PEMASA PEMASANGA NGAN N PANEL PANEL ATS - AMF AMF DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH LAPORAN Diajuk Diajukan an Guna Guna Memenu Memenuhi hi Seb Sebag agian ian Persya Persyarata ratan n Dala Dalam m Rang Rangka ka Menem Menempu puh h Ujia Ujian n Akhir Akhir Sekola Sek olah h Menega Menegah h Kejuru Kejuruan an Negeri Negeri 7 Semarang Semarang Kompet Kompetens ensii Keahli Keahlian an Teknik Teknik Instal Instalasi asi Tenaga Tenaga Listrik Listrik Tahu Tahun n Pela Pelaja jara ran n 2013 2013 / 2014 2014
Disusu Disusun n Oleh Oleh :
YOGA SAPUTRA 1010957
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 7 SEMARANG 2013
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Laporan dengan judul
“PEMASANGAN
PANEL
ATS - AMF DI
LEMBAGA PENJAMINAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TENGAH”
yang ditulis oleh YOGA SAPUTRA ini telah diperiksa oleh Pembimbing Lapangan dan disahk disahkan an
oleh oleh LEMBAG LEMBAGA A PENJAMI PENJAMINAN NAN MUTU MUTU PENDI PENDIDIK DIKAN AN JAWA JAWA
TENGAH
Pada Tanggal
:
Di
:
Semarang
Pembimbing Industri
MOHAMMAD MOHAMMAD FARID, MT NIP. 197605072001121001
Kepala LPMP Jawa Tengah
Dr. MAKHALI, MM NIP. 195506121981031007
ii
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Laporan dengan judul
“PEMASANGAN
PANEL
ATS - AMF DI
LEMBAGA PENJAMINAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TENGAH”
yang ditulis oleh YOGA SAPUTRA ini telah diperiksa oleh Pembimbing Lapangan dan disahk disahkan an
oleh oleh LEMBAG LEMBAGA A PENJAMI PENJAMINAN NAN MUTU MUTU PENDI PENDIDIK DIKAN AN JAWA JAWA
TENGAH
Pada Tanggal
:
Di
:
Semarang
Pembimbing Industri
MOHAMMAD MOHAMMAD FARID, MT NIP. 197605072001121001
Kepala LPMP Jawa Tengah
Dr. MAKHALI, MM NIP. 195506121981031007
ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Laporan dengan judul
“PEMASANGAN
PANEL
ATS - AMF DI
LEMBAGA PENJAMINAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TENGAH”
yang ditulis oleh YOGA SAPUTRA ini telah diperiksa oleh Guru Pembimbing Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik
Pada Tanggal
:
Di
:
Semarang
Ketua Kompetensi Keahlian
Guru Pembimbing
ALBASORI, S.Pd NIP. 197307292002121003
Drs. H. DJUNAIDI NIP. 195801221986031002
Kepala SMK Negeri 7 Semarang
Drs. M. SUDARMANTO, M.Pd NIP. 196108241987031009
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga penyusun mampu melaksanakan Praktek Kerja Industri selama enam bulan yang terhitung mulai 1 juli 2013 sampai 31 Desember 2013 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Jawa Tengah. Dan telah menyelesaikan laporan praktek kerja Industri dengan lancar dan baik.
Praktek Kerja Industri menjadi kewajiban seluruh siswa SMK Negeri 7 Semarang tingkat empat guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menempuh ujian Akhir Sekolah Tahun Pelajaran 2013 – 2014 dan memadukan antara pelajaran teori di sekolah dan prakteknya di industri.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam hal penyusunan laporan ini diantaranya : 1. Bapak Dr. Makhali, MM sebagai Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Jawa Tengah yang telah memberikan ijin kepada penyusun untuk melaksanakan praktek kerja industri di LPMP Jawa Tengah. 2. Bapak Sukartono, S.IP, MM selaku Kepala Bagian Umum LPMP Jawa Tengah. 3. Bapak Supriyadi,S.Pd, M.Si selaku Kepala Sub Bagian Rumah Tangga. 4. Bapak Drs. M. Sudarmanto, M.Pd sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 Semarang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan praktek kerja industri. 5. Bapak Albasori, S.Pd sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik yang telah memberikan dukungan dan pengarahan sebelum praktek. 6. Bapak Drs. H. Djunaidi selaku pembimbing dari sekolah yang telah memberi pengarahan dalam proses pembuatan laporan.
iv
7. Bapak M. Farid, MT, Bapak Achmad Mudlofir, MT dan Bapak Wahid Normadi, A.md selaku pembimbing di Industri yang telah memberi pengarahan dan bimbingan selama melaksanakan praktek. 8. Sdr. Sutomo yang telah membantu dan memberikan pengarahan selama melaksanakan praktek. 9. Seluruh staf dan karyawan LPMP Jawa Tengah.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan tangan terbuka. Besar harapan penyusun laporan ini bermanfaat bagi adik – adik kelas khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, November 2013
Penyusun
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua 2. Jangan berpikir gagal sebelum belajar 3. Pintar karena belajar, cerdas karena mengajar 4. Ilmu diperoleh bukan dari pendidikan tapi dari proses belajar 5. Pendidikan bukan suatu modal hidup namun sesuatu yang harus hidup 6. Belajar dan bekerjalah dengan giat tanpa pamrih. 7. Belajar di hari ini, sukses di masa depan 8. Pendidikan bukan untuk usia muda tapi seumur hidup manusia 9. Siswa berprestasi benteng kokoh kesejahteraan bangsa 10. Bangsa yang terbelakang adalah bangsa yang malas belajar
PERSEMBAHAN :
1. Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya sehingga pelaksanaan prakerin sekaligus pembuatan laporan dapat berjalan dengan lancar. 2. Orang
tua
tercinta
yang
senantiasa
memberikan
dukungan
dalam
melaksanakan praktek kerja industri. 3. Bapak dan Ibu guru SMK Negeri 7 Semarang yang telah memberikan kesempatan dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri. 4. Seluruh Staff dan Karyawan LPMP Jawa tengah yang telah mendukung dalam melaksanakan praktek kerja industri. 5. Teman – teman yang selalu memberikan semangat dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri.
vi
ABSTRAKSI
PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu saat menyalurkan energi listrik sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama (PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban dan sebaliknya, maka diperlukan sistem kontrol otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) atau sistem interlock PLN - Genset. Dalam Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang
komponen, cara kerja rangkaian dan perakitan Panel ATS – AMF yang berada di LPMP Jawa Tengah, yang dipasang pada sistem dengan genset 250 kVA,380 V, 50 Hz.
Panel ATS-AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang dipasang di LPMP Jawa Tengah mendukung dua operasi transfer atau pemindahan beban, secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama ketika ATS - AMF beroperasi otomatis adalah sebagai kontrol utama emergency power yaitu memonitoring dan sensoring energi listrik PLN, jika PLN mengalami gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta memonitoring dan sensoring Genset, apabila genset telah starting dan running maka module ini akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga sebagai proteksi.
vii
ABSTRACTION
PLN as the main source of the current channel is not always continuous electrical energy so it takes a generator set ( genset ) as a back - up mains supply ( PLN ) . As a control when the generator takes over the supply of electric power to the load and vice versa , it would require an automatic control system is usually called Automatic Transfer Switches ( ATS ) - Automatic Main Failure ( AMF ) or PLN interlock system - Genset . In this Work Report will discuss about components , circuits and how the ATS panel assembly - AMF LPMP located in Central Java , which is installed on a system with generator 250 kVA , 380 V , 50 Hz .
ATS - AMF panel with the base module DSE ( Deepsea 4420 ) PLC mounted in LPMP Central Java supports two transfer operations or transfer of load , manually and automatically . While the main function when ATS - AMF operates as the primary control is automatic emergency power is electrical energy monitoring and sensoring PLN PLN impaired if this module will then give a command to the generator to pass the starting and monitoring and sensoring generator , if the generator has been starting and running then the module will monitor the quality of the electrical energy generated generator and also as protection .
