PEMASANGAN INFUS DENGAN BAIK DAN BENAR
PT. TERUMO INDONESIA PT. ACADEMY TRAINING DEPARTMENT JANUARI 2015
DASAR KESEIMBANGAN CAIRAN 1. Kompos Komposisi isi Cair Cairan an Tubuh Tubuh & Dist Distrib ribusi usi Cair Cairan an 2. Perge ergerrakan akan Cair Cairan an dala dalam m tubu tubuh h 3. Kesei eseimb mbang angan an Cair Cairan an Tubuh ubuh 4. Pembul buluh Darah 5. Prinsi Prinsip p Ter Terapi api Cair Cairan Tubuh 6. Jeni Jeniss Cai Cairran In Intra tra Ven Vena a
TERUMO Academy Training Department
2
DASAR KESEIMBANGAN CAIRAN 1. Kompos Komposisi isi Cair Cairan an Tubuh Tubuh & Dist Distrib ribusi usi Cair Cairan an 2. Perge ergerrakan akan Cair Cairan an dala dalam m tubu tubuh h 3. Kesei eseimb mbang angan an Cair Cairan an Tubuh ubuh 4. Pembul buluh Darah 5. Prinsi Prinsip p Ter Terapi api Cair Cairan Tubuh 6. Jeni Jeniss Cai Cairran In Intra tra Ven Vena a
TERUMO Academy Training Department
2
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH Berdasarkan Usia
Sumber: Medical Surgical Nursing: Assesment And Management of Clinical TERUMO Academy Training Department
3
PERBEDAAN MENDASAR CAIRAN EKSTRASELULAR & INTRASELULAR EKSTRASELULER KATION Na+ K+
142 4,2
INTRASELULER ANION
KATION
ANION
Cl-
Na+
14
Cl-
K+
140
HCO3-
108
HCO3- 24
Mg++ 20
Mg++ 0,8 NUTRIENTS O2, glucose, asam lemak, asam amino
4 10
Phosphat
NUTRIENTS Protein dengan konsentrasi tinggi
AIR CO2, Ureum, Asam urat, air dan lain lain
T
Academy Training Depart
5
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN DIFUSI Area konsentrasi tinggi
Membran semi permiabel
OSMOSIS Area konsentrasi rendah
Zat terlarut Area konsentrasi rendah
Area konsentrasi tinggi
Pergerakan molekul melalui membran dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah, dan akan berhenti ketika sudah terjadi keseimbangan konsentrasi pada kedua area. T
Pergerakan cairan melalui membran dari area dengan dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi
Academy Training Depart
6
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN TRANSPORT AKTIF
•Pergerakan molekul melawan gradient konsentrasi •Diperlukan energi eksternal (ATP). Natrium berpindah keluar sel dan Kalium berpindah kedalam sel untuk mempertahankan perbedaan konsentrasi antara intra dan ekstrasel. Transport aktif ini disebut juga pompa Natrium-Kalium.
T
Academy Training Depart
7
MEKANISME PERGERAKAN CAIRAN TEKANAN HIDROSTATIK
TEKANAN ONKOTIK
Tekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah.
Gaya tarik sifat agar air tetap berada dalam di intravaskuler.
Merupakan gaya utama yang mendorong air keluar dari sistem vaskular pada tingkat kapiler
Tekanan onkotik adalah tekanan osmotic yang dihasilkan oleh protein (albumin
TERUMO Academy Training Department
8
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
Total Output cairan
Total intake cairan
harian 2600 ml
harian 2600 ml Minum 1500ml
Kulit 600 ml
Makan padat 800ml Air oksidasi 300ml
Paru 400 ml Ginjal 1500 ml Pencernaan 100 ml
TERUMO Academy Training Department
9
Mekanisme mempertahankan Keseimbangan Cairan Sistem Renin- Angiotensin- Aldosterone
TERUMO Academy Training Department
10
Mekanisme mempertahankan Keseimbangan Cairan
TERUMO Academy Training Department
11
Mekanisme mempertahankan Keseimbangan Cairan Hormon Antidiuretik
TERUMO Academy Training Department
12
Pembuluh Darah STRUKTUR Arteri dan Vena Terdiri dari: Tunika Intima •Lapisan terdalam •Terdiri dari lapisan tunggal squamous, sel endotel. Lapisan sel endotelial ini membentuk permukaan dalam yang mulus pada lumen yang sehat. Sambungan dari tunika intima akan membentuk katup vena. Tunika Media •Lapisan tengah •Terdiri dari lapisan-lapisan otot halus dibawah kontrol sistem saraf simpatetik •Mengatur aliran darah dalam pembuluh darah. Tunika Adventitia/ Eksterna •Merupakan lapisan terluar dari pembuluh darah. •Tersusun dari elastin dan jaringan kolagen penghubung. • Fungsi utamanya untuk mendukung dan melindungi pembuluh darah. 13
PERBEDAAN ARTERI DAN VENA
Arteri
Vena
• Terletak lebih dalam • Dinding Tebal • Teraba Denyutan • Darah Warna Merah Segar • Tidak memiliki katup
• Terletak lebih superficial • Dinding Tipis • Tidak Teraba Berdenyut • Darah berwarna merah gelap • Memiliki Katup
TERUMO Academy Training Department
14
Fungsi Pembuluh Darah Arteri • Pengangkut • Penyalur Vena • Penampung •Dapat berkontraksi/meluas untuk menampung darah ekstra Kapiler •Pertukaran cairan, zat, makanan, elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.
