DAFTAR ISI
Halaman Daftar Isi
i
Daftar Tabel
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Lampiran
v
Bab 1
Ketentuan Umum
I-1
1.1
Istilah dan Definisi
I-1
1.2
Acuan Normatif
I-4
1.3
Kedudukan, Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Provinsi
I-5
1.3.1
Kedudukan RZWP-3-K
I-5
1.3.1.1
Kedudukan RZWP-3-K dalam Sistem Penataan Ruang dan
I-5
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 1.3.1.2
Kedudukan RZWP-3-K dalam UU No.27 Tahun 2007
I-7
1.3.1.3
Kedudukan Pedoman Teknis RZWP-3-K dalam UU No.27
I-9
Tahun 2007 1.3.2
Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K
I-10
1.4
Maksud dan Tujuan
I-10
1.5
Masa Berlaku RZWP-3-K Provinsi
I-10
3.4.4
III-56
3.5
Identifikasi Dampak Kegiatan Dari Wilayah Sekitar Yang Mempengaruhi Wilayah Perencanaan Dokumen Awal
3.6
Konsultasi Publik
III-58
3.7
Penentuan Usulan Alokasi Ruang 3.7.1 Tumpang Susun Peta-Peta Tematik Dalam Dokumen Awal Untuk Dituangkan Dalam Peta Paket Sumber Daya 3.7.2 Identifikasi Nilai-Nilai Sumber Daya Dalam Peta Paket Sumberdaya dan Analisis Kesesuaian Terhadap Kriteria Kawasan, Zona, Sub Zona, Dan/Atau Pemanfaatannnya 3.7.3 Penentuan Usulan Kawasan, Zona, Sub Zona, dan/Atau Pemanfaatannnya Dokumen Antara
III-60 III-60
3.8.1 3.8.2 3.8.3
III-69 III-76 III-83
3.9
Analisis Lanjutan Paket Sumberdaya Penetapan Alokasi Ruang Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan dengan RTRW 3.8.4 Resolusi Konflik Konsultasi Publik
3.10
Dokumen Final
III-93
3.10.1 Penyusunan Pernyataan Zona ( Zoning text ) dan Arahan Zoning regulation) Peraturan Zonasi ( Zoning 3.10.2 Tinjauan terhadap RTRW dan Rencana Pembangunan Lainnya
III-91
3.8
III-57
III-62
III-67 III-69
III-85 III-89
III-92
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.1
Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan, Zona dan Sub Zona Provinsi
II-4
Tabel 2.2
Pembagian Kawasan menjadi Zona dan/atau Arahan Pemanfaatan
II-4
Tabel 3.1
Tujuan dan Sasaran Peserta Sosialisasi Penyusunan RZWP-3-K
III-3
Tabel 3.2
Materi, Jadwal Pelaksanaan, Metode, Serta Output Sosialisasi Penyusunan
III-4
RZWP-3-K Tabel 3.3
Identifikasi Stakeholders
III-5
Tabel 3.4
Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Penyusunan RZWP-3-K
III-7
Tabel 3.5
Jenis Peta Dasar dan Citra Satelit
III-12
Tabel 3.6
Kebutuhan Data Dasar (Baseline Dataset)
III-13
Tabel 3.7 Tabel 3.8
Kebutuhan Data Spasial dan Non Spasial Tematik Klasifikasi Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
III-15 III-50
Tabel 3.9
Tujuan
dan
Output Output
Pelaksanaan Konsultasi
dan
Partisipasi Partisipasi
Publik
III-58
Perencanaan Zonasi WP-3-K Tabel 3.10
Target Peserta dalam Pelaksanaan Konsultasi dan Partisipasi Publik
III-59
Perencanaan Zonasi WP-3-K Tabel 3.11
Output, Materi, Metode dan Lokasi pada Konsultasi Publik Pertama Penyusunan RZWP-3-K
III-59
Tabel L1.2
Tolok Ukur dan Kategori Daya Dukung Lahan Pantai Untuk Pertambakan
L.1-3
Tabel L1.3
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Laut (KJA dan Rumput
L.1-3
Laut) Tabel L1.4
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Air Payau
L.1-4
Tabel L1.5
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Udang
L.1-5
Tabel L1.6
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Bandeng
L.1-5
Tabel L1.7
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerang Hijau
L.1-5
Tabel L1.8
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada
L.1-6
maxima)
Tabel L1.9
Parameter Iklim dan Pengaruhnya terhadap Tambak Garam
L.1-7
Tabel L1.10
Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Bahari
L.1-7
Tabel L1.11
Kriteria Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam Penetapan Lokasi
L.1-8
Tabel L1.12
Parameter Kesesuaian Wisata Selam
L.1-8
Tabel L1.13
Parameter Kesesuaian Wisata Snorkeling
L.1-9
Tabel L1.14
Parameter Kesesuaian Wisata Berperahu, jet Ski dan Banana Boat
L.1-9
Tabel L1.15
Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Rekreasi Pantai
L.1-9
Tabel L1.16
Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur (Sun
L.1-10
Bathing)
Tabel L1.17
Penggolongan Kelas Pelabuhan Berdasarkan Kriteria Teknis
L.1-11
Tabel L1.18
Kriteria Pelabuhan Khusus
L.1-12
Tabel L1.19
Kriteria Pelabuhan Daratan
L.1-12
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1
Kedudukan Rencana Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang
I-6
Dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 2.1
Kedudukan Rencana Zonasi dalam UU No.27 Tahun 2007 Kedudukan Pedoman RZWP-3-K terhadap Peraturan Perundangan Terkait Contoh penarikan garis batas pada pulau kecil yang berjarak lebih dari
I-8 I-9 II-1
2 (Dua) kali 12 mil namun berada dalam 1 (Satu) provinsi Gambar 2.2
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau Kecil Yang Berjarak
II-2
Kurang Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil Yang Berada Dalam 1 (Satu) Provinsi Gambar 2.3
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Gugusan Pulau-Pulau
II-2
Yang Berada Dalam Satu Provinsi Gambar 2.4
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau Kecil Yang Berjarak
II-4
Kurang Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil Dan Berada Pada Provinsi Yang Berbeda Gambar 2.5
Ilustrasi Pola Ruang Laut Tiga Dimensi
II-7
Gambar 3.1
Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
III-1
Gambar 3.2
Proses penyusunan RZWP-3-K Provinsi Melalui Pelibatan Masyarakat
III-2
Gambar 3.3
Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Kabupaten Kota
III-3
Gambar 3.4
Struktur Organisasi Pokja Penyusunan Rencana Zonasi Provinsi
III-9
Gambar 3.5
Ilustrasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
III-55
Gambar L.8.7
Contoh Model Penjalaran gelombang dari arah utara
L8-4
Gambar L.8.8
Contoh peta sebaran suhu
L8-4
Gambar L.8.9
Contoh peta sebaran TSS
L8-5
Gambar L.8.10
Contoh peta sebaran PH
L8-5
Gambar L.8.11
Contoh peta sebaran salinitas
L8-6
Gambar L.8.12
Contoh peta sebaran DO
L8-6
Gambar L.8.13
Contoh peta sebaran BOD 5
L8-7
Gambar L.8.14
Contoh peta sebaran Amonia
L8-7
Gambar L.8.15
Contoh peta sebaran Nitrat
L8-8
Gambar L.8.16
Contoh peta sebaran Fosfat
L8-8
Gambar L.8.17
Contoh peta penggunaan lahan
L8-9
Gambar L.8.18
Contoh peta sebaran tematik tata ruang (peta struktur ruang)
L8-9
Gambar L.8.19
Pemanfataan ruang wilayah pesisir dan laut
L8-10
Gambar L.8.20
Contoh peta kesesuaian pemanfaatan lahan dan perairan
L8-10
Gambar L.8.21
Contoh peta sumberdaya air
L8-11
Gambar L.8.22
Contoh peta ekosistem pesisir
L8-11
Gambar L.8.23
Contoh peta sumberdaya ikan
L8-12
Gambar L.8.24
Contoh peta infrastruktur
L8-12
Gambar L.8.25
Contoh peta jumlah penduduk
L8-13
Gambar L.8.26
Contoh peta pergerakan ekonomi wilayah
L8-13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1
Kriteria Kesesuaian
L1-1
Lampiran 2
Analisis Potensi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
L2-1
Lampiran 3
Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
L3-1
Lampiran 4
Outline Dokumen RZWP-3-K Provinsi
L4-1
Lampiran 5
Muatan Ranperda RZWP-3-K Provinsi
L5-1
Lampiran 6
Contoh Berita Acara Pemberian Tanggapan/saran
L6-1
Lampiran 7
Contoh RAB (Rencana Anggaran Biaya)
L7-1
Lampiran 8
Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
L8-1
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Bab I Ketentuan Umum
1.1.
Istilah dan Definisi Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan : 1
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang tersedia.
2
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
9
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang memuat arah kebijakan lintas sektor untuk kawasan perencanaan pembangunan melalui penetapan tujuan, sasaran dan strategi yang luas, serta target pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk memantau rencana tingkat nasional.
10
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
11
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan.
12
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah tindak lanjut rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap kawasan perencanaan.
13
Rencana Zonasi Rinci adalah rencana detail dalam 1 (satu) zona berdasarkan arahan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
18
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
19
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
20
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah.
21
Penataan Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu sistem proses perencanaan zonasi, pemanfaatan ruang/zona, dan pengendalian pemanfaatan ruang/zona WP-3-K.
22
Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.
23
Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah Pesisir yang ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. (Kawasan Pemanfaatan Umum setara dengan kawasan budidaya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).
24
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. (Kawasan Konservasi setara dengan kawasan lindung dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang)
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
31
Konsultasi publik adalah proses penggalian masukan yang dapat dilakukan melalui rapat, musyawarah, dan/atau bentuk pertemuan lainnya yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
32
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194 5.
33
Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
34
Pemangku Kepentingan Utama adalah para pengguna sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai kepentingan langsung dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti nelayan tradisional, nelayan modern, pembudidaya ikan, pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan masyarakat pesisir
35
Instansi terkait adalah instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, unit pelaksana teknis, dan instansi vertikal yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
36
Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan.
37
Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang bertanggung jawab di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
1.3.
Kedudukan, Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Provinsi
1.3.1.
Kedudukan RZWP-3-K
1.3.1.1 Kedudukan RZWP-3-K dalam Sistem Penataan Ruangdan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa Ruang laut dan ruang udara pengelolaanya diatur dengan undang-undang tersendiri” (Pasal 6 ayat 5 UU nomor 26 tahun 2007).Hal ini ditindaklanjuti ke dalam UU No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Disebutkan di dalam UU No.27 tahun 2007 pada Pasal 5, bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antar pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahun dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya di Pasal 7 ayat 3 disebutkan bahwa Pemerintah daerah wajib menyusun rencana zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan masing-masing . Pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota menyusun RZWP-3-K dengan memperhatikan: 1.
RSWP-3-K atau RPJPD atau RPJMD provinsi atau kabupaten/kota yang terkait dengan pengelolaan WP3K
2.
alokasi ruang untuk akses publik;
3.
alokasi ruang untuk kepentingan sosial, ekonomi, dan budaya dengan tetap memperhatikan kepemilikan serta penguasaan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
menegaskan bahwa RZWP-3-K harus diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi. Rencana Tata Ruang Wilayah dalam UU No.26 Tahun 2007 termasuk dalam Rencana Umum Tata Ruang yang secara hirarki terdiri dari RTRW Nasional, RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota. Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keterkaitan dengan kebijakan perencanaan pembangunan nasional dan kebijakan penataan ruang. Berdasarkan tujuan perencanaan pembangunan nasional, aktualisasi UU No. 25 Tahun 2004 diantaranya ditandai dengan dihasilkannya: (a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang ; (b) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah; dan (c) Rencana Pembangunan Tahunan. Keseluruhan dokumen perencanaan tersebut menjadi pedoman bagi pelaksanaan segenap urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran daerah pada akhir periode rencana, dan sekaligus menjadi dasar dalam penganggaran (pembiayaan) program dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, segala jenis dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diatur dalam UU No. 27 Tahun 2007 harus mengedepankan keterpaduan dan keselarasannya terhadap
dokumen
perencanaan
pembangunan,
guna
menjamin
keberfungsian
dan
keteralokasian anggaran dalam pelaksanaannya.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Hasil arahan RZWP-3-K dapat digunakan sebagai pertimbangan didalam penetapan struktur dan pola ruang RTRW. Substansi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan alokasi ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Alokasi ruang
meliputi wilayah perairan dan wilayah daratannya untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap sumberdaya di WP-3-K; 2. Penetapan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), menjadi muatan yang direkomendasikan kedalam penentuan kawasan strategis baik Nasional/ Provinsi/ Kabupaten /Kota pada RTRW.
1.3.1.2 Kedudukan RZWP-3-K dalam UU No.27 Tahun 2007 Proses pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; antar-Pemerintah Daerah; antarsektor; antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat; antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut; dan antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen. Lingkup pengaturan UU No. 27 Tahun 2007 secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian.
Perencanaan :. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan agar dapat mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi dengan pelestarian sumber
Ped Pe d o man ma n Teknis Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Provinsi
penetapan tujuan pengelolaan Kawasan serta revisi terhadap penetapan tujuan dan perizinan; mekanisme pelaporan yang teratur dan sistematis untuk menjamin tersedianya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses; serta ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih untuk mengimplementasikan kebijakan dan prosedurnya. 4. Rencana Aksi Pengelolaan dilakukan dengan mengarahkan Rencana Pengelolaan dan Rencana Zonasi sebagai upaya mewujudkan rencana strategis Hasil dari perencanaan tersebut selanjutnya diwujudkan diwujudkan dalam beberapa elemen kegiatan berdasarkan kedalaman materi kebijakan yang terkandung didalamnya yakni Rencana Strategis, Rencana Zonasi (RZWP-3-K), Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi. Unsurpemanfaatannya diatur dalam kebijakan Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan disekitarnya, IP3 (Izin Pengusahaan Perairan Pesisir), Pesisir), Konservasi, Rehabilitasi, Reklamasi, dan Larangan. Sedangkan unsur pengawasan dan pengendalian (Wasadal) diatur melalui kebijakan Akreditasi, Insentif, Disinsentif, Pencabutan Hak, dan Mitra Bahari. Kedudukan Rencana Zonasi dalam kerangka kebijakan nasional yakni UU no.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, secara diagramatis dapat digambarkan pada gambar 1.2 UU NO.27 TAHUN 2007
PERENCANAAN
PEMANFAATAN
WASADAL
Ped Pe d o man ma n Teknis Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Provinsi
1.3.1.3 Kedudukan Pedoman Pedoman Teknis RZWP-3-K dalam UU No.27Tahun No.27Tahun 2007 Pedoman TeknisPenyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K)memiliki keterkaitan dengan peraturan perundangan lainnya. Masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat komplementer. Secara diagramatis keterkaitan dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1.3. Kedudukan Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K merupakan penjabaran dari Permen Kelautan dan Perikanan No. 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan WP3K. WP3K. Pedoman ini memiliki keterkaitan dengan PP No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan yang merupakan turunan dari UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Keterkaitan ini terutama berkenaan dengan penetapan kawasan konservasi di WP-3K. Hal mengenai Kawasan Konservasi yang yang merupakan turunanPP No. No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2 tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Sedangkan turunan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan WP-3-K mengenai kawasan konservasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pedoman ini menjelaskan lebih rinci mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penyusunan RZWP-3-K Provinsi dijelaskan lebih detail dalam beberapa petunjuk teknis sebagaimana tersebut dalam gambar dibawah.
Ped Pe d o man ma n Teknis Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Provinsi
1.3.2.
Fungsidan Manfaat RZWP-3-K RZWP-3-K Provinsi, antara lain berfungsi sebagai: 1)
acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ;
2)
acuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
3)
acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
4)
acuan lokasi investasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
5)
dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
6)
acuan dalam administrasi pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Manfaat RZWP-3-K Provinsi adalah untuk : a)
Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya WP3K
b)
Menjamin harmonisasi antara kepentingan pembangunan ekonomi dengan pelestarian SD pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
c)
Mewujudkan keterpaduan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan wilayah daratannya
d)
1.4.
Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah Provinsi dengan wilayah sekitarnya.
Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai panduan bagi pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K oleh
Bab II Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K Provinsi 2.1 Prinsip Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (WP-3-K) Prinsip perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, antara lain: a.
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari sistem perencanaan pembangunan daerah;
b.
mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antarsektor, antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat, antara ekosistem darat dan ekosistem laut, dan antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen;
c.
dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, serta dinamika perkembangan sosial budaya daerah dan nasional; dan
d.
melibatkan peran serta masyarakat setempat dan pemangku kepentingan lainnya.
2.2 Batas Wilayah Perencanaan RZWP-3-K Provinsi Batas wilayah perencanaan RZWP-3-K Provinsi ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir dan ke arah laut hingga batas wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut. Penetapan batas daerah mengacu pada peraturan Permendagri No. 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Penetapan batas daerah di laut untuk daerah yang memiliki pulau-
Gambar 2.2 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari 2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Dalam 1(Satu) Provinsi. (Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012) C.
Untuk mengukur Batas Daerah di Laut pada suatu Gugusan Pulau-Pulau yang berada dalam satu daerah provinsi, diukur secara melingkar dengan jarak 12 mil laut untuk batas kewenangan pengelolaan laut provinsi dan sepertiganya merupakan kewenangan pengelolaan Kabupaten/ kota di laut.
Gambar 2.4 Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau yang Berjarak Kurang Dari2 (Dua) Kali 12 Mil Laut yang Berada Pada Provinsi yang Berbeda. (Sumber : Permendagri No. 76 Tahun 2012)
2.3 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Rencana Zonasi WP-3-K Provinsi Tujuan, kebijakan, dan strategi Rencana Zonasi WP-3-K Provinsi merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan WP-3-K Provinsi untuk mencapai kondisi ideal zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi yang diharapkan.
RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota yang secara spasial diwujudkan dalam alokasi ruang. Alokasi ruang terbentuk dari distribusi peruntukan ruang yang terdiri dari alokasi-alokasi ruang dengan fungsi-fungsi tertentu. Ketentuan mengenai alokasi ruang dalam RZWP-3-K Provinsi diatur sesuai dengan hirarkinya sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan, Zona dan Sub Zona Provinsi Hirarki Rencana RZWP-3-K Provinsi
Ketentuan Alokasi Ruang 1. Kawasan Pemanfaatan Umum
Keterangan Pengaturan antara batas akhir wilayah Kabupaten/Kota (4 mil)
2. Kawasan Konservasi
s/d 12 mil adalah sampai
3. Kawasan Strategis
dengan zona
Nasional Tertentu 4. Alur Laut
2.5 Rencana Alokasi Ruang WP-3-K Provinsi Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi yang berisi pengalokasian fungsi ruang Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan
Strategis Nasional Tertentu, dan Alur Laut Klasifikasi zonadan/atau arahan pemanfaatan untuk
ZONA DAN/ATAU ARAHAN PEMANFAATAN denganperuntukan kawasan
KAWASAN
d. Sempadan Pantai 3. KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU (KSNT) a. Batas maritim kedaulatan negara b. Kawasan secara geopolitik, pertahanan dan keamanan negara c. Situs Warisan Dunia d. Pulau-pulau kecil terluar yang menjadi titik pangkal e. habitat biota endemik dan langka 4. ALUR
Alur Pipa dan Kabel Alur Pelayaran Alur Migrasi Biota
Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi berfungsi : a.
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam WP-3-K Provinsi;
b.
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian
lingkungan
hidup,
dan/atau
situs
warisan
dunia
yang
zona tertentu. Selain peraturan zonasi yang mengatur ketentuan-ketentuan pada setiap alokasi ruang yang ditetapkan,alokasi ruang laut yang mengakomodasi lebih dari satu kegiatan pada satu zona yang sama pada waktu tertentu yang sama pula harus dilengkapi dengan peraturan zonasi yang mengatur mekanisme sistem pelaksanaan kegiatan termasuk waktu pemanfaatan dari masing-masing alokasi ruang untuk setiap kegiatan. Rencana alokasi ruang pada layer permukaan
laut mendeliniasi batasan areal lisensi yang
diperoleh suatu pelaku kegiatan untuk mengeksplorasi sumberdaya kelautan dan batasan areal rekreasi, pelayaran, serta jaringan alur (rute) kapal wisata dan areal aktif eksplorasi. Rencana alokasi ruang pada layer kolom laut mendeliniasi batasan areal penangkapan ikan, berdasarkan ikan yang terdapat pada areal kolom laut tersebut. Sementara itu, rencana alokasi ruang pada layer dasar alut mendeliniasi lokasi konservasi dan lokasi cagar laut dan cagar budaya laut.
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsimeliputi : a.
Usulan program utama Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsisesuai tujuan.
b.
Lokasi Lokasi adalah tempat yang dijabarkan
dalam koordinat geografis serta dituangkan
diatas peta, dimana usulan program utama akan dilaksanakan. c.
Besaran Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan masing-masing usulan program utama pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan dilaksanakan.
d.
Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Provinsi, APBN, swasta dan/atau masyarakat.
e.
Instansi Pelaksana Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.
f.
Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
a.
rencana struktur ruang dan pola ruang;
b.
masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki WP-3-K Provinsi;
c.
kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
d.
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang WP-3-K Provinsisetidak-tidaknya memuat:
A.
Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona di wilayah Provinsi 1. ketentuan
umum
pernyataan
pemanfaatan
kawasan/zona
Provinsiadalah
penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif; 2. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona Provinsiberfungsi sebagai: a)
landasan bagi penyusunan pernyataan pemanfaatan kawasan/zona pada tingkatan operasional pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona Provinsi;
b)
dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan
c)
salah satu pertimbangan dalam pengawasan pemanfaatan ruang.
3. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona disusun berdasarkan: a)
rencana alokasi ruang wilayah Provinsi;
b)
karakteristik wilayah;
c)
arahan umum desain kawasan perkotaan; dan
d)
peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
a)
alat pengendali dalam penggunaan lahan untuk mencapai kesesuaian pemanfaatan ruang; dan
b)
rujukan dalam membangun.
4. ketentuan perizinan disusun berdasarkan: a)
ketentuan
umum
pernyataan
pemanfaatan
kawasan/zonayang
sudah
ditetapkan; dan b)
ketentuan teknis berdasarkanperaturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
5. jenis-jenis perizinan terkait dengan dengan pemanfaatan ruang WP-3-Kantara lain meliputi:
a) b) c)
izin prinsip; izin lokasi; izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6. mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang WP-3-Kyang menjadi wewenang pemerintah Provinsimencakup pengaturan keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam setiap perizinan yang diterbitkan; 7. ketentuan teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang maupun forum pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan, yang akan menjadi dasar pengembangan standar operasional prosedur (SOP) perizinan; dan 8. ketentuan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RZWP-3-K Provinsibelum memberikan ketentuan yang cukup tentang perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat, individual maupun organisasi.
D.
d)
sewa ruang dan urun saham;
e)
penyediaan prasarana dan sarana;
f)
penghargaan; dan/atau
g)
kemudahan perizinan
Ketentuan pemberian disinsentif 1. ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang; 2. ketentuan pemberian disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan RZWP-3-K (atau pada non-promoted area); 3. ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan: a)
rencana alokasi ruang WP-3-K Provinsi;
b)
ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona Provinsi; dan
c)
kriteria pemberian akreditasi
d)
peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
4. ketentuan disinsentif dari pemerintah Provinsikepada pemerintah daerah dalam WP3-K Provinsidan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat diberikan dalam bentuk: a) pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau b) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana. 5. ketentuan disinsentif dari pemerintah Provinsikepada masyarakat umum (investor,
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali. b)
penghentian sementara kegiatan; Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; (2) apabila pelanggar pelanggar mengabaikan mengabaikan perintah perintah penghentian penghentian kegiatan kegiatan sementara, sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang; (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada
pelanggar
mengenai
pengenaan
sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban; (4) berdasarkan surat surat keputusan pengenaan sanksi, sanksi, pejabat yang berwenang berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan (5) setelah kegiatan kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan
(6) pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan RZWP-3-K dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. d)penutupan lokasi; Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; (2) apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang
berwenang
menerbitkan
surat
keputusan
pengenaan
sanksi
penutupan lokasi kepada pelanggar; (3) pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada
pelanggar
mengenai
pengenaan
sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan; (4) berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan (5) pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
(1) membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam RZWP-3-K yang berlaku; (2) memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin; (3) menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; (4) memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin; (5) menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan. g) pembongkaran bangunan; Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; (2) apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,
melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan (7) apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari. i) denda administratif; yang dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh masingmasing pemerintah daerah Provinsi. Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut melalui Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. Ketentuan lebih lanjut terkait pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Bab III Tahap dan Proses Penyusunan RZWP-3-K Setiap tahapan dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang mutlak dilalui untuk mencapai dokumen final yang merupakan hasil perencanaan bersama. Secara umum, tahapan proses penyusunan RZWP-3-K dapat dilihat dalam diagram berikut : TAHAPAN
PROSES/OUTPUT
TAHAPAN TAHAPAN 1
Pembentukan Pokja
2
Pengumpulan Data
3
Survei Lapangan Identifikasi Potensi
4
Wilayah
PROSES/OUTPUT PROSES / OUTPUT
•
Penyusunan Rencana Kerja Penyusunan TOR/RAB
•
Pengumpulan Data Sekunder/ desk study
•
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder/ Ground check
•
•
• •
Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik Identifikasi pemanfaatan SD Pesisir &Pulau-pulau Kecil Identifikasi potensi perkembangan wilayah
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.2Proses Penyusunan RZWP-3-K Provinsi melalui Pelibatan Masyarakat
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
III-2
Ped Pe d o man ma n Teknis Teknis Penyusunan Penyusuna n RZWP-3-K RZWP-3-K Prov Provins insii
Gambar 3.3Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan dan penetapan RZWP-3Kkabupaten diupayakan seefektif mungkin, maksimal selama 24 (dua puluh empat) bulan. Proses penyusunan RZWP-3-K Provinsi membutuhkan waktu antara 8 (delapan) bulan sampai dengan 18 (delapan belas) bulan dan selebihnya digunakan untuk proses penetapan sebagaimana pada Gambar 3.3. Tahap penyusunan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi aspek politik, sosial, budaya,
Ped Pe d o man ma n Teknis Teknis Penyusunan Penyusuna n RZWP-3-K RZWP-3-K Prov Provins insii Tahapan
Tujuan
Sasaran Peserta 7. Dinas Pariwisata 8. Dinas Perhubungan 9. Dinas Perindustrian Perindustrian 10. Dinas Lingkungan hidup. 11. Dinas Pendapatan Daerah 12. BUMD 13. Dll. 2). TNI AL dan POLAIRUD 3). Masyarakat : a. DPRD b. LSM c. Perguruan tinggi d. Kelompok Masyarakat e. Pers 4). Organisasi/Dunia Usaha - Dunia Usaha di Bidang Kelautan dan Perikanan
Sosialisasi penyusunan RZWP-3-K harus memiliki strategi komunikasi agar tercapai tujuan secara efektif. Penentuan target, pesan utama yang akan disampaikan ( key message), media penyampaian (channeling) dan metode penyampaian harus disusun sedemikian rupa agar masing-masing Stakeholders memahami perlunya RZWP-3-K. Identifikasi target sosialisasi dapat diselaraskan dengan identifikasi Stakeholders sehingga dapat disinkronkan satu sama
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 1 3.1
Pembentukan Kelompok Kerja Sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Permen KP No. 16 tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan WP-3-K bahwa dalam penyusunan dokumen RZWP-3-K Gubernur /Bupati/Walikota sesuai kewenangannya membentuk kelompok kerja. Sebelum dibentuk Pokja, sebaiknya dilakukan identifikasi Stakeholders ‘ users’ laut menggunakan pendekatan Stakeholders analysis meliputi ‘users’ , level of involvement (pada tahap apa mereka terlibat).
Tabel 3.3 Identifikasi Stakeholders 1. Daftar
2. Otoritas dan
3. Tingkat
4. Tingkat
5. Saran
6. Pengaruh
Stakeholders; SKPD,
tingkat kepentingan
kepentingan dan
kepentingan
Keterlibatan dalam
Stakeholders dalam
kelompok users
Stakeholders
lokasinya
Stakeholders dalam
proses penyusunan
Implementasi
proses
RZWP-3-K
RZWP-3-K ?
dan masy pesisir
perencanaan? Kelompok nelayan
Tidak ada otoritas,
Sangat tinggi
Sangat
Anggota Pokja/
Kepatuhan dan
bagan tancap
pengguna aktif di
karena butuh
berpengaruh and
FGD/ Konsultasi
kerjasama
laut, sangat
kualitas air yang
memiliki kelompok
Publik/ Responden
Stakeholders ini
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
c.
Pengajuan daftar anggota kelompok kerja kepada Gubernur
d.
Penetapan kelompok kerja oleh Gubernur melalui Surat Keputusan Kepala Daerah (Gubernur).
Salah satu tugas Kelompok Kerja adalah menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR). KAK/TOR dapat dilakukan melalui serangkaian rapat dan konsultasi dengan
para ahli serta disupervisi oleh Pemerintah Pusat. Adapun muatan-muatan yang harus ada dalam penyusunan TOR, antara lain : 1)
Latar Belakang Latar belakang berisi potensi dan permasalahan wilayah studi serta arti pentingnya penyusunan RZWP-3-K untuk mengatasi permasalahan tersebut.
2)
Maksud dan Tujuan Maksud berisi arti pentingnya penyusunan RZWP-3-K di lokasi studi, sedangkan tujuan berisi tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan RZWP-3-K di lokasi studi.
3)
Sasaran Sasaran berisi target yang akan dicapai dalam penyusunan RZWP-3-K.
4)
Wilayah Perencanaan Wilayah Perencanaan merupakan lokasi wilayah studi, dalam hal ini adalah Provinsi.Wilayah Perencanaan kegiatan harus didefinisikan dengan jelas mengacu pada batas wilayah administrasi pemerintah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang pembentukan pemerintah daerah, termasuk batas wilayah dengan Provinsi lain.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Rancangan Peraturan Daerah merupakan draft Peraturan Daerah mengenai RZWP-3-K yang akan diajukan untuk pengesahan. g.
Softcopy peta/CD laporan Softcopy dokumen awal, dokumen antara (draft dokumen final), peta-peta yang sifatnya raw data (data mentah), data pengolahan/perbaikan dalam bentuk vector, disajikan kedalam bentuk shp (.*shp).
9)
Jangka Waktu Kegiatan Jangka waktu kegiatan merupakan lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan penyusunan RZWP-3-K.
10) Personil/Tenaga Ahli Personil berisi data dan kualifikasi tenaga ahli/pelaksana dan tenaga pendukung pekerjaan penyusunan RZWP-3-K. Tenaga ahli dan tenaga pendukung penyusunan RZWP-3-K disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain terdiri atas :
Tabel 3.4 Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Penyusunan RZWP-3-K No
Klasifikasi Tenaga Ahli
Tenaga Ahli 1 Team leader / Ahli Perencanaan Wilayah 2 Ahli Kelautan dan Perikanan
Kualifikasi S2 Perencanaan Wilayah S1 Perencanaan Wilayah S2 Perikanan / Kelautan S1 Perikanan / Kelautan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
11) Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Jadwal tahapan pelaksanaan pekerjaan merupakan agenda dan waktu pelaksanan pada setiap tahapan pekerjaan yang dirinci kedalam hitungan bulan. Tahapan pelaksanaan pekerjaan harus memperhatikan tahapan-tahapan yang ada disetiap proses. Sejak dimasukkannya pelibatan masyarakat dalam proses ini dan harus dipahami bahwa proses perencanaan ini merupakan proses yang interaktif. Guna kelancaran pelaksanaan penyusunan dokumen perencanaan pengelolaan
wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil, kelompok kerja dapat membentuk tim teknis. Pihak Ketiga sesuai dengan keahlian dan kemampuan teknis yang dimiliki adalah pihak yang diberikan tanggungjawab oleh tim teknis dalam proses pengambilan data, pengolahan data, analisa data serta memfasilitasi proses-proses konsultasi publik, jika dibutuhkan oleh tim teknis. Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Ketiga : 1.
Melaksanakan tugas sebagaimana yang telah dijabarkan dalam kerangka acuan kerja;
2.
Menyusun laporan pada tiap tahapan kerja dan mendokumentasikan hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan;
3.
Berkoordinasi dengan SKPD dan melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada pemberi kerja.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Gubernur
4
1 Bupati/Walikota, Menteri KP, Menteri Dalam Negeri PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA
5
KETUA Kepala Bappeda Provinsi
Tanggapan/saran terhadap Dokumen Final RZWP-3-K-
SEKRETARIS Kepala Dinas yang Membidangi Kelautan dan Perikanan
6
ANGGOTA
Satker SKPD
PT, Tokoh Masy,Kelp/Lembaga Masy,peneliti,LSM
2 3
Dokumen Final RZWP-3K Provinsi setelah mendapatkan tanggapan dan/atau saran Bupati/Walikota, Menteri KP, Mendagri
Tim Teknis
Tim Substansi
- KP3K - P.Tangkap - P.Budidaya - P2HP - Balitbang KP - Biro Hukum KKP - Tim BKPRN
7
Dokumen Final RZWP-3-KDPRD
8
Rancangan Peraturan Daerah tentang RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.4Struktur Organisasi Pokja dan Mekanisme Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
diatas tidak terpenuhi, maka
dokumen final RZWP-3-K
dapat dilanjutkan proses
penetapannya. 7.
Dokumen Final RZWP-3-K Provinsiyang telah dimintakan tanggapan dan/atau saran kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Dalam Negeri, dan Bupati/Walikota oleh Gubernur disampaikan kepada DPRD Provinsidalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah.
8.
Rancangan peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi, disampaikan kepada DPRD.
9.
Hasil pembahasan bersama Rancangan Peraturan Daerah RZWP-3-K Provinsi, ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 2 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu, permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan yang digunakan sebagai data awal dalam membuat peta dasar, peta tematik dan peta rencana kerja. Pengumpulan data dan informasi dari sumber kedua yaitu lembaga atau institusi yang telah melakukan proses pengumpulan data lapangan dan mendokumentasikannya dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media penyimpanan lainnya disebut sebagai Pendekatan Survei Data Sekunder. Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana zonasi WP-3-K provinsi, kabupaten,dan kota memiliki skala, ketelitian dan kedetilan informasi yang berbeda, yaitu:
-
Provinsi
: skala 1:250.000
Kabupaten
: skala 1:50.000
Kota
: skala 1:25.000
Deliniasi batas kawasan, zona dan sub-zona ditampilkan pada Peta yang menggunakan grid dengan sistem koordinat lintang ( longitute) dan bujur ( latitute) pada lembar peta yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.5Jenis Peta Dasar dan Citra Satelit RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Peta Dasar
Peta Rupabumi Skala 1 : 250.000 Lingkungan Pantai Indonesia Skala 1 : 250.000
2
Batas Administrasi sampai Kecamatan, Gedung dan Bangunan, Jaringan Jalan, Pemanfaatan Lahan Existing. Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 12 mil laut, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air
Peta Wilayah Perencanaan
Peta Batas Wilayah Perencanaan WP-3-K Provinsi
Batas Wilayah Perencanaan WP-3-K Provinsi
Citra Satelit
Citra Satelit
Citra satelit resolusi minimum 30 x 30 meter
SEKUNDER BIG
BIG
Analisis GIS
BIG, Kemendagri (darat)
Lapan, Instansi Terkait
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi Provinsi dibagi menjadi : 1. Data Spasial Dasar 2. Data Spasial dan Non Spasial Tematik
III-12 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
A.
Data Spasial Dasar Tabel 3.6Kebutuhan Data Dasar (Baseline Dataset ) 1)
Terestrial RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Terestrial
Tanah
Klasifikasi Peta Satuan Tanah Tinjau Skala 1 : 250.000
Data spasial satuan tanah
SEKUNDER
Interpretasi citra
- BPN
penginderaan jauh
- Instansi terkait
Survei lapangan (Diutamakan menggunakan data sekunder dari instansi terkait)
Topografi
Klasifikasi Peta Topografi WilayahSkala 1 : 250.000
Interpretasi citra
(Lampiran 31)
Pemodelan DEM
Data spasial gambaran bentuk permukaan bumi terkait dengan kemiringan relatif (relief permukaan) Kemiringan Lereng Data spasial kemiringan lahan (%)
2) NO
- BIG
Survei terestrial
Peta Kemiringan Lereng Skala 1 : 250.000
Interpretasi citra
- BIG
(Lampiran 31)
Pemodelan DEM
- Instansi terkait
Survei terestrial
Bathimetri
KATEGORI
RENCANA ZONASI PROVINSI
III-13 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi DATA JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Bathimetri
Bathimetri
SEKUNDER
Peta Kontur Kedalaman Laut Skala 1 : 250.000
Survei Lapangan
- Dishidros TNI AL
dengan selang kontur setiap 100 m
Pemodelan GIS
- BIG
Data spasial kedalaman
- Instansi terkait
perairan laut (meter)
B.
Data Spasial dan Non Spasial Tematik Tabel 3.7Kebutuhan Data Spasial dan Non Spasial Tematik 1)
Geologi dan Geomorfologi RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Geologi dan Geomorfologi
Geologi
Peta Formasi Batuan Skala 1 : 250.000
Data spasial jenis batuan dasar
SEKUNDER
Analisis Citra
- P3GL
penginderaan jauh
- Dit. Vulkanologi
(Diutamakan
Kementerian ESDM
menggunakan data sekunder) Geologi Dasar Laut
Peta Formasi Geologi Dasar Laut Skala 1 : 250.000
Data spasial jenis batuan dasar laut
Analisis Citra
- P3GL
penginderaan jauh
- Dit. Vulkanologi
(Diutamakan menggunakan data
Kementerian ESDM - Puslitbang Tekla, KKP
sekunder) Geomorfologi
Peta Bentuk Lahan Skala 1 : 250.000 (Lampiran 32)
Analisis Citra penginderaan jauh
- BIG (land system RePProT) - Perguruan Tinggi
III-14 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
Data spasial bentuk permukaan bumi akibat proses geomorfologi atau pembentukan permukaan wilayah pesisir, misalnya akibat proses marine, fluvial dan gabungan fluvio-marine Morfologi Pantai
2)
SEKUNDER
Survei Lapangan
Peta Morfologi Pantai Skala 1 : 250.000
Analisis Citra
Data spasialtipe pantai dan
penginderaan jauh
material dasar.
Survei Lapangan
Oseanografi RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Oseanografi
SEKUNDER
Oseanografi Fisik: a. Arus
Peta pola arah dan kecepatan arus skala 1 : 250.000
Survei Lapangan
Dishidros, KKP, LIPI,
Pemodelan Matematik
Perguruan Tinggi.
