TINJAUAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEKERJAAN PENINGKATAN PENINGKATAN JALAN DENGAN (HRS(HRSBASE) PADA RUAS JALAN J ALAN FAFINISIN-OENALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
OLEH
MARYO E. SUIKENU NIM. 1123713788
KONSENTRASI PERANCANGAN JALAN JEMBATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI KUPANG 2014 LEMBARAN PERSETUJUAN TINJAUAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEKERJAAN PENINGKATAN PENINGKATAN JALAN DENGAN (HRS(HRSBASE) PADA RUAS JALAN FAFINISIN-OENALI FAFINISIN-OENALI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring meningkatnya perkembangan suatu daerah dan untuk meningkatkan taraf hidup serta untuk memajukan perekonomian, diperlukan prasarana perhubungan yang fungsinya sangat penting dan vital, baik itu perhubungan perhubungan darat maupun laut. Dalam hal ini sarana s arana perhubungan dan pengembangan jaringan jalan adalah sangat penting untuk menunjang perkembangan di sektor-sektor lainnya. Jalan raya merupakan salah satu perhubungan darat yang keberadaannya keberadaannya sangat diperlukan guna menunjang menunjang kelancaran transportasi dan perekonomian yang baik dan cepat, dengan demikian perlu dipikirkan untuk meningkatkan dan membangun jalan guna meningkatkan kemudahan akses bagi suatu daerah atau wilayah. Dengan lancarnya sarana perhubungan pada suatu wilayah atau daerah akan berdampak pada pesatnya pertumbuhan perekonomian perekonomian wilayah tersebut, karena sistem mobilisasi barang dan jasa dapat berjalan lancar dan efisien, serta ser ta berguna juga untuk membuka daerah-daerah yang terisolir sekaligus dalam pengembangan wilayah khususnya daerah Timor Tengah Selatan. Ruas jalan Fafinisin-Oenali, kecamatan Mollo Selatan, kabupaten kabupaten Timor Tengah Tengah Selatan merupakan Ring Road yang ada pada Kab.Timor Tengah Selatan. Jalan ini dibangun untuk jalur bagi kendaraan-kendaraan berat (Truck dan Trailer), maupun Bus Bus yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan pada masa-masa yang akan datang. Seiring perkembangan lalulintas yang semakin meningkat, maka Pemerintah melakukan peningkatan pada ruas jalan ini. Peningkatan pada ruas jalan ini disebabkan karena lebar jalan tidak lagi memadai dan terjadi kerusakan pada beberapa titik diruas jalan ini. Ruas jalan direhabilitasi sepanjang 1575 meter. Pekerjaan dimulai dari tanggal t anggal 24 Juli 2014 sampai 20 November 2014 dengan sumber dana DAK (Dana Alokasi Khusus) dan pendamping DAK t ahun anggaran 2014 senilai 2.266.010.400,00 2.266.010.400,00 (Dua Milyar Dua Ratus Enam Puluh Enam Juta Sepuluh Ribu Empat Ratus Rupiah). Peningkatan dilakukan dengan cara pelebaran antara 5,5-6 meter, lapis tambah (Overlay). Overlay). Jenis lapisan yang digunakan adalah Lataston HRS-Base (Hot Roller Sheet). Peningkatan dilakukan bukan hanya pada lapisan perkerasan tetapi juga bangunan pelengkap berupa drainase, decker serta pelat pelayanan. Dari paparan diatas, maka penulis berkeinginan untuk menentukan judul penulisan laporan PKL yaitu, “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Widenning, Pemadatan Tanah Dasar, dan Urugan Pili han” pada peningkatan ruas jalan Fafinisin- Oenali.
Rumusan Masalah
Berdasarkan peninjauan pelaksanaan pekerjaan peningkatan ruas jalan Fafinisin -Oenali, maka masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah:
1. Bagaimana proses pekerjaan wedenning? 2. Bagaimana proses pekerjaan pemadatan tanah dasar? 3. Bagaimana proses pekerjaan Urugan pilihan (urpil)?