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................ ................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI......................................... ........................ ii LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH............................... ................................. iii KATA PENGANTAR ................................................................ ........................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi ABSTRAKSI .............................................................. .......................................... vii DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................... ................................... xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................ ........................ xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri .................................................... 1 1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri ................................................................. 2 1.3 Tujuan Penulisan Laporan ...................................................................... 3 1.4 Alasan Pemilihan Judul ........................................................................... 3 1.5 Permasalahan ........................................................................................... 4 1.6 Pembatasan Laporan ............................................................................... 4 1.7 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 4 1.8 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................... 5 BAB II TINJAUAN UMUM LPMP JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah .................................................. 7 2.2 Visi dan Misi............................................................................................ 8 2.3 Kedudukan LPMP Jawa Tengah .............................................................. 9 2.4 Tugas LPMP Jawa Tengah ................................................................ ...... 9 2.5 Fungsi LPMP Jawa Tengah ............................................................... ...... 9 2.6 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ....................................................... 12 2.7 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah ........................................................ 15
ix
2.8 Fasilitas .................................................................................................. 16 2.9 Tinjauan Teknik ..................................................................................... 17 2.9.1AdministrasiTeknik................................ ........................................... 17 2.9.2 Teknik Pelaksanaan ......................................................... ................ 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Panel................................................................ ..................... 23 3.1.1 Panel Secara Umum ......................................................... ................ 23 3.1.2 Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB)............. 23 3.1.3 Jenis-jenis Panel Listrik ................................................................... 26 3.1.4 Fungsi Panel Listrik ......................................................................... 28 3.2 Sistem Distribusi Listrik di LPMP Jawa Tengah................................... 29 3.3 Panel di LPMP Jawa Tengah ........................................................... ...... 30 3.3.1 Main Distribution Panel (MDP)....................................................... 30 3.3.2 Panel Capasitor Bank ....................................................................... 31 3.3.3 Panel ATS – AMF............................................... ............................. 32 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Panel ATS – AMF................................................................ 34 4.2 Komponen – komponen Panel ATS – AMF.......................................... 36 4.3 Metode Pemasangan Instalasi ATS – AMF........................................... 49 4.4 Gambar Rangkaian ATS – AMF di LPMP Jawa Tengah...................... 52 4.5 Prinsip Kerja Panel ATS – AMF ........................................................... 54 4.6 Analisa ................................................................................................... 55 4.7 Perawatan Panel Listrik ......................................................... ................ 60 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 61 5.2 Saran ...................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPMP Jawa Tengah .......................................... 11 Gambar 2.2 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah ................................................... 15 Gambar 2.3 Struktur Sub Bag. TU & RT ............................................................ 17 Gambar 2.4 Flowchart Perawatan & perbaikan Listrik ........................................ 19 Gambar 2.5 Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik.............................. 21 Gambar 3.1 Ruang PelayananTampak Depan ...................................................... 25 Gambar 3.2 Ruang PelayananTampak Atas.......................................................... 25 Gambar 3.3 Panel Kontruksi Terbuka................................................................... 27 Gambar 3.4 Panel Kontruksi Semi Tertutup......................................................... 27 Gambar 3.5 Panel Kontruksi Lemari .................................................................... 28 Gambar 3.6 Panel Kontruksi Kotak (Box)............................................................ 28 Gambar 3.7 Sistem Distribusi Listrik LPMP Jawa Tengah .................................. 29 Gambar 3.8 Main Distrubution Panel (MDP) ....................................................... 30 Gambar 3.9 Panel Capasitor Bank ........................................................................ 31 Gambar 3.10 ATS – AMF Panel Tampak Depan ................................................. 33 Gambar 3.10 ATS – AMF Panel Tampak Dalam ................................................. 33 Gambar 4.1 Kotak Panel ................................................................ ....................... 36 Gambar 4.2 Relay..................................................... ............................................. 37 Gambar 4.3 Motorized MCCB ................................................................ .............. 38 Gambar 4.4 Module Controller .............................................................. .............. 40
xi
Gambar 4.5 Current Transformator ................................................................ ...... 41 Gambar 4.6 LBS ( Load Break Switch ) ................................................................. 41 Gambar 4.7 Miniatur Circuit Breaker ................................................................... 42 Gambar 4.8 Rail Copper / Busbar................................ ......................................... 43 Gambar 4.9 Time Delay Relay (TDR).................................................................. 44 Gambar 4.10 Rangkaian TDR............................................................................... 45 Gambar 4.11 Lampu Indikator.............................................................................. 45 Gambar 4.12 Sakelar Pemilih / Selector Switch.................................................... 46 Gambar 4.13 Push Button / Tombol Tekan .......................................................... 47 Gambar 4.14 Emergency Stop ................................................................ ............... 48 Gambar 4.15 Rangkaian Alat Ukur................................ ....................................... 49 Gambar 4.16 Kabel Listrik............................................................ ........................ 49 Gambar 4.17 Rangkaian Kendali ATS – AMF..................................................... 52 Gambar 4.18 Rangkaian Tenaga ATS – AMF............................... ....................... 53 Gambar 4.19 Jalur Distribusi Listrik Blok Barat .................................................. 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lembar identitas siswa praktek kerja industri
2.
Lembar identitas dunia industri
3.
Schedule Program Kegiatan Prakerin
4.
Daftar Hadir Praktek Kerja Industri
5.
Laporan Kegiatan Siswa secara berkala
6.
Lembar konsultasi laporan praktek kerja industri
7.
Sertifikat praktek kerja industri
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1
Latar Belakang Praktek Kerja Industri
Pendidikan
Kejuruan
adalah
pendidikan
yang
bertujuan
membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik. Pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk mampu memasuki lapangan kerja yang dapat membanggakan diri dalam pekerjaan dan menjadi tenaga kerja yang profesional. Untuk menghasilkan lulusan pendidikan kejuruan yang berkualitas proses pada lembaga pendidikan kejuruan harus terkait langsung dengan dunian kerja. Hal ini berarti dalam pendidikan kejuruan, proses pendidikan maupun proses pembelajaran harus dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan dunia kerja / di industri pemanfaatan dua tempat belajar yang berbeda itu disebut dengan pendidikan atau pembelajaran sistem ganda. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK N 7 Semarang yang dilaksanakan selama 6 bulan ini diharapkan dapat meningkatkan
keahlian
profesional
siswa
sesuai
dengan
tuntutan
perkembangan dunia usaha / industri, siswa juga mendapatkan etos kerja yang berkualitas, disiplin waktu, dan kerajinan serta memiliki wawasan industri yang luas. Setelah praktek kerja industri berakhir, siswa diharapkan mampu menjadi pribadi yang siap terjun ke dalam dunia kerja terutama di industri. Dalam pelaksanaannya siswa diharapkan mendapat pengetahuan baru yang tidak didapatkan di sekolah. Laporan praktek kerja industri digunakan sebagai bukti bahwa siswa telah selesai melaksanakan prakerin.
1
1.2
Tujuan Praktik Kerja Industri
Program pelaksanaan praktik kerja industri dilaksanakan dengan maksud sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan uji kompetensi prakerin dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan tanggal 31 Desember 2013. Oleh karena itu, pelaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri itu memiliki tujuan sebagai berikut : 1.
Meningkatkan kualitas ketrampilan, kemampuan dan pengetahuan melakukan pengalaman kerja nyata yang diperoleh dari dunia industri agar tetap memasuki dunia kerja nyata.
2.
Meningkatkan pandangan maupun wawasan siswa terhadap jenis – jenis pekerjaan dan karakteristiknya dalam bidang masing – masing (masalah kelistrikan).
3.
Meningkatkan kualitas ketrampilan dan kemampuan praktik agar kelak bermanfaat baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan industri.
4.
Siswa dapat membandingkan antara praktik yang didapat disekolah dengan praktik yang ada di industri, sehingga lebih membekali diri untuk memasuki dunia kerja.
5.
Sarana untuk melatih bekerja dalam industri seperti kedisiplinan, tanggung jawab, serta semangat kerja yang tinggi.
6.
Sarana menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku sekolah di dunia industri.
7.
Sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan industri atau perusahaan sehingga perusahaan atau industri mengetahui kualitas sumber daya manusia di SMK Negeri 7 Semarang.
2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan
Dalam setiap praktik kerja industri siswa diwajibkan untuk menyusun laporan tertulis yang mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut : 1.
Untuk memenuhi tugas sekolah dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sekolah dan uji kompetensi di SMK N 7 Semarang.
2.
Menambah wawasan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan topik yang dipilih terhadap program study yang penulis tempuh.
3.
Sebagai perbandingan bagi siswa antara teori yang telah diberikan di sekolah dengan praktik kerja industri di lapangan.
4.
Sebagai wujud pertanggung jawaban secara terperinci setelah melaksanakan praktik industri.
5.
Melatih
siswa
berdisiplin
dan
bertanggung
jawab
dalam
menyelesaikan tugas. 6.
Melalui penyusunan laporan, siswa dapat mengetahui lebih banyak tentang dunia industri.
7.
Untuk meningkatkan pembendaharaan kata Bahasa Indonesia.
8.
Untuk melatih agar dapat menyusun Laporan tertulis secara sistematis dan logis sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.
9.
Sebagai bahan referensi pengetahuan.
1. 4 Alasan Pemilihan Judul
Alasan penulis memilih judul “PEMASANGAN PANEL ATS / AMF
DI
LEMBAGA
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
(LPMP) JAWA TENGAH” adalah penulis ingin membahas Panel ATS
/ AMF yang berada di LPMP Jawa Tengah agar mudah dipahami dan dapat digunakan sebagai referensi atau panduan dalam pengopersian panel ATS / AMF tersebut.
3
1.5 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam laporan prakerin ini dalah sebagai berikut : 1. Komponen apakah yang terdapat pada panel ATS / AMF ? 2. Bagaimana cara kerja Panel ATS / AMF ? 3. Bagaimana rangkaian kendali dan tenaga pada panel ATS / AMF ? 1.6 Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah
dalam
laporan
ini
diperlukan
agar
pembahasan yang akan dikupas lebih fokus dan tidak meluas sehingga penyusun membatasi yang akan dikaji. Batasan masalah yang akan dikaji adalah: 1. Penjelasan secara umum mengenai Panel ATS – AMF. 2. Komponen yang terdapat di dalam panel ATS – AMF. 3. Cara kerja rangkaian kendali Panel ATS – AMF. 1.7 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai bahan laporan praktek kerja industri adalah sebagai berikut : 1. Metode Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian. 2. Metode Interview
Menurut Lerbin (1992), metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya
4
jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sementara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Menurut
Prabowo
(1996)
wawancara
adalah
metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. 3. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 4. Metode Studi Pustaka
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatancatatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111). 1.8 Sistematika Penyusunan Laporan
Didalam penyusunan laporan ini ada beberapa masalah sehingga untuk membahas isi dari laporan ini, penulis membentuk bab – bab yang sesuai dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Masing masing bab menjelaskan mengenai : BAB I
Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang praktek kerja industri tujuan penulisan laporan, alasan pemilihan judul,
5
pembatasan masalah, dan metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan. BAB II
Tinjauan Umum Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah
Bab ini menjelaskan tentang administrasi perusahaan yang meliputi sejarah berdirinya LPMP Jawa Tengah , Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Lokasi LPMP Jawa Tengah, Fasilitas yang terdapat dalam LPMP Jawa Tengah dan Tinjauan Teknik di LPMP Jawa Tengah. BAB III
Landasan Teori
Bab ini merupakan dasar dari teori yang dibahas pada inti laporan tentang panel listrik ATS – AMF yang ada di LPMP Jawa Tengah. BAB IV
Pembahasan
Bab ini merupakan inti laporan berupa penjelasan tentang panel ATS - AMF di LPMP Jawa Tengah beserta pembagian beban dan pemakaian komponen panel, termasuk pengaman dan alat ukur yang digunakan. BAB V
Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran saat pelaksanaan Praktek Kerja Industri selam 6 bulan di LPMP Jawa Tengah.
