PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (P2P) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mendapatkan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan pembangunan kesehatan,kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu berbenah yang terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat yang optimal. Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik pemerintah. Puskesmas juga merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKP maupun UKM di strata pertama pelayanaan kesehatan dan merupakan Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagai tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau Kota. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular merupakan program pelayanan kesehatan puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penularan penyakit menular/infeksi (misalnya TB,DBD,Kusta dll). B. Tujuan Pedoman Tujuan Umum Sebagai pedoman petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pengendalian dan pemberantasan penyakit serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan Khusus Menurunkan angka kesakitan,kematian dan kecacatan akibat penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,Demam berdarah dengue,diare,polio,filariasis,kusta,tuberkulosis paru,HIV/AIDS, pneumonia dan penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan imunisasai. Uraian tugas umum untuk koordinator pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di Unit P2, mengkoordinir dan
1
berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya, dan ikut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular, setelah puskesmas bekerja, kinerja P2 dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/tingkat II. C.Sasaran Pedoman C. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit : a. Surveilans epidemiologi b. Imunisasai c. TBC d. Malaria e. Kusta f. DBD g. Penanggulangan KLB h. ISPA (Pneumonia) i. Filariasis j. AFP k. Diare l. Rabies Gigitan Hewan Penilar Rabies m. HIV/AIDS n. Penyakit tidak menular Terdapat banyak sekali macam penyakit menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber
dari
data
puskesmas
berdasarkan
KEMENKES
RI
NOMOR
1479/KEMENKES/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan system surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu :
No
Penyakit
No
Penyakit
1
Kolera
14
Malaria klinis
2
Diare
15
Malaria vivaks
3
Diare berdarah
16
Malaria falsifarum
4
Tifus perut klinis
17
Malaria mix
5
TBC paru BTA ( + )
18
Demam berdarah dengue
6
Tersangka TBC Paru
19
Demam dengue
7
Kusta PB
20
Pneumonia
8
Kusta MB
21
Sifilis
2
9
Campak
22
Gonorrhea
10
Difteri
23
Franbusia
11
Batuk rejan
24
Filariasis
12
Tetanus
25
Influenza
13
Hepatitis
Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari : a. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko b. Peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah. c. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit.
D. Batasan Opersaional 1. Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Pelayanan imunisasai meliputi imunisasi rutin (dasar dan lanjutan), imunisasi tambahan dan imunisasi khusus. 2. Surveilans penyakit Surveilans penyakit meliputi surveilans campak, AFP, tetanus neonatorum, DBD, malaria, TBC, Difteri, hepatitis, hipertensi, dan Diare. 3. Kunjungan rumah pasien Kunjungan rumah pasien meliputi kunjungan pasien TBC BTA+, pasien mangkir 4. Penelitian epidemiologi Penelitian epidemiologi meliputi KLB diare, DBD, campak, tetanus, malaria, flu burung dan HIV/AIDS 5. Penyuluhan Penyuluhan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, kelompok atau mayarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu. 6. P2 Kusta P2 Kusta adalah pengendalian dan pemberantasan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae yang terutama menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan syaraf pusat. 7. Pengendalian HIV/AIDS
3
Pengendalian HIV/AIDS adalah upaya jangka panjang untuk memberikan tatalaksana penyakit disebabkan oleh virus human immunodeficiency virus yang penularannya dimulai saat terinfeksi sampai dengan saat kematian dengan cara melalui hubungan seksual, cairan darah dan dari ibu terinfeksi HIV ke janin.
D. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan Kepmenkes No.75 tahun 2015 tentang puskesmas. 2. Peraturan Menteri Kesehatan No.951 Menkes/SK/V/2000 tentang upaya keselamatan dasar. 3. Keputusan Presiden No.36 tahun 1994 tentang pembentukan komisi penanggulangan HIV/AIDS. 4. Kepmenkes RI No.1479 Menkes/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan system surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular.
4
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A.
KualifikasiSumberDayaManusia Upaya Kesehatan Semua petugas puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit, mulai dari kepala puskesmas, penanggung jawab UKP, penanggung jawab UKM, P2 merupakan koordinasi dalam penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit di kecamatan pageruyung. Kegiatan
Kualifikasi
Realisasi
SDM P2P
Pendidikan
Diampu oleh 1 orang petugas dengan
minimal D III
latar
belakang
pendidikan
D
III
kebidanan
B.
Distribusi Ketenagaan Pengaturan dan penjadualan penanggung jawab P2 di puskesmas dikoordinir oleh penanggung jawab masing-masing program sesuai drngan kesepakatan. Kegiatan
Petugas
Unit Terkait
P2P
Ratna Tina Sari Amd.Keb
perawat Bidan Desa
C.
Jadwal kegiatan 1. Pengaturan kegiatan upaya P2 dilakukan bersama oleh para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini dengan peersetujuan kepala puskesmas. 2. Jadwal kegiatan program P2 dibuat untuk jangka waktu satu tahun,dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal. 3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program P2 dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Sukorejo 02.
5
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang Pelayanan
kapus
BP
LOKET
APOTIK
imunisasi
BP
MUSHOLA
R. KA TU
RUANG TUNGG P2P
R.Tunggu Pasien lansia
R. PROMKES & KESLING
TATA USAHA
R. LABORAT R. ARSIP
APOTIK
GUDANG OBAT R. MTBS
R. PKPR
R. IBU & KB DAPUR
K. GUDANG
MANDI
K. MANDI
R. PERSALINAN
B. STANDAR FASILITAS 1. Pedoman pelaksana p2 2. SOP : Sesuai jumlah jenis kegiatan a. Surat Tugas b. Buku c. Pulpen 6
d. Form PE e. Pot tempat specimen : 2 buah f. Label g. Kantong Plastik h. Specimen carrier dengan ice pack i. Senter 3. Kit penyuluhan : 1 kit 4. Kit audiovisual, yang terdiri dari: a. LCD projektor b. Laptop c. Microphone
7
BAB IV TATALAKSANA KEGIATAN A. Pencegahan dan pengendalian penyakit dalam gedung 1. Tempat pendaftaran Semua kunjungan penderita P2 di awali dengan mendaftar dengan pengambilan nomor urut berdasarkan kebutuhan dan usia pasien. 2. Poliklinik Pelayanan penderita P2 dewasa sementara menyatu dengan poli umum hanya pada pelayanan kunjungan penderita TBC dijadual tiap hari selasa, pelayanan P2 anak-anak menyatu di poli MTBS. 3. Laboratorium Dalam rangka menegakkan diagnosa suspek kasus P2 wajib ditunjang dengan pelayanan laboratorium 4. Radiologi Penegakan diagnosa TB paru selain sputum juga diperlukan foto thorak 5. Ruang Obat Pelayanan obat penderita TB paru diruang apotik menyatu dengan pasien-pasien yang lain. B.Pencegahan dan pengendalian penyakit luar gedung 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki resikotinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memilikiresiko tinggi bisa kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko terdiri dari : a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko dan desimenasinya. b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor resiko c. Menyiapkan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko sebagai stimulan d. Menyiapkan materi dan menyusun juklak/ juknis/ pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor resiko e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan penanggulangan resiko
8
f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan komunikasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor resiko h. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan penyakit 2. Peningkatan imunisasai Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit penyakit menular Kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam peningkatan imunisasi yaitu : a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan kebijakan peningkatan imunisasi dan diseminasinya b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan dan peningkatan imunisasi c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulant yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasai e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasai f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk melaksanakan program imunisasi g. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan imunisasi h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi i. Mekukan kajian upaya peningkatan imunisasi j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya pelaksanaan peningkatan imunisasi k. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan imunisasi 3. Penemuan dan tatalaksana penderita Setelah kunjungan penderita kepuskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Didalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas. Sebagai contoh kasus TBC yang membutuhkan peran penting puskesmas, apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan tertentu atau lainnya dalam kunjungan kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulangi pengobatan dari awal. Memberhentikan pengobatan maka akan terjadi resisten dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. 9
Itulah sebabnya puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan mensukseskan upaya P2. Kegiatan pokok dala upaya ini yaitu : a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita c. Menyediakan kebutuhan dan tatalaksana penderita sebagai stimulant d. Menyiapkan materi dan meyusun juklak/ juknis/ pedoman program penemuan dan tatalaksana penderita e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan program penemuan dan tatalaksana penderita f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita 4.Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah : Kegiatan pokok surveilans epidemiologi meliputi : a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah dan desimenasinya b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah c. Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah sebagai stimulant d. Menyiapkan materi dan menyusun juklak/ juknis/ pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah e. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/ wabah, termasuk dampak bencana. f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah h. Melakukan kajian upaya surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah j. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah 10
5.Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) P2P Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit yaitu : a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit dan diseminasinya b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan dan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit c. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit sebagai stimulant d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ protap program (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk melaksanakan program (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit g. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
11
BAB V LOGISTIK Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku. Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini puskesmas sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode yang akan dilaksanakan. 1. Kegiatan didalam gedung puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain: a. Meja, kursi b. Alat tulis c. Buku catatan kegiatan d. Leaflet e. Buku panduan f. Komputer Perencanaan untuk pengadaan sarana dan prasarana dibuat oleh koordinator kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan petugas pengelola barang. Rencana pengadaan sarana dan prasarana dibahas didalam lokakarya mini puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. 2. Kegiatan diluar gedung puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi: a. Surat Tugas b. Buku c. Pulpen d. Form PE e. Pot tempat specimen : 2 buah f. Label g. Kantong Plastik h. Specimen carrier dengan ice pack i. Senter Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan petugas barang dan dibahas dalam pertemuan lokakarya mini puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator Program Pencegahan Penyakit berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan lokakarya mini puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan (POA- Plan Of Action).
12
BAB VI KESELAMATAN SASARAN Pelaksanaan Program P2 mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
13
BAB VII KESELAMATAN KERJA Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program P2 perlu diperhatikan keselamatan kerja semua petugas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
14
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu adalah proses deteksi atau koreksi adanya penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan. Langkah kegiatan yang dikerjakan : a. Evaluasi kinerja dan kontrol kegiatan b. Membandingkan kerja aktual terhadap tujuan kegiatan c. Bertindak terhadap perbedaan dan penyimpangan mutu yang ada 1.Proses kendali mutu Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya Aguiler, WHO, 1998). Mutu dalam pelayanan kesehatan dapat dimaksud adalah dari aspek teknis medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja atau mutu kesehatan dalam sudut pandang sosial dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Menilai mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes.
Proses pelayanan dibagi dalam dua komponen utama yaitu : 1.Proses Interpersonal Adalah wahana yang diperlukan untuk aplikasi dari pelayanan teknis, namun juga penting dalam kaidah-kaidahnya sendiri adalah kemungkinan sebagai terapi atau penyembuhan.
2.Pelayanan Teknis (Medis) Adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis dan ilmu kesehatan lainnya, terhadap persoalan kesehatan seseorang, manajemen pelayanan medis adalah gabungan interaksi antara manajemen teknis medis dengan sosial psikologi antara klien dan praktisioner.
Arti mutu pelayanan kesehatan dari sudut pandang a.pengertian mutu untuk pasien dan masyarakat Mutu pelayanan merupakan suatu empati, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. 15
Kepuasan pasien adalah, suatu kenyataan yang sering di abaikan sebagai indikator mutu, kepuasan pasien sering dipandang sebagai : 1. Suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan 2. Berkaitan dengan kesembuhan dari sakit atau luka 3. Hal ini berkaitan dengan konsekuensi dari pada sifat pelayanan kesehatan itu sendiri 4. Berkaitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan 5. Dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap mutu atau kebagusan pelayanan 6. Pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena memberikan informasi dengan nilai dan harapan klien adalah mempunyai wewenang sendiri.
b.Untuk petugas kesehatan Mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yamg maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik.
c.Untuk administrasi 1. Bagi puskesmas mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup 2. Pelayanan medis yang baik Pelayanan medis yang baik adalah praktek kedokteran (pengobatan) yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan. d.Syarat program menjaga mutu 1. Bersifat khas 2. mampu melaporkan setiap penyimpangan 3. Mudah dilaksanakan 4. Mudah dimengerti 5. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan dan kemungkinan munculnya gugatan hukum
16
BAB IX PENUTUP Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Didalam upaya kesehatan wajib terdapat upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang menular biasa disingkat P2P, didalam pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan dan pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan puskesmas pageruyung, banyak sekali rangkaian yang telah dibagi menurut penyakitnya, rangkaian kegiatan tersebut merupakan pengembangan upaya kegiatan-kegiatan yang berada dalam upaya pokok program P2, dalam implementasi pelaksanaan upaya-upaya tersebut, kerjasama antara masyarakat dan puskesmas pageruyung sangatlah di butuhkan untuk bersama-sama membangun kesehatan bangsa Indonesia agar teraihnya status kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan pelayanan pencegahan penyakit yang optimal petugas kesehatan harus memberikan pelayanan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain dengan menggunakan pedoman pelayanan P2, petugas kesehatan juga harus memberdayakan masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan.
17
18