Tujuan Tujuan PKL o
Adapun tujuan pelaksanaan Praktek kerja lapangan: 1. Penulis diharapkan mampu memahami aspek pekerjaan konstruksi jalan yang sebenarnya. 2. Penulis diharapkan memahami pengendalian tenaga kerja material, biaya, dan kualitas pekerjaa 3. Penulis diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sebagai pe 1.3.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi tahapan pelaksanaan beberapa item pekerjaan pada ruas jalan Fafinisin-Oenali, antara lain: 1. Pekerjaan wedenning 2. Pekerjaan pemadatan tanah dasar 3. Pekerjaan Urugan Pilihan 1.4.
Batasan masalah/Ruang Lingkup PKL
Mengingat waktu PKL yang sangat terbatas dan item pekerjaan yang sangat banyak, maka pekerjaan yang ditinjau pada proyek peningkatan Ruas jalan Fafinisin-Oenali adalah sebagai berikut. 1. Pekerjaan wedenning 2. Pekerjaan pemadatan tanah dasar 3. Pekerjaan Urugan Pilihan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jalan
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan atau diatas tanah dan air. Jalan berfungsi sebagai sarana transportasi darat yang menghubungkan antar daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam menunjang pembangunan bangsa terutama pertumbuhan ekonomi, persatuan, dan kesatuan serta membantu dalam pelayanan pemerataan dan penyebaran pembangunan. Untuk mengoptimalkan fungsi jalan, maka jalan harus berada pada keadaan baik dalam hal ini, yang memenuhi kriteria konstruksi perkerasan. Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah sangat mendesak untuk dilaksankan adalah pembangunan dalam bidang prasarana perhubungan, khususnya sektor transportasi darat (jalan raya) hal ini dianggap penting karna jalan raya merupakan bagian yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang pembangunan bangsa terutama dalam pertumbuhan ekonomi, persatuan dan kesatuan serta membantu dalam pelayanan pemerataan dan penyebaran pembangunan dalam kota seperti Peningkatan Ruas Jalan Fafinisin-Oenali, kabupaten Timor Tengah Selatan. Menurut Sukirman (2010), Pekerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada pengguna transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi juga ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis. Lapis permukaan (Surface Course) merupakan lapis paling atas dari struktur perkerasanjalan yang fungsi utamanya sebagai berikut: 1. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus memiliki stabiitas tinggi selama masa pelayanan 2. Lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari kendaraan yang mengerem 3. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas lapis permukaan tidak meresap ke lapis dibawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan jalan 4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda kendaraan, hujan, dingin dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan rusak sehinnga disebut lapis aus. Lapisan dibawah lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, disebut lapis permukaan antara
(binder course), berfungsi memikul beban lalulintas dan mendistribusikannya ke lapis pondasi. Dengan demikian lapis permukaan dapat dapat dibedakan menjadi: 1. Lapis Aus (wearing course) yaitu lapis permukaan yang kontak dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca 2. Lapis Permukaan Antara (binder course) yaitu lapis permukaan yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan lapis permukaan yang menggunaakan agregat bergradasi senjang dengan ukuran agregat makksimum 19mm (3/4 inci). Ada dua jenis Lataston yang digunakan yaitu: 1. Lataston Lapis Aus, atau Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC), tebal nominal minimum 30mm dengan tebal toleransi ± 4mm 2. Lataston Lapis Permukaan Antara, atau Hot Rolled Sheet Base Course (HRS-BC), tebal minimum 35mm dengan tebal toleransi ± 4mm HRS-WC memiliki agregat halus dan bahan pengisi ( filler) lebih banyak dari HRS-BC. Lataston sebaiknya digunakan untuk lalulintas < 1 juta lss selama umur rencana (Sukirman,2010).