Arus b.Gelombang
Peta pola arah penjalaran dan besar gelombang
Survei Lapangan
Dishidros, KKP, LIPI,
Analisis citra satelit
Perguruan Tinggi
Pemodelan Matematik c. Pasut
Peta sebaran tinggi muka air (maksimum, minimum,
Survei Lapangan
Dishidros, KKP, LIPI,
rerata) dan tipe pasang surut
Pemodelan Matematik
Perguruan Tinggi
III-15 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
d.Suhu Permukaan
Peta suhu permukaan laut skala 1:250.000
SEKUNDER
Survei Lapangan
Dishidros, KKP, LIPI,
Analisis citra satelit
Perguruan Tinggi
thermal Pemodelan GIS e. Kecerahan
f. Total Suspended Solid (TSS)
g. Total Dissolved Solid (TDS)
Peta kecerahan permukaan laut skala 1:250.000
Survei Lapangan
Instansi terkait,
Pemodelan GIS
Perguruan Tinggi
Peta TSS (zat padat, partikel, dan komponen hidup
Survei Lapangan
Instansi terkait,
yang tersuspensi dalam air) skala 1:250.000
Pemodelan GIS
Perguruan Tinggi
Peta sebaran TDS skala 1:250.000
Survei Lapangan
Instansi terkait
Pemodelan GIS Oseanografi Kimia pH, salinitas, oksigen terlarut
Peta Selang Kelas Kimia Perairan skala 1:250.000
Survei Lapangan
Instansi terkait,
(DO), COD, BOD, Ammonia
dengan CI (Contur Interval ) 1/2000 x 250.000 = 125
Analisis Laboratorium
Perguruan Tinggi
(NH3-N)+, Nitrat (NO3-N), Nitrit
Pemodelan GIS
(NO2), Fosfat (PO4-P)+, Silika
Analisis dan pemodelan
(Si), Logam berat
citra satelit (salinitas)
Oseanografi Biologi
III-16 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
Klorofil dan Plankton/ benthos,
Peta Selang Kelas Biologi Perairan skala 1:250.000
SEKUNDER
Survei Lapangan
Instansi terkait,
Analisis Laboratorium
Perguruan Tinggi
Pemodelan GIS Analisis dan pemodelan citra satelit (klorofil)
3)
Penggunaan Lahan, Status Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Penggunaan
Penggunaan Lahan
Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 250.000
Informasi kelas-kelas penggunaan lahan dan luas tiap 2 kelas penggunaan lahan (km atau Ha)Skala 1 : 250.000
(Lampiran 32)
Perubahan Penggunaan Lahan
Peta Perubahan Penggunaan Lahan Skala 1 : 250.000
Lahan, Status Lahan dan Rencana Tata Ruang
Interpretasi citra satelit
SEKUNDER Instansi terkait
Survei Lapangan Analisis GIS
WIlayah Interpretasi citra satelit (Citra time series (5 – 10 Informasi kecenderungan perubahan penggunaan 2 lahan(km atau Ha)Skala 1 : 250.000 Status Lahan Informasi status kepemilikan lahan dan luas setiap satuan
tahun terakhir) Analisis GIS Survei Lapangan Peta Status Kepemilikan lahan Skala 1 : 250.000
Wawancara secara langsung di lapangan (Diutamakan
- Peta RTRW Provinsi - Peta Status Kepemilikan Lahan BPN
III-17 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
kepemilikan lahan
SEKUNDER
menggunakan data sekunder)
Rencana Tata Ruang Wilayah (Peta Pusat-pusat
Peta Pusat-pusat Pertumbuhan Skala1 : 250.000 - Pusat Kegiatan (Nasional, Wilayah, Lokal, lainnya)
Pertumbuhandan
- Pusat kegiatan strategis nasional
Pengembangan Wilayah
- Pusat pelayanan kawasan
Provinsi)
- Pusat pelayanan lingkungan
- Peta RTRW Provinsi
- Pusat pelayanan lainnya
4)
Pemanfaatan Wilayah Laut RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Pemanfaatan Wilayah Laut
Pemanfaatan Wilayah Perairan/Laut
Peta pemanfaatan Perairan Eksisting Skala 1 : 250.000
SEKUNDER
Survei Lapangan (ground check dan tracking GPS)
Data spasial pemanfaatanperairan: Area pertambangan, Bangunan perikanan permanen (Keramba jaring apung), area penangkapan ikan modern dan tradisional, tambak ikan dan udang, budidaya laut; rumput laut, mutiara, area konservasi
III-18 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
Kawasan Konservasi (Provinsi)
Kawasan Konservasi
SEKUNDER
Analisis GIS
KKP
(Untuk identifikasi pencadangan kawasan konservasi) Diutamakan menggunakan peta kawasan konservasi yang sudah ditetapkan status hukumnya Alur Laut
Peta Alur Laut Skala 1 : 250.000
Kemenhub, Kementerian ESDM, KKP, LIPI, Instansi terkait
Kawasan Strategis Nasional
Peta Lokasi KSNT (Provinsi)
KKP, TNI, Kemenhub,
Tertentu
Kemenparekraf
Instalasi Militer, Perbatasan dan PPK Terluar, Situs Warisan Dunia, Kawasan Biota Endemik
5)
Sumberdaya Air RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
1
Sumberdaya
Sumberdaya Air Permukaan dan
Peta Sebaran Sumberdaya Air Permukaan dan Air
Analisis citra penginderaan
Air
Air Tanah di Wilayah
Tanah Skala 1:250.000
jauh, Survei Lapangan,
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
Perencanaan
SEKUNDER - PU, Instansi Terkait
Analisis debit berbasis DAS
III-19 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
- Keberadaan dan fisik pengaliran air tawar dan kapasitas sumber air tawar untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
6)
SEKUNDER
(Diutamakan menggunakan data sekunder dari instansi terkait)
Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
1
KATEGORI DATA Ekosistem
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
SEKUNDER
Peta Sebaran Mangrove Skala 1 : 250.000
Interpretasi citra
Baplan-Kemenhut,
(Lampiran 34)
Transformasi matematis
LIPI, KKP
Terumbu Karang, Lamun dan
Peta Sebaran Terumbu Karang, lamun dan substrat
Interpretasi citra dengan
BIG, LIPI, KKP
Substrat Dasar
dasar perairan Skala 1 : 250.000
klasifikasi tak terbimbing
Mangrove
Pesisir dan Sumberdaya
Informasi mengenai sebaran dan
Ikan (Jenis
luas tutupan mangrove.
dan Kelimpahan Ikan)
Transformasi matematis Lyzenga Survei lapangan Jenis dan Kelimpahan Ikan
Data spasial sebaran jenis dan Kelimpahan Ikan Skala
Survei Lapangan dengan
Instansi terkait
III-20 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BIG,
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER 1 : 250.000 untuk musim barat dan musim timur
SEKUNDER
metode stock assessment
Data mengenai jenis dan
a.l transek, swept area,
kelimpahan ikan pelagis dan
akustik dll
demersal Analisis Surplus Produksi Daerah Penangkapan Ikan
Peta Sebaran Daerah Potensial Penangkapan Ikan
Ikan Pelagis:
(Fishing Ground )
Pelagis dan Demersal Skala 1 : 250.000untuk musim
Analisis citra satelit
barat dan musim timur
multitemporal (series 10
KKP, BPPT, LIPI
tahun) dengan pendekatan suhu permukaan, klorofil dilengkapi dengan hasil analisis arus (identifikasi upwelling)
Ikan Demersal: Analisis citra satelit dengan pendekatan ekosistem pesisir dan laut (terumbu karang, mangrove, lamun)
Untuk ikan pelagis, apabila data time series 10 tahun tidak tersedia
III-21 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
SEKUNDER
maka dilakukan survei lapangan ( stock assessment ) a.l transek,
swept area, akustik dll.
7)
Infrastruktur RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Infrastruk-
Lokasi Sarana dan Prasarana
Peta Sebaran Sarana dan Prasarana Pendukung
tur
Kelautan dan Perikanan
Kelautan dan PerikananSkala 1 : 250.000
Survei Lapangan
SEKUNDER Peta RTRW Provinsi, Peta Infrastruktur PU
Infrastruktur Umum: Bandara, terminal, pasar umum, pelabuhan umum, kawasan industri, kantor pemerintah, sekolah, rumah sakit/puskesmas, bangunan wisata/sejarah Infrastruktur Khusus: Pasar ikan, KUD, BBI, Pelabuhan perikanan, TPI, Gudang penyimpanan, bangunan perlindungan pesisir (jeti, penahan gelombang)
III-22 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
Data Eksisting dan Rencana
Peta Rencana Jaringan Sistem PrasaranaSkala 1 :
Jaringan Sistem Prasarana
250.000
Analisis jaringan
SEKUNDER Peta
RTRW
Provinsi,
Peta Infrastruktur PU,
(Transportasi, sumberdaya air,
Kemen Perhubungan
energi, telekomunikasi, persampahan, sanitasi, drainase)
8)
Demografi dan Sosial RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
SEKUNDER
Demografi
DataKependudukandan Sosial:
Peta Kependudukan dan Sosial Per
RTRW Provinsi, Data BPS
dan Sosial
- Populasi:jumlah, kepadatan dan distribusi umur ( time series 10 tahun) - Trend pertumbuhan populasi : tingkat kelahiran dan kematian (time series 10 tahun) - Pendidikan umum - Mata Pencaharian - Agama - Budaya - Tingkat akses dan keterlayanan fasilitas publik: listrik, air bersih, sanitasi, kesehatan, pendidikan - Lembaga Masyarakat, LSM
kabupaten/ke camatan pesisir Skala 1 : 250.000
(time series)
III-23 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
9)
Ekonomi Wilayah RENCANA ZONASI PROVINSI
NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Ekonomi
Tingkat perekonomian wilayah:
WIlayah - Pendapatan perkapita provinsi - Pertumbuhan Pendapatan perkapita provinsi - Angkatan kerja dan tingkat
SEKUNDER
Data spasial perekonomian wilayah per kabupaten/
- Wawancara/ FGD
RTRW Provinsi,
kecamatan pesisir skala 1:250.000
- Survei menggunakan
Kabupaten/ Kota dalam
kuisioner
angka, Data statistik BPS, Disnaker, Dinas pariwisata, Dinas Perikanan (time series)
pengangguran per kabupaten - Tenaga kerja di bidang perikanan, pertanian, kehutanan, dll - Populasi dan kepadatan nelayan - Pendapatan di sektor perikanan - Produksi perikanan dan sektor sektor lain - Potensi pengembangan sumberdaya perikanan dan kelautan - Jumlah wisatawan - Pendapatan rata-rata dan pengeluaran per sektor - Komoditas
III-24 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
SEKUNDER
- Bahan Baku - Akses : informasi pasar, transportasi pemasaran - Teknologi yang digunakan
10) Risiko Bencana RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
1
Risiko
Peta sebaran daerah rawan dan
Bencana
risiko bencana
Lapangan
Informasi sebaran daerah rawan
(lebih diutamakan dari
dan risiko bencana :
data sekunder dari instansi
- Kerawanan dan risiko bencana
terkait)
Peta Kerawanan dan Risiko Bencana Skala 1 : 250.000
Pemodelan GIS, Survei
SEKUNDER BNPB, BMKG
dan Pencemaran
gunung api, gempa bumi, gelombang pasang, banjir, erosi, daerah subsiden dan longsor lahan Peta sebaran daerah
Peta Sebaran Area Pencemaran
Analisis Citra Satelit
BNPB,
pencemaran
Skala 1 : 250.000
Survei Lapangan untuk
BLHD
LIPI,
KemenLH,
pengukuran kualitas kimia Daerah yang terpapar oleh
bahan pencemar
pencemaran/polusi oleh industri, kimia, limbah dll,
(lebih diutamakan dari
III-25 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi RENCANA ZONASI PROVINSI NO
KATEGORI DATA
JENIS DATA/PETA
SUMBER DATA
KEDETILAN INFORMASI PRIMER
SEKUNDER
data sekunder dari instansi terkait)
III-26 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
3.2.2. Fungsi dan Manfaat Data A.
Data Spasial Dasar 1) Terestrial a. Data Tanah Penyusunan peta tanah dimaksudkan untuk mengetahui informasi satuan tanah di suatu wilayah, baik mengenai penyebaran maupun sifat-sifatnya. Informasi tentang satuan tergantung pada skala peta dan intensitas pengamatan di lapangan, yang disesuaikan dengan tujuan tertentu. Pengetahuan tentang pemetaan terhadap kondisi jenis tanah pada wilayah membantu mengetahui sifat-sifat dan kemampuan tanah pada wilayah perencanaan yang bermanfaat untuk : 1.
Eksplorasi potensi sumberdaya alam berdasarkan karakteristik jenis tanah khususnya untuk kegiatan pertanian pertambakan dan budidaya perikanan.
2.
Indentifikasi daerah rawan bencana (longsor, erosi, banjir)
3.
Engineering, terutama dalam hal konstruksi.
Peta tanah dapat diperoleh melalui instansi penyedia peta tanah, akan tetapi apabila peta tersebut tidak tersedia, maka diperlukan analisis citra penginderaan jauh, survei lapangan dan analisis laboratorium. Pendekatan yang digunakan sebagai berikut: 1)
Analisis citra penginderaan jauh dilakukan dengan cara identifikasi karakteristik tanah pada citra dan dicocokkan dengan klasifikasi jenis tanah dari US Soil Taxonomy (2002). Identifikasi karakteristik tanah dilakukan dengan pendekatan karakteristik
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kenampakan pada peta topografi dapat mengidentifikasikan struktur batuan antara lain : a) Struktur sesar Kenampakan pola kontur yang mengalami perubahan yang mendadak dan mengalami pelurusan dapat memberikan kita informasi mengenai adanya struktur sesar pada daerah yang dimaksud. Indentifikasi daerah sesar juga dapat diidentifikasi dari wilayah yang memiliki garis kontur yang perbedaan elevasi (kontur terlihat rapat) yang tiba-tiba dan terjadi pelurusan ke arah tertentu. Bisa juga diinterpretasikan dari sungai yang berubah aliran secara tiba-tiba b) Daerah karst Kemudian kenampakan pada pola kontur kecil membulat pada daerah menunjukkan bahwa terdapat kenampakan coniciel hill yang ada pada daerah karst. Kenampakan kontur rapat membentuk radial tanpa ada pengulangan pada daerah yang luas memungkinkan itu merupakan intrusi c) Struktur Triangular Facet. Merupakan daerah dengan karakteristik kontur dengan bentuk segitiga yang tumpul bagian ujung-ujungnya. d) Struktur Lipatan Nampak sebagai bukit dengan daerah puncak yang rapat dan memanjang dengan slope yang relative terjal.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
pemanfaatan suatu wilayah perairan, hal ini disebabkan kondisi bathimetri suatu wilayah mempengaruhi beberapa faktor antara lain : 1.
Kondisi Morfologi laut
Berdasarkan kondisi topografi laut (bathimetri) secara garis besar dapat membantu dalam mengidentifikasikan kondisi morfologi laut pada suatu daerah seperti Ridge dan Rise, Trench, Basin, Island Arc, Mid Oceanic Vulcanic Island, Atol , Seamount dan Guyot , Continental Shelf, Continental Slope, Continental Rise. 2.
Kondisi aspek fisika laut antara lain : •
Suhu Dilautan, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang, dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Secara alamiah sumber utama suhu dalam air adalah matahari. Suhu akan berubah sesuai dengan perubahan intensitas penyinaran cahaya matahari secara horizontal, suhu air laut cenderung berkurang ke arah lintang tinggi (kutub). Sedangkan secara veertikal, suhu semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman.Suhu dalam lautan bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan diwilayah tropik, panas o
sepanjang tahun yaitu berkisar 20-30 C. Sedangkan pada wilayah subtropik, hangat dimusim panas (Kanginan 2000 : 211). Dibawah air permukaan hangat, suhu mulai menurun dan mengalami penurunan yang cepat pada kisaran kedalaman yaitu antara 50-300 meter atau sekitar 20-100 meter (Hutabarat, 1984). Hubungan antara kondisi bathimetri dan suhu juga mempengaruhi
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
berkurang hingga separuhnya (50%) (Nontji 2000 : 211). Faktor tekanan dapat digunakan dalam penentuan aktivitas wisata terutama untuk kegiatan wisata selam. Peta batimetri dalam aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang kelautan, diantaranya adalah: 1.
Penentuan Jalur pelayaran berdasarkan kedalaman dan morfologi laut.
2.
Perencanaan bangunan pantai.
3.
Pendeteksi potensi bencana tsunami
4.
Pembangunan jalur jaringan pipa bawah laut
5.
Sebagai kriteria penentu potensi lokasi kegiatan perikanan budidaya laut. Kriteria umum lokasi perairan yang dapat digunakan untuk budidaya laut adalah 7-30 meter (keramba jaring apung) dan 1-4 meter (jaring tancap). ( Masterplan Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, DJPB - 2004 )
6.
B.
Sebagai kriteria penentu lokasi wisata bahari.
Data Spasial dan Non Spasial Tematik 1)
Geologi dan Geomorfologi a. Geologi
Peta geologi peta adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu. Informasi terhadap kondisi geologi terutama terhadap jenis batuan, urutan batuan, struktur batuan, serta bangun
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
dengan Sistem Informasi Geografis. Teknik yang digunakan meliputi teknik interpretasi citra Landsat TM, pengolahan citra secara digital, kerja lapangan, dan analisa laboratorium. b.
Geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dimaksudkan untuk memperoleh informasi bentuk lahan di suatu wilayah. Metodologi yang digunakan adalah penginderaan jauh dan survei terestrial, dan dibantu dengan Sistem Informasi Geografis. Peta geomorfologi pada hakekatnya adalah suatu gambaran dari suatu bentang alam (landscape) yang merekam proses-proses geologi yang terjadi di permukaan bumi. Pengetahuan tentang kondisi geomorfologi yaitu : 1) Memberikan informasi mengenai geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng, kerapatan sungai dan sebagainya. 2) Memberi informasi mengenai proses geomorfologi yang sedang berjalan seperti : a. Jenis proses (pelapukan , sedimentasi ,erosi,longsoran ,pelarutan dan sebagainya) b. Besaran dan proses (berapa luas , berapa dalam , berapa intensitas dan sebagainya). Untuk pemanfaatan di wilayah pesisir dan laut, informasi geomorfologi di wilayah pantai sangat penting diketahui terutama pada bentuk lahan di wilayah pesisir, umumnya hampir sebagain besar pemanfaatan di wilayah pesisir dan laut sangat dipengaruhi oleh bentuk lahan yang dimiliki seperti penentuan untuk lokasi pelabuhan,
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
- Pantai berpasir memiliki ciri kemiringan yang landai dan tersusun dari material lepas seperti pasir, kerikil ( gravel ), batu gaplok (cobblestones) dan sejenisnya. Jenis pantai ini, apalagi yang berpasir putih, umumnya telah menjadi kawasan pariwisata. Contoh jenis pantai berpasir adalah pantai Kuta di Bali.
- Pantai berbatu adalah pantai dengan batu-batu granit dari berbagai ukuran yang menyebar disepanjang pantai. Pantai jenis ini disukai oleh moluska berkulit keras, kepiting, dan chiton. Contoh pantai berbatu adalah pantai Parai di Bangka Belitung.
- Pantai cadas adalah pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Pantai yang didominasi oleh pantai tebing dengan formasi batuan keras, atau tebing karang, sementara di depannya ditemukan ekosistem terumbu karang dan material yang berbentuk pasir yang berasal dari hancuran karang atau biota laut. Jenis pantai ini banyak ditemukan di selatan Pulau Jawa.
- Pantai tebing atau cliff, dicirikan dengan dinding pantai terjal dan berhadapan dengan laut lepas. Contoh pantai tebing adalah di Selatan Bali seperti di Uluwatu dan lainnya.
- Estuaria adalah wilayah yang sangat dipengaruhi oleh aliran air sungai dan arus pasang surut, sehingga berkaitan langsung dengan salinitas dan kualitas airnya. Wilayah ini dicirikan dengan dominasi vegetasi mangrovenya dengan airnya yang disebut air payau. Wilayah ini sangat kaya nutrisi sehingga menjadi tempat biota dan organisme perairan untuk berkembang biak.
- Delta adalah wilayah daratan berbentuk pulau-pulau kecil yang terbangun oleh
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
2)
Oseanografi a. Arus
Pengukuran arus dimaksudkan untuk mengetahui pola arus di lokasi pengukuran, dominansi jenis arus di perairan (arus pasut atau arus non-pasut), sebagai data dasar dalam menganalisis kondisi eksisting untuk pemanfaatan serta perencanaan, untuk keperluan engineering, kelayakan perairan untuk budidaya dan lainnya, dan sebagai data untuk validasi/verifikasi model matematik. Peta arus adalah peta yang menginformasikan pola arus di wilayah perencanaan. Informasi pola arus yang adalah informasi dominansi jenis arus di perairan (arus pasut atau arus non-pasut). Informasi ini sangat diperlukan sebagai data dasar menentukan pemanfaatan pada wilayah perencanaan. Terjadinya arus adalah gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain disertai dengan massa airnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain perbedaan densitas, adanya pergesekan antara air permukaan dan angin, serta adanya pasang surut dan pasang naik. Informasi arus selain dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pemanfaatan untuk kegiatan budidaya perikanan, energy yang dihasilkan dari kekuatan arus dapat dimanfaatkan untuk untuk pembangkit tenaga listrik dengan bersumber pada kekuatan arus. Peta arus dalam aplikasinya memiliki manfaat antara lain :
-
Sebagai salah satu kriteria dalam penentuan kawasan budidaya laut. Dapat memprediksi terjadinya abrasi dan ekresi Dapat mengidentifikasikan daerah potensi energy laut dari kondisi arus yang
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Pengumpulan data pasang surut dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis kondisi eksisting pasang surut, sehingga baik tipe pasut maupun komponen pasang surutnya dapat diketahui. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui : Tipe pasang surut, Mean Sea level (MSL), Mean High Water Level (MHWL), Mean Low Water Level (MLWL) dan Mean Lowest Low Water Level (MLLWL) dan tunggang air maksimum,
minimum dan rata rata. d.