6
BAB II TINJAUAN UMUM LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 07 tahun 2007. Sebelum keputusan tersebut terbit bernama Balai Penataran Guru (BPG) Semarang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah (LPMP) Jawa Tengah. Secara geografis LPMP Jawa Tengah berlokasi di Jalan Kyai Maja Srondol Kulon Semarang dengan areal tanah seluas 24.634 m2. Balai Penataran Guru Semarang pada awal berdirinya diatur oleh Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0116/O/1977 tanggal 23 April 1977 tentang Tata Kerja Balai Penataran Guru dan Tenaga Teknis Regional. Selanjutnya melalui Keputusan Mendikbud Nomor 0181/O/1979 tanggal 20 Agustus 1979 Balai Penataran Guru dan Tenaga Teknis Regional diubah menjadi Balai Penataran Guru. Struktur organisasi BPG saat itu diatur menurut Keputusan Mendikbud Nomor 0203/O/1978 tanggal 23 Juli 1978, yang susunan organisasinya belum mencerminkan lembaga penataran karena belum tampak adanya tenaga fungsional. Dalam perkembangan selanjutnya, fungsi dan peranan BPG Semarang semakin meningkat setelah terbit Keputusan Mendikbud Nomor 024/O/1991 tenggal 2 Mei 1991 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Penataran Guru yang didalamnya memuat pula jabatan struktural dan fungsionalnya dalam BPG. Selanjutnya Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 tanggal 4 Juli 2003 sebagai lembaga yang bertujuan agar pelaksanaan pendidikan di Jawa Tengah sesuai
7
dengan standar, norma, kriteria dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional melakukan restrukturisasi dan refungsionalisasi BPG. Semarang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah. Pembentukan LPMP Jawa Tengah ini bertujuan agar pelaksanaan pendidikan di Jawa Tengah sesuai dengan standar, norma, kriteria dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah merupakan
Unit
Pelaksana Teknis (UPT)
pusat
di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2.2 Visi dan Misi a. Visi
Menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah yang Berstandar Nasional dan Berwawasan Global. a.Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, LPMP Jawa Tengah telah menetapkan misi sebagai berikut. 1. Melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan standar nasional pendidikan. 2. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan dasar dan mengah dalam pencapaian standar nasional pendidikan. 3. Melaksanakan supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah dalam pencapaian standar nasional pendidikan.
8
4. Memfasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan. 5. Mengemban dan mengelola system informasi mutu pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. 6. Menjalin kerjasama antar lembaga dalam rangka penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jawa Tengah. 2.3
Kedudukan LPMP Jawa Tengah
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) adalah Unit Pelaksana teknis Depdiknas yang dipimpin oleh seorang Kepala dan bertanggung jawab kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2.4
Tugas LPMP Jawa Tengah
Tugas Dari LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut : Melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan Kebijakan Mendiknas. 2.5
Fungsi LPMP Jawa Tengah
Dalam melaksanakan tugas, LPMP Jawa Tengah menyelenggarakan fungsi, yaitu : 1.
Pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk lain yang sederajat
2.
Pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal.
9
3.
Supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam pencapaian standar mutu pendidikan
4.
Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu nasional.
5.
Pengembangan model penjaminan mutu opendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal.
6.
Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengahatau bentuk lain yang sederajat.
7.
Pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
10
Struktur Organisasi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah
Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPMP Jawa Tengah
11
2.6
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dari LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah adalah unit pelaksana teknis Kementrian Pendidikan Nasional di bidang penjaminan Mutu Pendidikan , yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bada Pengembangan Sumber Daya Mutu Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMD dan PMP) dengan tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di propinsi Jawa Tengah berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. a.
Kepala LPMP
Bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai berjalannya fungsi dan tugas LPMP. b.
Bagian Umum
1. Melaksanakan urusan perencanaan dan penganggaran LPMP. 2. Melaksanakan urusan persuratan, kearsipan dan perpustakaan. 3. Melaksanakan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian. 4. Melaksanakan urusan keuangan. 5. Melaksanakan urusan kerumah tanggaan dan perlengkapan. 6. Menyusun laporan LPMP. b.1 Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
Melakukan
urusan
persuratan,
kearsipan,
perpustakaan,
kerumahtanggaan dan perlengkapan. b.2 Sub Bagian Tatalaksana dan Kepegawaian
Melakukan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian.
12
b.3 Sub Bagian Perencanaan dan Penganggaran
Melakukan penyiapan penyusunan renacana anggaran dan pembiayaan,
serta
perbendaharaan,
evaluasi
pelaksanaan
anggaran dan laporan LPMP.
c.
Bidang Pemetaan Mutu dan Supervisi Mutu Pendidikan
1. Menyusun program dan evaluasi pemetaan mutu pendidikan. 2. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan. 3. Mengelola dan mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan. 4. Melaksanakan supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar,
dan
pendidikan
menengah
pada
jalur
pendidikan formal. 5. Melaksanakan kerja sama dibidang pemetaan mutu pendidikan. c.1
Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan
Melakukan pemetaan, menyusun program dan evaluasi penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di wilayah kerjanya, serta mengelola dan mengembangkan sistem informasi dan kerjasama di bidang pemetaan mutu. c.2
Seksi Supervisi Mutu Pendidikan
Melakukan supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal.
13
d.
Bidang Fasilitas Peningkatan Mutu Pendidikan
1. Melaksanakan fasilitas peningkatan mutu pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal. 2. Mengembangkan model penjaminan mutu pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal. 3. Melaksanakan
kerjasama
fasilitas
peningkatan
mutu
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal. 4. Mengevaluasi
pelaksanaan
fasilitas
peningkatan
mutu
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah jalur formal.
d.1 Seksi Pendidikan Anak Usia Dini
Melakukan fasilitas, pengembangan model, kerja sama dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar pada jalur formal.
d.2 Seksi Pendidikan Menengah
Melakukan fasilitas, pengembangan model, kerja sama dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan menengah pada jalur formal.
e.
Kelompok Jabatan Fungsional
Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
14
2.7
Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah
LPMP Jawa tengah berada di jalan Kyai Mojo, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang. LPMP Jawa Tengah berbatasan langsung dengan Perumahan Srondol dan jalan Kyai Mojo.
Gambar 2.2 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah
Keterangan
:
Sebelah Utara
: Jl. Kyai Mojo
Sebelah Selatan
: Perumahan Srondol
Sebelah Tmur
: Perumahan Srondol Asri
Sebelah Barat
: Perumahan Srondol
15
2.8 Fasilitas
LPMP Jawa Tengah memiliki fasilitas : 1.
Wisma standar non AC terdiri dari 171 kamar dengan kapasitas 342 orang.
2.
Wisma standar Plus terdiri dari 70 kamar dengan kapasitas 140 orang.
3.
Wisma Quas dengan fasilitas AC, Kasur busa, kamar mandi dalam, TV 21” setiap kamar, terdiri dari 84 kamar dengan kapasitas 168 orang (jika dibutuhkan 1 kamar dapat diisi oleh 3 orang).
4.
Ruang Sidang Full AC dilengkapi dengan LCD dan sound system. - Ruang sidang terdiri dari :
5.
Ruang Aula a.
Aula utama dengan kapasitas 400 orang
b.
Aula H dengan kapasitas 200 orang
Ruang kelas terdiri dari : a.
Ruang kelas kapasitas 100 orang
b.
Ruang kelas kapasitas 80 orang
Ruang Laboratorium terpadu, terdiri dari : a.
Lab. Matematika
b.
Lab. Fisika
c.
Lab. Kimia
d.
Lab. Biologi
e.
Lab. Komputer
f.
Lab. Bahasa
g.
Micro Teaching
h.
Lab. Psikologi dan Pendidikan Konseling
Sarana Olahraga : Lapangan Tenis, Lapangan Volly, Lapangan Bulutangkis.
6.
Perpustakaan yang melayani kebutuhan informasi bahan pustaka bagi pegawai maupun peserta diklat.
7.
Tempat ibadah (masjid utama dan musholla)
16
8.
Ruang makan terdiri dari 2 lantai dengan kapasitas 200 orang.
9.
Ruang kesehatan.
10. Hotspot area, akses internet gratis di area LPMP Jawa Tengah. 11. Halaman parkir luas. 2.9 Tinjauan Teknik 2.9.1 Administrasi Teknik
Administrasi teknik berisi tentang penjelasan yang terkait tentang tugas dari Urusan Perawatan dan Perbaikan LPMP Jawa Tengah. Urusan Perawatan dan Perbaikan di LPMP Jawa Tengah berada di bawah sub bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga. Struktur Sub Bag. TU & RT
Kepala Sub Bag. Tata Usaha & Rumah Tangga
Kehumasan
Persuratan / Arsi
Perpustakaan
Rumah Tangga
Teknologi dan Informasi
Perlengkapan
Gambar 2.3 Struktur Sub Bag. TU & RT
Berdasarkan dari struktur organisasi LPMP Jawa Tengah urusan perawatan dan perbaikan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bag. TU & RT. Para teknisi menyiapkan program tahunan yang akan dikerjakan secara bertahap.
