadi permulaan Islam (di Mekah), di saat umat Islam banyak menuai
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
12
siksaan dan penindasan dari penduduk Mekah, kewajiban shalat han ya dua raka’at, yaitu pada pagi dan sore. Itu pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kahawatir terjadi penghinaan yang semakin menjadi-jadi dari suku Qurasy. 4.
Sejalan dengan Kemaslahatan Universal Islam bukan hanya doktrin belaka yang identik dengan pembebanan, tetapi juga ajaran yang bertujuan untuk menyejahterakan manusia. Karenanya, segala sesuatu yang ada di mayapada ini merupakan fasilitas yang berguna bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
5.
Persamaan dan Keadilan (al-Musawah wa al-Adalah) Persamaan hak di muka adalah salah satu prinsip utama syari’at Islam, baik yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah. Persamaan hak tersebut tidak hanya berlaku bagi umat Islam, tatpi juga bagi seluruh agama. Mereka diberi hak untuk memutuskan hukum sesuai dengan ajaran masing-masing, kecuali kalau mereka dengan sukarela meminta keputusan hukum sesuai Hukum Islam.
E. Definisi Hukum Islam
Kata hukum dan Islam, keduanya berasal dari bahasa Arab, tetapi dalam Al-Quran tidak pernah menggunakan kedua kata ini secara bergandengan. Begitu juga dalam literatur Hukum Islam klasik, tidak pernah menggunakan kata Hukum Islam. Ungkapan yang digunakan biasanya adalah kata syarî’ah al-Islâm, huk um syara’, syari’ah atau syara’, dan fikih. Satu waktu Hukum Islam berarti syaria’h, di waktu yang lain Hukum Islam berarti fikih. Meskipun demikian, istilah Hukum Islam biasanya digunakan untuk makna fikih, bukan syari’ah. Secara leksikal, kata hukum berasal dari bahasa Arab, yaitu hukm ( yang berarti menolak. Dari sinilah terbentuk kata al-hukm (
)
) yang, antara
lain, berarti menolak kezaliman atau penganiayaan. Dalam bahasa Indonesia, kata hukum juga mengandung beberapa pengertian. Di antaranya :
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
13
1. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat 2. Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat 3. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan) Tujuan Hukum Islam adalah aturan yang dijalankan untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat dengan mengambil segala manfaat dan mencegah mudarat atau keburukan yang tidak berguna bagi kehidupan. Hukum secara umum belum mutlak dinamakan Syari’at Islam dalam era modern. Sebab hukum yang bersumber dari Allah (seperti Syari’at Islam) dinamakan hukum samawi, sedangkan hukum yang dibuat oleh manusia disebut hukum wadh’i. Syari’at Islam sebagai hukum samawi berlaku mutlak sedangkan hukum wadh’i sifatnya berlaku relatif hanya berdasarkan kepada kepentingan dan kebutuhan manusia dalam masa-masa tertentu. Hukum Islam menurut Prof. Mahmud Syaltout, syari’at adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan. Menurut Muhammad ‘Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian syari’ah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan). Syari’ah disebut juga syara’, millah dan diin. Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim. Dari definisi tersebut syari’at meliputi : 1. Ilmu Aqoid (keimanan) 2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah) 3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
14
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Hukum Islam adalah syari’at yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).
F.
Sejarah Perkembangan Hukum Islam
1.
Hukum Islam periode nabi dan sahabat
2.
Masa nabi Muhammad SAW merupakan masa turunnya Al-Quran dan tumbuhnya Sunnah
3.
Hukum Islam periode pertumbuhan dan perkembangan madzhab -
Pengertian madzhab Madzhab adalah jalan. Berarti juga pendapat, kepercayaan, ideologi, doktrin, paham, ajaran dan aliran. Sedangkan madzhab menurut isti lah adalah kumpulan hukum yang mencakup berbagai masalah dan disertai seperangkat mode dalam menemukan dan menggali hukum dari sumbernya.
