Kurva standar
Kurva standar merupakan standar dari sampel yang dapat digunakan sebagai acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Terdapat dua metode untuk membuat kurva standar yaitu metode grafik dan metode least square square (Day dan Underwood 2002). Pada praktikum kali ini kami membuat kurva standar yang disajikan dalam grafik hubungan antara larutan maltose sebagai sumbu x dan absorbansi sebagai sumbu y. Konsentrasi larutan telah ditentukan kadarnya sedangkan absorbansi dihitung dengan alat spektrofotometer. Spektrofotometer adalah suatu alat atau instrument untuk mengukur transmisi atau absorben suatu sampel sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang (Chairns 2009). Sedangkan spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang umum digunakan dalam menentukan komposisi suatu sampel secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditrasmisikan atau yang diadsorpsi. Dalam praktikum kali ini digunakan maltose sebagai sampel dengan berbagai konsentrasi. Lalu blanko juga dibuat untuk mengetahui nilai kosong suatu media ataeu vessel sebelum dilakukan analisa sampel, dan nantinya dalam metode analisa sampel hasilnya akan dikurangi dengan nilai blanko (Basset 1994). Kurva standar yang diperoleh mempunyai persamaan y = 2.721x - 0.056 dengan koefisien korelasi 0,991. Hal tersebut didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan dengan panjang gelombang absorbansi maksimum larutan maltose sebesar 540 nm, yang mana panjang gelombang tersebut digunakan untuk mengukur absorbansi untuk membuat kurva standar.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Setelah dikurangi Blanko Absorbansi (Kelompok A, C, E)
Absorbansi (Kelompok B, D, F)
Absorbansi Rata-rata
0.000
0.000
0
0.048
0.052
0.05
0.128
0.120
0.124
0.279
0.254
0.2665
0.353
0.341
0.347
0.571
0.547
0.559
0.875
0.875
0.875
0.929
0.896
0.9125
1.035
1.037
1.036
Semakin banyak jumlah zat terlarut dalam larutan maka akan mengakibatkan konsentrasi dan absorbansinya semakin besar hal ini dapat dilihat dalam tabel hasil pengamatan diatas. Penentuan konsentrasi dapat dilakukan melalui fungsi absorbansi dan persamaan kurva standar. Prinsip gula reduksi dan larutan DNS
Gula reduksi merupakan gula yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi, dengan kata lain gula ini sendiri mengalami oksidasi. Sampel gula reduksi yang digunakan pada percobaan kali ini adalahmaltosa. Gula pereduksi akan mereduksi senyawa pengoksidasi (CuSO4.5H2O) menjadi endapan berwarna merah bata (Cu2O) (Cairns D, 2009). Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel yang mengandung karbohidrat yang digunakan adalah menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat / 3,5dinitrosalicylic acid. Metode ini adalah metode kimiawi. DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak
pula
molekul
3-amino-5-nitrosalicylic
mengakibatkan serapan semakin tinggi.
acid
yang
terbentuk
dan
Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan tereduksi membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan (Sastrohamidjojo, H., 2005). Dalam pembuatan reagen DNS, kita perlu menambahkan NaOH ke dalam larutan yang bertujuan untuk memberikan suasana basa. Karena nantinya reaksi dari reagen DNS ini bekerja pada suasana basa. Selain menambahkan NaOH, juga ditambahkan kalium natrium tartrat. Fungsi dari penambahan ini adalah untuk menstabilkan warna yang terbentuk pada saat reaksi terjadi yaitu merah bata/kecoklatan. Di samping itu, kadang juga diperlukan peman asan untuk membantu mempercepat jalannya reaksi. Karena nantinya yang akan diukur adalah absorbansi dari warna yang terbentuk tersebut dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi dari larutan maka semakin besar pula intensitas warna yang dihasilkan, dan semakin banyak pula gula reduksi yang mengalami oksidasi. Penentuan panjang gelombang
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Cahaya terdiri dari bermacam-macam warna, hal ini dapat dibuktikan dengan piringan Newton (Newton’s Disc) yang terdiri dari 7 macam warna yaitu : merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Suatu larutan berwarna dapat menyerap sinar pada panjang gelombang tampak (Khopkar, S.M, 2008). Intensitas yang diserap mempunyai hubungan tertentu dengan konsentrasi.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer . Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Panjang gelombang Warna yang diserap
Warna
komplementer
(nm)
(warna yang terlihat)
400 – 435
Ungu
Hijau kekuningan
435 – 480
Biru
Kuning
480 – 490
Biru kehijauan
Jingga
490 – 500
Hijau kebiruan
Merah
500 – 560
Hijau
Ungu kemerahan
560 – 580
Hijau kekuningan
Ungu
580 – 595
Kuning
Biru
595 – 610
Jingga
Biru kehijauan
610 – 800
Merah
Hijau kebiruan
Sumber : (Rohman ,2008:232)