TERUMO Academy Training Department
15
5. MENENTUKAN LOKASI PEMASANGAN INFUS
Tempat Penusukan dan anatomi pembuluh darah
V. Mediana Basilika
Vena Basilika
V. Mediana Sefalika Vena Sefalika
V. Great Saphenous
Vena Basilika
Vena Basilika
Vena Sefalika Vena Dorsalis Pedis Vena Dorsal Metakarpal T
Academy Training Depart
16
LOKASI PEMASANGAN INFUS
TERUMO Academy Training Department
17
TERUMO Academy Training Department
18
Rute Pemberian Terapi Cairan Intra Osius • Melalui sumsum tulang . Intra Peritoneal • Melalui rongga abdomen Intrathecal • Metode pemberian obat-obatan dalam jumlah yang sangat kecil kedalam ruang dibawah membran arakhnoid otak atau saraf tulang belakang. Intra Arterial • Metode menempatkan kateter dalam arteri. TERUMO Academy Training Department
19
TERAPI INTRAVENA Intra Vena Terapi Intravena merupakan pemberian substansi cairan kedalam tubuh melalui vena. Tujuan IV terapi adalah: Diagnostik. Terapeutik. Mempertahankan nutrisi dan elektrolit yang adekuat dan mengembalikan keseimbangan asam basa. TERUMO Academy Training Department
20
THERAPY CAIRAN
RUMATAN
RESUSITASI
KRISTALOID
KOLOID
ELEKTROLIT
NUTRISI
Mengganti kehilangan cairan akut/ cairan patologis (perdarahan,
Mengganti kehilangan cairan harian /cairan fisiologis(IWL, urine, faeces)
kehilangan cairan GI)
dan support nutrisi T
Academy Training Depart
21
PRINSIP DASAR TERAPI CAIRAN A. RESUSITASI: mengganti kehilangan cairan abnormal, yang terjadi secara akut. Perdarahan, Diare, Muntah B. RUMATAN: mengganti cairan harian yang hilang: IWL, urin: pasien anoreksi C. KOREKSI: Melakukan koreksi keseimbangan asam-basa, keseimbangan elektrolit T
Academy Training Depart
22
Jenis cairan intravena Cairan Kristaloid
Cairan yang mengandung ion (garam) dengan Berat Molekul rendah < 8000 Dalton) dengan atau tanpa glukosa. Cairan ini memiliki tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler. • Cairan Hipotonik
• Cairan Isotonik • Cairan Hipertonik
23
Jenis cairan intravena
Cairan
Koloid : Cairan yang mengandung zat dengan Berat Molekul tinggi > 8000 Dalton. Cairan ini memiliki tekanan onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang intravaskular. • Produk darah
• Koloid sintetik
24
Cairan
Contoh
Isotonik
Ringer Laktat (275 mOsm/L) Ringer ( 275 mOsm/L) Normal Saline (308 mOsm/L) D5W (260 mOsm/L) 5% albumin (308 mOsm/L) Hetastarch (310 mOsm/L)
Hipotonik
Half-normal saline (154 mOsm/L) 0.33% sodium chloride ( 103mOsm/L) Dextrose 2.5% in water (126 mOSm/L)
Hipertonik
Dextrose 5% in half normal saline (406 mOsm/L) Dextrose 5% in normal saline (560 mOsm/L) Dextose 5% in lactated Ringer’s (575 mOsm/L) 3% sodium chloride ( 1.025 mOsm/L) 7.5% sodium chloride (2400 mOsm/L) 25
Pengertian cairan IV: tonisitas
Cairan isotonik memiliki osmolaritas kurang lebih sama dengan serum. Karena tinggal dalam ruang intravaskular , cairan mengekspansi kompartemen intravaskular dan merupakan pilihan terbaik untuk hidrasi
Cairan hipotonik memiliki osmolaritas lebih rendah dari serum. Cairan akan berpindah dari kompartemen intravaskular, menghidrasi sel dan kompartemen interstitial
Cairan hipertonik memiliki osmolaritas lebih tinggi dari serum. Cairan akan terdorong ke kompartemen intravaskular , dari sel dan kompartemen interstitial 26
How isotonic solution affect cells 240-340 mOmsm
Blood vessel Normal cell
How hypotonic solution affect cells < 240 mOsm
Blood vessel Normal cell
How hypertonic solution affect cells > 340 mOsm
Blood vessel Normal cell
Perbandingan KOLOID & KRISTALOID KOLOID
KRISTALOID
1
Berat Molekul besar > 8000 dalton
1
Berat Molekul kecil < 8000 dalton
2
Tidak larut sempurna
2
Larut sempurna
3
Tahan 4-6 jam dalam Intra Vena
3
Tahan 2-3 jam dalam Intra Vena
4
Cepat meningkat dalam sirkulasi
4
Lambat meningkat dalam sirkulasi
5
Mengandung protein
5
Mengandung elektrolit
6
Jumlah koloid sebanding dengan
6
Jumlah kristaloid 3-4 kali volume
volume darah yang hilang 7
Harga lebih mahal
darah yang hilang 7
Harga lebih murah
TERUMO Academy Training Department
30
Mengawali Pemberian Terapi Intra Vena
TERUMO Academy Training Department
31
MELAKUKAN HAND HYGIENE • Hand Hygiene • Sebelum melakukan prosedur lakukan hand hyigene.