17
Perawatan & Perbaikan
Perencanaan program perbaikan dan perawatan listrik tersebut meliputi beberapa hal diantaranya : •
Instalasi Penerangan
•
Instalasi Air Conditioner (AC)
•
Instalasi Tenaga
•
Sound System
•
Peralatan Listrik dan Elektro Penyusunan perencanaan dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
kelangsungan kegiatan yang ada di LPMP dengan program secara umum yang dimiliki oleh LPMP. Setiap tahun anggaran, urusan kelistrikan memprogramkan beberapa kegiatan kelistrikan untuk menunjang atau memperlancar kegiatan yang berhubungan dengan kelistrikan yang ada di LPMP Jawa Tengah. 2.9.2 Teknik Pelaksanaan
Urusan Perawatan & Perbaikan melakukan observasi, program pemasangan, perawatan maupun perbaikan berdasarkan dari laporan karyawan / pengguna ruangan. Berikut ini prosedur kerja untuk melaksanakan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan oleh teknisi listrik :
18
FLOWCHART MAINTENANCE & REPAIRING of ELECTRICAL
Start
Laporan Kerusakan
Dikerjakan Teknisi
Tidak Dikerjakan Teknisi Luar
Ya Apakah Bahan & Suku Cadang Tersedia ?
Ya
Tidak Pengajuan Anggaran Biaya
Kabag Umum / Ka Subbag TU&RT
Tidak Ekonomis bila Diperbaiki
Ya Meminta Anggaran ke Bagian Keuangan dengan Persetujuan/diketahui Ka Subbag Keuangan
Penghapusan
Pelaksanaan Servis
Ke Bagian Perlengkapan Laporan HasiL Pelaksanaan
End
Gambar 2.4 Flowchart Perawatan & perbaikan Listrik
19
•
Prosedur perawatan dan perbaikan listrik
1. Pengguna ruangan melaporkan kerusakan kepada coordinator atau teknisi listrik. 2. Teknisi listrik melakukan tindakan pengecekan dan analisa kerusakan yang terjadi dan tingkat skala prioritas berdasarkan jenis dan dampak yang diakibatkan kerusakan. 3. Teknisi mengambil tindakan apakah dapat di kerjakan sendiri atau tidak. Bila tidak, teknisi meminta teknisi luar untuk mengerjakan. Bila sanggup dikerjakan, teknisi mengecek bahan yang dibutuhkan tersedia atau ti dak. 4. Bila bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, teknisi mengajukan anggaran biaya kepada Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT. Kabag Umum / Ka Subbag RT memutuskan barang yang akan dibeli ekonomis atau tidak. 5. Bila tidak ekonomis, maka teknisi melakukan penghapusan pengajuan anggaran biaya dan meminta kepada bagian perlengkapan untuk mengadakan barang. Bila disetujui, maka teknisi meminta anggaran pada bagian keuangana atas persetujuan Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT. 6. Teknisi melaksanakan perbaikan dan perawatan setelah suku cadang tersedia. 7. Hasil pelaksanaan perawatan dan perbaikan , teknisi listrik membuat laporan perbaikan.
20
Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik Start
• • •
Laporan Kebutuhan Stok Barang
Pengajuan Anggaran Biaya Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT Memberikan argumentasi, arahan, pertimbangan, dan kebijakan.
Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT
Tidak
Apakah Pengajuan Disetujui ?
Ya Apakah Barang yang dibeli Habis Pakai ?
Tidak Ya Meminta Uang ke Bagian Keuangan dengan Persetujuan / diketahui Ka Subbag Keuangan
Meminta Bagian Perlengkapan untuk Mengadakan Barang
Ke Bagian Perlengkapan Pembelian Barang Kebutuhan Listrik
Laporan Pembelian ke B agian Keuangan
End
Gambar 2.5 Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik
21
•
Prosedur Pengadaan Barang
1. Dalam setiap kegiatan perawatan dan perbaikan selalu membutuhkan alat dan bahan . Sehingga perlu mengajukan proposal untuk pengadaan barang. Teknisi memberikan rincian anggaran alat atau bahan yang akan dibeli kepada Ka Bag Umum / Ka Subbag TU & RT 2. Kemudian teknisi mengajukan anggaran biaya untuk pembelian barang baru yang dibutuhkan kepada Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT. Bila tidak disetujui, Kabag Umum / Ka Subbag
TU
&
RT
memberikan
argumentasi,
arahan,
pertimbangan dan kebijakan terhadap barang yang diajukan dan teknisi mengajukan proposal anggaran baru . Bila disetujui, maka barang akan dibeli. 3. Jika barang yang dibeli bersifat habis pakai maka teknisi dapat meminta langsung biaya kepada bagian keuangan. Namun jika barang tersebut bersifat tidak habis pakai maka tek isi mengajukan
proposal
pengadaan
perlengkapan.
22
barang
kepada
bagian
BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Panel 3.1.1 Panel Secara Umum
Panel listrik adalah suatu susunan peralatan listrik / komponen listrik yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa didalam suatu papan control sehingga saling berkaitan dan membentuk funsi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan, Panel listrik sering disebut dengan Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB). PHB merupakan perlengkapan listrik yang digunakan untuk mengendalikan dan membagi arus listrik yang juga merupakan bagian dari sistem suplai tenaga listrik. PHB biasa dipasang sebelum sampai ke peralatan konsumen. 3.1.2 Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB)
Adapun beberapa ketentuan umum dalam pemasangan Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB) menurut PUIL 2000, antara lain : 1. Penataan PHB
a. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa. b. PHB
harus
ditata
dan
dipasang
sedemikian
rupa
sehingga
pemeliharaan dan pelayanan mudah dan aman, dan bagian yang penting mudah dicapai. c. Semua komponen yang pada waktu kerja memerlukan pelayanan, seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak lazim lainnya.
23
d. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus menggunakan terminal sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. Ketentuan ini tidak berlaku bila komponen tersebut letaknya dekat saluran keluar atau saluran masuk. e. Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari terminal saluran daya. f. Beberapa PHB yang letaknya berdekatan dan disuplai oleh sumber yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu kelompok. g. PHB tegangan rendah atau bagiannya, yang masing-masing disuplai dari sumber yang berlainan harus jelas terpisah dengan jarak sekurangkurangnya 5 cm.
2. Ruang Pelayanan dan Ruang Bebas di Sekitar PHB
a. Di sekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman. b. Ruang pelayanan di sisi depan, lorong dan emper lalulintas pada PHB tegangan rendah, lebarnya harus sekurang-kurangnya 0,75 m, sedangkan tingginya harus sekurang-kurangnya 2 m. c. Jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa lorong terdapat instalasi listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar ruang bebas ini harus sekurangkurangnya 1,5 m. d. Pintu ruang khusus tempat PHB terpasang harus mempunyai ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-kurangnya 0,75 m. e. Dalam ruang sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu kebebasan bergerak.
24
f. PHB harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah dicapai. Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan penerangan yang cukup. g. Dinding dan langit-langit ruang tempat PHB dipasang harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. h. Sebaiknya PHB tidak ditempatkan dekat saluran Gas , Saluran Uap maupun saluran air. i. Untuk PHB terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang melintang dalam ruang bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai lorong harus sekurang-kurangnya 2,3 m.
Gambar 3.1 Ruang Pelayanan Tampak Depan
Gambar 3.2 Ruang pelayanan Tampak Atas 3. Penandaan
a. Di beberapa tempat yang jelas dan mudah terlihat pada sirkit arus PHB dipasang pengenal yang jelas sehingga memudahkan pelayanan dan pemeliharaan.
25
b. Tiap penghantar fase, penghantar netral dan penghantar atau rel pembumi harus dapat dibedakan secara mudah dengan warna atau tanda sesuai dengan PUIL 2000 Pasal 7 Ayat 2. c. Memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit PHB yang mudah dilihat. d. Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambang yang jelas dan mudah dilihat sehingga memudahkan pemeriksaan. e. PHB yang ada gawai kendalinya harus dilengkapi dengan gambar beserta penjelasan secukupnya. f. Pawai kendali harus ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas dan mudah dilihat sehingga memudahkan pelayanan. g. PHB harus dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus sehingga terlihat pada kelompok mana perlengkapan disambungkan dan pada terminal mana setiap fase dan netral dihubungkan. 3.1.3 Jenis – jenis Panel Listrik
Jenis – jenis panel listrik dapat dikategorikan menjadi : 1.
Berdasarkan sistem pemasangannya : a. PHB dengan sistem pemasangan tetap (non-withdrawable). b. PHB dengan sistem pemasangan dapat dipindah-pindah (removable).
c. PHB dengan sistem Laci (witdrawble). 2.
Berdasarkan bentuk kontruksinya, terdiri dari 4 macam diantaranya : a. Kontruksi Terbuka Kontruksi PHB jenis terbuka merupakan PHB yang terlihat dan terjangkau dari segala sisinya. Pemasangan hanya diijinkan di tempat tertutup yang khusus dan hanya boleh dimasuki oleh orangorang prosfesional dan ahli dalam bidang kelistrikan.
26
Gambar 3.3 Panel Kontruksi Terbuka
b. Kontruksi Semi Tertutup PHB jenis ini memiliki kontruksi berupa panel yang dilengkapi pengaman yang mencegah kontaknya antar bagian di dalam PHB. Bentuk dari PHB jenis ini hanya tertutup di bagian belakang dan depan saja.
Gambar 3.4 Panel Kontruksi Semi Tertutup
c. Kontruksi Lemari PHB jenis ini memiliki kontruksi yang tertutup di semua sisinya, sehingga pemasangannya tidak harus di tempat yang tertutup dan sering dijumpai di lapangan.
27
Gambar 3.5 Panel Kontruksi Lemari
d. Kont Kontru ruks ksii Kota Kotak k (Box) PHB jenis ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan PHB jenis lemari , hanya bentuknya yang lebih sederhana dan ukurannya lebih kecil daripada jenis lemari. Bahan pembuat PHB jenis ini terbuat dari bahan isolasi, plat logam, baja, dan sebagainya. PHB ini dilengkap dengan tempat untuk pemasangan rel, sekering , kontaktor, dan sebagainya.
Gambar 3.6 3.6 Panel Kontruksi Kontruksi Kotak (Box) 3.1.4 Fungsi Panel Listrik
Panel listrik atau PHB memiliki fungsi secara umum untuk mengenda mengendalikan likan dan membagi membagi arus listrik, listrik, beber beberapa apa fungsi fungsi panel panel listrik antara lain : 1. PHB PHB untu untuk k sist sistem em kon kontro trol. l. 2. PHB untuk untuk perb perbaik aikan an fakt faktor or day daya. a.
28
3. PHB untuk untuk dist distrib ribus usii arus arus list listrik rik.. 4. PHB untu untuk k sub dist distrib ribus usii arus arus listrik listrik.. 5. PHB untuk untuk dist distrib ribus usii dan dan indus industri. tri. 6. PHB untu untuk k distrib distribus usii motor-m motor-moto otorr listrik listrik.. 7. PHB untu untuk k distrib distribus usii sistem sistem salur saluran an peng penghan hantar tar.. 8. PHB untuk untuk pen penera eranga ngan n dan dan daya. daya. 9. PHB PHB untu untuk k unit unit kon konsu sume men. n. 3.2 Sistem Distribusi Listrik di LPMP Jawa Tengah
Saluran distribusi di LPMP Jawa Tengah menggunakan suplai dari PLN dan genset. genset. Untuk mengendalikan mengendalikan suplai dari PLN atau genset digunakan digunakan ATS – AMF. Dan untuk perbaikan faktor daya di masing – masing MPD dilengkapi dengan panel Kapasitor Bank.
Gambar 3.7 Sistem Distribusi Listrik Listrik LPMP Jawa Tengah
29
Sistem operasi suplai listrik di LPMP Jawa Tengah menggunakan sistem otomatis. PLN gagal dalam mensuplai listrik ke beban atau terjadi pemadaman, maka genset akan otomatis hidup dan menggantikan sumber listrik dari PLN. Sistem operasi otomatis ini menggunakan panel ATS – AMF – AMF denga dengan n cara cara pendis pendistrib tribus usian ian ener energi gi listrik listrik ke ke beban beban diatu diaturr secara secara otomat otomatis is sehingg sehinggaa suplai suplai listrik tetap berjalan berjalan walaupun walaupun terjadi terjadi pemadaman pemadaman listrik dari dari PLN. 3.3 Panel di LPMP Jawa Tengah 1. Main Distribution Panel (MDP)
Alir Aliraan energ nergii lis listrik trik dari PLN PLN ke konsu onsume men n terl terleebih dah dahulu ulu melewati melewati panel panel MDP. Panel MDP adalah adalah perangka perangkatt yang yang digunakan digunakan untuk untuk menyalurk menyalurkan, an, membagi membagi dan mendistrib mendistribusika usikan n energ energii listrik PLN ke panel panel SDP (Sub Distribution Panel). Panel MDP sering disebut panel daya.
Gambar 3.8 Main Distrubution Distrubution Panel Panel (MDP)
Sedangkan Sedangkan yang dimaksud dengan panel SDP SDP adalah perangkat yang berfung berfungsi si menyalurka menyalurkan n dan menditribu menditribusika sikan n energi energi listrik dari dari Panel MDP ke beban beban listrik baik untuk untuk instalas instalasii tenaga tenaga maupun maupun untuk untuk instalasi instalasi penerangan. Panel Panel SDP sering juga disebut panel distribusi.
30
Keuntungan dari Panel MDP antara lain : 1. Sebagai pembagi energi listrik secara merata dan tepat. 2. Sebagai pengaman instalasi dan pemakaian listrik. 3. Memudahkan dalam pemeriksaan, perbaikan atau pemeliharaan. 2. Kapasitor Bank Panel
Kapasitor mengurangi
bank
panel
beban-beban
adalah
induktif
panel yang
yang
berfungsi
untuk
terjadi
selama
proses
pendistribusian pasokan daya, serta untuk mengoptimalkan daya yang tersedia serta menjaga stabilitas pasokan daya tersebut. Secara gais besar, capasitor bank panel berfungsi untuk memperbaiki Cos Phi pada pemakaian listrik. Perbaikan Cos Phi tersebut diperlukan untuk memperbaiki faktor daya. Terlebih untuk mencegah biaya yang timbul akibat pemakaian berlebih Kilo Volt Ampere Reactive Hour (KVARH). Di LPMP Jawa Tengah untuk Cos Phi dibatasi minimal 0,85 sedangkan maksimal 0,99.
Gambar 3.9 Panel Kapasitor Bank
Besarnya Cos Phi tersebut dapat diukur menggunakan alat ukur yang bernama Cos Phi-meter. Alat ukur ini dapat mengetahui nilai Cos Phi sebagai bahan pertimbangan perlu atau tidaknya pemasangan Panel Kapasitor Bank di tempat tersebut. Beban di industri maupun pabrik
31
umumnya menggunakan motor listrik, akan mengalami penurunan Cos Phi atau perburukan Cos Phi yang berakibat tidak efektif nya daya yang tersedia di industri maupun pabrik tersebut. LPMP Jawa Tengah banyak menggunakan perangkat yang memiliki karakteristik beban induktif, seperti pompa air, AC, Mesin cuci, sehingga Cos Phi mengalami penurunan atau perburukan, sehingga diperlukan pemasangan panel kapasitor bank. 3. ATS – AMF Panel
PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya sehingga dibutuhkan pengoperasian genset sebagai back-up suplai utama (PLN). Pengoperasian genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) Automatic Main Failure (AMF) atau sistem interlok PLN - Genset.
ATS berfungsi untuk memindahkan sumber energi listrik satu ke sumber energi listrik lain untuk disuplai ke beban. AMF berfungsi sebagai change over . AMF berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan (ONOFF) genset secara otomatis. AMF dapat menggantikan peranan operator
untuk melakukan tugas pemanasan genset (warming up). Untuk proses perawatan, genset perlu dilakukan pemanasan setiap minggu sekali selama kurang lebih 10 – 15 menit untuk sirkulasi pelumas / oli ke seluruh bagian mesin genset. Panel ATS-AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang dipasang untuk mendukung dua operasi transfer atau pemindahan beban yaitu secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama saat operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama emergency power yaitu memonitoring dan sensoring catu daya utama (PLN), jika PLN mengalami gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada genset untuk melalukan starting serta memonitoring dan censoring genset. Module ini
32
akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset sekaligus memproteksi genset.
Gambar 3.10 ATS – AMF Panel Tampak Dalam
Gambar 3.11 ATS – AMF Panel Tampak Depan
33
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Panel ATS – AMF
Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi listrik, tempat-tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan, perbankan, rumah sakit, perkantoran maupun industri, memerlukan energi listrik yang terus menerus atau kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun produksinya. Suplai energi listrik utama yang berasal dari PLN tidak selamanya kontinu dalam penyalurannya, sehingga untuk mendapatkan suplai energi listrik, dibutuhkan genset sebagai cadangan suplai energi listrik utama yang berasal dari PLN. Guna memudahkan kegiatan yang tidak efisien, dibutuhkan alat yang berfungsi secara otomatis menghidupkan genset dan juga mensuplai energi listrik cadangan ke beban ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN. Alat yang digunakan yaitu panel ATS – AMF. Automatic Transfer Switch adalah proses pemindahan sumber
energi listrik dari sumber energi listrik satu ke sumber energi listrik lain sesuai perintah pemrograman. Automatic Main Failure adalah cara kerja otomatis terhadap sistem
kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber listrik utama (Main), istilah ini sering dijabarkan sebagai sistem kendali start dan stop genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin. Sistem kerja panel ATS dan AMF yang sering digunakan adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke PLN maupun sebaliknya, bilamana sumber listrik dari PLN padam, AMF bertugas menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistem genset, baik proteksi terhadap unit mesin / engine yang berupa
34
pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas (Low Oil
Pressure)
maupun
pendinginannya,
dan
kondisi
temperatur
memberikan
mesin
perlindungan
serta terhadap
media unit
generatornya, baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang berlebih maupun perlindungan terhadap karakter listrik lain seperti tegangan maupun frekuensi genset. Apabila parameter yang diamankan melebihi batas normal, tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik ke beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin. ATS bertugas memindahkan sambungan dari sumber listrik PLN ke sumber listrik generator secara otomatis sehingga aliran listrik bisa tersambung ke beban. Apabila sumber listrik PLN kembali normal, ATS bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan kembali ke sisi
utama
dan
kemudian
disusul
dengan
tugas
AMF
untuk
memberhentikan kerja mesin diesel, demikian seterusnya semua sistem kontrol dikendalikan secara otomatis berjalan dengan sendirinya. Pemakaian panel ATS – AMF ini memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1. Ketika sumber energi listrik dari PLN mati, genset otomatis hidup dan suplai listrik ke beban digantikan oleh genset. 2. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke genset membutuhkan waktu yang cukup singkat. 3. Mencegah terjadinya kerusakan alat – alat elektronik akibat terjadi drop tegangan ataupun hilangnya salah satu fasa. 4. Meringankan tugas teknisi listrik.