-
Munculnya ulama-ulama pendiri madzhab Dalam sejarah perkembangan Hukum Islam terdapat dua fase perkembangan madzhab dengan kecenderungan yang berbeda. Pertama, fase dimana madzhab bersifat kedaerahan. Artinya umat Islam mengikuti ulama yang ada di tempat masing-masing. Kedua, fase dimana madzhab bersifat ketokohan atau perseorangan. Artinya umat Islam tetap percaya pada ulama anutannya meski ulama ada di tempat yang berbeda.
Ada lima madzhab fikih yang mendominasi dunia Islam saat ini, yaitu : -
Madhzab hanafi oleh Imam Hanafi
-
Madhzab Maliki oleh Imam Malik bin Anas
-
Madhzab Syafi’i oleh Imam Syafi’i
-
Madhzab Hanbali oleh Imam Ahmad bin Hanbal
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
15
4.
Madhzab Ja’fari oleh Imam Ja’far al-Shadiq
Hukum Islam periode taqlid dan kebangkitan Periode ini terbagi dalam dua bagian besar. Pertama periode taqlid (ikutikutan di belakang), yaitu sejak pertengahan abad ke-4 Hijriah hingga jatuhnya Daulah Abasiyah. Kedua, periode kebangkitan yaitu sejak jatuhnya Daulah Abasiyah hingga sekarang.
G. Perbedaan Hukum Islam dengan Hukum Umum
1.
Hukum umum semata-mata berdasarkan atas pertimbangan akal manusia, Hukum Islam pertimbangkan akal manusia didasarkan pada wahyu Allah
2.
Cakupan Hukum Islam sangat luas, hukum dalam pengertian umum tidak memiliki cakupan yang luas
3.
Hukum Islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, sedangkan hukum umum tidak
4.
Hukum Islam erat kaitannya dengan akhlak
5.
Hukum Islam menyeimbangkan kepentingan individu dan masyarakat serta negara
H. Ruang Lingkup Hukum Islam
Jika kita bandingkan Hukum Islam bidang muamalah ini dengan hukum barat yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum public, maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, Hukum Islam tidak membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik disebabkan karena menurut sistem Hukum Islam pada hukum perdata t erdapat segi-segi publik ada segi-segi perdatanya. Itulah sebabnya maka dalam Hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya, Munakahat, Wirasah, Muamalat dalam arti khusus, Jinayat atau Ukubat, AlAhkam as-sulthaniyah (Khilifah), Siyar dan Mukhasamat. Kalau bagian-bagian Hukum Islam itu disusun menurut sistematik hukum barat yang membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik seperti
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
16
yang di ajarkan dalam pengantar ilmu hukum di tanah air kita, yang telah pula di singung di muka, susunan hukum muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut : 1. Hukum perdata ( Islam ) adalah munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya; wirasah mengatur segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam ini disebut juga hukum fara’id ; muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan, dan sebagainya. 2.
Hukum public (Islam) adalah jinayat
yang memuat aturan-aturan
mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarinah hudud maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumanya dalam Al-Quran dan sunnah Nabi Muhamad (hudud jamak dari hadd = batas). Jarimah ta’zir adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumanya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir = ajaran atau pengajar an); al-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah , tentara, pajak dan sebagainya; siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan Negara lain; mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara. Jika bagian-bagian Hukum Islam bidang muamalah dalam arti luas tersebut di atas dibandingkan dengan susunan hukum barat seperti yang telah menjadi tradisi diajarkan dalam pengantar Ilmu hukum di tanah air kita, maka butir dapat disamakan dengan hukum perkawinan, butir dengan hukum kewarisan , butir dengan hukum benda dan hukum perjanjian, perdata khusus,
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
17
butir dengan hukum pidana, butir dengan hukum ketatanegaraan yakni tata Negara dan administrasi Negara, butir dengan hukum internasional, dan butir dengan hukum acara.
I.
Macam-macam Hukum Dalam Islam
1.
Wajib (Fardlu) Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : Shalat lima waktu, pergi haji (bag yang mampu), membayar zakat, Puasa di bulan Ramadhan dll. Wajib terdiri atas dua jenis/macam : -
Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.
-
Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff namun jika sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti mengurus jenazah.
2.
Sunnah/Sunnat Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat Islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain sebagainya. Sunah terbagi atas dua jenis/macam : -
Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti shalat ied dan shalat tarawih.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
18
-
Sunat Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
3.
Haram Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya : Menyekutukan Allah SWT, bermain judi, minum-minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.
4.
Makruh Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok, memakan makanan yang berbau-bau.
5.
Mubah Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.
J.
Hukum Berzina
Secara etimologi atau bahasa Zina adalah, memasukan sesuatu. Menurut terminology atau isltilah syar`iyah, berpendapat Aliy As`ad. Zina menurut beliau adalah, memasukakan hasyafah (kepala zakar) atau seukuran hasyafah bagi orang yang tak punya hasyafah, kedalam farji (kemaluan wanita), dalam keadaan mengetahui. 1 Menurut Al- Jurjani Zina adalah memasukkan zakar kedalam farji yang bukan milik dan bukan syubhat.
1 Fathul mu`in, H. Aliy As`ad hlmn. 288
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
19
Dalam al-Mu’jamul Wasith hal 403 disebutkan, “Zina ialah seseorang bercampur dengan seorang wanita tanpa melalui akad yang sesuai dengan syar’i.” 1.
Landasan Hukum Zina Menurut hukum islam yaitu dalam Surat An-Nur ayat 2 :
“ Perempuan yang berzina dan laiki-laki yang berzina maka deralah ti ap-tiap dari keduanya seratus kali dera (jildun) dan jangan lah balas kasihan kalian kepada keduanya, yang mencegah kalian menjalankan agama allah dan hari akhirat dan hendaklah hukuman mereka berdua di saksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Anak zina adalah suci sebagaimana berdasarkan hadis :
“Setiap anak yang dilahirkan adalah pitrah (suci), sehingga sang anak bisa menentukan sikapnya sendiri, maka orang tuanyalah yang menjadikan yahudi, menasrani, majusi anaknya.” Zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar. Allah swt berfirman :
“ Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al- Israa’: 32)
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
20
Menurut hukum positif dalam Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) itu terdapat pada pasal 284, 285, 286, 287. Disitu dijelaskan hukuman orang yang melakukan perbuatan zina dan zina menurut KUHP. Hukuman orang yang melakukan zina apa bila terbukti maka bisa dikenakan hukuman penjara selama 9 (Sembilan) bulan penjara. Perbuatan yang dianggap perbuatan berzina adalah dilakukan suka sama suka oleh pasangan yang sudah menikah atau salah satunya sudah menikah. Berkata Dr. Sobri Abdul Rauf iaitu seorang Ustaz Fiqh al-Muqaran di University al-Azhar : "Jika lelaki yang berzina kawin dengan perempuan yang berzina dengannya, kemudian mereka memperoleh anak selepas 6 bulan daripada alDukhul al-Syar'ie. Maka anak itu dinasabkan kepada bapaknya, karena ia datang dari jalan yang dibenarkan. Adapun jika ia dilahirkan sebelum tempoh 6 bulan dari tarikh al-Dukhul, maka anak itu tidak dinasabkan kepada suaminya, maka ia dinasabkan kepada ibunya saja. Apabila wanita itu menegaskan bahwasanya ia telah hamil dari perbuatan z ina dengan lelaki yang sama yang menikahinya selepas kehamilan. Maka anak tersebut adalah anak zina, maka ia tidak dinasabkan kepada bapaknya, dan tidak mewarisi antara bapak dan anaknya itu, ia hanya waris ibunya saja.” 2.