TERUMO Academy Training Department
32
FIVE MOMENTS OF HAND HYGIENE
3/19/2015
PT. Terumo Indonesia Academic Training
33
TEMPAT PENUSUKAN KANTONG INFUS
1. Buka segel
2. Desinfeksi bagian karet dengan alkohol 70%
3. Tusukkan spike ke bagian IN, pada karet
TERUMO Academy Training Department
34
10TS01
“COARING” Pada saat menusuk dengan jarum, karet pada botol infus atau vial, dapat terpotong dan ikut teraspirasi dan tercampur Coaring sangat mudah terjadi
Jika jarum diputar
Jika menusuk dengan sudut
TERUMO Academy Training Department
35
BAGIAN-BAGIAN INFUS SET Jarum spike
Lock Connector
Selang Tengah
Drip Chamber Klem
Selang (DEHP Free)
(Fitur) • Spike terbuat dari bahan plastik yang kecil terhubung dengan selang tengah, drip chamber dan selang. • Tidak perlu melakukan pemisahan pada saat membuang jarum, sehingga terhindar dari resiko tertusuk. • Ujung spike sangat baik sehingga mudah pada saat menusuk karet dan mengurangi resiko terjadi “coaring”. TERUMO Academy Training Department
36
MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH (1) Phenomena
• Ketika menusuk karet pada botol infus, jarum spike ditemukan bengkok atau rusak. Penyebab
• Ketika menusuk karet, posisi spike menyudut, menusuk pada sudut, kekuatan lateral pada saat menusuk. • Pada saat menusuk, tangan memegang drip chamber pada bagian bawah dari titik tengah sehingga spike mejadi tidak stabil. Dengan mudah beban terbentuk ke arah horizontal dengan sangat mudah TERUMO Academy Training Department
37
MENCEGAH SPIKE BENGKOK/ PATAH (2) Cara Penggunaan (Terkait dengan cara penggunaan : Lampiran cara penggunaan dan hal-hal yang harus diperhatikan) • Menusuk dengan posisi menyudut dan menusuk tidak pada bagian yang telah ditentukan akan menyebabkan spike patah atau rusak. Pegang spike seperti pada contoh gambar akan menghindari resiko spike patah atau rusak.
TERUMO Academy Training Department
38
PENGISIAN DRIP CHAMBER Terlalu banyak Tetesan tidak dapat dihitung Batas tinggi cairan Cairan diisi ½ bagian
Terlalu sedikit
Tetesan infus yang cepat, pada saat jatuh akan membuat udara ikut masuk
Jika drip chamber tibatiba miring (diagonal)
Udara akan masuk
TERUMO Academy Training Department
39
10TS01
医薬品との MATERIAL ALAT 相互作用について
TERUMO Academy Training Department
40
IV SET DEHP Free TSP: PVC bebas DEHP ( Di 2-ethylhexyl Phthalate) DEHP adalah suatu zat kimia yang ditambahkan agar plastik yang ada menjadi lentur. Effek DEHP pada IV Set: pada obat tertentu akan terjadi interaksi berupa absorption /adsorption/Elution. DEHP yang biasa digunakan diganti dengan TOTM* *Tris (2-Ethylhexyl) Trimellitate
ADSORPSI/ PERLEKATAN
BAGIAN DALAM SELANG
S E L A N G
BAGIAN LUAR SELANG
SET INFUS (SELANG)
INSULIN
TERUMO Academy Training Department
42
PERUBAHAN DOSIS INSULIN
Dosis awal insulin 40IU/ NCH700ml dengan kecepatan 58ml/jam
Ratarata dosis yang tersisa
TERUMO Academy Training Department
43
ELUTION/ PELARUTAN
BAGIAN DALAM SELANG
TUBE
BAGIAN LUAR SELANG
Partikel SET INFUS (SELANG)
DEHP TERUMO Academy Training Department
44
HASIL PENELITIAN PADA TIKUS YANG DIBERIKAN DEHP DALAM JUMLAH BESAR
Diberikan hormon Endokrin melalui infus
Ukuran testis normal
Ukuran testis mengecil
13/1/2001 Berita dari NHK TERUMO Academy Training Department
45
MENCEGAH UDARA MASUK DALAM ALIRAN INFUS (2) • Cara Penggunaan Cairan yang digunakan harus dalam suhu ruangan. Sebaiknya jangan mencampurkan obat pada saat priming, gunakan alat untuk mencampurkan obat. Bila tidak ada instruksi, pada saat pencampuran obat dengan cairan infus sebaiknya cairan infus yang dicmpurkan tidak terlalu banyak. (Ada kemungkinan udara tercampur didalam selang) Setelah melakukan priming, botol infus dan selang infus jangan ditaruh dalam posisi miring. Jangan mengganti cairan infus ketika cairan infus di drip chamber kosong. (Jika udara tercampur diselang, akan menyebabkan cairan infus sulit menetes) TERUMO Academy Training Department
46
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS
Kondisi
pasien Kondisi rute cairan infus Kondisi botol infus Jenis cairan infus Posisi roler klem TERUMO Academy Training Department
47
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (1)
Kondisi Pasien Kondisi vena (posisi tubuh) Posisi ujung jarum/ kateter (ujung jarum/ kateter menempel pada dinding vena) Cairan infus merembes TERUMO Academy Training Department
48
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (2)
Kondisi rute cairan infus Selang sambungan infus terlepas Selang tertekan atau tertekuk Tinggi permukaan cairan pada tiang TERUMO Academy Training Department
49
TINGGI TIANG INFUS Permukaan Cairan
Posisi Berdiri
90-100 cm
Posisi kateter
Posisi Berbaring
Tinggi tempat penusukan dengan permukaan cairan infus harus 90-100 cm
TERUMO Academy Training Department
50
Pressure Equivalents Head Height
Water Pressure
Mercury
2.7 inches
0.1 psi
5 mmHg
5.4 inches
0.2 psi
10 mmHg
13.5 inches
0.5 psi
25 mmHg
27 inches
1.0 psi
50 mmHg
36 inches
1.3 psi
67 mmHg
Psi = pounds per square inch
•
1 psi is the weight excerted by a column of water 27 inches high on one square of area •
Mercury (Hg) is 13.6 times as heavy as water
•
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MENGGUNAKAN SET INFUS
MENCEGAH SELANG TERTEKUK/ RUSAK
Menekuk pada bagian sambungan
Menjepit selang menggunakan arteri klem
10TS01
PENANGANAN SAMBUNGAN Di plester
Di ikat dengan karet
Karet yang digunakan kotor
Jika ada kemungkinan sambungan longgar, sulit memeriksanya
Untuk menghindari resiko terjadi kelonggaran dari sambungan, gunakan tipe lock konektor
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (3)
Kondisi Botol Infus Jumlah cairan yang tersisa di botol infus Ada tidaknya jarum udara
TERUMO Academy Training Department
55
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (4) Jenis Cairan Infus • Konsentrasi atau kepekatan cairan • Walaupun jumlah tetesan dan waktu pemberian sama jumlah cairan infus yang keluar akan berbeda TERUMO Academy Training Department
56
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ALIRAN INFUS (5)
Posisi Roler Klem • Dekat dengan posisi pasien Mudah dirubah-rubah Mudah tertindih badan pasien • Selang mudah tertarik sehingga lepas
• Resiko terjadi over dosis karena bolus TERUMO Academy Training Department
57
ROLER KLEM
Stabilitas Aliran
Ditarik
Rata-rata Roler Klem Klem 1
TERUMO Academy Training Department
Klem 2
Klem 3
58
Terumo Academy Training
59
PENGGUNAAN ALAT-ALAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SET INFUS DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
TERUMO Academy Training Department
60
THEREE WAY STOP COCK
TERUMO Academy Training Department
61
FITUR DAN STRUKTUR 3-WAY STOP COCK Pada saat menggunakan cap untuk 3-way stop cock harus menggunakan yang baru dan steril.