35
4.2 Komponen – Komponen Panel ATS – AMF
Komponen – komponen di dalam panel ATS – AMF adalah sebagai berikut : 1. Kotak Panel
Kotak panel adalah kotak yang terbuat dari plat besi sebagai tempat komponen – komponen listrik yang disusun dan dirangkai didalam kotak tersebut. Kotak panel yang digunakan pada rangakaian ATS – AMF adalah panel kontruksi lemari.
Gambar 4.1 Kotak Panel 2. Relai
Relai adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi ( solenoid ) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet
yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relai biasanya digunakan
36
untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC).
Gambar 4.2 Relai
Relay yang paling sederhana ialah relai elektromekanis yang memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relai elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut : 1. Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau membuka) kontak saklar. 2. Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik. Umumnya relai digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relai berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya. Konfigurasi dari kontak-kontak relai ada tiga jenis, yaitu: •
Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relai dicatu.
•
Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relai dicatu.
•
Change Over (CO), relai mempunyai kontak tengah yang normal
tertutup, tetapi ketika relai dicatu kontak tengah tersebut akan membuat hubungan dengan kontak-kontak yang lain.
37
Penggunaan relai perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relai menghantarkan arus / tegangan. Umumnya ukuran tertera pada bodi relai. Misal relai 12 VDC / 4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12 volt DC dan mampu menghantarkan arus listrik maksimal sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relai difungsikan 80% dari kemampuan hantar arus maksimalnya agar aman dan lebih awet. Relai jenis lain adalah reedswitch atau relai lidi. Relai jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang di lilit kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga kontak sakelar akan menutup. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off). 3. Motorized Module Case Circuit Breaker (MCCB) Motorized Module Case Circuit Breaker (MCCB) adalah pemutus
sirkit tegangan menengah. Motorized MCCB pada panel ATS – AMF memiliki fungsi sebagai transfer switch listrik ke beban dari PLN ke genset dan sebaliknya.
Gambar 4.3 Motorized MCCB
38
Motorized MCCB memiliki beberapa kontak bantu yang berfungsi
sebagai kontak ke komponen – komponen lain seperti relai, lampu indikator, dan komponen lainnya. Pertimbangan dalam memilih circuit breaker adalah : •
Karakteristik dari sistem di mana circuit breaker tersebut dipasang.
•
Kebutuhan akan kontinuitas pelayanan sumber daya listrik.
•
Aturan-aturan dan standar proteksi yang berlaku.
Pertimbangan karakteristik pemilihan MCCB antara lain : 1. Sistem tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau minimal sama dengan tegangan sistem. 2. Frekuensi sistem pengenal dari circuit breaker harus sesuai dengan frekuensi sistem. 3. Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan besarnya arus beban yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih kecil dari arus ambang yang diijinkan lewat pada kabel. 4. Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama dengan arus hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang. 5. Jumlah pole dari circuit breaker 4. Kontroler
Dalam suatu mesin yang diinginkan bekerja secara otomatis maka selain sensor dan aktuator dibutuhkan komponen utama yaitu sebuah kontroler. Controller merupakan otak dari dari suatu sistem kontrol. Programmable logic controller (PLC) merupakan suatu bentuk khusus pengontrol berbasis
mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi semisal logika, pewaktuan
(timing), pencacahan (counting) dan aritmatika
guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses.
39
Gambar 4.4 Module Controller
Modul DSE (Deepsea 4420) PLC mengatur dua operasi transfer atau pemindahan beban, yaitu secara otomatis dan manual. Controller juga juga memiliki fungsi sebagai monitoring dan sensoring listrik dari PLN. Jika PLN terjadi gangguan, controller memberikan perintah kepada genset untuk melakukan
starting.
Setelah
genset
running,
controller juga
akan
memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga sekaligus memproteksi genset. Modul ini memiliki beberapa fitur, antara lain ; •
Start / stop genset
•
Digital input untuk deteksi switch oli, temperature, fuel.
•
Analog input untuk pembacaan sensor tekanan oli, temperature, fuel
•
Pengukuran tegangan, dan frekuensi pada sisi main dan genset
•
Timer internal
•
Dapat dikonfigurasi dengan komputer
•
Dapat dioperasikan dengan mode manual, remote start , dan auto
•
Pengukuran tegangan battery
•
•
Automatic transfer switch
Dipasang pada bagian bodi depan panel
5. Transformator Arus Current transformator atau trafo arus adalah alat yang berfungsi untuk
memperkecil arus sebelum masuk ke alat ukur (ampere meter). Jika arus tidak diturunkan, akan merusak alat ukur yang akan digunakan. Cara kerja CT sama
40
seperti tang ampere, yaitu kabel yang akan diturunkan arusnya melewati bagian tengah CT. Besarnya kapasitas CT ditentukan oleh perbandingan arus yang mengalir.
Gambar 4.5 Current Transformator
Pada ATS-AMF yang dirancang, CT yang digunakan untuk memperoleh arus pengukuran dan pengaman adalah jenis Low Voltage Current Transformer , yaitu CT yang bekerja pada rating tegangan rendah. 6. Sakelar Pemutus Beban / Load Break Switch (LBS)
LBS adalah peralatan pemutus dan penghubung yang sifatnya On Load, yakni dapat diputus dan dihubung kembali meskipun dalam keadaan
berbeban. Untuk menentukan kapasitas LBS yang dipakai yaitu dengan perhitungan minimal 25% lebih besar dari perhitungan KVA terpasang.
Gambar 4.6 LBS (Load Break Switch) 41
Sistem pemutus LBS mempunyai ciri yaitu : •
Dapat digunakan sebagai pemisah atau pun pemutus tenaga dengan beban nominal.
•
Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada saat ada gangguan listrik.
•
Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
7. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB adalah pengaman rangkaian listrik yang dilengkapi dengan pengaman suhu yang mengginakan bimetal untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkuit satu fasa maupun tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB antara lain : •
Dapat memutuskan rangkaian 3 fasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu fasanya.
•
Dapat digunakan kembali setelah rangkaian di perbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih
•
Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
Gambar 4.7 Miniatur Circuit Breaker
Pada MCB terdapat 2 jenis pengaman yaitu secara thermis dan secara electromagnetis, pengaman suhu berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih, sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan dari arus hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB mempunyai prinsip sama dengan thermal over load yaitu menggunakan dua buah logam yang di 42
hubungkan
dengan
bimetal.
Pengaman
suhu
memiliki
kelambatan
memproteksi, karena bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan. Sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah anker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman 3 fasa biasanya memiliki 3 kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lain juga akan ikut terputus. 8. Rail Copper / Busbar Rail copper merupakan batang tembaga yang bersifat konduktor dan
berfungsi untuk mengalirkan arus listrik pada rangkaian yang memiliki daya dan arus yang besar. Dalam panel ATS – AMF, Rail copper digunakan untuk terminal fasa R-S-T Netral dan Ground, karena panel ini berukuran cukup besar maka pemasangan Rail copper disangga dengan menggunakan rekolit gantung. Rail copper memiliki ukuran dan kekuatan hantar arus berbeda.
Gambar 4.8 Rail Cooper / Busbar
43
9. Time Delay Relay (TDR)
TDR sering disebut juga relai timer atau relai penunda batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis.
Gambar 4.9 Time Delay Relay (TDR)
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan lain-lain. Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik. Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila
motor mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan timer yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relai akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor. Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian output nya sebagai kontak NO atau NC.
44
Gambar 4.10 Rangkaian TDR
Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang diinginkan, secara otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO. Umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki
yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relai timer nya. 10. Lampu Indikator
Lampu indikator adalah sebuah komponen listrik yang berfungsi untuk memberikan indikator atau tanda kondisi panel. Lampu indikator dapat digunakan sebagai indikator tegangan 3 fasa, indikator saat bekerja baik, maupun rangkaian saat terjadi kerusakan. Dengan melihat lampu indikator, kondisi panel dapat diketahui.
Gambar 4.11 Lampu Indikator 45
11. Sakelar Pemilih Auto Manual
Fungsi
dari sakelar
pemilih auto – manual adalah untuk
memindahkan aliran arus yang digunakan. Apabila sakelar pemilih dalam posisi manual maka arus listrik akan dipindahkan menuju push button dan module, sehingga ATS – AMF bekerja secara manual. Apabila sakelar
pemilih dalam posisi auto maka arus listrik akan berpindah menuju relai dan module, ATS – AMF bekerja secara otomatis sesuai dengan pengaturan yang telah dikehendaki.
Gambar 4.12 Sakelar Pemilih / Selector Switch 12. Tombol Tekan / Push Button
Tombol tekan merupakan komponen kontrol yang sangat berguna, alat ini dapat kita jumpai pada panel listrik atau di luar panel listrik. Fungsi tombol tekan adalah untuk mengontrol kondisi on atau off rangkaian listrik, prinsip kerja tombol tekan adalah kerja sesaat maksudnya jika tombol kita tekan sesaat maka akan kembali pada posisi semula.