Bahaya Zina -
Mengakibatkan pencemaran nasab
-
Mengakitkan penyakit
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
21
-
Mengakibatkan keretakan keluarga
-
Mengakibatkan tercoreng nama baik keluarga
-
Mengakibatkan pencemaran kelamin
-
Mengakibat menjadi beban masyarakat
Anak zina juga banyak kehilangan haknya antara lain : Anak zina tidak mendapatkan warisan.
-
Terlepas meskipun Bapak dan Ibunya menikah setelah kejadian zina tersebut karena anak yang pertama dinilai sebagai anak zina sedangkan anak yang berikutnya dinilai sebagai anak yang sah. - Ayah si anak zina tidak berhak menjadi wali.
Aplikasi disini lebih berat jika anak yang dilahirkan dari hubungan zina tersebut adalah anak perempuan dimana anak laki-laki tidak memerlukan wali ketika menikah. Tetapi anak perempuan harus dimintakan izin wali ketika menikah. Disini sang anak zina menikah melalui wali hakim. - Anak zina tidak boleh dinikahi oleh ayah kandungnya.
Dari beberapa sumber yang saya baca, ada yang membolehkan dan ada yang mengharamkan. Saya pribadi memandang bahwa terlepas anak tersebut lepas dari nasab, waris, kewalian dan nafkah dari sang Ayah, tetapi hubungan mereka sebagai mahram tidak terputus. 3.
Tujuan Hukum Menurut Hukum Islam Menurut hukum Fiqh Jinayah -
Frenventif
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
22
Untuk mencegah semua orang agar tidak melanggar lar angan agama dan melalaikan kewajiban agama, dengan adanya sanksi-sanksi yang jelas. -
Refresif Untuk menindak dengan tegas siapa saja yang melanggar hukum tampa diskriminasi, demi menegakkan hokum. ( Law Empermen ).
-
Oratif dan Ejikatif Untuk menyembuhkan penyakit mental dan memperbaiki ahlak prilaku pelanggar kejahatan dengan insaf dan tidak mengulangi lagi perbuatannya yang jahat dan jelek Untuk melindungi keamanan masyarakat dan Negara, dan memilihara ketertiban dalam masyarakat.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
23
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Syariat artinya jalan yang sesuai dengan undang-undang (peraturan) Allah SWT. Allah menurunkan agama Islam kepada nabi Muhammad SAW. secara lengkap dan sempurna, jelas dan mudah dimengerti, praktis untuk diamalkan, selaras dengan kepentingan dan hajat manusia di manapun, sepanjang masa dan dalam keadaan bagaimanapun. Syariat Islam adalah peraturan atau hukum-hukum agama yang diwahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW, yaitu berupa kitab suci AlQur’an, sunnah atau hadist nabi. Syariah Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dan juga dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Jadi sebaiknya kita sebagai umat Islam dapat menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengertian Hukum Islam. http://www.sarjanaku.com/2011/08/ pengertian-hukum-Islam-syari’at-Islam.html Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim.
2010.
Hukum
Islam.
http://chintyatentanghukum.blogspot.com/p/
makalah-hukum-Islam.html Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim. 2013. Dasar-dasar Pengertian Hukum Islam. http://syari’at99.blogspot. com/2013/05/dasar-dasar-pengertian-hukum-Islam.html Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim. 2010. Syariat Islam dan Hukum Islam. https://www.facebook.com/notes/ ganti-hukum-buatan-manusia-dengan-hukum-allah/syariat-islam-dan-hukumislam /310729153521 Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim. 2009. Syariat Islam. https://dinassyariatislam.wordpress.com/beritaonline/makalah-syariat-islam/ Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim. 2011. Syariat Islam. https://rifkafani.wordpress.com/about/syariat-islam/ Diakses tanggal 10 April 2015 Anonim. 2014. Agama Islam dan Syariatnya. http://alyanursyarifah.blogspot.com /2014/09/makalah-agama-islam-syariah-islam.html Diakses tanggal 10 April 2015
RINDI ARDIANTO (M1A114020)
– TEKNIK
ELEKTRO
–
25