Fungsi Jalan, Sistem Jaringan Jalan Dan Klasifikasi Jalan Fungsi Jalan o
Berdasarkan fungsi jalan dapat dibedakan atas: 1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan cirri-ciri perjalan jarak sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ci ri perjalanan jalan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jala n masuk tidak dibatasi.
Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan dibedakan atas dua yaitu: 1. Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer adalah jalan dengan peran pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasioanal yang kemudian terwujud kota. Jaringan jalan primer menghubungkan: 1. Kota jenjang kesatu (ibu kota propinsi), kota jenjamg kedua (ibu kota kabupaten, kota madya), kota jenjang ketiga (kecamatan), dan jenjang dibawahnya dalam suatu satuan wilayah pengembangan. 2. Kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan. Sistem jaringan jalan primer terdiri dari : 1. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jemjang kedua.
Persyaratan arteri primer adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kecepatan rencana > 60 km/jam Lebar badan jalan > 8,00 m Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehinggga kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan local, lalu lintas ulang-aling Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan kurang dari dua. Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kecepatan rencana > 40 km/jam Lebar badan jalan > 7.00 m Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun tidak memasuki daerah kota. Jalan masuk dibatasi sehinggga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terganggu. Indeks permukaan tidak kurang dari dua. Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjamg ketiga dengan kota jenjang keti ga, kota jenjang ketiga dengan dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil.
Persyaratan jalan lokal primer adalah: 1. 2. 3. 4.
Kecepatan rencana > 20 km/jam. Lebar badan jalan > 6.00 m. Jalan local primer tidak terputus walaupun memasuki desa. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5.
2. Sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan sekunder adalah system jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari : 1. Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder adalah : 1. 2. 3. 4.
Kecepatan rencana > 30 km/jam. Lebar badan jalan > 8,00 m Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.
5. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5 6. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder adalah : 1. 2. 3. 4.
Kecepatan rencana > 20 km/jam. Lebar badan jalan > 7,00 m. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5 Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan ketiga dan seterusnya sampai keperumahan.
Persyaratan jalan lokal sekunder adalah : 1. Kecepatan rencana > 10 km/jam. 2. Lebar badan jalan > 5.00 m. 3. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,0
Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan terdiri dari : 1. Jalan Nasional Jalan nasional terdiri dari : 1. Jalan arteri primer. 2. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibu kota propinsi. 3. Jalan yang selain termasuk arteri atau kolektor primer, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasioanal, yakni jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi mempunai peranan menjamin kesatuan dan kebutuhan nasioanal, melayani daerah yang rawan dan lain-lain. 4. Jalan Propinsi. Jalan propinsi terdiri dari : 1. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota propinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota madya. 2. Jalan yang selain yang disebut diatas yang mempunyai nilai strategis ter hadap kepentingan propinsi yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan yang baik dalam pemerintah daerah tingkat satu dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. 3. Jalan Kabupaten atau Kota Madya. Jalan kabupaten atau kota madya terdiri dari : 1. Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk dalam kelompok jalan nasioanal dan jalan kelompok propinsi.
2. Jalan lokal primer. 3. Jalan sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai jalan nasional dan jalan propinsi. 4. Jalan selain dari yang disebutkan diatas yang mempunyai nilai strate gis terhadap kepentingan kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi tetapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan dalam pemerintah daerah. 5. Jalan desa Jaringan jalan sekunder didalam desa yang merupakan hasil swadaya mas yarakat, baik yang ada didesa maupun yang ada dikelurahan. 5. Jalan khusus. Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau badan hukum atau perseorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.