46
Gambar 4.13 Tombol Tekan / Push button
Berdasarkan fungsinya tombol tekan terbagi atas 3 tipe kontak : 1. Kontak NO ( Normally Open = Kondisi terbuka) Tombol jenis ini biasanya digunakan untuk menghubungkan arus pada suatu rangkaian Kontrol atau sebagai tombol start . Fungsi mengalirkan arus pada tombol ini terjadi apabila pada bagian knop nya ditekan sehingga kontaknya saling terhubung dan aliran listrik akan terputus apabila knop nya dilepas karena terdapat pegas. 2. Kontak NC ( Normally Close = Kondisi Tertutup) Tombol jenis ini adalah jenis kontak tertutup biasanya di gunakan untuk memutus arus listrik yaitu dengan cara menekan knopnya sehingga kontaknya terpisah, jika knop di lepas maka kembali pada posisi semula. Tombol jenis ini digunakan untuk tombol stop. 3. Kontak NO dan NC Kontak pada tombol tekan jenis ini merupakan gabungan antara kontak NO dan kontak NC, mereka bekerja secara bersamaan dalam satu poros. Jika tombol di tekan maka kontak NO yang semula terbuka (open) dan kontak NC yang terhubung (close) akan berbalik arah yaitu Kontak NO akan menjadi terhubung (close) dan Kontak NC
47
akan menjadi terbuka (open). Jika knop pada tombol di lepaskan maka akan kembali ke posisi semula. 13. Emergency Stop
Tombol emergency stop merupakan tombol yang berfungsi sebagai pemutus rangkaian ketika terjadi error pada rangkaian listrik. Cara kerja alat ini dengan menekan tombol sehingga posisi tombol terkunci. Untuk mengembalikan ke posisi semula dengan memutar tombol tersebut kearah kanan.
Gambar 4.14 Emergency Stop
14. Alat Ukur
Umumnya panel dilengkapi dengan rangkaian alat ukur dan berbagai macam indikator seperti volt meter, ampere meter, frekuensi meter, lampu indikator dan sebagainya. Untuk pengaman alat ukur, umumnya menggunakan sekering lebur atau fuse untuk mencegah kerusakan saat terjadi arus hubung singkat (short sircuit). Namun dalam panel – panel yang yang memiliki daya besar, untuk beberapa alat ukur perlu komponen tambahan karena alat ukur pada panel umumnya memiliki kapasitas yang kecil.
48
Gambar 4.15 Rangkaian Alat Ukur 15. Kabel
Kabel adalah kawar penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat juga dua atau lebih kawat berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan. Kabel kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang juga digunakan sebagai bahan penyekat. Kabel merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.
Gambar 4.16 Kabel Listrik
4.3 Metode Pemasangan Instalasi ATS – AMF
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Panel Hubung Bagi meliputi : 1. Arus Listrik, meliputi : •
Proteksi arus pemutus dan pemisah
49
•
Proteksi arus saluran masuk panel
•
Proteksi arus saluran keluar panel
•
Kemampuan penghantar (kabel, busbar) dalam menahan arus yang mengalir.
•
Kemampuan komponen dalam mengalirkan arus.
2. Proteksi dan Instalasi, meliputi : •
Tingkat pengamanan panel
•
Metode instalasinya
•
Peralatan ukur untuk proteksi
•
Kerapihan dalam penataan instalasi
•
Pengkodean penghantar untuk mempermudah perbaikan (Pemberian warna, angka atau huruf pada penghantar)
•
Bahan isolasi penghantar Dalam pemasangan instalasi pada panel ATS – AMF, perlu adanya
beberapa tahapan sebelum komponen disusun dan di pasang pada kotak panel antara lain : 1. Membuat gambar rangkaian pengendali atau diagram pengawatan dan rangkaian tenaga dari panel ATS – AMF. 2. Menghitung kapasitas arus untuk mendapatkan arus nominal pengaman rangkaian. 3. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar yang digunakan. 4. Menentukan komponen yang akan digunakan sesuai dengan fungsi dan kuat hantar arus pada komponen tersebut. 5. Mengukur dimensi atau ukuran dari masing – masing komponen . 6. Membuat gambar perencanaan pemasangan komponen beserta ukuran dan jarak masing – masing komponen di dalam panel. 7. Menentukan ukuran box panel.
50
•
Tahapan pembuatan panel ATS – AMF meliputi :
1. Memberi lubang pada kotak panel. Pemberian lubang pada kotak panel berfungsi untuk peletakan komponen pada kotak panel. Untuk membuat lubang pada panel dapat menggunakan bor listrik. Untuk melubangi kotak panel perlu diketahui ukuran dari komponen yang akan dipasang . 2. Pemasangan Komponen Pemasangan komponen pada box panel disesuaikan ukuran dari dimensi panel sesuai gambar perencanaan yang telah dibuat. 3. Pemasangan Jalur Kabel ( Duct Kabel) Pemasangan jalur kabel dilakukan dengan memperhatikan tata letak dari komponen yang akan dipasang baik di dalam kotak panel utama maupun pada pintu kotak panel. Pembuatan jalur ini juga memperhatikan rangkaian sehingga memudahkan tahap perakitan selanjutnya yaitu tahap wiring panel.
4. Pengawatan Rangakaian Pengawatan rangkaian yaitu pemasangan kabel ataupun penghantar dari komponen satu ke komponen lainnya sesuai dengan gambar diagram pengawatan yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian tenaga . 4. Pengecekan rangkaian Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon panel ini setelah dirakit. ATS-AMF dinyatakan dapat beroperasi dengan baik bila kerja ATS-AMF sesuai fungsi yang dikehendaki atau direncanakan saat perancangan. Pengujian ATS-AMF dilakukan pada dua operasi, yaitu operasi manual dan operasi otomatis. Pengujuian dua operasi ini dilakukan untuk memastikan ATS-AMF dapat bekerja pada dua operasi yang diharapakan.
51
4.5 Prinsip Kerja Panel ATS – AMF
Prinsip kerja rangkaian pada panel ATS
– AMF adalah sebagai
berikut : 1. Kontrol Otomatis ATS – AMF
Kontrol otomatis panel ATS
– AMF, posisi
cam switch pada
posisi auto. PLN on, maka timer 1T1 dan 1T2 on. Setelah jeda waktu tertentu, kontak NO 1T1 menutup sehingga relay 1R1 on dan kontak NO 1R1 menutup dan MCCB PLN (Q1) on. Saat MCCB PLN (Q1) on, MCCB Genset (Q2) tidak bisa ON. Sehingga distribusi listrik menggunakan sumber dari PLN. Ketika terjadi beban lebih (Overload), kontak NO OF1 MCCB PLN menutup sehingga relai 1R2 on dan kontak NC 1R2 memutus arus menuju MCCB PLN. Setelah beban sudah kembali normal, rangkaian dapat bekerja kembali.
4.5 Prinsip Kerja Panel ATS – AMF
Prinsip kerja rangkaian pada panel ATS
– AMF adalah sebagai
berikut : 1. Kontrol Otomatis ATS – AMF
Kontrol otomatis panel ATS
– AMF, posisi
cam switch pada
posisi auto. PLN on, maka timer 1T1 dan 1T2 on. Setelah jeda waktu tertentu, kontak NO 1T1 menutup sehingga relay 1R1 on dan kontak NO 1R1 menutup dan MCCB PLN (Q1) on. Saat MCCB PLN (Q1) on, MCCB Genset (Q2) tidak bisa ON. Sehingga distribusi listrik menggunakan sumber dari PLN. Ketika terjadi beban lebih (Overload), kontak NO OF1 MCCB PLN menutup sehingga relai 1R2 on dan kontak NC 1R2 memutus arus menuju MCCB PLN. Setelah beban sudah kembali normal, rangkaian dapat bekerja kembali. Pada saat listrik PLN padam, maka AMF pada modul memerintahkan genset untuk starting. Setelah genset hidup, timer 2T1 on Setelah beberapa saat, kontak NO timer 2T1 menutup dan relai 2R1 on. Saat relai 2R1 on, kontak NO 2R1 menutup dan menghidupkan kontaktor genset. Sehingga distribusi listrik berganti menggunakan sumber listrik dari genset. Ketika terjadi overload , kontak NO OF1 MCCB genset menutup sehingga relai 2R2 on dan kontak NC 2R2 memutus arus menuju MCCB genset. Setelah beban sudah kembali normal, rangkaian dapat bekerja kembali. Saat PLN hidup kembali, timer 1T2 on, setelah waktu tunda timer 1T2 habis, kontak NC 1T2 akan memutus arus yang mengalir ke
relai 2R1 sehingga MCCB genset akan mati dan sumber listrik kembali menggunakan sumber dari PLN. Setelah itu modul mengontrol genset agar genset mati.
54
2. Kontrol Manual ATS – AMF
Kontrol manual panel ATS
– AMF, posisikan
cam switch pada
posisi Manual. Tekan push button 1Pb1 untuk menghidupkan MCCB PLN (Q1). Untuk mematikan MCCB PLN (Q1) tekan push button 1Pb2. MCCB PLN (Q1) kerja, MCCB genset (Q2) tidak bisa bekerja, begitu juga sebaliknya. Ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN, MCCB PLN akan mati. AMF akan memerintahkan genset untuk starting. Setelah genset hidup, tekan push button 1Pb3 untuk menghidupkan MCCB genset (Q2). Saat PLN hidup, tekan push button 1Pb4 untuk mematikan MCCB genset (Q2). Tekan push button 1Pb1 untuk menghidupkan
MCCB
PLN
(Q1),
distribusi
listrik
kembali
menggunakan sumber dari PLN.
4.6 Analisa
Panel ATS – AMF di LPMP Jawa Tengah blok barat ini mengatur suplai dari PLN dengan daya 197 KVA dan suplai dari genset dengan kapasitas 250 KVA. Adapun skema jalur distribusi listrik di LPMP Jawa Tengah blok barat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.19 Jalur Distribusi Listrik Blok Barat
55
Pembagian beban yang disuplai oleh panel ATS – AMF blok barat di LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1. Gedung A
: 69.046 VA
2. Gedung B
: 145.732 VA
3. Gedung D / Laboratorium
: 82.692 VA
4. Wisma Quas
: 118.859 VA
5. Ruang Washray
: 7.500 VA
6. Rumah Dinas
: 4.000 VA
Total pemakaian beban listrik di LPMP Jawa Tengah blo k barat adalah
•
435.041 VA. Perhitungan arus nominal
•
In = P / (V x cosphi x √3) = 435.041 / (380 x 0.99 x 1.73) = 435.041 / 651 = 668,27 A
1. Penampang Kabel Rangkaian Tenaga
Penampang kabel yang digunakan = NYY 4x150mm 2 Kapasitas arus yang mampu dipakai pada penghantar tersebut 325 Ampere.