TERUMO Academy Training Department
62
3-WAY STOP COCK HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN • Merupakan sumber terjadinya infeksi (Catatan)
• 45-50% kontaminasi bakteri dari 3-way stop cock (Guideline)
• Jangan menggunakan 3-way stop cock dengan infus kecuali di Ruang Operasi dan ICU ~Evidence based infection control Hospital Infection Control Association Nation University of Medicine (Insiden report dalam penggunaan 3-way stop cock)
• Lupa membuka atau menutup 3-way stop cock • Posisi 3-way tidak tepat TERUMO Academy Training Department
63
3 KONDISI YANG MENYEBABKAN 3-WAY STOP COCK RUSAK 1. Bahan terbuat dari polycarbonate (PC), ABS, PMMA (acrylic). 2. Cairan infus atau obat-obatan yang mengandung alkohol, minyak (Emulsi lemak, obat anti kanker, diprivan, dll) 3. Obat yang dimasukan dengan dipaksa.
TERUMO Academy Training Department
64
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN Beberapa hal yang mungkin terjadi pada saat menggunakan 3-way stop cock • Memanipulasi antara sambungan. Pada saat memberikan tekanan terlihat pada gambar panah. • Menggunakan karet disekitar 3- way stop cock. • L tipe berhubungan dengan range rotasinya.
Cara Penggunaan • 3-way stop cock tidak dipergunakan untuk meningkatkan aliran infus. • Jangan mengikat 3-way stop cock dengan karet. • Pada tipe L jangan memutar lebih dari 180 derajat. L Tipe
TERUMO Academy Training Department
65
NEEDLELESS SYSTEM SURPLUG
TERUMO Academy Training Department
66
Needleless
Aman untuk staff Medis
Meminimalkan resiko N ee d l e s t i c k i n j u r i e s
Closed System
Aman untuk Pasien
Meminimalkan resiko CR - B SI
Mekanisme Surplug Elastisitas dari silicone rubber memungkinkan Port dari SurPlug terbuka & tertutup
Silicone rubber
MENDESINFEKSI TEMPAT PENUSUKAN SURPLUG INSTRUKSI PADA KEMASAN PERINGATAN : Sebelum pengambilan darah atau penyuntikan harus mendesinfeksi dengan alkohol (povidone). Pencampuran alkohol dan povidone pada saat desinfeksi (meningkatkan resiko bakteri yang masuk) Metode Cara Desinfeksi Usap dengan alkohol swab.
なでるだけ
Harus dipastikan melakukan desinfeksi sampai kering dengan sendirinya agar tidak terjadi kontaminasi TERUMO Academy Training Department
Bersihkan permukaan dengan alkohol swab, pegang pada bagian leher. Bersihkan dengan memutar sebanyak 3 kali
Setelah melakukan desinfeksi sambungkan dengan syringe atau selang infus 69
Reference Operability and Safeness of using Surplug Expert Nurse 18 (9) : 74-77 , 2002 Yukiko Kanda Fuchu Tokyo municipal hospital
Result of bacterial cultivation ,after using SurPlug Hematological internal medicine Number of case
20
Hematopoietic stem cell transplantation 7 Chemotherapy 7 Steroid therapy 2 Period Ave 3.5days 3 Number of access Ave 9.3 3 20 Surplug
Number
PV Line CV Line PICC Line total
9 9 2 20
Number of culture microbe Bacterial medium anaerobes fungus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5Days Max 20 Positive rate 0 0 0 0
Reference Vol.20 No.4 2005 273-274 Japanese Society of Environmental Infections Bacterial Contamination of Three-Way Stopcock and Closed-type Infusion Device Used in Central Venous Catheter. (Saiseikai Yamaguchi General Hospital,Yamaguchi University Hospital )
- Patients who needed Multilumen central venous catheters. - The bacterium mixing situation of the infusion set that had been used for 72 hours was confirmed. 3wsc Group
SurePlug Group
Sample
148
152
Bacterial
17
0
11.5%
0%
contamination Rate
Bacterial Contamination of 3WSC Lumen
CHATETER RELATED-BLOOD STREAM INFECTION/ INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER •
• •
Beberapa penyebab CR-BSI Teknik Aseptik pada saat insersi Manajemen selang infus Kebersihan tangan petugas Kimiawi Cara penutupan pada saat pemberian secara intermiten. Ada beberapa macam teknik cara mengatasi CR-BSI Akhir-akhir ini ada beberapa cara perawatan yang berhubungan dengan CR-BSI TERUMO Academy Training Department
72
PEMBERIAN TRANSFUSI DARI SELANG TRANSFUSI • Pada prinsipnya pemberian darah harus dari satu selang • Jika sulit memastikan apakah vena masih dalam kondisi utuh dan baik, lakukan hal dibawah ini : 1) Sebelum pemberian dan sesudah pemberian darah selang harus dibilas dengan normal saline. 2) Sedapat mungkin menggunakan selang transfusi yang tidak terlalu panjang. 3) Setelah pemberian transfusi selang harus diganti kurang dari 12 jam • Efek samping yang diakibatkan oleh obat : 1) Calsium → pembekuan darah 2) Glukosa → hemolisis, hemaglutinin 3) Antibiotik → perubahan warna, pembekuan darah 4) Non streroid, Anti Inflamatory → menghambat fungsi trombosit TERUMO Academy Training Department
73
IV. KARAKTERISTIK SURSHIELD SURFLO
TERUMO Academy Training Department
74
BAGIAN-BAGIAN DARI SURSHIELD SURFLO
Hub Kateter
Kateter
Safety Cover
Jarum
Filter Penutup
Hub Jarum
Filter
• Pada saat mencabut jarum, secara otomatis ujung jarum tertup dengan safety cover sehingga mencegah resiko tertusuk jarum. • Cara penggunaan surshield surflo dengan kateter intravena konvensional. • Pada bagian dalam jarum terdapat alur khusus, yang merupakan ketepatan posisi kateter dalam vena (flash back baru) TERUMO Academy Training Department
75
WHY SAFETY????? • Dr. Lukman Hakim Tarigan, MMed. Sci ( Peneliti FKM
UI 2013 7000 nakes terinfeksi Hep.B
70%
TERUMO Academy Training Department
76
Diunduh dari http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1
TERUMO Academy Training Department
77
Jarum Biasa (Non Safety) Tertusuk Jarum 1-2x/th!!!!
JARUM BIASA (Non- Safety)
RISIKO PENULARAN PENYAKIT
20-40% Temu Media Kementrian Kesehatan 16 September 2014 dipublikasi pada: http://www.beritasatu.com/kesra/210399-jarum-suntik-tak-aman-7000-tenaga-kesehatan-terinfeksihepatitis-b.html. TERUMO Academy Training Department
78
MUDAH MEMASTIKAN KATETER MASUK VENA • FLASH BACK BARU : menjamin ketepatan posisi kateter dalam vena • Filter cap akan terlihat berwarna merah jika jarum masuk kedalam vena. • Ujung kateter akan berwarna merah jika posisi kateter tepat didalam vena TERUMO Academy Training Department
79
POINT 1 MEMBERI KEPASTIAN PENEMPATAN KATETER DI DALAM VENA
Pada bagian hub jarum terdapat indikator yang memudahkan memastikan jarum masuk dalam vena
TERUMO Academy Training Department
80
POINT 2 KONDISI JARUM SUDAH TERLIHAT MERAH TETAPI KATETER BELUM MASUK KEDALAM VENA
Vena tertusuk oleh jarum, darah mengalir pada bagian filter cap, sedangkan bagian kateter belum masuk kedalam vena. Kondisi seperti ini kadangkadang terjadi
Memastikan darah mengalir dengan melihat aliran darah kearah hub
TERUMO Academy Training Department
81
POINT 3 KONDISI KATETER SUDAH BERADA DI DALAM VENA Ketika kateter masuk kedalam vena, pada bagian ujung kateter akan berwarna merah sehingga mudah untuk memastikan posisi kateter
Indikator yang memastikan kateter masuk kedalam vena
TERUMO Academy Training Department
82
POINT 5 POSISI KATETER DIDALAM VENA, CABUT JARUM
Pada saat mencabut jarum, safety pada ujung jarum akan tertutup secara otomatis
TERUMO Academy Training Department
83
PROSEDUR PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA
TERUMO Academy Training Department
84
2. MENGECEK IDENTITAS PASIEN • Minta pasien menyebutkan nama lengkap. • Minta pasien memperlihatkan gelang pasien. • Cocokkan identitas pasien dengan status pasien. • Jika pasien tidak dapat ditanya, cocokkan nama ditempat tidur pasien dan konfirmasi dengan keluarga. • Pengecekan identitas pasien minimal menggunakan dua komponen: nama, tanggal lahir, no. rekam medis (sesuai kebijakan institusi) T
Academy Training Depart
85
4. MENGECEK DATA PASIEN • Ada/ tidak alergi obat-obatan, alergi lateks dan kontra indikasi tertentu. • Pasien sudah kencing. • Kondisi pasien memungkinkan untuk dipasang infus. • Pasien harus memahami penjelasan yang diberikan oleh dokter dan perawat serta memberikan persetujuan pemasangan infus. T
Academy Training Depart
86
3. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MEMBERIKAN PENJELASAN KE PASIEN • Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti oleh pasien. • Perhatikan ekspresi wajah pasien. • Setelah menjelaskan, berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya. • Jika tidak dapat menjawab pertanyaan pasien, koordinasikan dengan dokter untuk memberikan penjelasan ulang. • Perawat harus memperhatikan penjelasan yang diberikan jangan sampai membuat pasien cemas. • Setelah memberi penjelasan, minta pasien menandatangani formulir informed consent. • Jika pasien tidak sadar atau tidak dapat menerima penjelasan serta tidak dapat memberikan persetujuan, diwakilkan oleh keluarga.
T
Academy Training Depart
87
EDUKASI PASIEN Sebelum Insersi Kateter Intravena: • Gambaran prosedur. • Lamanya kateter dipasang. • Banyak cairan dan jenis cairan. • Penjelasan bila klien akan mendapat anestesi lokal sebelum insersi • Penjelasan bila tidak menggunakan anestesi. • Sensasi yang timbul saat cairan masuk pertama kali.