Jenis dan Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan
Pembangunan jalan baik peningkatan atau pembangunan jalan baru d engan bentangan seberapa kilometer dibutuhkan batu-batuan dan aspal yang sangat besar jumlahnya. Oleh karna itu kontruksi perkerasan jalan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap lokasi yang akan dibangun jalan tersebut, terutama disesuaikan dengan bahan yang mudah dan masih dapat diperoleh dilokasi tersebut. Menurut Sukirman Silvia (1999) dalam bukunya perkerasan lentur jalan raya yang dinyatakan bahwa berdasarkan bahan pengikatnya kontruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas : 1. Kontruksi perkerasan lentur yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan yang bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar. 2. Kontruksi perkerasan kaku yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Plat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan atau tanpa tanah lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton. 3. Kontruksi perkerasan komposit yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat berupa perkerasan kaku dan perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur adal ah dapat dilihat pada table 2.1 brikut ini: Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
1
Bahan Pengikat Aspal
2
Timbul rutting Timbul retek-retak Repetisi Beban (lendutan pada jalur pada permukaan roda)
3
4
Semen
Penurunan Tanah Dasar
Jalan Bergelombang (mengikuti tanah dasar)
Bersifat sebagai balok diatas perletakan
Perubahan Temperatur
Modulus kekakuan berubah & Timbul tegangan dalam yang kecil
Modulus kekakuan tidak berubah & Timbul tegangan dalam yang besar
Table 2.1 Perbedaan Perkerasan Lentur Dan Perkerasan Kaku. Sumber : Sukirman Silvia (1999). Konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-s yarat tertentu yang dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Syarat-syarat berlalu lintas, yaitu: 2. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak mel endut dan tidak berlubang 3. Permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya 4. Permukaan cukup kesat sehingga memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip 5. Permukaan tidak mengkilap atau tidak silau jika kena sinar matahari 6. Syarat-syarat kekuatan atau structural, yaitu: 7. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban atau muatan lalulintas ke tanah dasar 8. Kedap terhadap air sehingga air tidak mudah resap ke lapisan dibawahnya 9. Permukaan mudah mengalirkan air sehinggaair hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat dialirkan 10. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut diatas, maka perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakup: 1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban laluli ntas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode yang ada
2. Analisa campuran bahan Dengan memperhatikan jumlah bahan setempat yang tersedia dan mutu, direncanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih 3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan
Jenis Dan Fungsi Lapisan Perkerasan
Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-la pisan yang diletakan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu l intas dan menyebarkan kelapisan dibawahnya. Kontruksi perkerasan terdiri dari: 1. 2. 3. 4.
Lapisan permukaan (Surface Course) Lapisan pondasi atas (Base Course) Lapisan pondasi bawah (Subbase Course) Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Kontruksi perkerasan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini: Gambar 2.1 Susunan Perkerasan Jalan Sumber: Sukirman Silvia (1999). Beban lalu lintas yang bekerja diatas kontruksi perkerasan dapat dibedakan atas : 1. Muatan kendaraan berupa gaya vertical. 2. Gaya rem kendaraaan berupa gaya horizontal. 3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran. Karna bersifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing- masing lapisan berbeda. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja. Lapisan pondasi atas menerima gaya vertical dan getar. Sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya vertikal saja.
Lapisan Permukaan ( Surface Course)
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai: 1. Lapisan perkerasan yang menahan beban roda. Oleh karna itu lapisan ini harus mempunyai stabilitas yang tinggi untuk menahan beban roda selama umur rencana jalan. 2. Lapisan kedap air yaitu air tidak meresap kelapisa n yang ada dibawahnya.
3. Lapisan aus yaitu lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. 4. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah. Agar dapat memenuhi fungsi lapisan tersebut maka pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis lapisa n permukaan yang umumnya digunakan di Indonesia adalah :
Lapisan yang bersifat nonstructural yaitu lapisan yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air. Lapisan ini antara lain:
1. Burtu (Leburan aspal satu lapis) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisa n aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat yang bergradasi seragam. 2. Burda (leburan aspal dua lapis) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditabur agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. 3. Latasir (lapis tipis aspal pasir) lapisan ini merupakan lapisan aspal penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. 4. Buras (leburan aspal) merupakan lapisan penutup terdiri dari asp al taburan pasir. 5. Latasbum (lapis tipis asbuton murni) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yangt dicampur secara dingin. 6. Lataston (lapisan tipis aspal buton) lapisan ini dikenal dengan nama hot rool sheet (HRS) meruapakan lapisan penutup terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan. Jenis lapisan permukaan atas walaupun bersifat non structural tapi dapat menambah gaya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehinggga secara keseluruhan manambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan digunakan terutama untuk pemeliharaan jalan.