Fisika Perairan Lainnya
Data fisika dan kimia perairan diukur untuk menentukan karakteristik dan kualitas perairan di wilayah kajian. Data fisika perairan yang diukur meliputi suhu, kecerahan, Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS). Pengukuran suhu dan
kecerahan air laut dapat dilakukan di lapangan secara langsung dengan menggunakan alat ukur Thermometer dan Seichi Disk. Peta suhu adalah peta yang menginformasikan suhu air laut. Informasi suhu yang dihasilkan dipengaruhi oleh informasi kedalaman atau bathimetri. Informasi mengenai suhu air laut dapat membantu mengidentifikasi jenis organisme yang hidup, bagaimana proses kehidupannya serta penyebarannya. Berdasarkan karanteristik tersebut, informasi mengenai kondisi suhu air laut bermanfaat dalam penentuan kawasan budidaya laut dan jenis komoditas yang akan dikembangkan. Kondisi suhu dapat menjadi salah satu parameter dalam mengetahui daerah fishing ground. Peta kecerahan adalah peta yang memberikan informasi mengenai kondisi seberapa
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Klorofil-a merupakan pigmen penting yang diperlukan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dalam rantai kehidupan di laut, sehingga keberadaannya sangat penting sebagai dasar kehidupan di laut.. Konsentrasi klorofil di suatu perairan dapat menggambarkan besarnya produktifitas primer disuatu perairan. Kandungan klorofil-a merupakan salah satu indikator dalam penentuan daerah penangkapan ikan yang dapat diidentifikasi menggunakan data penginderaan jauh. Hasil pengamatan dituangkan dalam bentuk peta kontur, sehingga dapat ditentukan tingkat kesuburan suatu lokasi perairan atau kesesuaian kondisi perairan dengan habitat yang disenangi gerombolan ikan ( schoaling) ikan. Klorofil-a dapat terkumpul di dalam massa air akibat terjadinya front atau pertemuan massa air hangat dan dingin yang menjadi perangkap zat hara dan migrasi ikan. Selain itu klorofil-a dapat terkumpul akibat adanya fenomena upwelling atau kenaikan massa air laut dari lapisan bawah ke lapisan permukaan, dimana gerakan tersebut membawa serta masa air dingin yang memiliki salinitas lebih tinggi dan kaya akan unsur hara. Data kualitas air hasil pengukuran di lapangan dan laboratorium dianalisis dengan dengan data baku mutu air laut menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
3)
Penggunaan Lahan, Status Lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah a. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan salah satu bentuk campur tangan manusia terhadap
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
prasarana wilayah, Peta kecenderungan penggunaan lahan dan perairan, Peta kecenderungan pergerakan penduduk, Peta kecenderungan perkembangan ekonomi. Peta pusat-pusat pertumbuhan yang dihasilkan merupakan peta yang mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang ada dalam peta RTRW (Pusat Kegiatan Wilayah, Pusat Kegiatan Lokal, Pusat Kegiatan Strategis Nasional Tertentu dan Pusat-pusat lain) dengan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis kelautan dan perikanan. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana
transportasi,
energi,
telekomunikasi
dan
sumberdaya
air
yang
mengintegrasikan dan memberikan layanan fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
4)
Pemanfaatan Wilayah Laut Pemanfaatan wilayah laut adalah berbagai kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di wilayah perairan. Pada tingkatan kabupaten/kota, kegiatan pemanfaatan laut meliputi: area pertambangan, bangunan perikanan permanen (keramba jaring apung), area penangkapan ikan modern dan tradisional, tambak ikan dan udang, budidaya laut; rumput laut, mutiara, dan area konservasi. Peta Pemanfaatan wilayah laut eksisting memiliki manfaat antara lain :
-
Peta penggunaan perairan eksisting secara time series dapat mengidentifikasikan perubahan penggunaan lahan. Informasi perubahan penggunaan lahan dapat menjadi dasar dalam melakukan evaluasi terhadap konsistensi perencanaan pembangunan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Hasil interpretasi citra satelit berupa peta tentatif sebaran ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengukuran obyek perairan dasar di lapangan dilakukan melalui meliputi identifikasi visual untuk memperkirakan jenis tutupan dari berbagai obyek dasar seperti terumbu karang dan padang lamun. Metode yang digunakan untuk memperkirakan tutupan obyek perairan dasar (terumbu karang dan padang lamun) dilakukan dengan metode Rapid Reef Assessment (RRA). Berdasarkan RRA tersebut dapat diketahui distribusi
dan kondisi obyek perairan dasar sehingga dapat digunakan sebagai acuan penentuan lokasi pengukuran kondisi obyek perairan dasar tersebut. Pengukuran kondisi obyek perairan dasar dilakukan dengan cara penyelaman. Interpretasi mangrove dilakukan dengan menggunakan citra satelit dengan menggunakan 9 unsur interpretasi citra. Pemetaan ini dimaksudkan untuk mendelineasi mangrove melalui interpretasi citra satelit secara visual dan melakukan klasifikasi mangrove berdasarkan skala peta. Faktor-faktor resolusi citra seperti resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi temporal, dan resolusi radiometrik harus dipertimbangkan dalam interpretasi b.
Sumberdaya Ikan
Pendataan dan pemetaan sumberdaya ikan bertujuan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan pelagis dan demersal yang terkandung di wilayah perairan pesisir dan pulau pulau kecil. Metodologi yang digunakan meliputi identifikasi potensi ikan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
7)
Infrastruktur Pemetaan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur ruang wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan. Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan. Infrastruktur yang perlu dipetakan meliputi: a. Lokasi Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan Infrastruktur Umum:
-
Bandara Terminal Pasar umum Pelabuhan umum Kawasan industri Kantor pemerintah Sekolah Rumah sakit/puskesmas Bangunan wisata/sejarah
Infrastruktur Khusus:
-
Pasar ikan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
kebiasaan masyarakat setempat, dan diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion ). Data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait. Data yang dikumpulkan meliputi: -
Populasi:jumlah, kepadatan dan distribusi umur
-
Trend pertumbuhan populasi : tingkat kelahiran dan kematian
-
Pendidikan umum
-
Mata Pencaharian
-
Agama
-
Budaya
-
Tingkat akses dan keterlayanan fasilitas publik: listrik, air bersih, sanitasi, kesehatan, pendidikan
-
Lembaga Masyarakat, LSM
Informasi mengenai demografi dan social yang diperoleh dapat memberikan masukan dalam memperhitungkan kebutuhan ruang, kesedian infrastruktur dan karakteristik social masyarakat di wilayah pesisir. Demografi dan social dapat juga mempengaruhi ekosistem dan perikanan budidaya yang perlu diperhitungkan dampaknya sekarang dan yang akan datang.
9)
Ekonomi Wilayah Pemetaan kondisi perekonomian masyarakat bertujuan untuk mengetahui kondisi pendapatan perkapita, ketenagakerjaan, pola distribusi perkembangan wilayah dan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
karena peristiwa alam atau perbuatan orang. Bencana yang diakibatkan karena peristiwa alam meliputi : a. gempa bumi; b. tsunami; c. gelombang ekstrim; d. gelombang laut berbahaya; e. letusan gunung api; f. banjir; g. kenaikan paras muka air laut; h. tanah longsor; i. erosi pantai; j. angin puting beliung; dan k. jenis bencana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan bencana yang diakibatkan karena perbuatan orang meliputi jenis bencana: a. banjir; b. kenaikan paras muka air laut; c. tanah longsor; dan d. erosi pantai.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 3 3.3 Survei Lapangan Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang belum tersedia dalam rangka penyusunan katalog informasi sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya ekonomi, sosial dan sumberdaya manusia). Survei lapangan ini dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya serta melakukan pengumpulan data primer yang belum tersedia. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan meliputi:
(i) Jenis Data Sekunder Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam survei lapangan akan meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang eksisting, kondisi ekologi serta rencana/studi terkait lainnya. a.
Kebijakan meliputi RTRW Provinsi, RPJM Provinsi, Renstra Provinsidan kebijakan lain yang terkait.
b.
Kondisi fisik, menyangkut kondisi geologi/tatanan tektonik (jalur gempa , jenis tanah dan jenis batuan), morfologi pantai (bentuk permukaan pulau, evolusi pantai , bentuk dan tipe pantai), hidro-oceonografi (arus pasang surut, bathimetri, kecepatan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui perekaman data (observasi, pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara, kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama (fenomena/objek yang diamati). Adapun pengklasifikasian jenis data dalam kegiatan survei lapangan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.8Klasifikasi Jenis Data dan Metode Pengambilan Data No A 1
Jenis data
Analisis
Alat/Cara
Spasial Dasar Terestrial a. Tanah
b. Topografi
2
Metode
Bathimetri
-
penginderaan jauh Survei lapangan
-
Analisis citra analisis laboratorium
- Metode terestris - Metode pemodelan
-
-
Digital Elevasi Model (DEM) Metode pemeruman dasar perairan Survei lapangan
Analisis GIS
- Echosounder - GPS (Global Positioning System) - tide gauge
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
No
Jenis data b. Gelombang
Metode
- Survei lapangan - Metode Langsung - Metode Tidak
Analisis
- Analisis perhitungan
langsung
-
c. Pasang surut
- Metode Langsung - Metode Tidak langsung
d. Suhu e. Kecerahan f. Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS)
In situ/Analisis citra penginderaan jauh In situ laboratorium
-
arus sejajar pantai (longshore current ) transport sedimen sejarar pantai (longshore sediment transport ) validasi/verifikasi model matematik. Grafik Plot Plot Analisis Harmonik Pasut
Alat/Cara
-
-
-
papan berskala, meteran, serta Wave Rider atau Wave Recorder citra satelit
papan berskala, meteran, serta Tide Gauge Outomatic - satelit altimetry Thermometer/Peralatan GIS Secchi disk model gravitasi
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
No
Jenis data
Metode
4
kebijakan publik Pemanfaatan wilayah laut
Survei lapangan
5
Sumberdaya air
-
6
Ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan a. Terumbu karang
-
Analisis
Alat/Cara dan kebijakan publik - tracking - plotting koordinat - GPS
metode penginderaan jauh pengukuran lapangan
Metode Rapid Reef Assessment (RRA) - Metode sampling : stratified proportional random sampling - Metode Transek Garis Menyinggung (Line Intercept Transect ) - Metode
- Citra satelit - GPS - kamera bawah
air (underwater camera)
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
No
Jenis data
Metode
-
7
Infrastruktur
8 9
Demografi dan sosial Ekonomi wilayah
10
Resiko bencana
Analisis
Alat/Cara
Hidroakustik Metode Surplus Production
-
Survei lapangan Plotting lokasi Wawancara Survei lapangan Wawancara Survei lapangan Survei lapangan
- GPS Kuestioner Kuestioner Analisis GIS
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 4 3.4 Identifikasi Potensi Wilayah Setelah dilakukan survei lapangan pada tahap sebelumnya, maka tahap selanjutnya adalah dilakukan identifikasi potensi wilayah. Identifikasi potensi wilayah merupakan kegiatan penggalian data dan informasi potensi wilayah yang dapat dilakukan secara partisipatif. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi wilayah yang meliputi: Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik, Identifikasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, Identifikasi potensi perkembangan wilayah, Identifikasi dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi wilayah perencanaan, dan Identifikasi Isu Perencanaan.
3.4.1 Pengolahan Dan Analisis Data Untuk Disusun Dalam Peta-Peta Tematik Penyusunan peta rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
membutuhkan
data
dasar
dan
tematik
pendukung
dalam
proses
penyusunannya. Data/peta dasar yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi tematik yang disusun dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) dataset dasar, terdiri dari data terestrial dan bathimetri. Data/peta dasar tersebut secara umum telah disediakan oleh
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
3.4.2 Identifikasi Pemanfaaan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Identifikasi ini meliputi kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya ekonomi di masa lalu, saat ini (eksisting) dan yang diproyeksikan di dalam kawasan perencanaan yang terdiri dari rona-rona dan fasilitas yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam (penangkapan ikan, budidaya perairan, pertanian, penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam laut, kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri, lokasi-lokasi pemukiman dan perkotaan, fasilitas wisata. Aktivitas
Tujuan Lokasi yang pemanfaatan diinginkan dimasa yang akan datang? Ekspasi kegiatan yang ada saat ini Operator Diharapkan Teluk Papayo selam mengikuti tren 5 dan Teluk tahun lalu yaitu Airo jumlah operator naik 5% per tahun Modifikasi kegiatan yang ada saat ini Resort B Karena jumlah Pesisir Teluk turis menurun, Papayo dan pembangunan Teluk Airo resort tidak dilanjutkan
Kebutuhan Spatial/Temporal
Dampak ke pengguna laut lain
Potensial konflik atau kompabiliti
3-dimensi, minimum 1 hektar per diving site
Tidak ada, mengambil / merusak karang / habitat dilarang
Konflik dengan nelayan, jetski dari resort A.
Kualitas air menurun selama konstruksi, habitat satwa
Nelayan ikan, diving, akuakultur, penggusuran
Rata-rata 5 hektar per resort
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
3.4.3 Identifikasi Potensi Perkembangan Wilayah
Aktivitas
Rencana
Calon Lokasi
Kegiatan?
Kebutuhan Ruang
Dampak
Potensi konflik
Spatial/Temporal
terhadap
aktivitias yg
pengguna lain
kompatibel
Aktivitas baru Budidaya laut dalam
3
Teluk Papoyo
3 dimensi luas
Butuh pakan
Pelayaran dan
permohonan
(kualitas air
sekitar 10 hektar
ikan layang
penangkapan ikan
investor yang
dan lokasi
hingga kedalaman
hidup jumlah
tradisional/
akan
strategis)
50 meter
besar.
komersil
membangun tahun 2013
3.4.4 Identifikasi Dampak Kegiatan Dari Wilayah Sekitar Yang Mempengaruhi Wilayah Perencanaan No
1
Kegiatan
Pertambangan Emas di hulu sungai
Lokasi
DAS hulu
Dampak terhadap
Dampak
Dampak
proses SD air
terhadap
terhadap
transport
transport
sedimen
substan lain
Penurunan
Perubahan
Polusi
kualitas air,
sediment
limbah air
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 5 3.5 Penyusunan Dokumen Awal Penyusunan dokumen awal
dilaksanakan setelah kelompok kerja melakukan identifikasi
potensi wilayah yang meliputi : 1.
Pengolahan Dan Analisis Data Untuk Disusun Dalam Peta-Peta Tematik
2.
Identifikasi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil
3.
Identifikasi potensi perkembangan
Output dokumen awal, meliputi : 1.
peta-peta tematik;
2.
hasil identifikasi pemanfataan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
3.
hasil identifikasi potensi perkembangan
Selanjutnya Dokumen awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan, tanggapan
atau
saran
perbaikan
dari
Pemerintah, SKPD/instansi
organisasi kemasyarakatan (ORMAS) dan pemangku kepentingan utama.
terkait,
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 6 3.6 Konsultasi Publik Konsultasi publik adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan dan sanggahan antara pemerintah daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan antara lain melalui rapat, musyawarah/rembug desa, dan lokakarya (Permen 16/MEN/2008 pasal 1 ayat 17). Tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi publik pertama bertujuan untuk memberitahukan hasil-hasil penyusunan rencana zonasi pada tahap awal yaitu hasil pengumpulan data, survei lapangan (identifikasi data dan informasi dan penyusunan paket sumberdaya) sampai mengidentifikasi potensi wilayah (nilai sumberdaya dan isu permasalahan) dan dimaksudkan untuk menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi mengenai draft rencana zonasi yang telah disusununtuk mendapatkan kesepakatan awal.
Tabel 3.9Tujuan dan Output Pelaksanaan Konsultasi dan Partisipasi Publik Perencanaan Zonasi WP-3-K Tahapan
Tujuan
Output
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi 5.
Kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Tabel 3.10Target Peserta dalam Pelaksanaan Konsultasi dan Partisipasi Publik Perencanaan Zonasi WP-3-K No 1
Tahapan Konsultasi publik 1
Target Peserta Stakeholder : A. Unsur pemerintah SKPD daerah yang terdiri dari : 1. Bappeda 2. Dinas Kelautan dan perikanan 3. Dinas Pekerjaan Umum 4. BPN 5. Dinas Kehutanan 6. Dinas Pertanian 7. Dinas Pariwisata 8. Dinas Perhubungan 9. Dinas Perindustrian 10. Dinas Lingkungan hidup. 11. Dinas Pendapatan Daerah 12. BUMD 13. dll
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 7 3.7.
Penentuan Usulan Alokasi Ruang
3.7.1. Penyusunan Paket Sumberdaya Paket atau satuan sumberdaya merupakan informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di area tertentu di dalam satu unit perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Unit perencanaan merupakan kawasan tertentu yang ada di suatu wilayah perencanaan (Provinsi atau Kabupaten/kota). Batas spasial unit perencanaan merupakan kombinasi dari kondisi topografi, oseanografi, ekologi, pemanfaatan/penggunaan lahan/perairan saat ini (eksisting). Di dalam setiap unit perencanaan terdapat paket-paket sumberdaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik biofisik dan lingkungannya. Berbagai kegiatan pemanfaatan umum yang dapat dikembangkan diantaranya perikanan tangkap, budidaya perairan, wisata bahari, permukiman, rekreasi, industri, pertambangan, hutan dan sebagainya. Secara umum, peta paket sumberdaya secara spasial merupakan kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar (baseline dataset ) dan 10 (sepuluh) dataset tematik ( thematic dataset ) yang diperoleh melalui tumpangsusun ( overlay ) peta. (Jenis 12 datasets secara detail dapat dilihat di tahap 2). Dataset dasar dan tematik yang digunakan meliputi:
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.6 Proses Penyusunan Peta Paket Sumberdaya
Sebagai contoh, Peta Paket Sumberdaya untuk wilayah Kabupaten X dihasilkan dari hasil tumpangsusun antara Peta Pemanfaatan Wilayah Laut, Kedalaman perairan , Salinitas, Suhu,
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya hasil tumpangsusun karakteristik lahan dan perairan dan parameter lainnya, dilakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya.
3.7.2 Identifikasi Nilai-nilai Sumberdaya dan Analisis Kesesuaian Terhadap Kriteria Kawasan, Zona, Sub Zona, dan/Atau Pemanfaatannnya Identifikasi
nilai-nilai
sumberdaya
merupakan
identifikasi
karakteristik
paket-paket
sumberdaya yang meliputi: 1.
identifikasi dan pemetaan pemanfaatan laut, pesisir dan lahan atas;
2.
pemanfaatan saat ini yang disetujui dan tanpa kewenangan (liar) dari kawasan-kawasan lahan atas dan pesisir milik negara;
3.
penggunaan tanah pribadi;
4.
habitat-habitat sensitif; dan
5.
datasets kemampuan.
Peta Paket Sumberdaya hasil tumpangsusun karakteristik lahan dan perairan yang telah disusun pada sebelumnya, dilakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya yang ada di setiap unit pemetaan sumberdaya yang ada. Tabel berikut menunjukkan deskripsi nilai-nilai sumberdaya untuk setiap paket sumberdaya di kawasan pesisir.
Tabel 3.12Nama Paket Sumberdaya dan Karakteristik Nilai-nilai Sumberdaya
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi …E…
Tingkat resiko bencana yang rendah. Terletak di daerah yang datar. Jenis tanah merupakan mediteran.
…F…
Terletak di daerah yang curam (lereng gunung). Memiliki jenis tanah andosol dan latosol yang bersifat subur karena terletak di lereng gunung vulkanik. Resiko bencana yang sedang.
…G…
Memiliki jenis tanah aluvial dan andosol yang bersifat subur karena berasal dari hasil kegiatan vulkanik. Terletak di daerah yang datar dan landai. Resiko bencana yang rendah.
…H…
Memiliki jarak yang dekat dengan daratan utama. Kondisi arus yang tenang. Kedalaman perairan dangkal yang bervariasi 5 - 50 m. Suhu dan salinitas yang cocok untuk biota perairan.
…I…
Memiliki kandungan klorofil yang tinggi. Berjarak 2 mil dari daratan utama. Memiliki arus yang deras. Memiliki kedalaman perairan di atas 50 m.
…J…
Memiliki
terumbu karang
baik.
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.13Contoh Proses Identifikasi Kesesuaian Zona Melalui Analisa Kesesuaian Paket Sumberdaya Paket Sumberdaya
…E…
Parameter
Kondisi Riil
Kriteria
Matching
Kelerengan
0-8%
<= 8 %
Sesuai
Bahaya banjir
Rendah
Rendah
Sesuai
Sempadan
> 100 m
> 100 m
Sesuai
Suhu
34 - 35 °C
26 - 35 °C
Sesuai
Salinitas
34 - 35
18 - 35 ‰
Sesuai
…H…
Usulan Zona
Pemukiman
Budidaya Laut Arus
< 0.25
< 0.75 m/s
Sesuai
Jarak dari pantai
5 - 2000 m
< 1000 m
Cukup sesuai
Kesuburan tanah
Subur (tanah vulkanik)
Subur
Sesuai
<3%
Cukup sesuai
...G...
Kemiringan lereng
0-8%
Pertanian
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Atribut atau informasi dari setiap paket sumberdaya divaluasi dengan menggunakan kumpulan daftar kriteria lingkungan, sosial dan ekonomi yang berasosiasi dengan paket sumberdaya di setiap unit perencanaan. Kriteria penilaian untuk wilayah tertentu sangat fleksibel tergantung kondisi biofisik lingkungan dan sosial-ekonomi setempat. Valuasi dilakukan dengan menanyakan kepada pengguna sumberdaya dan Stakeholder yang lain untuk menentukan kisaran nilai kriteria tersebut (contoh 1-5; 1-10) yang memetakan tingkat kepentingan maupun perhatian mereka pada masing-masing paket sumberdaya yang didasarkan pada titik pandang individual. Contoh kriteria dan nilai atribut sumberdaya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel3.14Contoh Kriteria yang Digunakan untuk Penilaian Kepentingan Paket Sumberdaya untuk DaerahEkositem Karang-Mangrove-Lamun.
Kriteria
Nilai Atribut Untuk Pengguna Sumberdaya/Stakeholder
Penilaian StakeholderSkor (1-10)
Biodiversity (ecosystem, species, genetic) // Keanekaragam Hayati Integrity/Condition // Integritas/Kondisi
10
Uniqueness // Keunikan
9
Resilience // Daya Pulih
4
Current Use // Penggunaan saat ini
5
8
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.15Matriks Penilaian Atribut Sumberdaya oleh Stakeholder Identifikasi Skor oleh Stakeholder Kriteria
Atribut Sumber-daya Pakar Keanekaragam Hayati Integritas/Kondisi Keunikan
Lingkungan
Daya Pulih Penggunaan saat ini Tingkat Produktifitas Jenis-Jenis Terancam/Kepunahan Habitat Kritis Fungsi/Pelayanan Ekologi Lokasi Luasan (ukuran) Area Kecenderungan Demografi
Sosial
Akses ke Pelayanan Sosial
Birokrasi/ SKPD
LSM/NGO
Perwakilan
Rata-rata
Masyarakat
Penilaian
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi …C… …D… …E… …F… …G… …H… …I… …J… …K… …L…
Tabel 3.17Tingkat Kepentingan Menurut Stakeholder (dinyatakan dengan nilai antara 1 s/d 9) Kepentingan Stakeholder Kunci
1
Perikanan Tangkap
6
Pelabuhan
2
Perikanan Budidaya
7
Pertanian
3
Permukiman
8
Hutan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.18Contoh Rekap Usulan Pemanfaatan Zona Pada Setiap Unit Perencanaan Nama Unit Perencanaan:
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
Nama
Kode
Nilai-Nilai
Lokasi
Lokasi
Sumberdaya
…A…
…B…
A1
B5
Kode Unit:
Usulan Sasaran Pengelolaan
Pemanfaatan Zona
Perairan pantai dalam, geologi formasi batuan stabil, Regim ombak berenergi rendah.
Menyediakan peluang untuk pembangunan industri dan Perdagangan. Menetapkan peluang bagi pembangunan industri dan perdagangan yang melengkapi/mendukung pembangunan Pelabuhan.
Alur Transportasi Laut. Habitat Ikan dan Kehidupan Liar. Infrastruktur Transportasi terbangun.
Menyediakan lokasi untuk penggunaan beragam sesuai ijin pemanfaatan. Memberikan peluang bagi pembangunan tambak udang di Selatan delta sampai ke batas Tanjung Brantas. Mempertahankan habitat pesisir
1120
Usulan Penggunaan yang Diperbolehkan
Penggunaan
Pelabuhan /
Khusus
Depot Minyak
Penggunaan
Industri dan
Umum
Perdagangan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 8 3.8Penyusunan Dokumen Antara 3.8.1 Analisis Lanjutan Paket Sumberdaya Beberapa analisis lanjutan setelah dilakukan analisis paket sumberdaya yang digunakan dalam penyusunan RZWP-3-K Provinsi, antara lain :
1)
Analisis Kebijakan dan Kewilayahan Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/Kabupaten/Kota, dan menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan.
Sedangkan
analisis
kewilayahan
merupakan
analisis
untuk
melihat
kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial budaya yang ada.
2)
Analisis Sosial dan Budaya Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis sosial budaya
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga wilayah dan atau kawasan memang layak dikembangkan.
3)
Analisis Infrastruktur Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan. Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada dan observasi langsung di lapangan. Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana transportasi, air bersih, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.
4)
Analisis Ekonomi Wilayah Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan wilayah, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian, dan komoditi basis wilayah. Analisis ekonomi wilayah meliputi : (1) Struktur ekonomi dan pergeserannya Merupakan analisis untuk mengenali struktur ekonomi di dalam wilayah dan/atau kawasan perencanaan saat ini. Sasaran : mengetahui tingkat PDRB pada suatu wilayah
dan/atau
kawasan
yang
dirinci
berdasarkan
lapangan
usaha,
mengidentifikasi struktur ekonomi dan pergesarannya di dalam wilayah dan/atau
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Perlu diketahui pula keterlibatan Stakeholder terhadap kegiatan ekonomi wilayah pada sektor basis, yakni sejauh mana keterlibatan Stakeholder terhadap kegiatan ekonomi pada sektor basis.
Input data public sector (pemerintah pusat,daerah), private sector (pihak-pihak terkait dengan kegiatan ekonomi,misal :pedagang,pengumpul,dll),data akademisi,data community (kelompok nelayan,penyuluh perikanan,dll)
Proses Metode skoring dengan menggunakan kriteria : pengaruh,kepentingan,kapasitas, dll
Output nilai keterlibatan tertinggi dan terendah
(3) Komoditi sektor basis yang memiliki keunggulan dan komparatif berpotensi ekspor (komoditas unggulan/kunci). Merupakan analisis untuk mengenali komoditas unggulan pada sektor basis wilayah dan/atau kawasan yang memiliki keunggulan komparatif dan berpotensi ekspor. Komoditas unggulan merupakan Komoditas kunci yang memiliki peran penting baik secara langsung/tidak langsung dan bersifat multiplier effect .
Input
Proses
Output
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
5)
Analisis Potensi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan Analisis potensi ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui potensi kelimpahan ( stock assessment ) dan tingkat pemanfaatan ekosistem pesisir meliputi mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, serta sumberdaya ikan, baik ikan pelagis maupun ikan demersal. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
6)
Analisis Daya Dukung Wilayah Daya dukung wilayah ( carrying capacity ) adalah daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak ekosistem itu. Fungsi bebanmanusia tidak hanya pada jumlahpopulasi akan tetapi juga konsumsi perkapita serta lebih jauh lagi adalah faktor berkembangnya perdagangan dan industri secara cepat. Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
b. erosi pantai; a. angin puting beliung; dan b. jenis bencana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan bencana yang diakibatkan karena perbuatan orang meliputi jenis bencana: a. banjir; b. kenaikan paras muka air laut; c. tanah longsor; dan d. erosi pantai. Analisis kerawanan dan risiko bencana dapat dilakukan menggunakan metode GIS, pemodelan, dan identifikasi lokasi secara langsung di lapangan. Data sekunder kerawanan dan risiko bencana dapat diperoleh dari instansi yang terkait. Metode penentuan indeks risiko bencana secara lengkap sebagai berikut :
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.10 Diagram Proses Penentuan Kerentanan Pesisir Setelah mengetahui ancaman bahaya ( hazard ) dan kerentanan ( vulnerability ), maka risiko bencana dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Risiko Bencana =
Dimana: Risiko
=
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau
kehilangan
harta,
dan
gangguan
kegiatan
masyarakat. Hazard
=
suatu kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau kerusakan Iingkungan.
Vulnerability =
suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi bahaya (hazards).
Capacity
=
penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
c.
vegetasi pantai; dan
d.
pengelolaan ekosistem pesisir.
4. Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana gelombang laut berbahaya melalui penyediaan sistem peringatan dini. 5. Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana letusan gunung api meliputi: a.
penyediaan sistem peringatan dini;
b.
penyediaan bunker;
c.
pembangunan jalur lahar; dan
d.
penyediaan prasarana dan sarana evakuasi.
6. Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana banjir meliputi: a.
penyediaan sistem peringatan dini;
b.
pembangunan bangunan pengendalian banjir; dan
c.
penyediaan prasarana dan sarana evakuasi.
7. Kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana kenaikan paras muka air laut meliputi: a.
pembangunan bangunan pelindung pantai;
b.
penyediaan pompa air;
c.
penggunaan konstruksi bangunan yang beradaptasi pada kenaikan paras muka air laut;
d.
vegetasi pantai; dan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
c.
penyusunan tata ruang;
d.
penyusunan zonasi; dan
e.
pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat yang dapat dilakukan melalui latihan, gladi, simulasi, lokakarya serta peningkatan kesiapsiagaan masyarakat mengenai upaya mengurangi risiko bencana.
3.8.2PenetapanAlokasi Ruang Rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang yang ada di kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu, alur laut dan kawasan pemanfaatan umum. Klasifikasi kawasan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sebagai berikut:
Tabel 3.19 Klasifikasi Kawasan RZWP-3-K Klasifikasi Kawasan (Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2007)
Keterangan
Kawasan Konservasi merupakan kawasan pesisir dan
Kawasan Konservasi pada UU No 27 tahun
pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang
2007 setara dengan Kawasan Lindung pada
dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan
UU No 26 tahun 2007
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.11 Contoh Ilustrasi Klasifikasi Kawasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Peta Rencana Pola Ruang WP-3-K Kabupaten atau Kota disusun berdasarkan peta paket
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Langkah penentuan pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalahsebagai berikut:
1) Penentuan Kawasan Konservasi Penentuan Kawasan konservasi memperhatikan keberadaan wilayah yang berpotensi menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi ditetapkan untuk wilayah yang memiliki ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Pembagian kawasan konservasi disesuaikan dengan jenis/kategori kawasan konservasi yang ada di Kabupaten/Kota sesuai Permen 16 tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal 15 ayat 4.
2) Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) Penentuan Kawasan Strategis Nasional Tertentu memperhatikan kriteria-kriteria: batasbatas maritim kedaulatan negara; kawasan yang secara geopolitik, pertahanan dan keamanan negara; situs warisan dunia; pulau-pulau kecil terluar yang menjadi titik pangkal dan/atau habitat biota endemik dan langka. Sesuai dengan Permen KP No.16 tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan WP-3-K, KSNT dibuat dalam peta dengan skala 1:50.000 dan jika dibutuhkan dapat dibuat zona rinci dengan skala 1:10.000.
3) Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum Penentuan Kawasan Pemanfaatan Umum memperhatikan kriteria: tidak termasuk ke
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
tangkapan yang dikehendaki.Alur migrasi biota laut, dapat berupa : alur migrasi cetacea, tuna, penyu belimbing, penyu lekang, paus dll. Selanjutnya, penentuan arahan pemanfaatan pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui penentuan zona pada masing-masing kawasan.
Penentuan zona pada
masing-masing kawasan dilakukan dengan menggunakan metode kesesuaian lahan.
Adapun
klasifikasi zona, sub zonadan arahan pemanfaatan untuk setiap zona pada masing-masing kawasan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.20 Pembagian Kawasan menjadi Zona, Sub-Zona dan/atau Arahan Pemanfaatan KAWASAN 1. KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
ZONA DAN/ATAU ARAHAN PEMANFAATAN Pariwisata Permukiman Pelabuhan Pertanian Hutan Pertambangan Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap Industri
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi KAWASAN 4. ALUR
ZONA DAN/ATAU ARAHAN PEMANFAATAN Alur Pipa dan Kabel Alur Pelayaran Alur Migrasi Biota
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Gambar 3.14 Ilustrasi Contoh Peta Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
1.8.3
Penyelarasan, Penyerasian dan Penyeimbangan dengan RTRW Setelah menyusun matriks kesesuaian dan diperoleh zona, sub zona dan arahan pemanfaatannya
dalam
kawasan
Penyeimbanganantara RZWP-3-K
perlu
dilakukan
penyelarasan,
Penyerasian
dan
dengan RTRW sesuai UU No.27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Peisir dan Pulau-Pulau Kecil. Hal ini merupakan penjabaran dari Pasal 9
ayat 2dimanaRZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dandiseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dan juga penjabaran dari Pasal 11 ayat 2 , dimana penyusunan RZWP-3-K diwajibkan mengikuti dan memadukan rencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kawasan, zona, dan/atau alur laut. Tujuan
penyelarasan,
RTRWadalah
Penyerasian
dan
Penyeimbanganantara
untukmereviewdanmembandingkandraftdokumen
RZWP-3-K antara
dengan RZWP-3-K
denganrencanayanglainyangtelahdisahkandanuntukmerevisidraftdokumen antara RZWP-3Ktersebut,sehinggakonsistendenganrencana-rencanadan programyangbersesuaianyangtelahdisahkan.
program-
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.21 Contoh Arahan Pemanfaatan Ruang RZWP-3-K Kabupaten/Kota : ……………………………………………………………… ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Zona Perikanan Budidaya
dll
Sub-Zona 1. Rumput Laut 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mutiara Keramba Jaring Apung Keramba Lainnya Bagan Pertambakan Pembenihan (Hatchery) Perkotaan
Hasil Konsultasi Publik dengan Stakeholder terkait
Setuju
Tidak setuju
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
segala kemungkinan dan peluang resolusi konflik diperhitungkan dengan cermat, sehingga setiap manfaat dan kerugiannya dapat dikalkulasikan dengan baik. Seringkali dijumpai banyak kasus bahwa sebuah pilihan solusi-tindakan rasional untuk mengatasi konflik sosial, tidaklah benar-benar mampu menghapuskan akar-persoalan konflik secara tuntas dan menyeluruh. Pada kasus-kasus yang demikian itu, maka resolusi konflik sepantasnya dikelola pada derajat dan suasana yang sedemikian rupa sehingga ledakan berupa pertikaian sosial yang bisa berdampak sangat destruktif dapat dihindarkan. Resolusi konflik merupakan proses identifikasi konflik hingga penyelesaian konflik. Identifikasi konflik dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang bersinggungan namun tidak sesuai ( compatible). Hasil analisis paket sumberdaya yang dilanjutkan dengan beberapa analisis lanjutan, kemudian diidentifikasi antar kegiatan/zona/sub zona untuk memilih kegiatan/zona/sub zona yang paling sesuai dengan cara membuat matrik kesesuaian. Konflik dapat terjadi pada pemanfaatan secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal pada level zona misalnya pemanfaatan pertambangan, industri,
dan
perikanan
tangkap,
sedangkan
secara
vertikal
di
perairanmisalkan
pertambangan, perikanan tangkap, dan perikanan budidaya . Matrik keterkaitan antar zona menguraikan hubungan antar zona/sub zona dalam suatu wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi antar zona/sub zona. Matrik
ini berisi
susunan aktifitas/nilai untuk tujuan komersial, industrial, lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi umum dan berfungsi untuk menjelaskan susunan aktifitas yang dapat
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kompabilitas kegiatan selanjutnya diklasifikasikan menjadi kegiatan-kegiatan, yang meliputi kegiatan dengan kompabilitas: tinggi, menengah, rendah.Setelah diketahui kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan dengan jenis kompabilitas (tinggi, menengah, rendah) kemudian kegiatan tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis kompabilitasnya dan diidentifikasi kebutuhan ruang (spatial/temporer), kegiatan lain yang kompatible, dan kegiatan lain yang tidak kompatible, seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.22 Klasifikasi Kompatibilitas Kegiatan 1. Aktiv itas
1 2 3 dll
Kompatibilitas Tinggi Kebutuhan Ruang (Spatial/te mporer)
Kegiatan lain yang kompatibel
2. Kompatibilitas Menengah Kegiatan yg tidak kompatibel
Aktivi tas
Kebutuhan Ruang (Spatial/te mporer)
Kegiatan lain yang kompatibel
Kegiatan yg tidak kompatibel
3. Kompatibilitas Rendah Aktivi tas
Kebutuha n Ruang (Spatial/t emporer)
Kegiatan lain yang kompatibel
Kegiatan yg tidak kompatibel
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
pihak yang tidak sempat bertemu langsung, dan bertindak sebagai mediator dalam pertemuan. 3)
Fasilitasi Merupakan penanganan konflik yang melibatkan fasilitator. Peran fasilitator adalah menjadi moderator dalam pertemuan yang cakupannya lebih besar dan menjamin setiap orang dapat berbicara dan mendengar. Fasilitasi juga diterapkan dalam membantu individu melakukan proses pemecahan masalah (problem solving), prioritas, dan perencanaan.
4)
Mediasi Mediasi adalah suatu proses penyelesaian konflik dengan menggunakan jasa pihak luar untuk menjembatani proses negosiasi antaa pihak-pihak yang berselisih. Pihak-pihak yang berselisih dipertemukan secara bersama oleh pihak luar yang kedudukannya netral dan independen (berperan sebagai mediator). Dalam proses ini dikaji secara mendalam dan diputuskan bagaimana konflik tersebut diselesaikan.
Peran mediator adalah
membantu semua pihak agar mampu menghasilkan suatu perjanjian tetapi tidak memiliki kekuatan hukum. Keuntungan dari mediasi adalah : (1) mediator dapat memfasilitasi komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai dan membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang teralienasi, mencegah terjadinya deadlock yang menghambat resolusi konflik, (2) membantu pihak-pihak yang berselisih untuk menciptakan kesepakatan bersama, (3) mempercepat proses negosiasi dan menstimulasi pihak yang berselisih dengan mengajukan penyelesaian konflik secara kreatif dan realistis, (4)
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 9 1.9 Konsultasi Publik Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk memverifikasi atau memastikan kembali bahwa data dan informasi tematis yang menjadi masukan publik pada tahap konsultasi sebelumnya telah dirangkum dengan baik dan benar dalam draft rencana zonasi yang disusunserta menilai kelayakan/kesesuaian pemanfaatan (analisis kemampuan paket sumberdaya), penetapan tujuan dan strategi pengembangan paket sumberdaya, menetapkan struktur dan pola ruang serta arahanpemanfaatan dan memeriksa konsistensi draft dengan RTRW (harmonisasi dengan RTRW) dan aturan-aturan lainnya, sehingga draft rencana zonasi dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya perbaikan dan penyempurnaan dari draft dokumen
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tabel 3.24Target Peserta dalam Pelaksanaan Konsultasi dan Partisipasi Publik dalam Perencanaan Zonasi WP-3-K Tahapan Konsultasi publik 2
Target peserta Stakeholder : A. Unsur pemerintah SKPD daerah yang terdiri dari : 1. Bappeda 2. Dinas Kelautan dan perikanan 3. Dinas Pekerjaan Umum 4. BPN 5. Dinas Kehutanan 6. Dinas Pertanian 7. Dinas Pariwisata 8. Dinas Perhubungan 9. Dinas Perindustrian 10. Dinas Lingkungan hidup. 11. Dinas Pendapatan Daerah
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 10 1.10
Penyusunan Dokumen Final
3.10.1 Penyusunan Pernyataan Zona ( Zoning text ) dan Arahan Peraturan Zonasi ( Zoning regulation)
Penyusunan arahan pemanfaatan zona merupakan hasil akhir dari serangkaian proses analisis pemanfaatan ruangsampai dengan penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW maupun kebijakan daerah yang lain yaitu dengan melalui penetapan kawasan, zona, dan sub zona. Penentuan arahan pemanfaatan kawasan, zona, sub zona dan arahan pemanfaatannya merupakan hasil yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Stakeholder terkait melalui konsultasi publik kedua. Setelah diperoleh komentar yang relevan dari para Stakeholder, maka dilanjutkan dengan penyusunan pernyataan zona yang terdiri dari arahan pemanfaatan zona serta nilai-nilai utama dari zona tersebut. Dalam pernyataan zona harus disebutkan mengenai prioritas utama pembangunan dan isu-isu perencanaan strategis untuk 5 tahun kedepan serta kebutuhan pengendalian ruangnya. Maka, draft dokumen final RZWP-3-K ini terdiri dari pernyataan zona dan arahan peraturan zonasi. Contoh pernyataan zona/sub zona dapat dilihat pada lampiran.Khusus untuk zona-zona yang berada di perairan baik di bagian
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
3.10.2 Tinjauan terhadap RTRW dan Rencana Pembangunan Lainnya Selain dilakukan penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW, hasil arahan rencana zonasi dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam penetapan struktur dan pola ruang yang terdapat didalam RTRW. Tinjauan terhadap RTRW, meliputi : 1.
Penetapan struktur ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari pusat-pusat kegiatan di WP-3-K serta sistem jaringan prasarana dan sarana di WP-3K.
2.
Penetapan pola ruang di WP-3-K yang terdiri dari alokasi ruang di W-3-K untuk kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap sumberdaya di WP-3-K.
3.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dapat menjadi muatan yang direkomendasikan kedalam penentuan kawasan strategis nasional/provinsi/kab/kota pada RTRW Kab/Kota.
4.
Penetapan Kawasan Strategis WP-3-K Kab/Kota dapat menjadi muatan yang direkomendasikan kedalam penentuan kawasan strategis kab/kota pada RTRW
Untuk menjamin pelaksanaan oleh daerah terhadap hasil perencaaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah disusun (dokumen RZWP-3-K), maka perlu dilakukan adopsi perencanaan pengeloaan WP-3-K dalam rencana pembangunan daerah. Perencanaan pengelolaan WP-3-K perlu terintegrasi dalam tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang diselenggarakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat. Strategi
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Tahap 11 3.11 Penetapan Penetapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah serangkaian proses dalam rangka penetapan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menjadi peraturan daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Proses penetapan dapat dilihat pada diagram berikut :
PEMERINTAH DAERAH
RZWP-3-K
RAPERDA
REV I EW
RZWP-3-K
PERSETUJUAN
DPRD
PEMERINTAH PUSAT
Gambar 3.17 Diagram Proses Penetapan RZWP-3-K
PERDA RZWP-3-K
Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Setelah mendapat persetujuan di tingkat daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota
•
menyampaikan dokumen final RZWP-3-K Kabupaten/Kota kepada Gubernur, Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan tanggapan dan/atau saran dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya dokumen tersebut secara lengkap. Setelah memperoleh tanggapan/saran di tingkat pusat maka draft tersebut disampaikan
•
kepada DPRD Kabupaten/Kota dalam bentuk rancangan Perda untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Rancangan Peraturan Daerah oleh DPRD Kabupaten/Kota dibahas bersama dengan
•
bupati/walikota sesuai kewenangannya. Hasil pembahasan rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Penetapan RZWP-3-K Kabupaten/Kota meliputi dua hal, yaitu: a.
pemberian tanggapan/saran rancangan perda tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP-3-K) Kabupaten/Kota, sebelum ditetapkan menjadi Perda;
b.
EvaluasimaterimuatanteknisrancanganPerdatentangrencana pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten/Kota.
zonasi
wilayah
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
1) Perikanan Tangkap Kriteria-kriteria lingkungan dan ekologi yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :
Lokasi harus memperhatikan dan mempertimbangkan habitat kritis dan sensitive yang terdapat di daratan maupun perairan pesisir (lahan basah; mangrove; padang lamun; terumbu karang; tempat pembesaran dan pemijahan; gumuk pasir; taman laut, rute migrasi burung, mamalia & spesies terancam punah lainnya);
Pembukaan lahan hutan dan pertanian harus diminimalkan;
Pemenuhan kebutuhan air bersih dan fasilitas pengolahan limbah cair/padat;
Penetapan pemanfaatan lahan didalam dan sekitar lokasi perencanaan termasuk antisipasi kegiatan pembangunan yang akan datang;
Kedekatan jarak terhadap daerah permukiman, perdagangan dan pendidikan;
Pekerjaan dan orientasi masyarakat yang ada di dekat lokasi perencanaan, guna meminimalisasi gangguan dan hilangnya kegiatan sosio ekonomi yang ada;
Pengurangan sumberdaya yang ada harus diminimalkan baik yang terjadi karena dampak langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pembangunan;
Lokasi pada daerah “brackish water ” harus direncanakan secara hati-hati.
Kriteria untuk menentukan daerah penangkapan ikan ( fishing ground ), antara lain berdasarkan visual langsung di perairan/pengalaman nelayan dan bantuan teknologi Inderaja dan hidroakustik. Daerah penangkapan ikan diantaranya ditandai oleh : •
Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ;
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
Metode hidroakustik merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder .
Tabel L1.1. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Penangkapan Ikan
NO
INPUT PETA YANG DIBUTUHKAN
PARAMETER KESESUAIAN
1. 2.
Peta Batimetri Peta Oksigen Terlarut (Data Osenografi Kimia)
Kedalaman Oksigen Terlarut
3.
Peta Salinitas (Data Osenografi Kimia) Peta Suhu Permukaan (Data Oseanografi fisik) Peta Kecerahan (Data Oseanografi fisik) Peta PH (Data Osenografi Kimia) Peta Arah Kecepatan Arus (Data Oseanografi Fisik)
Salinitas
4. 5. 6. 7.
Suhu
KRITERIA KESESUAIAN SATUAN S1 (80)
S2 (60)
S3 (40)
m mg/L
0 - 400 >5
-
-
‰
33 - 34
-
-
Celcius
28 - 32
-
-
-
-
7 - 8,5
-
-
-
-
-
Kecerahan pH Kecepatan arus
cm/detik
N (1)
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
2) Perikanan Budidaya a.
Tolok Ukur dan Kategori Daya Dukung Lahan Pantai Untuk Pertambakan Tabel L1.2. Tolok Ukur dan Kategori Daya Dukung Lahan Pantai Untuk Pertambakan
No.
Tolok Ukur
1.
Tipe dasar pantai
Tinggi Terjal, karang berpasir, terbuka
2.
Tipe garis pantai
Konsistensi tanah stabil
3. 4.
Kuat > 21 dm
5.
Arus perairan Amplitudo pasut rataan Elevasi
6.
Mutu tanah
Dapat diairi saat pasang tinggi rataan, dapat dikeringkan total saat surut rendah rataan Tekstur, sandy clay-loam, tidak bergambut, tidak pirit
Kategori Daya Dukung Sedang Terjal, karang berpasir/sedikit berlumpur, terbuka Sama dengan kategori tinggi Sedang 11-21 dm
Rendah Sangat landai, berlumpur tebal berupa teluk/laguna Konsistensi tanah sangat tinggi Lemah < 11 dm
Sama dengan kategori tinggi
Di bawah rataan surut rendah, sulit dikeringkan secara gravitasi
Tekstur, sandy clay-loam, tidak bergambut, kandungan pirit rendah
Tekstur clay-loam, tidak bergambut, kandungan pirit tinggi
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
5.
Salinitas
Salinitas/kadar garam 31-34 mg/l
6.
Sumber benih dan pakan
Tersedia sumber benih dan pakan
7.
Oksigen terlarut dan limbah
Oksigen terlarut (DO) lebih dari 5,0 ppm
8.
Prasarana dan sarana
Dekat dengan sarana dan prasarana transportasi
9.
Keamanan lokasi
•
• •
Aman dari faktor pencurian yang bisa mengakibatkan kerugian; Tidak pada alur pelayaran; Terlindung dari angin dan tinggi gelombang
menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu Salinitas yang baik berkisar antara 28 – 35 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan muara sungai Ketersediaan bibit yang baik harus tersedia, baik kuantitas maupun kualitas secara kontinyu. Apabila dilokasi budidaya tidak tersedia sumber bibit maka harus didatangkan dari lokasi lain Perairan yang telah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri, maupun limbah kapal laut harus dihindari Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya terutama petani/nelayan lokal
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
d.
Budidaya Tambak Udang Tabel L1.5. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Udang No
Parameter
1.
Curah Hujan (mm/th)
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
e.
Kecerahan (%) Kedalaman Pirit (cm) Oksigen Terlarut (mg/l) o Salinitas ( / oo ) o Suhu ( C) Amoniak (NH 3 ) (mg/l) pH Input air tawar Kesuburan air Pengaruh banjir Polutan Sumber: Anonim dengan modifikasi
Baik 2500-3000 25-34 >100 >5 12-20 28-31 <0,3 7,5-8,5 Besar Tinggi Tidak ada Tidak ada
Kriteria Kesesuaian Sedang 1000-2000 dan 3000-3500 16-24 50-75 3-5 20-35 26-28 0,3-0,5 6-7,5 dan 8,5-10 Sedang Sedang -
Buruk <1000 atau >3500 <16 atau >34 <50 <3 >35 <26 atau >31 >0,5 >10 atau <6 Kurang Rendah Ada Ada
Budidaya Tambak Bandeng Tabel L1.6. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tambak Bandeng Kriteria Kesesuaian
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
g.
7.
Kesuburan perairan
Tinggi (>15.000 ind/lt)
8. 9. 10.
Suhu (°C) Salinitas (‰) Aksesbilitas Sumber: Anonim dengan modifikasi
Sedang (200015.000) 28 - 30 31 - 35 Cukup
25 - 27 25 - 30 Mudah
<2000 ind/lt <26, >30 <21, >35 Kurang
Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Tabel L1.8. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Kesesuaian Lahan
No 1.
Parameter
Bobot 3
2. 3. 4.
Terlindung dari pengaruh angin musim Kedalaman perairan (m) Klorofil perairan Kekeruhan perairan
5. 6. 7. 8. 9.
Kecepatan arus Suhu (oC) Salinitas (o/oo) Material dasar perairan pH
2 2 2 1 1
3 3 3
S1 (Sangat Sesuai) Sangat terlindung 10-25 Tinggi Kekeruhan rendah 20-25 28-30 33-35 Berkarang 7,5-8,6
Skor
S2 (Sesuai)
Skor
3
Terlindung
2
3 3 3
25-40 Sedang Kekeruhan sedang 25-40 25-28 28-32 Berpasir 6,5-7,5
2 2 2
3 3 3 3 3
2 2 2 2 2
S3 (Kurang Sesuai) Tidak terlindung <10 dan >40 Rendah Kekeruhan tinggi <20 <25 dan >31 <28 dan >35 Berlumpur <6,5 dan >8,6
Skor 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
Tabel L1.9. Parameter Iklim dan Pengaruhnya terhadap Tambak Garam Pengaruh
Parameter Iklim
No 1.
Hujan
2.
Angin
3.
Kelembaban Udara
4.
Penguapan
menghambat penguapan air laut serta mengencerkan larutan pekat air laut yang sudah siap dikristalkan menjadi garam kecepatan angin mempunyai pengaruh positif terhadap besarnya penguapan makin rendah kelembaban, penguapan semakin tinggi, padau mumnya kelembaban udara di daerah tropis cukup tinggi bahkan di musim kemarau kelembaban masih di atas (>) 60 % kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari suhu, kelembaban, kecepatan angin
Sumber : BRKP & BMG, Cuaca dan Iklim untuk Tambak Garam, 2005
3) Wisata Bahari Tabel L1.10. Parameter Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Bahari No 1. 2.
Input Peta Yang Dibutuhkan Peta Sebagran TSS Peta Kecerahan
Parameter Kesesuaian Warna air Material terapung
S1 (80) Jernih Tidak ada
Kriteria Kesesuaian S2 (60) S3 (40) Berwarna berwarna Vegetasi Berwarna
N (1) berwarna berwarna
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
No 7.
8. 9. 10.
Input Peta Yang Parameter Dibutuhkan Kesesuaian Peta Struktur Ruang Pelabuhan RTRW, Peta Struktur Ruang Kelautan dan Perikanan Peta Struktur Ruang Sarana jalan RTRW Peta Struktur Ruang Jumlah RTRW bangunan Peta Struktur Ruang Air Tawar RTRW Sumber: Anonim dengan modifikasi
S1 (80) Ada
Aspal
Kriteria Kesesuaian S2 (60) S3 (40) Tidak ada Tidak ada /ada
N (1) Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
sedikit
Jalan setapak sedang
Tidak ada
Tidak ada
Ada (banyak)
Ada (sedikit)
Tidak ada
Tidak ada
Tabel L1.11. Kriteria Sosial, Ekonomi dan Budaya dalam Penetapan Lokasi Jenis Wisata
Jenis AtraksiWisata
Wisata Pesisir & Pantai
Wisata Rekreasi Pantai Wisata Olahraga Pantai Wisata Budaya Wisata Belanja Wisata Makan Wisata pendidikan
Daya Tarik Budaya Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Daya dukung masyarakat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Nilai Historis
Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
b.
Wisata Snorkeling Tabel L1.13. Parameter Kesesuaian Wisata Snorkeling
No
Kriteria Teknis
Bobot
S1
S2
S3
TS
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5.
Kecerahan perairan (%) Penutupan komunitas karang (%) Jenis life form karang Jumlah jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dtk)
5 5 3 3 1
100 >75 >12 >50 0-15
80-<100 >50-75 <7-12 30-50 >15-30
6.
Kedalaman terumbu karang (m)
1
1-3
>3-6
60-<80 25-50 4-7 10-<30 >30-50 >6-10
<20 <25 <4 <10 >50 >10
Nilai skor Kategori S1 = 3 Kategori S2 = 2 Kategori S3 = 1 Kategori TS = 0 Nilai maksimum Bobot x skor = 57
1
>500
100-500
20-100
<20
7 Lebar hamparan karang (m) Sumber : Yulianda, 2007
Keterangan : S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 83 – 100% S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50 - <80% S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17 - <50% TS = Tidak sesuai, dengan nilai <17%
c.
Wisata Berperahu, Jet Ski dan Banana Boat Tabel L1.14. Parameter Kesesuaian Wisata Berperahu, jet Ski da n Banana Boat No
Kritera teknis
Bobot
Kelas Kesesuaian dan Skor
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
Keterangan : S1 = Sangat sesuai S2 = Sesuai N = Tidak Sesuai
e.
Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur (Sun Bathing) Tabel L1.16. Parameter Kesesuaian Wisata Pantai Olahraga Pantai dan Berjemur ( Sun Bathing) No
Kritera teknis
Bobot
S1
1.
Substrat
5
Pasir
2. 3.
Luasan pantai (m2) Panjang pantai (m)
5 5
>2500 >300
4.
Tipe pantai
3
Berpasir
5.
Lahan terbuka Sumber : Modifikasi dari Bakosurtanal (1996) Penutupan lahan pantai
Keterangan : S1 = Sangat sesuai S2 = Sesuai N = Tidak Sesuai
3
Kelas Kesesuaian (Skor) Skor S2 Skor N Karang pasir 2 Lumpur/ 3 lumpur 3 1000-2500 2 <1000 3 100-300 2 <100 Pasir, sedikit 2 Lumpur, 3 karang karang Semak 2 Hutan 3 belukar bakau
Skor 1 1 1 1 1
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
B. Kriteria teknis Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan secara umum sebagai berikut: 1. Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang sehingga kapal mudah untuk bermanuver saat dari/ke pelabuhan. 2. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar / masuk pelabuhan. Kedalaman alur pelayaran harus memenuhi kedalaman yang dibutuhkan saat kapal bermuatan penuh. 3. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam pelabuhan (luas perairan). Hal ini untuk memudahkan kapal untuk bermanuver saat akan bersandar, saat akan ke laut atau berlabuh. 4. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim. Pelabuhan seyogyanya tidak terletak didaerah perairan yang dangkal atau daerah sedimentasi yang menyebabkan pembengkakan biaya pengerukan dan biaya pemeliharaan pengerukan. 5. Mengusahakan perbedaan pasang surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan sedimentasi harus diperkecil. 6. Memiliki topografi yang landai dan cukup luas untuk pengembangan kawasan selanjutnya. 7. Pelabuhan memiliki tempat penyimpanan tertutup atau lapangan terbuka untuk menampung muatan. (fasilitas) 8. Tersedianya fasilitas prasarana/infrastruktur lain yang mendukung. 9. Terhubung dengan
jaringan angkutan darat yang menghubungkan dengan daerah
pendukungnya/daerah belakangnya.
Tabel L1.17. Penggolongan Kelas Pelabuhan Berdasarkan Kriteria Teknis
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
9.
Fasilitas Pembinaan & Pengujian Mutu
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
10. Sarana Pemasaran
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
11. Pengembangan Industri
Tersedia
Tersedia
Tersedia
-
Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan, Laut Teritorial dan ZEEI
Perairan Pedalaman dan Perairan Kepulauan
12. Skala Layanan
Laut Teritorial, Laut ZEEI dan Teritorial Perairan dan ZEEI Internasiona l
13. Tujuan Pemasaran
Sebagian u/ Sebagian u/ Lokal, Ekspor Ekspor Antardaerah
Lokal
Sumber : Kepmen No. 10 Th 2004 tentang pelabuhan perikanan
Tabel L1.18.Kriteria Pelabuhan Khusus No
Variabel
1.
Pelayanan
Pelabuhan Khusus Nasional
- menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan Beracun (B3);
Pelabuhan Khusus Regional
- tidak menangani pelayanan barangbarang berbahaya dan beracun (B3);
Pelabuhan Khusus Lokal
- tidak menangani pelayanan barang berbahaya dan beracun (B3); dan
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
4.
kapasitas penumpukan
5.
gudang ekspor
6.
gudang impor
7.
hangar mekanik
8.
gedung perkantoran
9. 10.
750 – 1.000TEU’s
< 750 TEU’s
>450 m2
300 – 450 m2
< 300 m2
> 450 m2
300 – 450 m2
< 300 m2
> 350 m2
250 – 350 m2
< 250 m2
> 400 m2
250 – 400 m2
< 250 m2
> 1.000 TEU’s
area bongkar muat dan lalu > 6.000 m2 > 6.000 m2 lintas trailer/alat berat panjang landasan pacu gantry 200 – 250 m2 > 250 m2 crane Sumber: Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional
< 3.000 m2 < 200 m2
Tabel L1.20. Skoring Kesesuaian Kawasan Pelabuhan No
Nama Kriteria
SATUAN
Nilai 5
4
3
2
1
75-100 I,II,III
30-75 I,II,III
20-30 I,II
10-20 I
< 10 I
pelagis besar,pel agis kecil,
pelagis besar,pela gis kecil,
pelagis kecil,pela gis besar,
pelagis kecil,
pelagis kecil, demersa
KRITERIA PERIKANAN 1. 2.
3.
Jumlah Armada Zona tangkap
Jenis Komoditi
Unit
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
18
Fungsi Kota yang dilayani Pusat Kegiatan KRITERIA PERKIRAAN PROSPEK 20 Kebutuhan Pasar Thd ton Komoditas (volume) 21 Pemenuhan Komoditas di % Pasar 22 Prospek Industri Lanjutan KRITERIA KEDEKATAN DG KAWASAN LAIN 23 Kawasan Konservasi km 24 Kawasan Pemukiman km 25 Kawasan Industri km KRITERIA TEKNIS 26 Topografi m 27 Bathimeteri m 28 Geologi 29 30 31 32 33 34 35
Pasang-Surut Gelombang Sedimentasi Angin Arus Hidrologi & Sungai Luas Lahan Darat
m
Ha
Ada -
PKN
PKW
-
PKL
> 60
> 30
>20
> 10
60-80
40-60
20-40
10-20
< 10
Baik
-
Sedang
-
Kurang
> 10 <3 <3
7,5-10 5-3 5-3
5-7,5 5-7,5 5-7,5
5-3 7,5-10 7,5-10
<3 > 10 > 10
Landai >8 kohesif
7-8 kohesif
Datar 6-7 Non- kohesif
Curam <5 plastis
Kecil <0,2 Kecil Kecil Kecil Kecil >30
0,2-0,5 15-30
Sedang 0,5-0,8 Sedang Sedang Sedang Sedang 5-15
5-6 Nonkohesif 0,8-1 2-5
Besar >1 Besar Besar Besar Besar <2
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
5) Pertambangan Pasir Laut Batasan pengembangan kawasan pertambangan pasir laut mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep.33/MEN/2002 tentang Zonasi wilayah pesisir dan laut untuk kegiatan pengusahaan pasir laut. Berdasarkan Kepmen tersebut, kawasan pertambangan pasir laut di wilayah pesisir dan laut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) zona yaitu: a.
Zona Perlindungan Zona perlindungan adalah zona di wilayah pesisir dan laut yang telah ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan
menurut
undang-undang
atau
berdasarkan
kriteria
dan
pertimbangan tertentu sehingga perlu dilindungi dari kegiatan pengusahaan pasir laut . Kawasan-kawasan perlindungan tersebut antara lain :
Kawasan Pelestarian Alam seperti taman nasional dan taman wisata alam
Kawasan suaka alam seperti; cagar alam dan suaka margasatwa
Kawasan perlindungan ekosistem, pesisir dan pulau-pulau kecil seperti ; taman laut daerah, kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi, biota laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang serta kawasan pemijahan, ikan dan biota laut lainnya.
Perairan yang jarak dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah perairan kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah.
Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan berbatasan langsung dengan garis pantai yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah
Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
Perijinan pertambangan pasir laut dapat diberikan dengan beberapa persyaratan yang bertujuan untuk membatasi kegiatan pertambangan sehingga tidak mengganggu kegiatan sektor lain. Beberapa persyaratan yang diterapkan antara lain :
-
Pembatasan terhadap jenis dan jumlah kapal yang dioperasikan.
2)
Zona terbuka tambang
Penentuan sistem penambangan dan pengerukan yang dilakukan. Pembatasan jumlah volume pasir laut yang di tambang. Pengaturan jadwal kegiatan penambangan dan pengerukan.
Zona terbuka tambang adalah zona atau kawasan pesisir dan laut yang dapat dijadikan lokasi pertambangan pasir laut yang berada di luar kawasan atau zona perlindungan. Zona terbuka tambang merupakan kawasan perairan yang berada di luar Zona Perlindungan dan Zona Pemanfaatan Bersyarat. Meskipun pada zona tersebut diijinkan dilakukannya kegiatan pertambangan pasir laut secara bebas, namun kegiatan tersebut tetap harus memperhatikan aspek-aspek penting lain yang terkait dengan upaya pelestarian dan perlindungan ekosistem, maupun perlindungan kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan. Pasal 10 Kepmen KP Nomor Kep.33/MEN/2002 disebutkan bahwa setiap kegiatan pengusahaan pasir laut diwajibkan menjaga :
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
-
Penetapan Menjadi Kawasan Tambang
Nilai Tambah
Potensi B.Galian
Sangat Perlu
Tinggi
Tinggi
Perlu
Tinggi Sedang
Sedang Tinggi
Mungkin Perlu
Sedang Rendah Rendah
Sedang Tinggi Sedang
Tidak Perlu
Sedang Rendah
Rendah Sedang
Faktor Pembatas; dampak terhadap kondisi fisik (hidro-oceanografi, geologi/geomorfologi), dampak ekologis, dampak terhadap kawasan lindung, pemanfaatan ruang saat ini (permukiman, perikanan, pariwisata, alur pelayaran, infrastruktur), sosial-ekonomi masyarakat sekitar, jangkauan dampak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan pertambangan pasir laut yang menjadi faktor pembatas :
Dampak terhadap lingkungan fisik dan ekosistem
Hubungan kegiatan pertambangan dengan kegiatan sektor lain
Dampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
Faktor keamanan terhadap lingkungan, masyarakat disekitarnya, dan pekerja dilapangan
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
•
Lingkungan hayati/dampak ekologis (kawasan lindung, perikanan)
•
Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (wisata bahari, permukiman, alur pelayaran, infrastruktur).
Tabel L1.21. Dampak Kawasan Pertambangan Terhadap Kegiatan Pemanfaatan Ruang No 1.
2. 3. 4.
5.
Faktor
Variabel
Dampak hidro-oceanografi
Perubahan pola arus dan perambatan gelombang, erosi dan sedimentasi dasar laut dan pantai, perubahan bathymetri, peningkatan sedimen tersuspensi Dampak terhadap ekologi Kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun, penurunan populasi ikan Dampak terhadap sosial Penurunan produksi, penangkapan ikan secara tradisional, penurunan ekonomi produksi kegiatan budidaya lainnya Jangkauan dampak Jumlah manusia yang terkena dampak (AMDAL) Luas wilayah persebaran dampak Lamanya dampak berlangsung intensitas dampak Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak Sifat kumulatif dampak tersebut Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dampak terhadap kawasan lindung
Penurunan kualitas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, sempadan pantai, cagar alam, cagar budaya, suaka margasatwa, taman suaka alam laut
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
-
Perubahan pola hidrodinamika air laut akibat perubahan permukaan dasar perairan Adanya tenaga kerja pendatang seringkali menimbulkan konflik sosial dengan penduduk setempat
Kriteria penentuan kawasan pertambangan pasir laut harus memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut: •
Jumlah estimasi potensi deposit pasir laut.
•
Pola hidrodinamika perairan laut yang mencakup pola arus, kecepatan arus dan tinggi gelombang.
•
Jarak dari kawasan konservasi atau daerah perlindungan laut.
•
Keberadaan kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
•
Tingkat kedalaman perairan laut.
•
Keberadaan Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi kiri dan kanan dari instalasi kabel dan pipa bawah laut.
•
Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI).
•
Keberadaan prasarana keselamatan sarana bantu navigasi.
•
Keberadaan Skema pemisah lalu lintas di laut (Traffic Separation Scheme – TSS).
•
Keberadaan Kawasan pemindahan dan atau bongkar muat lepas pantai (Ship to Ship Transfer – STS) dan daerah lego jangkar.
•
Alur lalu lintas pelayaran.
•
Keberadaan Kawasan wisata bahari.
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
undangan, sosial-budaya, penilaian rencana manajemen tambang serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam melalui perhitungan biaya-manfaat (cost-benefit ). 3. Kawasan pertambangan pasir laut terletak di daerah yang cukup aman untuk dapat mencemari/memberikan dampak negatif pada daerah vital/strategis atau daerah yang rentan/peka terhadap gangguan. Oleh karena itu dalam melakukan eksploitasi hendaknya memperhitungkan kebutuhan, persediaan dari potensi pertambangan. 4. Kawasan pertambangan pasir laut memudahkan/memberi kejelasan pada investor yang berminat mengembangkan usaha di bidang penambangan, pengolahan maupun jasa pendukungnya. Sedangkan prinsip pengembangan kawasan pertambangan yang termuat dalam peraturan antara lain, yaitu Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep 34/MEN/2002 tentang Pedoman umum penataan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil mengenai perencanaan zona eksploitasi dan eksplorasi pasir laut harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a.
Tidak dilakukan pada kawasan suaka alam dan cagar budaya baik yang ada di perairan maupun dipantai, yang meliputi zona taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, Taman Wisata Alam dan zona Cagar Budaya.
b.
Tidak dilakukan pada daerah yang merupakan area pemijahan, perlindungan, pembesaran dan tempat mencari makan biota laut. Misalnya pada daerah terumbu karang, daerah mangrove, padang lamun, dll.
c.
Perlu menghindari zona pangkalan pertahanan (militer), alur-alur keluar masuk pesawat
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
6) Pertanian di Pesisir Tabel L1.23. Parameter Kesesuaian Lahan Pertanian di Pesisir Kriteria Kesesuaian Lahan No.
Kriteria Baik
Sedang
Buruk
1.
Kesuburan Tanah
Tinggi
sedang
Rendah
2.
Kelerengan dan keadaan permukaan tanah
<3% dan 80% dari wilayah rata
<5 % dan 50% dari wilayah rata
<8 % dan 40% dari wilayah rata
3.
Kelas drainase
Terhambat
Agak terhambat
Tidak terhambat
4.
pH tanah lapisan atas (0 –30 cm)
5.5 – 7.4
<4.0 dan 7.5 – 8.0
< 3.5 & > 8.5
5.
Banjir dan Genangan musian
Tanpa
< 2 km tanpa ada genangan permanen < 1m
2 – 7 km adanya genangan permanen >= 1 m
6.
Batu-batu di kawasan Permukaan
<5%
5 – 50 %
>50 %
7.
Zone agroklimat
A1..A2. B1.B2
B3.C1.C2.C3
C3.D1.D2.D3
8.
Ketinggian (Mdpl)
< 500
500 - 750
750 – 1000
9.
Daya hantar lis trik (m mhos/cm)
<4
4-6
>6
Sumber : Manajemen Sumberdaya Pertanian, IPB (2003)
Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian
8) Kawasan Industri Tabel L1.25. Kriteria Pemilihan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri No
Kriteria Pemilihan Lokasi
Faktor Pertimbangan
1.
Jarak ke Pusat Kota
Minimal 10 Km
2.
Jarak terhadap permukiman
Minimal 2 (dua) km
3.
Jaringan jalan yang melayani
Arteri primer
4.
Sistem jaringan yang melayani
Jaringan listrik, Jaringan telekomunikasi, air
5.
Prasarana angkutan
Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet ekspor-impor
6.
Topografi / kemiringan tanah
Maksimal 15%
7.
Jarak terhadap sungai
8.
Daya dukung lahan
Maks 5 (lima) km dan terlayani sungai tipe C dan D atau kelas III dan IV Sigma tanah : 0,7 – 1,0 kg/cm2
9.
Kesuburan tanah
Relatif tidak subur (non-irigasi teknis)
10.
Peruntukan lahan
Non-Pertanian, Non-Permukiman, Non-Konservasi
11.
Ketersediaan lahan
Minimal 50 Ha
12.
Harga lahan
13.
Orientasi Orientasi lokasi
Relatif (bukan merupakan lahan dengan harga yang tinggi di daerah tersebut) Aksessibilitas tinggi, Dekat dengan potensi tenaga
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir Pesisir dan Sumberdaya Ikan
ANALISIS POTENSI EKOSISTEM PESISIR DAN SUMBERDAYA IKAN
1). Analisis Potensi Ekosistem Pesisir Analisis potensi ekosistem pesisir meliputi : mangrove, terumbu karang, dan padang lamun. Pengukuran obyek perairan dasar di lapangan untuk ketiga jenis ekosistem tersebut dilakukan melalui meliputi identifikasi visual untuk memperkirakan jenis tutupan dari berbagai obyek dasar seperti terumbu karang dan padang lamun. Metode yang digunakan untuk memperkirakan tutupan obyek perairan dasar (terumbu karang dan padang lamun) dilakukan dengan metode Rapid Reef Assessment (RRA). Berdasarkan RRA tersebut dapat diketahui distribusi dan kondisi obyek perairan dasar sehingga dapat digunakan sebagai acuan penentuan lokasi pengukuran kondisi obyek perairan dasar tersebut. Pengukuran kondisi obyek perairan dasar dilakukan dengan cara penyelaman. Penentuan lokasi sampel untuk identifikasi kondisi obyek perairan dasar pada skala 1 : 250.000 dan 1 : 50.000 dilakukan dengan metode Grid atau Sampling. Metode grid, dilakukan dengan menentukan lokasi sampel secara merata pada jarak tertentu sesuai dengan skala perencanaannya. Misalnya untuk skala 1 : 250.000, kawasan perencanaan dapat dibuat grid dengan panjang dan lebar 2.500 x 2.500 meter dan pada skala 1 : 50.000, kawasan perencanaan dapat dibuat grid dengan panjang dan lebar 500 x 500 meter. Metode sampling untuk survei obyek perairan dasar harus memperhatikan keterwakilan data dan variabilitas kondisi obyek tersebut. Salah satu metode yang sesuai adalah stratified proportional random sampling atau sampling terstrata dengan penentuan jumlah sampel secara
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir Pesisir dan Sumberdaya Ikan
dengan mengukur transisi di sepanjang 50 meter setiap kategori substrat. Hasil akhir dari pengolahan ini adalah berupa persen penutupan baik bentuk pertumbuhan ataupun genus karang serta penyusun substrat dasar lainnya dengan kriteria sebagai berikut (Gomes & Yap, 1998):
Kategori 1: Habitat yang sangat baik (% penutupan karang hidup 75-100%)
Kategori 2: Habitat yang baik (% penutupan karang hidup 50-74%).
Kategori 3: Habitat yang sedang (% penutupan karang hidup 25-49%)
Kategori 4: Habitat yang buruk (% penutupan karang hidup <25%)
1) Terumbu Karang Pengambilan data terumbu karang dilakukan dengan penyelaman ( Scuba Dive) pada lokasi yang sudah ditentukan berdasarkan hasil identifikasi lokasi penyelaman. Metode pengambilan data biofisik terumbu karang untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan ( life-form) dalam satuan persen, dan mencatat jumlah biota bentik yang ada sepanjang garis transek menggunakan metode line intercept transect (LIT) mengikuti English et al. (1997). LIT ditentukan pada garis transek 0-50 m. Seluruh biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian tiap sentimeter.Identifikasi biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (life-form) dengan kode identifikasi mengacu pada English et al. (1997) dan Veron (2000).
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
Li
ni =
x100%
L
dimana: Li = Persentase penutupan biota ke-i ni = Panjang total kelompok biota karang ke-i L = Panjang total transek garis.
TabelL2.2 Kriteria Persentase Penutupan Karang Hidup No.
Persentase Penutupan Karang Hidup (%)
Kategori / Kriteria
1. 2. 3.
0 – 24 25 – 49,9 50 - 74,9
buruk sedang baik
4.
75 – 100
sangat baik.
Analisis parameter yang digunakan untuk penentuan kondisi terumbu karang adalah persentase tutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhan ( lifeform) dengan kriteria persentase tutupan karang menggunakan kategori yang dikemukakan oleh English et. al. (1997). Untuk keperluan pemetaan skala 1 : 250.000 dan 1 : 50.000, kedetilan informasi obyek perairan dasar (terumbu karang, padang lamun, makro alga dan substrat dasar) yang harus muncul pada skala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
•
Kerapatan Jenis (D i ) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area: Di = ni / A dimana D i adalah kerapatan jenis i, n i adalah jumlah total individu dari jenis i dan A adalah luas total area pengambilan contoh (luas total petak contoh/plot).
•
Penutupan Spesies (PC i ) adalah perbandingan antara luas area penutupan jenis i (C i ) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis (A): PC i = (C i / A) x 100
3) Mangrove Interpretasi mangrove dilakukan dengan menggunakan citra satelit dengan menggunakan 9 unsur interpretasi citra. Pemetaan ini dimaksudkan untuk mendelineasi mangrove melalui interpretasi citra satelit secara visual dan melakukan klasifikasi mangrove berdasarkan skala peta. Faktor-faktor resolusi citra seperti resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi temporal, dan resolusi radiometrik harus dipertimbangkan dalam interpretasi. Metode Pemetaan Mangrove skala 1 : 50.000 dan 1:250.000 sebagai berikut:
TabelL.2.4Pembagian Klasifikasi Mangrove Skala
Sumberdata
Kerja Laboratorium
Survei Verifikasi Lapangan
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
Tabel L.2.5Kriteria Kerapatan Mangrove Berdasarkan Hasil Interpretasi Citra Klasifikasi Kerapatan Mangrove
Persen Penutupan Tajuk (%) (interpretasi citra)
Rapat/tinggi
>= 75
Sedang Jarang/rendah
>= 50 - <75 <50
Sumber: Kepmen LH No. 200 dan 201 Tahun 2004
Lokasi sampel pengukuran mangrove ditentukan dengan metode stratified proporsional random sampling, dimana stratifikasinya adalah kerapatan mangrove yang diperoleh melalui interpretasi citra satelit, jumlah titik sampel ditentukan secara proporsional dan lokasinya ditempatkan secara acak.Pada setiap lokasi sampel, pengukuran mangrove di lapangan dilakukan dengan menggunakan plot/petak dengan ukuran 10 x 10 meter yang diletakkan secara acak.
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
●
Kerapatan Jenis (D i ) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area: Di = ni / A dimana D i adalah kerapatan jenis i, n i adalah jumlah total individu dari jenis i dan A adalah luas total area pengambilan contoh (luas total petak contoh/plot)
●
Kerapatan Relatif jenis (RD i ) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis i (n i ) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑ n): RD i = ( n i ∑ n)x 100
●
Frekuensi Jenis (F i ) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam petak contoh/ plot yang diamati: F i = p i /∑p Dimana, F i adalah frekuensi jenis i, p i adalah jumlah petak contoh/ plot dimana ditemukan jenis i, dan p adalah jumlah total petak contoh/plot yang diamati.
●
Frekuensi Relatif Jenis (RF i ) adalah perbandingan antara frekeunsi jenis i (F i ) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F): RF i = (F i /∑F)x 100
●
Penutupan jenis (C i ) adalah jenis luas penutupan jenis i dalam suatu unit area: C i =∑BA/A
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
Kisaran nilai indeks keanekaragaman Shannon Wienner diklasifikasikan: H’ < 1
= Keanekaragaman jenis kecil dan komunitas rendah
H’ < 1 < 3 = Keanekaragaman jenis sedang dan komunitas sedang H’ > 3 •
= Keanekaragaman jenis tinggi dan komunitas tinggi
Indeks Kemerataan (E). Keseragaman jenis vegetasi mangrove ditentukan dengan indeks kemerataan (Brower and Zar, 1977), dengan formula sebagai berikut : E = H’ / H H
maks’ =
maks’
ln S
Dimana ; H’ = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah Jenis Nilai keseragaman berkisar antara 0 – 1. Apabila nilai E mendekati 0, maka sebaran individu antara jenis tidak merata dan apabila nilai E mendekati 1, maka sebaran individu antara jenis merata. Kategori kerapatan mangrove ditentukan berdasarkan hasil interpretasi citra satelit dan survei lapangan. Klasifikasi mangrove adalah sebagai berikut:
Tabel L.2.7Klasifikasi tingkat kerapatan mangrove berdasarkan persen penutupan tajuk dan lapangan
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
2)
Analisis Sumberdaya Ikan Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya stock assessment (kelimpahan stock) sumberdaya ikan di perairan. Secara umum ada dua kelompok utama model-model yang digunakan dalam pengkajian stok, yaitu: 1. Model Holistik: – Model Produksi Surplus ( Surplus Production Model ) 2. Model Analitik: – Model Yield per Recruit 1). Model Produksi Surplus Metode ini menggunakan “hasil tangkapan per satuan upaya” (misalnya berat ikan yang tertangkap per jam tarikan trawl) sebagai masukan. Data tersebut biasanya merupakan data runtun waktu tahunan dan berasal dari hasil penarikan contoh perikanan komersial. Modelnya didasarkan atas asumsi bahwa biomassa ikan di laut proporsional dengan hasil tangkapan per unit upaya. Tujuannya adalah menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi stok dalam jangka panjang (MSY).Metode Pengkajian Stok Lainnya, yaitu Metode Sensus (Metode Penghitungan Langsung) digunakan untuk mendapatkan estimasi ukuran populasi absolut Metode ini dilaksanakan dengan cara menghitung jumlah individu dalam bagian tertentu dari wilayah yang dihuni oleh stok yang bersangkutan. Metode Luas Sapuan (Swept Area Method) digunakan untuk menentukan densitas sumber perikanan demersal; Menggunakan data dari hasil survei penangkapan dengan menggunakan trawl.
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
tersedia dan luasan perairannya.Selanjutnya, bila nilai gradiennya (b) negatif, analisis di atas dilanjutkan dengan analisis bio-ekonomi, guna mendapatkan nilai maximum economic yield (MEY).Pada analisis ini, selain parameter biologi maka parameter ekonomi juga diperhitungkan, yaitu biaya penangkapan (c) dan harga ( p). Biaya penangkapan yang digunakan merupakan rata-rata dari biaya operasional penangkapan yang meliputi biaya bahan bakar oli, es dan pangan. Rata-rata biaya penangkapan dihitung berdasarkan rumus:
Keterangan: C = Biaya penangkapan rata-rata Ci = Biaya penangkapan responden ke- i n = Jumlah responden
Standarisasi biaya dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan : Csdt. t = Biaya per unit standarisasi effort pada periode ke t
Lampiran 2. Analisis Valuasi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
Jika kedua parameter biologi dan ekonomi tersebut telah diketahui, maka Total Revenue (TR) dan Total Cost (TC ) diperoleh dengan persamaan:
Keuntungan lestari yang merupakan selisih dari TR dan TC diperoleh melalui persamaan:
Dalam penggunaan metode ini, sebagaimana metode-metode yang lain memiliki kelemahan, karena sangat dipengaruhi keberadaan dan keakuratan data dan informasi stok biomasa. Oleh karena itu data yang dikumpulkan berorientasi pada data dependen yang meliputi total tangkapan, jumlah upaya tangkapan dan kombinasi keduanya berupa Catch per Unit Effort . Beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan adalah : 1.
Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman pada struktur populasinya.
2.
Stok ikan selalu dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state sesuai model pertumbuhan biomas seperti kurva logistik.
3.
Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat random.
Lampiran 3. Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
Tabel L3.1. Contoh Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi RZWP-3-K Kabupaten/Kota :
Posisi Geografis
……………………………………………………………………………
Lon (X)
Lat (Y)
Lokasi
Luas
Aktivitas yg diperbolehkan
Aktivitas yg tidak diperbolehkan
Rencana Struktur Ruang ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Pusat-pusat pertumbuhan kelautan sistem prasarana jaringan transportasi sistem jaringan prasarana sumber daya air; sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan; sistem jaringan prasarana telekomunikasi sistem jaringan persampahan sanitasi dan drainase Rencana Pola Ruang KATEGORI KAWASAN
PEMANFAATAN UMUM
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Zona Pariwisata
Sub-Zona 1. Wisata selam; 2. Wisata Snorkling; 3. Wisata Jet ski dan Banana boat; 4. Wisata Pantai, dan/atau 5. Olahraga pantai dan berjemur
Permukiman
1. Permukiman Nelayan; 2. Permukiman Non Nelayan;dan/atau 3. Permukiman Diatas Air;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L.3-1
Lampiran 3. Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
Pelabuhan
Pertanian
1. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr); 2. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp); dan/ atau 3. Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasian Pelabuhan Perikanan. 1. Pertanian Sawah; dan/atau 2. Pertanian Non Sawah;
Hutan
1. Hutan Produksi Terbatas; 2. Hutan produksi Tetap; dan/atau
Pertambangan
3. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 1. Mineral; 2. Batubara; 3. Minyak bumi; 4. Gas bumi; 5. Panas bumi; dan/ atau
Perikanan Budidaya
6. Air tanah di kawasan pertambangan 1. budidaya rumput laut; 2. budidaya mutiara; dan/ atau 3.
Perikanan Tangkap
budidaya KJA
1. ikan pelagis; dan/atau 2. ikan demersal
Industri
1. Pengolahan Hasil Perikanan; 2. Industri Kapal Tradisional; 3. Bengkel/Docking; 4. Pergudangan; dan/atau
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L.3-2
Lampiran 3. Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
5. Industri Berbasis Non Kelautan Perikanan; Fasilitas Umum
1. pendidikan; 2. olahraga; 3. keagamaan; 4. kesenian; dan/atau 5. kesehatan
Pemanfaatan lainnya sesuai
1. biofarmakologi;
dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya 2. bioteknologi 3. garam; 4. deep sea water; dan/atau 5. biofarmakologi
KATEGORI KAWASAN
KONSERVASI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Kategori Kawasan
Zona
Kawasan Konservasi Pesisir
1. Zona Inti
dan Pulau-Pulau kecil
2. Zona perikanan berkelanjutan
(KKP3K)
3. Zona pemanfaatan 4. Zona lainnya
Kawasan Konservasi
1. Zona inti
Maritim (KKM)
2. Zona pemanfaatan terbatas 3. Zona lain sesuai dengan peruntukan kawasan
Kawasan Konservasi
1. Zona inti
Perairan (KKP)
2. Zona pemanfaatan terbatas 3. Zona lain sesuai dengan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L.3-3
Lampiran 3. Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
peruntukan kawasan
Sempadan pantai KATEGORI KAWASAN
ALUR
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Zona Alur pipa dan kabel
Sub-Zona 1. Kabel Listrik; 2. Pipa Air Bersih; 3. Jaringan Kabel Komunikasi; 4. Pipa Gas
Alur pelayaran
1. Pelayaran Internasional 2. Pelayaran Nasional 3. Pelayaran Regional 4. Pelayaran Lokal 5. Pelayaran Industri Tambang 6. Pelayaran Wisata
Alur migrasi biota
1. Migrasi Tuna 2. Migrasi Penyu 3. Migrasi Paus
KATEGORI KAWASAN
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Instalasi Militer Perbatasan dan PPK terluar Situs warisan dunia Habitat Biota Endemik Nilai-Nilai Utama Zona / Sub Zona : KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L.3-4
Lampiran 3. Tabel Pernyataan Zona dan Peraturan Zonasi
Budidaya Rumput Laut
………………………………………...........................