T
Academy Training Depart
88
EDUKASI PASIEN Selama Pemberian Terapi Intravena • Beritahu klien untuk melaporkan semua ketidaknyamanan yang timbul setelah kateter di insersikan dan cairan mulai mengalir. • Jelaskan batasan-batasan yang diberikan pada pasien sesuai program terapi. • Jelaskan & ajarkan Mobilisasi yang diperbolehkan. • Ajarkan klien bagaimana menjaga alat terapi intravena (IV line). T
Academy Training Depart
89
EDUKASI PASIEN Saat Pelepasan Kateter Intravena
• Jelaskan pada klien ini adalah prosedur yang sederhana. • Penekanan pada lokasi insersi. • Ekstremitas dapat berfungsi normal kembali.
T
Academy Training Depart
90
MENGECEK INDIKASI OBAT • Periksa 6 Benar dan ada/ tidak alergi • Mencocokkan instruksi dokter di status pasien, periksa 6 Benar, dan tanda tangan. • Periksa ada/ tidak alergi, kontra indikasi dan ADL. • 6 BENAR 1. Benar Obat 2. Benar Dosis 3. Benar Rute 4. Benar Waktu 5. Benar Pasien 6. Benar Tujuan TERUMO Academy Training Department
91
~ MENGECEK OBAT ~ • Double Check • Pengecekan obat harus dilakukan oleh minimal 2 orang atau lebih. • Mencocokan obat dengan instruksi dokter dan tujuan pengobatan.
TERUMO Academy Training Department
92
PERSIAPAN ALAT • Peralatan yang dibutuhkan • Cairan infus • Infus set (pilih berdasarkan cara pemberian, waktu, konsentrasi obat) • Extention tube (jika diperlukan) • Alkohol swab • Sarung tangan • Baki yang sudah didesinfeksi
TERUMO Academy Training Department
93
PERSIAPAN ALAT • Mengecek keamanan peralatan yang digunakan • Tanggal kadaluarsa atau tanggal kesterilan alat. • Periksa apakah packing basah, rusak, kotor atau terkontaminasi.
TERUMO Academy Training Department
94
MELAKUKAN PRIMING • Roler Klem harus dalam kondisi terkunci mencegah udara masuk • Disinfektan karet penutup botol infus dengan alkohol swab • Pada saat menusukkan spike ke tiang infus dengan posisi tegak lurus mencegah coaring. • Setelah melakukan priming, botol infus dan selang infus jangan ditaruh dalam posisi miring mencegah udara masuk TERUMO Academy Training Department
95
MELAKUKAN PRIMING • Tekan drip chamber perlahan-lahan sehingga terisi cairan infus 1/2 bagian. • Saat mengisi selang infus cukup Sampai ujung selang.
• Pastikan di selang tidak ada udara dan dibagian sambungan tidak ada rembesan,
TERUMO Academy Training Department
96
T
Academy Training Depart
97
Menentukan Vena
Gunakan ”feeling”, perabaan/palpasi bukan penglihatan. Vena yang baik adalah yang lurus teraba bulat, tetapi tidak selalu terlihat.
Pada saat palpasi gunakan bantalan jari bukan ujung jari.
Palpasi dengan lembut sampai terasa “bouncing” pada vena.
Pada saat palpasi, tangan/lengan jangan menempel pada permukaan apapun.
Gunakan kompres hangat dan gantungkan lengan agar vena terisi dengan darah.
Gunakan torniquet atau lakukan kompresi dengan manset manometer<10mmHg. Aliran arteri berlanjut dengan vasokonstriksi vena maksimal.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN VENA
• Pendapat pasien harus menjadi bahan pertimbangan. • Memilih pembuluh darah yang besar dan elastis. • Bagian dari tempat yang dikeluhkan pasien harus dihindari. • Pilih tangan yang jarang digunakan oleh pasien. • Pilih daerah yang mudah dilakukan fiksasi. • Hindari daerah persendian. • Tingginya resiko phlebitis dan terjadinya thrombus, hindari memasang infus di ekstermitas bawah. • Hindari melakukan penyuntikan didaerah yang sama lebih dari 2 kali, pilihlah dari bagian tengah. T
Academy Training Depart
99
6. HAND HYGIENE & MEMAKAI SARUNG TANGAN
• Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau alkohol. Selesai cuci tangan pakai sarung tangan (jika perlu kenakan masker).
T
Academy Training Depart
100
FIVE MOMENTS OF HAND HYGIENE
TERUMO Academy Training Department
101
7. MEMASANG TOURNIQUET • Pasang tourniquet dengan jarak 10-15 cm dari lokasi penusukan. • Tourniquet tidak boleh dipasang lebih dari 3 menit
T
Academy Training Depart
102
8. MENDESINFEKSI DAERAH PENUSUKAN • Mendesinfeksi daerah penusukan dengan alkohol swab. • Disinfektan dengan scrubbing maju mundur minimal 30 detik. • Area yang dibersihkan 5cm sekeliling lokasi yang dipilih.
T
Academy Training Depart
103
9. MENUSUKAN JARUM • Pegang jarum dengan lubang jarum mengarah keatas. • Regangkan kulit dengan cara memegang 3-5 cm dibawah daerah penusukan, agar vena stabil. • Tusukan jarum dengan sudut 10-30°. T
Academy Training Depart
104
POINT 6 MENGHENTIKAN PERDARAHAN, MENCEGAH KATETER BERGERAK DENGAN MENEKAN BAGIAN HUB DAN MENARIK JARUM
Posisi jari memegang hub
Jangan menarik jarum dengan posisi miring
Jangan menarik jarum tanpa memegang hub kateter, dapat menyebabkan kateter tertarik
Jangan menarik jarum dengan memutar dapat menyebabkan protector tip tertinggal didalam hub kateter
TERUMO Academy Training Department
105
11. MENARIK JARUM • Pegang bagian hub kateter dengan jari telunjuk dan tekan ujung kateter dengan jari tengah, agar darah tidak mengalir, tarik jarum perlahan-lahan. • Pada saat menarik jarum secara otomatis protector tip akan tertutup. T
Academy Training Depart
106
12. MEMBUANG JARUM • Setelah mencabut jarum masukan kedalam tempat sampah jarum, jangan lakukan re-cap.
T
Academy Training Depart
107
13. MENYAMBUNGKAN SELANG INFUS • Buka tutup ujung selang infus dan sambungkan ke kateter, pastikan sambungan kuat. • Buka klem, pastikan infus menetes • Periksa apakah cairan merebes keluar vena.