Lapisan bersifat struktural
Lapisan berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda. Lapisan stuktural terdiri dari: 1. Lapisan penetrasi macadam (lapen) yaitu merupakan lapisan perkeras an yang terdiri agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen biasanya diberi leburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasai dari 4 – 10 cm. 2. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri campuran antara agragat, asbuton dengan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan s ecara dingin. Tebal pada tiap lapisan antara 3-5 cm. 3. Laston (lapisan aspal beton) merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Lapisan Pondasi Atas (Base Course) o
Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapisan pondasi atas. Fungsi lapisan pondasi atas adalah: 1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya. 2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. 3. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan plastisitas indeks (PI) <4%. Bahan alam sepeeti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapujr dapat digunakan sebagai lapisan pondasi atas. Jenis lapisan pondasi atas yamg umumnya digunakan di Indonesia antara lain:
Agregat bergradasi baik dapat dibagi atas :
1. Batu pecah kelas A 2. Batu pecah kelas B 3. Batu pecah kelas C Batu pecah kelas A mempunyai gradasi lebih kasar dari batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pacah kelas C. kriteria dari masing-masing jenis lapisan ini dapat diperoleh dari spesifikasi yang diberikan. Sebagai contoh diberikan persyaratan gradasi dari pondasi atas kelas B : lapisan pondasi kelas B terdiri dari campuran kerikil dan kerikil pecah dengan berat jenis yang seragam, dengan pasir lanau atau lempung dengan persyaratan dibawah ini: Tabel 2.2 : Persyaratan Gradasi Dari Pondasi Atas Kelas B ASTM Presentase berat standard sieve butir yang lewat 1 ½”
100
1”
60 – 100
¾”
55 – 85
No. 4
35 – 60
No. 10
25 – 50
No. 40
15 – 30
No. 20
08 – 15
Sumber : Sukirman silvia (1999). Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,02 mm harus tidak lebih dari 3% dari berat total contoh bahan yang diuji.
Pondasi macadam. Pondasi telfrod. Penetrasi Macadam (Lapen) Aspal beton pondasi. Stabilitas yang terdiri dari :
1. Stabilitas agregat dengan semen (Cement Treated Base) 2. Stabilitas agregat dengan kapur (Lime Treated Base) 3. Stabilitas agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base) Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) o Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah tanah dasar dinamakan lapisan pondasi bawah. Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai : 1. Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ketanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat merupakan CBR 29% dan plastisitas indeks ( IP) < 10%. 2. Efesiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relative murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya. 3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal. 4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi. 5. Lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segra menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda – roda alat berat. 6. Lapisan untuk mencegah partikel – pertikel halus dari tanah dasar naik kelapisan pondasi atas. Untuk itu lapisan pondasi bawah harus memenuhi syarat filter, yaitu: Dimana : D15 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 15% D85 = diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos 85% Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia antara lain : 1. Agregat yang bergradasi baik, dibedakan atas: 1. Sirtu/pitrun kelas A 2. Sirtu/pitrun kelas B 3. Sirtu/pitrun kelas C Sirtu kelas A bergradasi lebih besar dari sirtu kelas B yang masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan. 2. 3. 4. 5.