KJA
………………………………………………………………...
Desa/Kampung Nelayan
………………………………………………………………...
Permukiman Diatas Air
………………………………………………………………...
Prioritas utama untuk
:
…………………………………………………………..
:
…………………………………………………………..
:
…………………………………………………………...
Pembangunan 5 tahun kedepan Isu-isu perencanaan strategis 5 tahun kedepan Kebutuhan Pengendalian Ruang
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L.3-5
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
Tabel L4. 1 Outline Dokumen RZWP3K Kabupaten/Kota
BAB
I
II
URAIAN
Pendahuluan
Tinjauan Kebijakan
SUB BAB
ISI
1.1
Latar Belakang
1.2 1.3
Tujuan dan Sasaran Landasan Hukum Penyusunan RZWP-3-K
1.4
1.5
Ruang Lingkup: 1.4.1. Ruang lingkup wilayah perencanaan 1.4.2. Ruang lingkup materi dokumen RZWP-3-K Output
1.6
Sistematika Laporan
2.1
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Kebijakan Non Spasial
KETERANGAN
Uraian mengenai sedikit gambaran umum wilayah perencanaan, isu, potensi, dan isu permasalahan, serta perlunya disusun RZWP3K di wilayah perencanaan Tujuan dan Sasaran Penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K Peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti UU, Permen, Perda, dll Ruang lingkup wilayah perencanaan merupakan batasan (delineasi) wilayah perencanaan. Ruang lingkup materi dokumen RZWP3K berisi garis besar substansi yang ada di dokumen RZWP-3-K. Keluaran dari penyusunan Rencana Zonasi WP-3-K adalah: 1. Tersusunnya arahan pemanfaatan yang disertai penetapan alokasi ruang wilayah pesisir. Rencana alokasi ruang WP3K Kab/Kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulaupulau kecil di Kab/Kota yang meliputi rencana peruntukan ruang yang terdiri dari Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Alur Laut. 2. Tersusunnya peraturan zonasi (zoning regulation) yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin pada setiap satuan zona. Merincikan sistematika atau outline dokumen rencana zonasi Pada bab ini diuraikan tinjauan kebijakan non spasial yang dijadikan bahan rujukan kegiatan RZWP-3-K, yaitu : L.4-1
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
URAIAN
SUB BAB
ISI
KETERANGAN a.
2.2
III
Metodologi
Kebijakan Spasial
3.1
Metodologi Penyusunan RZWP3K
3.2
Pengumpulan Data
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Kebijakan strategis Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota b. UU, PP, Permen, Kepmen, Perda c. RPJMD d. RPJPD e. RKPD f. Dokumen Renstra WP3K (jika sudah ada) Pada bab ini diuraikan tinjauan kebijakan spasial yang dijadikan bahan rujukan kegiatan RZWP-3-K, yaitu : a. RTRWN b. RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota - Menjabarkan dan membuat alur INPUT – PROSES – OUTPUT terdiri dari: 1) Kerangka Alur Proses Kegiatan dan 2) Kerangka Pikir Substansi - Pengumpulan data yang terdiri dari : Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi, terdiri atas 12 Datasets : A. Baseline Datasets : 1. Terestrial 2. Batimetri B. Thematic Datasets : 1. Geologi dan Geomorfologi 2. Oseanografi 3. Penggunaan Lahan, Status Kepemilikan Lahan, RTRW 4. Pemanfaatan Wilayah Laut 5. Kesesuaian Lahan/Perairan dan Sumberdaya Air 6. Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan 7. Infrastruktur
L.4-2
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
IV
URAIAN
Profil Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
SUB BAB
ISI
3.3
Analisis
4.1
Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
4.2
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Gambaran Fisik, Sosial, Budaya dan Ekonomi Wilayah
KETERANGAN 8. Demografi dan Sosial 9. Ekonomi Wilayah 10.Resiko Bencana - Menjabarkan metode analisis yang dipakai menganalisis 12 data set atau paket2 sumberdaya
dalam
Penjabaran terhadap letak geografis wilayah, kondisi demografi, sosial ekonomi makro, arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota, kontribusi sektoral terhadap PAD, arahan struktur dan pola ruang ka bupaten/kota. Disertai dengan peta-peta: - Orientasi wilayah kabupaten/kota - Sebaran kepadatan penduduk per kecamatan - Rencana Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten/Kota - Rencana Struktur Ruang dalam RTRW Kabupaten/Kota. Selain itu juga menggambarkan kondisi wilayah pesisir yang meliputi gambaran umum kondisi eksisting daerah, berisi deskripsi umum, sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, pola penggunan lahan dan perairan, serta kondisi sosial budaya dan ekonomi. Hal-hal yang terkait antara lain: - Luas Perairan, - panjang garis pantai, - jumlah pulau-pulau kecil, - jumlah administrasi kecamatan pesisir, - luasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, - pulau yang berpenghuni dan tidak berpenghuni, - pemanfaatan ruang saat ini di WP-3-K Gambaran eksisting terhadap 12 Datasets : Baseline Datasets :
L.4-3
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
URAIAN
SUB BAB
ISI
KETERANGAN 1. Terestrial 2. Batimetri Thematic Datasets : 1. Geologi dan Geomorfologi 2. Oseanografi; kondisi Hidro-Oseanografi seperti luas perairan (yang memiliki kedalaman < 10 m, 10-20 m, 2030 m), tipe pantai dan sedimen pantai, pola pasut, pola arus, sedimen dasar perairan berdasarkan kedalaman 3. Penggunaan Lahan, Status Kepemilikan Lahan, RTRW 4. Pemanfaatan Wilayah Laut 5. Sumberdaya Air 6. Ekosistem Pesisir (luas, sebaran dan kondisi ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun, estuary dan terumbu karang)) dan Sumberdaya Ikan 7. Infrastruktur 8. Demografi dan Sosial 9. Ekonomi Wilayah 10.Resiko Bencana
V
Identifikasi Potensi dan Permasalahan Wilayah
5.1
Identifikasi Potensi WP-3-K
Penjabaran terhadap jumlah, luas dan sebaran potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan lingkungan binaan yang meliputi proses : Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam petapeta tematik Identifikasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil Identifikasi potensi perkembangan wilayah Identifikasi dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi wilayah perencanaan Penjabaran terhadap isu-isu yang bersifat global nasional, •
•
• •
5.2
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Identifikasi Isu dan Permasalahan Wilayah
L.4-4
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
URAIAN
SUB BAB
ISI
KETERANGAN regional maupun lokal yang mempengaruhi arah kebijakan pembangunan di kabupaten/kota pada umumnya dan wilayah pesisir laut pada khususnya seperti pemanasan global, tumpahan minyak, kerjasama pengelolaan terumbu karang, tsunami, dll
VI
Analisis Wilayah Perencanaan
6.1
Analisis Paket Sumberdaya
6.2
Analisis Lanjutan Paket Sumberdaya 6.2.1 Analisis Kebijakan dan Kewilayahan
6.2.2 Analisis Sosial dan Budaya
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Menganalisis 12 data set yang kemudian akan menghasilkan paket-paket sumberdaya Menganalisis tinjauan kebijakan yang dijadikan bahan rujukan kegiatan RZWP-3-K, yaitu : a. RTRW (Perda RTRW Nomor 1 Tahun 2012) b. RPJMD c. RPJPD d. RKPD e. Dokumen Renstra WP3K (kalau sudah ada) Dan menganalisa konflik kepentingan yang terjadi di kabupaten/kota yang bersangkutan Analisis untuk mengetahui kondisi masyarakat dari sisi struktur dan komposisi penduduk dan sisi sosial. Metode pendataan dapat dilakukan secara primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam terhadap anggota masyarakat yang dianggap mengetahui informasi yang diperlukan dan pimpinan-pimpinan lembaga-lembaga lokal, pemuka masyarakat, pemuka agama, dll), observasi (pengamatan langsung) terhadap kondisi-kondisi lingkungan fisik, lingkungan sosial, hubungan sosial, kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, dan diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion). Data sekunder dapat diperoleh dari
L.4-5
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
URAIAN
SUB BAB
ISI
6.2.3 Analisis Infrastruktur
6.2.4 Analisis Ekonomi Wilayah
6.2.5 Analisis Potensi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
6.2.6 Analisis Daya Dukung Wilayah 6.2.7 Analisis Risiko Bencana
VII
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
7.1
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan
7.2
Rencana Alokasi Ruang a. b. c. d.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KETERANGAN instansi-instansi terkait. Untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan. Pemetaan kondisi perekonomian masyarakat bertujuan untuk mengetahui struktur ekonomi dan pola distribusi perkembangan wilayah, sektor basis, komoditas unggulan dan pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian Analisis yang digunakan untuk mengetahui potensi kelimpahan (stock assessment ) dan tingkat pemanfaatan ekosistem pesisir meliputi mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, serta sumberdaya ikan, baik ikan pelagis maupun ikan demersal. Daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan manusia Menganalisis kerawanan dan risiko bencana yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode GIS, pemodelan, dan identifikasi lokasi secara langsung di lapangan. Data sekunder kerawanan dan risiko bencana dapat diperoleh dari instansi yang terkait. Berisikan tujuan yang ingin dicapai dengan disusunnya RZWP3K, Kebijakan dan strategi secara umum terhadap penyusunan rencana zonasi. Isi dari arahan zona pada setiap kawasan yang berada pada ruang darat dapat merujuk pada RTRW Kabupaten/Kota
Kawasan Pemanfaatan Umum Kawasan Konservasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Alur Laut L.4-6
Lampiran 4. Outline Dokumen RZWP3K Kab/Kota
BAB
URAIAN
SUB BAB 7.4
7.5.
VIII
Indikasi Program
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ISI Arahan, Pernyataan Zona, dan Peraturan Zonasi
Rekomendasi Harmonisasi RZWP-3-K dengan RTRW
KETERANGAN Berisi mengenai Arahan dan Pernyataan zona masing2 kawasan , zona dan subzona Arahan Zona: a. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum b. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Konservasi c. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis Nasional Tertentu d. Arahan Pemanfaatan Ruang Alur Pernyataan Zona berisikan Text pernyataan zona (zoning text regulation) dan Tabel pernyataan zona (zoning map regulation). Pada bagian ini setiap arahan pemanfaatan ruang WP, baik Rencana Struktur Ruang WP, maupun Rencana Pola Ruang WP dituliskan peraturan zonasi untuk kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang tidak diperbolehkan, dan kegiatan yang dibatasi dan kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Arahan, Pernyataan Zona, dan Peraturan Zonasi dapat dibuat tabel atau dapat dirinci secara tertulis Berisi tinjauan terhadap RTRW dan peraturan lainnya
Disertai penjabaran indikasi program utama dalam jangka waktu perencanaan 5 tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 tahun.
L.4-7
Lampiran 5. Muatan Ranperda RZWP-3-K Kabupaten/Kota
Rancangan Perda RZWP-3-K, sekurang-kurangnya berisi muatan sebagai berikut : No
Muatan
1
Ketentuan Muatan
2
Ruang lingkup, asas, dan tujuan
3
Jangka waktu, kedudukan, dan fungsi
4
Rencana Alokasi Ruang
Keterangan Ketentuan muatan berisi : a. batasan istilah dan definisi b. singkatan atau akronim yang dituangkan didalam batasan pengertian atau definisi c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya Ruang lingkup memuat ruang lingkup wilayah administrasi, luas, dan batas administrasi Asas memuat asas penyusunan RZWP-3-K Tujuan memuat arahan perwujudan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diinginkan pada masa yang akan datang Jangka waktu memuat jangka waktu penyusunan RZWP-3-K Kedudukan memuat kedudukan RZWP-3-K terhadap peraturan yang lain Fungsi memuat fungsi penyusunan RZWP-3-K Rencana alokasi ruang merupakan rencana distribusi ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
Lampiran 5. Muatan Ranperda RZWP-3-K Kabupaten/Kota
8
Peran masyarakat
9
Penyidikan
10
Ketentuan pidana
11
Ketentuan penutup
Peran masyarakat memuat: a. hak dan kewajiban masyarakat b. pengaturan bentuk dan tata cara peran masyarakat c. kewajiban, tugas, dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan peran masyarakt d. pendanaan Penyidikan memuat pengaturan tentang penyidik pegawai negeri sipil beserta kewenangannya dan mekanisme tindakan yang dilakukan sesuai dengan pengaturan perundang-undangan Ketentuan pidana memuat ketentuan pidana sebagai dasar penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan peraturan perudang-undangan Ketentuan penutup, memuat: a. jangka waktu dan peninjauan kembali perda tentang RZWP-3-K b. pemberlakuan perda yang baru dan pencabutan serta pernyataan tidak berlaku untuk perda yang lama
Lampiran 6. Contoh Berita Acara Pemberian Tanggapan/Saran
BERITA ACARA RAPAT PEMBERIAN TANGGAPAN/SARAN RAPERDA K AB UPATEN/KOTA.................. TENTANG RZWP3K K AB UPATEN/KOTA..................
Pada hari ini, ........., tanggal ...................., telah dilaksanakan Rapat Pemberian Tanggapan/Saran Raperda Kabupaten/Kota............... tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten/Kota............... bertempat di ................. Rapat ini dihadiri oleh: No
Nama
Jabatan
1 2 3 dll
Rancangan Perda RZWP3K dimaksud secara substantif telah mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pedoman Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta peraturan perundang-
Lampiran 7. Contoh RAB (Rencana Anggaran Biaya) Penyusunan RZWP-3-K
RENCANA ANGGARAN BIAYA Judul Kegiatan Lokasi Tahun Anggaran No 1
Uraian Sosialisasi Belanja Bahan - Bahan komputer - ATK - Penggandaan bahan - Konsumsi pertemuan sosialisasi Honor output kegiatan - Honorarium ketua/wakil ketua panitia Seminar/Rakor/Sosialisai/Diseminasi/FGD - Honorarium anggota Panitia Seminar/Rakor/Sosialisai/Diseminasi/FGD Belanja barang non operasional lainnya - Transport kegiatan dalam kota Belanja sewa - Sewa kendaraan roda 4 - Sewa ruangan pertemuan Belanja jasa profesi - Honor narasumber/pembahas
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
Lampiran 7. Contoh RAB (Rencana Anggaran Biaya) Penyusunan RZWP-3-K
No
Uraian
Sewa Tide Gauge Sewa GPS Mapsounder B. Survey Kualitas Lingkungan Air Belanja Sewa Water quality checker Secchi Disk Botol Nansen Grab sampler Plankton net C. Survey Ekosistem dan Sumber Daya Ikan Belanja Bahan Pembelian paket material survey Belanja Sewa Alat selam Kompressor Tabung selam Under Water Camera Transek, meteran, jangka soron D. Survey Sosial Ekonomi Belanja Bahan Penggandaan data terestrial Penggandaan data geologi dan geomorfologi Penggandaan data status lahan Penggandaan data demografi, sosial ekonomi, dan infrastruktur
-
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
Lampiran 7. Contoh RAB (Rencana Anggaran Biaya) Penyusunan RZWP-3-K
No
Uraian
Pemodelan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Biaya Paket Kegiatan Rapat/Pertemuan Full Board di Luar Kantor Belanja Jasa Profesi Narasumber pengelolaan pesisir terpadu Narasumber kelautan Narasumber penginderaan jauh dan SIG Perumusan dan Penyusunan Dokumen Awal, Antara, dan Akhir Belanja Bahan Penggandaan laporan dan album peta Konsumsi pertemuan pembahasan laporan di daerah Penggandaan bahan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Biaya Paket Kegiatan Rapat/Pertemuan Full Day di Luar Kantor Uang Saku Paket Fullday/Halfday Di Dalam Kota Perjalanan dalam rangka pembahasan laporan di daerah Transport Kegiatan Dalam Kota Belanja Sewa Sewa Kendaraan Roda 4 Sewa ruangan pertemuan
-
5
Volume
Satuan
Harga Satuan
Jumlah
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
Peta Dasar dan Peta Tematik A. Peta dasar 1. Tanah
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
3. Bathimetri
Gambar L.8.3. Contohpetabathimetri yang dihasilkandaripemeruman
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
2. Geomorfologi
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
b. Gelombang
GambarL.8. 7.Contoh model penjalarangelombangdariarah Utara. c. Data Fisika dan Kimia Perairan
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
GambarL.8. 9. Contoh Peta Sebaran TSS 2) Parameter Kimia
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
GambarL.8. 11. Contoh Peta Sebaran Salinitas
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
GambarL.8. 13. Contoh Peta Sebaran BOD 5
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
GambarL.8. 15. Contoh Peta Sebaran Nitrat
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
4. PenggunaanLahan, Status LahandanRencana Tata Ruang Wilayah a.
PenggunaanLahan
GambarL.8. 17. Contoh Peta Penggunaan Lahan
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
5. Pemanfaatan Wilayah Laut
GambarL.8. 19. Pemanfaatan Ruang wilayah Pesisir dan Laut
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
Gambar L.8. 21. Contoh Peta Sumberdaya Air
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
GambarL.8. 23. Contoh Peta Sumber daya Ikan 8. Infrastruktur
Lampiran8. Contoh Peta Dasar dan Peta Tematik
9. DemografidanSosial
GambarL.8. 25. Contoh Peta Jumlah Penduduk 10. Ekonomi Wilayah
PENYUSUNAN RZWP3K PROVINSI
• • •
Tahap
Pengumpulan Data
Persiapan
dan survei
Persiapan Awal : Pemahaman KAK Penyiapan RAB Kajian awal data sekunder
12 (duabelas) datasets
•
•
•
Data Dasar
1. 2.
Terestrial Bathimetri
Data Spasial dan Non Spasial Tematik
1. Kajian Awal Data Sekunder : Review RTRW yg sudah ada Kajian kebijakan terkait lainnya
Identifikasi Potensi Wilayah
•
G eo lo gi & geomorfologi
2. 3.
Oseanografi Penggunaan Lahan dan Status Lahan
4.
•
Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik Identifikasi pemanfaatan SD Pesisir &Pulaupulau Kecil Identifikasi potensi perkembangan wilayah
•
•
Peta-peta tematik Hasil identifikasi pemanfataan sumber daya pesisir dan pulaupulau kecil Hasil identifikasi potensi perkembangan
Pemanfaatan
•
•
•
•
Wilayah Laut 5.
Penentuan Usulan Alokasi Ruang
Penyusunan Dokumen Awal •
Kesesuaian
PENETAPAN
Tumpang susun petapeta tematik dalam Dokumen Awal untuk dituangkan dalam peta paket sumber daya Identifikasi nilai-nilai sumber daya dalam peta paket sumber daya Analisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, dan/atau pemanfaatannnya Penentuan usulan kawasan, zona, dan/atau pemanfaatannnya
Penyusunan Dokumen Antara
Penyusunan Dokumen Final
Analisis & Konsep
Rencana
•
Persiapan Teknis : Perumusan Metodologi Penyiapan perangkat survei
•
•
•
•
Hasil perbaikan dokumen awal Analisis lanjutan Paket Sumberdaya Penetapan Alokasi Ruang Penyelarasan , penyerasian dan penyeimbangan dengan RTRW Resolusi Konflik
•
•
•
Sumberdaya Air 6.
8.
Infrastruktur Demografi dan Sosial
9.
Ekonomi Wilayah
10. Risiko Bencana dan Pencemaran
•
Peran Masyarakat
Analisis lanjutan Paket Sumberdaya : Analisis Kebijakan dan Kewilayahan • Analisis Sosial dan Budaya • Analisis Infrastruktur • Analisis Ekonomi Wilayah • Analisis Potensi Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan • Analisis Daya Dukung Wilayah • Analisis Resiko Bencana •
Ikan 7.
Pemberitahuan Penyusunan RZWP-3-K (Sosialisasi)
Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya
•
•
Pemberian data dan informasi Pendataan dan pemberian masukan : aspirasi dan opini masyarakat dan kebijakan sektor Identifikasi potensi masalah
•
Penyampaian Draft Awal Rencana Zonasi Menjaring masukan/penyampaian opini & aspirasi masyarakat
•
•
Hasil perbaikan dokumen antara Penyusunan Arahan Pemanfaatan Zona, Pernyataan Zona ( Zoning text ), dan Arahan Peraturan zonasi ( Zoning regulation) Tinjauan /Rekomendasi terhadap RTRW dan rencana pembangunan lainnya Lampiran dokumen RZWP_3-K dalam bentuk peta Rancangan Perda RZWP-3-K
•
Pemberian tanggapan/saran Evaluasi Proses pengesahan Perda RZWP3K Provinsi
Konsultasi Publik II
Konsultasi Publik I •
•
• •
Lahan/Perairan dan •
Penetapan Perda RZWP3K
•
•
Penyampaian Draft Awal Rencana Zonasi Menjaring masukan/penyampaian opini & aspirasi masyarakat
Penyampaian keberatan/sanggahan masyarakat terhadap rencana dan Ranperda RZWP-3-K