Penggunaan penampang kabel yang disarankan adalah kabel NYY 4x300mm2 dengan kemampuan hantar arus maksimal 730 Ampere.
Keterangan : Pemakaian daya terpasang tidak selalu aktif atau bekerja secara bersamaan. Berdasar kenyataan di lapangan, pemakaian beban hanya berkisar 60% sampai 80% saja. 56
Kesimpulan : Penampang kabel yang digunakan sebagai penghantar belum sesuai dengan PUIL.
2. Pengaman a. Pengaman Distribusi Listrik Dari Transformator PLN
Pengaman yang digunakan sebagai pengaman distribusi listrik dari transformator PLN adalah MCCB 400 Ampere.
Alasan penggunaan MCCB 400 Ampere adalah masih mampunya alat tersebut digunakan sebagai pengaman karena beban yang terpakai rata-rata hanya 60% sampai 80% dari beban total yang terpasang.
Penggunaan MCCB berfungsi untuk pembatas arus listrik dari beban berlebih, selain itu MCCB juga berfungsi sebagai pemutus dan penghubung tegangan atau arus utama dengan sirkuit atau beban.
Pengunaan pengaman yang disarankan adalah MCCB dengan kemampuan hantar arus maksimal 700 A .
Kesimpulan : Pengaman distribusi listrik dari transformator PLN belum sesuai dengan PUIL.
b. Pengaman Distribusi Listrik Dari Genset
Pengaman yang digunakan sebagai pengaman distribusi listrik dari genset adalah MCCB 400 Ampere.
Alasan penggunaan MCCB 400 Ampere adalah masih mampunya alat tersebut digunakan sebagai pengaman karena beban yang terpakai rata-rata hanya 60% sampai 80% dari beban total yang terpasang.
Penggunaan MCCB berfungsi untuk pembatas arus listrik dari beban berlebih, selain itu MCCB juga berfungsi sebagai pemutus dan penghubung tegangan atau arus utama dengan sirkuit atau beban.
57
Pengunaan pengaman yang disarankan adalah MCCB dengan kemampuan hantar arus maksimal 700 A .
Kesimpulan : Pengaman distribusi listrik dari transformator PLN belum sesuai dengan PUIL.
3. Motorized MCCB
Transfer switch sumber listrik ke beban menggunakan motorized MCCB dengan menggunakan 4 pole daya 500VA dengan kuat hantar arus maksimal 400 A.
Kelebihan motorized MCCB dibandingkan menggunakan kontaktor magnetik adalah menghindari terjadinya gangguan pada coil kontaktor. Motorized MCCB juga berfungsi sebagai pengaman beban lebih.
Motorized MCCB yang digunakan hanya mampu dialiri arus
maksimal 400 ampere, alasan penggunaan MCCB dengan kuat hantar arus 400 Ampere adalah beban yang digunakan selalu bergantian dan rata
– rata hanya 60% - 80% dari beban terpasang
sehingga MCCB tersebut masih mampu untuk mengalirkan arus dari beban terpakai.
Kesimpulan : Motorized MCCB yang digunakan belum sesuai dengan PUIL.
4. Penampang Kabel Rangkaian Kendali
Kabel yang digunakan pada rangkaian kendali panel ATS
– AMF
adalah NYAF 0.75mm 2 dengan kuat hantar arus maksimal 7 Ampere.
Pemilihan kabel NYAF sebagai penghantar karena kabel NYAF berbentuk serabut dan fleksibel sehingga dalam pemasangan dan perbaikan kabel didalam panel dapat lebih mudah.
Kabel NYAF 0.75mm2 dipilih karena rangkaian kendali ATS – AMF yang terdiri dari relay, TDR, MCCB , lampu indikator dan
58
komponen lainya, arus maksimal yang mengalir tidak lebih dari 5 Ampere.
Kesimpulan : Penghantar kabel rangkaian kendali pada panel ATS
– AMF sudah
sesuai dengan PUIL. 5. Load Break Switch / Change Over Switch
LBS / COS yang digunakan sebagai pemutus dan penghubung tenaga dengan beban nominal memiliki kuat hantar arus 630 Ampere.
LBS / COS digunakan sebagai pemutus dan penghubung dari sumber listrik ke beban.
LBS / COS memiliki sifat on load , yaitu dapat diputus dan dihubung kembali walaupun dalam keadaan berbeban.
Persyaratan penentuan arus pada penggunaan LBS minimal 25% dari arus nominal beban terpasang.
Kesimpulan : Load Break Switch yang digunakan belum sesuai dengan PUIL.
6. Kotak Panel
Kotak panel yang digunakan sebagai tempat rangkaian komponen ATS
– AMF adalah panel konstruksi lemari dengan ukuran 180x60x80 cm.
Pemilihan panel dengan ukuran tersebut dimaksud kan agar mencegah induksi listrik dari penghantar ke kotak panel, sehingga menjaga keselamatan baik untuk teknisi maupun lingkungan sekitar panel.
Dengan ukuran panel yang cukup besar akan mempermudah teknisi dalam perawatan dan perbaikan komponen di dalam panel.
Ruang pelayanan panel listrik memiliki panjang lebar 4x4 meter dengan ukuran pintu 2 x 0.75 meter dilengkapi dengan fentilasi udara untuk menjaga kelembaban ruang pelayanan panel.
Kesimpulan : Kotak panel yang digunakan dan ruang pelayanan di sekitar kotak panel sudah sesuai dengan PUIL.
59
4.7 Perawatan Panel Listrik
Untuk menjaga kinerja panel listrik di LPMP Jawa Tengah agar distribusi listrik ke beban selalu lancar, diperlukan perawatan panel listrik yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan tersebut meliputi : 1. Kebersihan panel listrik dari kotoran. 2. Kebersihan lingkungan sekitar panel listrik. 3. Pengecekan komponen panel. 4. Penggantian komponen panel (jika diperlukan). 5. Pengecekan terminal kabel.
60
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumya dan berdasarkan praktek kerja industri di LPMP Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan : 1. Distribusi listrik yang kontinu sangat dibutuhkan oleh konsumen karena di jaman modern sekarang hampir semua peralatan menggunakan tenaga listrik. 2. Pemakaian ATS
– AMF bertujuan untuk memudahkan dan melancarkan
kontrol suplai listrik ke beban dari suplai listrik utama ke suplai listrik cadangan (genset). 3. Pemakaian panel ATS
– AMF berfungsi untuk menggantikan peran
manusia sebagai operator dalam mengatur suplai listrik dari penyuplai listrik utama ke penyuplai listrik cadangan. 4. Penggunaan panel ATS
– AMF dapat mempersingkat waktu dalam
pengoperasian genset, dimana pengoperasian genset tidak perlu peran operator dan bekerja secara otomatis ketika suplai listrik utama padam. 5. Perlu diperhitungkan pemilihan penghantar yang memiliki kuat hantar arus lebih dari arus maksimum yang terpasang. 6. Untuk menjaga kinerja dari peralatan listrik perlu dilakukan pengecekan dan perawatan genset dan panel secara rutin oleh teknisi listrik. 7. Untuk pengoperasian panel ATS
– AMF dan genset perlu adanya data
ataupun arsip mengenai instruksi kerja, cara pengoperasian maupun gambar
– gambar rangkaian untuk mempermudah teknisi melakukan perawatan dan perbaikan.
61
5.2 Saran 5.2.1 Saran Untuk Industri
1. Diharapkan
hubungan
antara
pihak
industri
dengan
siswa
lebih
ditingkatkan agar dalam pelaksanaan praktek kerja industri dapat lebih terkondisikan dan berjalan dengan baik. 2. Perlu lebih pengenalan management pelaksanaan pekerjaan agar siswa dapat melakukan evaluasi setiap melakukan pekerjaan. 5.2.2 Saran Untuk Sekolah
1. Diharapkan hubungan antara pihak industri dan sekolah harus senantiasa ditingkatkan dan terus meningkat agar dapat mengetahui perkembangan peralatan dan teknologi yang digunakan saat ini, sehingga siswa dapat menyesuaikan dan meningkatkan pembelajaran saat terjun ke dunia usaha. 2. Memonitoring anak didik selama prekerin oleh guru pembimbing, agar guru pembimbing dan siswa dapat lebih akrab dan saling mengenal satu sama lain. 3. Kegiatan proses bimbingan laporan prakerin agar lebih ditingkatkan agar siswa dapat meningkatkan mutu laporan. 4. Penerapan kedisiplinan terhadap siswa sangat diperlukan karena sangat menunjang dalam pelaksanaan prakerin.
62
DAFTAR PUSTAKA
Panitia
PUIL.
2000.
Persyaratan
Umum Instalasi Listrik
2000
(PUIL
2000).Yayasan PUIL : Jakarta.
Suryawan, Maman.2012. Makalah Perakitandan Pengujian Panel ATS – AMF. Undip Semarang : Semarang Sumardjati, Prih. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/ http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html http://meirsyahnp.blogspot.com/2011/11/teknik-teknik-pengumpulan-data.html http://sentradayaabadi01.blogspot.com/p/amf-ats.html http://www.deepseaplc.com/products/dse-genset/auto-mains-utilityfailure/dse4420/ http://www.mediaproyek.com/2013/10/perbedaan-mcb-dan-mccb.html http://www.google.co.id http://www.wikipedia.com http://www.scibrid.com http://www.lpmpjateng.go.id