Stabilisasi : Stabilitas agregat dengan semen ( cemen treated base ) Stabilitas agregat dengan kapur ( lime treated bese ) Stabilitas tanah dengan semen ( soil cement
stabilization ) 1. Stabilitas tanah dengan kapur ( soil lime stabilization ) Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) o Lapisan ini terletak pada dasar lapisan yang berfungsi sebagai landasan dari perkerasan jalan. Lapisan ini merupakan lapisan terpenting dari kontruksi jalan, karna tanah dasar inilah yang mendukung seluruk kontruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya. Lapisan tanah dasar dapat berupah tanah asli yangt dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain yang dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainya.
Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum dan diusahakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Hal ini dapat dicapai dengan kelengkapan drainase yang memenuhi syarat. Kekuatan dan keawetan kontruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat -sifat daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemukan menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut: 1. Perubahan bentuk dari tiap jenis tanah tertenntu akibat lalu lintas. 2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tersebut akibat perubahan kadar air. 3. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah-daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda. 4. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. 5. Pernbedaan penurunan akibat terdapat lapisan-lapisan tanah lunak dibawah tanah dasar yang mengakibatkan terjadinya perubahan. Pekerjaan galian o Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa ba han galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan. Pekerjaan galian dapat berupa :
Galian Biasa Galian Batu Galian Struktur Galian Perkerasan Beraspal Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur. Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya.
Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan la ma dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan). Prosedur penggalian Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau ta nah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi syarat dan dipadatkan. Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Peledakan dilarang dan penggalian batu dilakukan dengan cara lain, jika, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya. Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh bl asting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya. Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama. Galian untuk struktur dan pipa Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan. Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-
masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan. Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut. Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor. Galian pada borrow pits Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan. Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus mendapat ijin terlebih dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai. Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan. Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang direncanakan. Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya tanpa genangan. Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian. Galian pada perkerasan aspal yang ada Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling dengan pengrusakan sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang ditentukan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok. Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata. Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling, material yang terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok. Pemadatan Tanah Dasar
Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemampatan lereng timbunan.
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah meningkat. Harap dicatat bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari tanah adalah sama dengan berat volume keringnya. Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secar bertahap pula. Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah proctor compaction (uji pemadatan Proctor).
Pemadatan tanah danAlat-alat yang digunakan
Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan, tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri. Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat tercapai. Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya diuraikan sbb : 1. Peralatan Mekanik Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik. Adapun macam-macam / type dari alat ini adalah sebagai berikut : 1. Three Wheel Roller. Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air) ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton. 2. TandemRoller Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat dilakukan dengan menambahkan zat cair. 3. Pneumatik Tired Roller ( PTR ). Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah
dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir. 1. Peralatan Manual Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil / pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual : 1. Alat Pemadat Tangan Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan. 2. Alat pemadat silinder beton Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara m elakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.
Pemadatan di Lapangan
Hampir semua pemadatan di lapangan dilakukan dengan penggilas. Jenis penggilas yang umum digunakan adalah: 2. Penggilas besi berpermukaan halus Penggilas besi berpermukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah dasar dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada timbunan tanah pasir atau lempung. 3. Penggilas ban-karet (angin) Penggilas ban-karet dalam banyak hal lebih baik daripada penggilas besi bermukaan halus. Penggilas ban-karet pada dasarnya merupakan sebuah kereta bermuatan berat dan beroda karet yang tersusun dalam beberapa baris yang berjarak dekat. 4. Penggilas kaki kambing Penggilas kaki kambing adalah berupa selinder yang mempunyai banyak kai-kaki yang menjulur ke luar dari drum. Alat ini sangat efektif untuk memadatkan tanah lempung. 5. Penggilas getar. Penggilas getar sangat berfaedah untuk pemadatan tanah berbutir (pasir, kerikil, dan sebaginya) alat getas apa saja dipasangkan pada penggilas besi permukaan halus, penggilas ban-karet, atau pada penggilas kaki kambing untuk menghasilkan getaran pada tanah.