T
Academy Training Depart
108
14. FIKSASI • Tempelkan dressing film antara tempat penusukan dan kateter. • Untuk mencegah selang infus tertarik, selang infus dibuat “loop/ line” dan difiksasi dengan plester. • Berikan label yang berisi tanggal dan jam penusukan, nomer IV kateter serta nama perawat yang melakukan penusukan. T
Academy Training Depart
109
15. MELEPAS SARUNG TANGAN & HAND HYGIENE
• Lepaskan sarung tangan dan segera mencuci tangan dengan alkohol.
T
Academy Training Depart
110
16. MENGATUR KECEPATAN INFUS Kecepatan infus dipengaruhi oleh : Tinggi cairan infus Diameter selang infus Panjang selang infus Viskositas cairan infus Ekstermitas yang tertekuk akan mempengaruhi tetesan infus. Ujung kateter menyentuh dinding vena akan mempengaruhi tetesan infus. T
Academy Training Depart
111
MENCABUT KATETER
T
Academy Training Depart
112
23. HAND HYGIENE & MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN
• Mencuci tangan dengan alkohol atau mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, memakai sarung tangan yang sesuai dengan ukuran tangan
T
Academy Training Depart
113
24. MENCABUT KATETER DAN MENGHENTIKAN PERDARAHAN • • • • •
•
Lepaskan film dressing dengan menarik dengan sudut 0° (jangan ditarik kearah atas) Tempelkan alkohol swab di tempat penusukan, lalu cabut jarum Taruh kateter di bengkok Tekan lokasi penusukan 3-5 menit dan pastikan darah sudah berhenti mengalir Kaji tanda dan gejala yang mempengaruhi darah berhenti misalnya pasien mengkonsumsi obatobatan pengencer darah Setelah memastikan darah berhenti, tutup tempat penusukan dengan plester
T
Academy Training Depart
114
T
Academy Training Depart
115
25. MELEPAS SARUNG TANGAN & MENCUCI TANGAN
• Lepaskan sarung tangan dan segera mencuci tangan
T
Academy Training Depart
116
KOMPLIKASI
T
Academy Training Depart
117
SUMBER TERJADINYA INFEKSI
Gambar lingkaran merah menunjukan tempat atau sumber terjadinya resiko kontaminasi.
TERUMO Academy Training Department
118
Sumber kontaminasi potensial
119
Infusion Nurse Society , 2011
T
Academy Training Depart
120
Phlebitis Bacterial Does Not perform properly:
1.
1.
Hand Hygiene
2.
Skin preparation
3.
Aseptic technic procedure
4.
Monitoring of IV Site
2.
Placement IV catheter too long
3.
Medical disposable have been Expired
4.
Contamination of devices prior insertion
Phlebitis Chemical
1. 2.
Extreme Ph and Osmolarity Solution. There are micro particles were dissolved, which is formed when medicine particles doesn’t dissolve perfectly while mixing.
Phlebitis Mechanical 1. 2.
3.
Placement vein catheter inappropriate. Intra Venous Catheter size is not suitable with the vein. Improper catheter placement method
Konplikasi Lokal
Phlebitis
Komplikasi lokal
124
Komplikasi Lokal Infiltrasi
Komplikasi lokal
125
Komplikasi Lokal Ekstravasasi
Komplikasi Lokal
126
Komplikasi Lokal Hematoma
Komplikasi Lokal
127
Komp Ko mpli lika kasi si Si Sist stem emik ik
Kelebihan cairan
Septikemia
Emboli Udara
Reaksi Alergik
128
T
Academy Training Depart
129
Anjuran Dan Larangan Pada Terapi cairan yang diberikan melalui Vena Perifer (CDC GUIDELINE 2011)
130
DO NOT • Hindari extremitas dengan edema hebat, luka bakar , atau injuri; kasus seperti ini harus dipikirkan pemasangan IV kateter di tempat lain. Hindari area selulitis, infeksi, karena berresiko terjadi inokulasi jaringan yang lebih dalam atau aliran darah primer terkontaminasi bakteri. •
Hindari extremitas dengan fistula; adalah lebih baik untuk menempatkan IV pada ekstremitas yang lain karena adanya perubahan dalam aliran pembuluh darah sekunder pada fistula. •
131
DO NOT
• Hindari penggunaan jarum baja untuk pemberian cairan dan obat yang mungkin dapat menyebabkan nekrose jaringan atau extravasasi. • Jangan gunakan antibiotik salep oles atau krim pada tempat kanulasi, kecuali untuk kateter dialisis, karena berpotensi meningkatkan infeksi jamur dan resistensi antimikroba.
132
DO NOT Hindari area kanulasi kateter dari air atau percikan air.
Mandi diperbolehkan jika tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan organisme masuk ke area kanulasi kateter dapat dilakukan (melindungi tempat kanulasi kateter dengan penutup kedap air saat mandi) Hindari penggunaan profilaksis antimikroba sistemik secara
rutin sebelum kanulasi atau selama penggunaan kateter intravena untuk mencegah kolonisasi kuman atau CRBSI Jangan menyentuh area preparasi.
133
DO NOT Hindari penggunakan cairan IV setelah tanggal
kedaluwarsanya lewat , setiap cairan yang tampak keruh, berubah warna, atau dicampur dengan partikulat, atau cairan yang disegel dalam kemasan, telah dibuka atau dirusak. Sebuah kemasan yang rusak tidak dapat menjamin
sterilitas produk, meskipun semua pelindung masih berada di tempatnya. Cara terbaik adalah membuang set yang ditemukan tidak lagi orisinal, telah dibuka, atau kemasan yang rusak. Hindari penggunaan IV Set yang mengandung PVC untuk
pemberian nitroglycerin atau emulsi lemak. IV Set yang khusus /Spesifik diperlukan untuk pemberian infus tsb. 134
DO NOT
Cairan parenteral steril harus bebas dari microorganisme
hidup dan relative bebas dari partikel and pyrogen. Sebuah ruangan steril tempat meracik harus dibersihkan
setiap hari dan dipisahkan dari operasional farmasi normal, spesimen pasien, perlengkapan yang tidak perlu, dan bahan lain yang menghasilkan partikel. Contoh - Arus lalu lintas harus diminimalkan. - Lantai harus didesinfeksi secara berkala. - Sampah harus sering dibersihkan secara teratur.
135
DO ... Pendidikan, Pelatihan dan Staffing 1. Pendidikan bagi tenaga kesehatan tentang indikasi penggunaan kateter intravena, prosedur kanulasi yang tepat dan pemeliharaan kateter intravena, serta tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat terkait penggunaan kateter intravena. 2. Secara berkala lakukan penilaian, pemahaman dan kepatuhan terhadap pedoman pemasangan dan pemeliharaan bagi semua personel yang terlibat dalam kanulasi kateter intravena 3. Menetapkan hanya tenaga terlatih dan kompeten untuk melakukan kanulasi dan pemeliharaan kateter intravena perifer dan sentral. 136
DO ... Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik Lakukan prosedur cuci tangan, baik dengan menggunakan sabun dan air atau alkohol (ABHR). Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan setelah meraba tempat kanulasi kateter serta sebelum dan setelah memasukkan, mengganti, mengakses, memperbaiki, atau membalut kateter intravena. Palpasi dari area kanulasi tidak boleh dilakukan setelah penerapan antiseptik, kecuali teknik aseptik dipertahankan 2. Menjaga teknik aseptik untuk prosedur kanulasi dan perawatan kateter intravena. Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan tanda-tanda flebitis. 137
DO ... Pemilihan Kateter intravena dan tempat kanulasi 1. Kateter Intravena Perifer dan Kateter “midline”. Pada orang dewasa, gunakan area ekstremitas atas-untuk kanulasi kateter. Ganti kateter intravena dari ekstremitas bawah ke arah lebih atas sesegera mungkin. 2. Pada pasien anak-anak, ekstremitas atas atau bawah atau kulit kepala (pada neonatus atau bayi muda) dapat digunakan sebagai tempat kanulasi kateter intravena. 3. Pilih kateter berdasarkan tujuan dan durasi penggunaan, pengetahuan akan komplikasi infeksi dan non-infeksi (misalnya, flebitis dan infiltrasi), dan pengalaman pribadi dari 138 operator.
DO ... 5. Gunakan kateter midline atau periperally inserted central catheter (PICC), bukan kateter intravena, ketika kemungkinan lama terapi IV akan melebihi enam hari. 6. Mengevaluasi area kanulasi kateter setiap hari dengan palpasi untuk melihat keras lembutnya vena jika menggunakan transparan dressing. Kasa dan balutan tidak perlu diganti jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Jika didapatkan adanya “tenderness” setempat atau tanda-tanda lain dari kemungkinan CRBSI, kasa atau balutan harus diganti serta area kanulasi perlu diobservasi secara visual. 7. Cabut kateter intravena perifer jika pasien menunjukkan tandatanda flebitis (kehangatan, ada streak formation, eritema atau vena teraba mengeras), infeksi, atau kateter intravena tidak lagi berfungsi baik.
139
DO ... Kebersihan Tangan dan Teknik aseptik 3.Kenakan sarung tangan bersih, bukan sarung tangan steril, untuk pemasangan kateter intravaskular perifer, jaga area kanulasi tidak tersentuh setelah penerapan tehnik aseptik pada kulit. 4. Pakailah sarung tangan baik bersih maupun steril ketika mengganti balutan kateter intravaskular.
140
DO ...
EVALUASI
• Observasi pasien setiap 1-2 jam untuk menentukan kondisi pemasangan dan status infusan. Ganti IV set tergantung kebijakan yang ditentukan atau berdasarkan kebutuhan. • Observasi respon pasien terhadap IV terapi. • Identifikasi hasil yang tidak diharapkan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN • Pencatatan dan pelaporan insersi IV dan informasi tentang infus dan tempat insersi. • Catat respon pasien terhadap infus IV dan pengkajian tempat pemasangan infus. • Dokumentasikan penggunaan infusion pump. • Laporkan hasil yang tidak diharapkan ke PJ atau dokter.
TERIMA KASIH
T
Academy Training Depart
143
DAFTAR PUSTAKA ACORN Standards for Perioperative Nursing 2010-2011: including Nursing Roles, Guidelines and Position Statements. Publisher: The (Australian College of Operating Nurses Ltd. South Australia. Australian Guidelines for Prevention and Control of Infection in Healthcare. 2010. Bentz, P. M., & Ellis, J. R. (2007). Modules for basic nursing skills (7th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. pp. 925-926. Burghardt, Chris. Et al. (2011). Fluids & Electrolytes Made Incredibly Easy! 5 thedition.Ambler : Lippincott Williams &
Wilkins. Department of Health and Human Services Tasmanian Infection Prevention & Control Unit. 2012 Duell, D. J., Martin, B. C., & Smith, S. F. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills (6th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc. pp. 1018-1019. Eckman, Margaret (2013) Nursing Procedures (6 th ed). China: Lippiconcott Williams & Wilkins.pp. 422-424. Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan Irawati. Jakarta: EGC. Higginson R, Parry A (2011).Phlebitis: treatment, care and prevention. Nursing Times; 107: 36, 18-21. Diakses dari http://www.nursingtimes.net/Journals/2011/09/09/a/x/r/130911_review_Higginson.pdf tanggal 22 Desember 2014 T
Academy Training Depart
144