Spesifikasi untuk Pemadatan di Lapangan
Pada hampir semua spesifikasi untuk pekerjaan tanah, kontraktor diharuskan untuk mencapai suatu kepadatan lapangan yang berupa berat volume kering sebesar 90 sampai 95% berat volume kering maksimum tanah tersebut. Pada pemadatan tanah berbutir, spesifikasi pemadatan kadangkadang diberikan dalam bentuk istilah kerapatan relatif.
Pemadatan Tanah Organik
Adanya bahan-bahan organikpada suatu tanh cenderung mengurangi kekuatan tanah ters ebut. Dibanyak hal pada umumnya, tanah dengan kadar bahan organik yang tinggi tidak dipakai sebagai tanah urug. Akan tetapi, karena alasan-alasan ekonomis tertentu, kadang-kadang tanah dengan kadar organik rendah terpaksa harus dipakai dalam pemadatan.
Penentu Berat Volume Akibat Pemadatan di Lapangan
Pada waktu pekerjaan pemadatan berlangsung, tentunya perlu diketahui apakah berat volume yang ditentukan dalam spesifikasi dapat dicapai atau tidak. Prosedur standar untuk menentukan berat volume dilapangan akibat pemadatan adalah: 1. Metode kerucut pasir Kerucut pasir terdiri atas sebuah botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam dipasang diatasnya. Botol plastik dan kerucut ini diisi dengan pasir ottawa kering bergradasi buruk. Di lapangan, sebuah lubang kecil digali pada permukaan tanah yang telah dipadatkan. Bila berat tanah basah yang digali dari lubang tersebut dapat ditentkan dan kadar air dari tanah galian itu juga diketahui. Setelah lubang tersebut digali, kerucut dengan botol berisi pasir diletakkan di atas lubang itu.Pasirnya dibiarkan mengalir keluar dari botol mengisi se luruh lubang dan kerucut. Sesudah itu, berat dari tabung, kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang. Jadi, W5 = W1 – W4 Dimana: Ws = berat dari pasiryang mengisi lubang dan krucut volume dari lubang yang digali dapat ditentukan sebagai berikut: Dimana: Wc = berat pasir yang mengisi kerucut saja = berat volume kering dari pasir ottawa Harga-harga Wc dan ᵧd(pasir) ditentukan denagn kalibrasi yang dilakukan dilaboratorium. 2. Metode balon karet Prosedur pelaksanaan metode balon karet sama dengan metode kerucut pasir, yaitu sebuah lubang uji digali dan tanah asli diambil dari lubang tersebut dan ditimbang beratnya. Tetapi volume lubang ditentukan dengan memasang balon karet yang berisi air pada lubang tersebut. Air ini berasal dari suatu bejana yang sudah terkalibrasi , sehingga volume air yang mengisi lubang ( sama dengan volume lubang ) dapat langsung dibaca.
3. Penggunaan alat ukur kepadatan nuklir Alat ukur pemadatan nuklir sekarang telah digunakan pada beberapa untuk menentukan berat volume kering dari tanah yang dipadatkan. Alat ini dapat dioprasikan didalam sebuah lubang galian atau permukaan tana.Alat ini dapat mengukur berat tanah basah persatuan volumedan juga berat air yang ada pada suatu satuan volume tanah.Berat volume kering dari tanah dapat ditentukan dengan cara mengurangi berat basah tanah dengan cara mengutangi berat basah tanah dengan barat air per satuan volume tanah.
Teknik-teknik Pemadatan khusus
Beberapa tipe teknik pemadaatan khusus akhir-akhir ini telah dikembangkan, dan tipe-tipe khusus tersebut telah dilaksanakan di lapangan untuk pekerjaan-pekerjaan pemadatan skala besar. Diantaranya metode yang terkenal adalah pemadatan getar apung, pemadatan dinamis, ledakan, pembebanan, dan pemompa air dari dalam tanah.
Timbunan Pilihan
Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air.
Penghamparan dan pemadatan timbunan
1. Penghamparan timbunan
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal l apisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-l apisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan le reng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
2. Pemadatan timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama. Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempat kan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya. Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui.