23
1
PEDOMAN
PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA BERACUN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MURNI ASIH
2016
BAB I
DEFINISI
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3.
BAB II
RUANG LINGKUP
RSIA murni asih adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pengelolaan RSIA murni asih sebagai institusi pelayanan publik harus dikelola secara aman dari pencemaran lingkungan RS Murni Asih yang diakibatkan oleh bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3.
Sebagai institusi pelayanan publik yang memberikan jasa pelayanan kesehatan, RS murni asih berkewajiban untuk mengupayakan keselamatan dan keamanan seluruh penghuni. Agar dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan secara maksimal, mengamanakan dan mencegah pencemaran lingkungan, RS Murni Asih harus dalam keadaan aman akibat dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun.
RSIA Murni asih menggunakan berbagai jenis bahan berbahaya dan beracun dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak dari kemungkinan risiko-risiko tersebut, maka perlu dibuat panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga memberikan rasa aman kepada petugas dan lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut maka pelu dibuat panduan pengelolaan B3 dan limbah B3 dengan tujuan:
Sebagai acuan di RS Murni asih dalam pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah B3 yang dihasilkan dalam pelayanan kesehatan.
Memberikan keamanan kepada pasien, dokter, pengunjung dan karyawan RS Murni Asih, serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya bahan berbahaya dan beracun
Meminimalisasi risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Ruang lingkup panduan pengelolaan bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) di RSIA Murni Asih meliputi :
Identifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan limbah B3.
Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3).
Pengemasan, pelabelan B3 dan limbah B3
Penanganan tumpahan limbah B3 dan pelaporan insiden
Alat Pelindung Diri (APD) pada penanganan B3 dan limbah B3.
Pendokumentasian limbah B3.
BAB III
TATA LAKSANA
Identifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Limbah B3
Untuk menentukan bahan berbahaya yang digunakan di RSIA Murni Asih mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Permenkes RI No. 472/MENKES/PER/V/1999 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
Identifikasi B3 dilakukan dengan cara:
Inventarisasi jenis B3 di area RSIA murni asih
Inventarisasi sumber penghasil B3 dan limbah B3.
Pengecekan label/simbol pada kemasan.
Klasifikasi jenis B3 terdiri dari :
mudah meledak (explosive);
pengoksidasi (oxidizing);
sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
sangat mudah menyala (highly flammable);
mudah menyala (flammable);
amat sangat beracun (extremely toxic);
sangat beracun (highly toxic);
beracun (moderately toxic);
berbahaya (harmful);
korosif (corrosive);
bersifat iritasi (irritant);
berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
karsinogenik (carcinogenic);
Sifat B3 dan limbah B3 dan Instalasi / unit kerja yang menghasilkan limbah B3 di RSIA Murni Asih disajikan tabel 4.1
Tabel 4.1
Sifat B3 dan limbah B3 dan instalasi/unit penghasil
No
Instalasi/unit penghasil B3
dan limbah B3
Jenis B3 dan limbah B3
1
Ruang Operasi
Infeksius
2
Radiologi
Korosif, berbahaya terhadap lingkungan
3
Laboratorium
Infeksius, mudah terbakar
4
Perawatan
Infeksius, mudah terbakar
5
Isolasi
Infeksius
6
Hcu
Infeksius
7
IGD dan poliklinik
Infeksius, mudah terbakar.
9
Kesehatan Lingkungan
Beracun, korosif, berbahaya terhadap lingkungan
10
Gizi, laundry, gudang gas
Mudah meledak, mudah terbakar
Gb.4.1 Label B3
Mudah meledak
Padatan Mudah Menyala
Cairan Mudah Terbakar
Beracun
Korosif
Berbahaya Terhadap Lingkungan
Infeksius
Reaktif
Setiap bahan berbahaya beracun yang digunakan akan menghasilkan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3). Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan RSIA Murni Asih, selain dihasilkan limbah B3 sesuai dengan bahan yang digunakan, juga dihasilkan limbah B3 lain sebagai akibat dari pelayanan kesehatan. Jenis limbah B3 yang dihasilkan di RSIA Murni Asih, sesuai Peraturan Pemerintah RI No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun dan Kep.Menkes RI No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RSIA Murni Asih diberi label sesuai dengan tabel 4.2
Tabel 4.2
Label limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam wadah
No
Kategori
Warna wadah
Wadah/kemasan
Lambang
1
Radioaktif
Merah/kuning
Kantong plastik
2
Infeksius
Kuning
Kantong plastik
3
Infeksius tajam
Kuning
Kantong plastik
4
Kimia cair
-
Dirigen tertutup
Dirigen tertutup
Drum
Dirigen tertutup
Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Pengadaan B3
Pengadaan B3 dilakukan oleh distributor B3 yang telah memiliki ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pengadaannya, distributor wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet – MSDS).
Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus memperhatikan sifat – sifat dari bahan tersebut dan reaksi akibat interaksi bahan dalam penyimpanan. Interaksi yang terjadi selama dalam proses penyimpanan antara lain adalah interaksi bahan dengan lingkungan, interaksi bahan dengan wadah, interaksi bahan dengan bahan.
Penyimpanan bahan mudah terbakar (flammabel)
Tempat penyimpanan bersuhu dingin
Jauh dari sumber api
Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Penyimpanan bahan mudah meledak (eksplosive)
Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
Jauhkan dari sumber api / panas
Hindarkan tumbukan/benturan mekanis
Penyimpanan bahan oksidator
Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
Jauhkan dari sumber api / panas
Jauhkan dari bahan mudah terbakar/reduktor
Penyimpanan bahan reaktif
Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
Jauhkan dari sumber api / panas
Sediakan alat pemadam api ringan tanpa air (CO2, Halon, Dry Powder)
Penyimpanan bahan beracun
Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
Disimpan terpisah dari bahan –bahan yang mungkin bereaksi
Sediakan alat pelindung diri, masker, gloves dan pakaian kerja
Penyimpanan bahan korosif
Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
Disimpan terpisah dari bahan beracun
Wadah tertutup dan beretiket
Sediakan alat pelindung diri kaca mata, gloves dan pakaian kerja
Penyimpanan gas bertekanan
Disimpan tegak dan terikat
Disimpan pada ruangan dingin dan tidak terkena matahari langsung
Jauh dari sumber api/panas
Disimpan jauh dari bahan – bahan korosif yang dapat merusak kran-kran.
Penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang harus diperhatikan adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahan tersebut.
Gambar 3.1 berikut menggambarkan diagram dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3).
Gb. 4.1 diagram penanganan bahan berbahaya beracun (B3)
Penanganan bahan beracun
Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan sebagai berikut :
Penanganan dalam ruang khusus atau lemari asam.
Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi.
Ruang kerja berventilasi.
Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat.
Penanganan bahan korosif
Untuk mencegah paparan bahan kimia korosif, penanganan jenis bahan ini dilakukan dengan :
Menggunakan sarung tangan (gloves)
Pelindung muka (goggle)
Pelindung badan (jas lab)
a.b.c.
a.
b.
c.
Penanganan bahan mudah terbakar (flammable)
Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam penanganan bahan mudah terbakar, cara yang dilakukan :
Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah terbakar O2 dan sumber panas
Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperatur ruang dan berventilasi cukup
Penanganan bahan kimia reaktif
Penyimpanan jauhkan dari sinar matahari atau panas
Hindarkan dari pengadukan yang menimbulkan panas
Hindarai benturan pada saat pengangkutan
Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (kacamata,pelindung muka dan badan, sarung tangan,)
Sediakan alat pemadam api ringan di tempat penyimpanan/lokasi kerja.
Penanganan bahan iritasi (irritant)
Kemasan mengggunakan bahan pvc/plastic
Ruangan harus berventilasi cukup
Penanganan harus menggunakan alata pelindung diri (sarung tangan, masker)
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Pengumpulan Limbah B3
Limbah B3 dari sumber dipisahkan dengan kemasan /wadah plastik kuning untuk limbah infeksius, wadah safety box untuk limbah infeksius tajam, wadah dirigen/drum untuk B3 cair..
Dari sumber limbah B3 dikumpulkan dan diangkut dengan trolley tertutup (BIN) ke Tempat Pengumpulan Sementara limbah B3.
Pengangkutan ke Tempat pengumpulan Sementara limbah B3 menggunakan jalur terpisah agar tidak terjadi tidak kontak dengan pasien dan pengunjung sehingga dapat dihindari risiko infeksi nosokomial. Trolley (Bin) pengangkutan limbah B3 disajikan pada gambar 4.1
Gb.4.2 Trolley / Bin limbah B3
Penyimpanan Limbah B3
Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS limbah B3 dilakukan penimbangan dan dicatat di dalam log book/catatan limbah B3 untuk mengetahui jumlah limbah B3 setiap harinya.
Peyimpanan limbah B3 dipisahkan berdasarkan karakteristiknya.
Limbah B3 infeksius (padat dan benda tajam)
Limbah B3 Cair
Limbah B3 Umum (accu bekas, bohlam/lampu, tinta, kaleng cat, oli bekas dll).
Tempat penyimpananan limbah B3 dialasi dengan pallet agar lantai dapat dibersihkan setiap saat.Petugas yang menimbang harus menandatangani catatan jumlah B3 di dalam logbook/catatan produksi limbah B3.
Ruang penyimpanan limbah B3 harus memiliki ventilasi yang baik, dilengkapi dengan penerangan dan APAR. Gambar 4.2 menyajikan standar Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah B3.
Gb.4.3 Disain TPS Limbah B3
Pembuangan Limbah B3
Pembuangan dan pemusnahan limbah B3 di RSIA Murni Asih dilakukan oleh pihak ketiga yang telah memenuhi syarat dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama. Frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan produksi limbah B3. Maksimal waktu penyimpanan sementara di lokasi RSIA murni Asih 30 hari dari ketentuan 90 hari. Rata – rata limbah B3 diangkut dari TPS limbah B3 ke tempat pemusnahan adalah 1 kali dalam 2 minggu.
Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihak kedua, dilakukan penimbangan disaksikan oleh petugas RSIA Murni Asih yang bertanggung terhadap penanganan limbah B3.
Pihak kedua harus memberikan manifest tentang jumlah dan jenis limbah B3 yang akan dimusnahkan kepada pihak RSIA Murni Asih yang telah ditandatangani oleh pihak kedua.
Pengemasan, Pelabelan B3 dan Limbah B3
Pengemasan, pelabelan B3 dan limbah B3 harus memenuhi hal-hal berikut ini:
Kemasan B3 dan limbah wajib diberi simbol dan label yang sesuai.
B3 dapat dikemas ulang dengan memperhatikan kaidah-kaidah keselamatan dan keamanan.
Simbol dan label B3 diberikan pada kemasan, tempat penyimpanan, dan tempat pengumpulan B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Simbol dan label yang mengalami kerusakan wajib diganti dengan yang baru.
Penanganan Tumpahan Limbah B3 dan Pelaporan Insiden
Penanganan tumpahan limbah B3 adalah tindakan gawat darurat terhadap tumpahan limbah B3 yang tercecer di area instalasi yang menghasilkan limbah B3, area RS Hermina Ciputat dan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3. Jenis limbah B3 yang dihasilkan di RSIA Murni Asih terdiri dari limbah infeksius, limbah B3 cair (radiologi, laboratorium), dan limbah B3 umum (accu bekas, lampu TL & Bohlam, tinta, dll).
Upaya penanganan tumpahan B3 agar berjalan efektif, perlu didukung dengan penyediaan sarana spill kit tumpahan B3. Spill kit tersebut adalah seperangkat perlengkapan penanganan tumpahan yang terdiri dari:
APD: Google, masker disposible, sarung tangan disposible, apron disposible.
Cairan: desinfektan dan handrub.
Peralatan: adsorben (kertas, kain majun, kantong plastik kuning, serokan + sapu kecil, spuit)
Selain itu diperlukan cara penagananan tumpahan yang benar agar tidak terjadi paparan terhadap petugas.
Penanganan tumpahan limbah B3
Penanganan tumpahan limbah infeksius.
Cuci tangan menggunakan handrub.
Petugas menggunakan Alat Pelindung diri (kacamata/google, masker disposible, apron disposible, sarung tangan disposible, dan sepatu kerja).
Gunakan adsorbent kain/koran bekas untuk menyerap dan membersihkan tumpahan limbah infeksius.
Masukan kain/koran bekas yang telah digunakan ke plastik kuning.
Basahi lantai yang terkena tumpahan dengan desinfektan/larutan chlorine 0.05% selama 5 menit.
Bersihkan lantai dengan adsorbent kain/koran bekas untuk menyerap dan membersihkan sisa desinfektan.
Lepas APD (sarung tangan disposible, masker disposible, apron disposible) dan masukkan ke kantong plastik kuning.
Lepas APD kacamata/google dan bersihkan dengan desinfektan.
Buang plastik kuning ke tempat sampah infeksius.
Cuci tangan menggunakan handrub
Isi kembali spill kit.
Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.
Penanganan tumpahan limbah B3 non infeksius
Penanganan tumpahan solar :
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (sarung tangan dan sepatu boot).
Lokalisir tumpahan solar dengan adsorbent pasir/serbuk kayu/koran/kain bekas.
Hindarkan semua material yang yang berpotensi menimbulkan percikan/ nyala api.
Masukkan adsorben pasir/serbuk kayu/koran/solar ke dalam kantong plastik kuning/ember/drum.
Bersihkan lantai yang terkena tumpahan solar dengan detergen sampai lantai tidak licin.
Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir.
Lakukan prosedur cuci tangan dengan sabun.
Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.
Pelaporan insiden
Kontaminasi/paparan bahan berbahaya beracun (B3) serta limbahnya dapat menimbulkan bahaya pada manusia maupun lingkungan. Kejadian kontaminasi/tumpahan dikategorikan sebagai kecelakaan akibat kerja sehingga perlu pelaporan (accident report).
Alur pelaporan insiden sama dengan kejadian pelaporan kecelakaan akibat kerja (SPO pelaporan kecelakaan akibat kerja di RSIA Murni Asih. Laporan insiden dilaporkan dan dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan oleh panitia K3 kepada Direktur. Arahan Direktur dijadikan petunjuk untuk meningkatkan/memperbaiki agar tidak terjadi lagi insiden kecelakaan akibat kerja akibat kontaminasi baik bahan maupun limbah berbahaya beracunGb. 4.4 Alur pelaporan insiden
Tumpahan/kontaminasiB3/Limbah B3Kecelakaan akibat kerjaPengobatandi IGDPencatatanaccident report & evaluasi oleh PK3 RSPelaporan data accident report ke DirekturArahan & tindak lanjut dari Direktur
Tumpahan
/kontaminasi
B3/Limbah B3
Kecelakaan akibat kerja
Pengobatan
di IGD
Pencatatan
accident report & evaluasi
oleh PK3 RS
Pelaporan data accident report ke Direktur
Arahan & tindak lanjut dari Direktur
Alat Pelindung Diri Penanganan B3 dan Limbah B3
Bahan dan limbah bahan Berbahaya dan Beracun berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku tentang Keselamatan Kerja, maka RSIA Murni Asih harus menyediakan peralatan pelindung diri yang digunakan secara benar disertai prosedur tertulis cara penggunaannya serta dipelihara dalam kondisi layak pakai. Pimpinan RS menetapkan secara tertulis jenis dan jumlah alat pelindung diri yang harus ada di RSIA Murni Asih, dimana dan pada saat apa dipergunakan serta siapa yang mempergunakan alat pelindung diri tersebut.
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di tiap instalasi/unit kerja cukup banyak jenisnya, diantaranya:
Masker
Sepatu boot
Sarung tangan disposible
Kaca mata/google
Apron disposible
Jas lab
Baju operasi
Seluruh instalasi/unit kerja yang yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Jenis Alat Pelindung Diri menurut tempat kerja disajikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Jenis Alat Pelindug Diri (APD) Di RSIA Murni Asih
No
Jenis APD
Instalsi/Unit
Risiko Bahaya
Gambar
1
Masker
Farmasi
Perawatan
R.operasi
Laboratorium
Kesling
Debu
Penularan penyakit
Pestisida
2
Sepatu Booth
Kebersihan
Juru masak
Terpeleset,tertusuk benda tajam, kejatuhan benda
3
Sarung tangan
Perawat
Laboratorium
Dokter
Kesling
Iritasi kulit
Penularan penyakit
4
Kaca mata
UPSRS
R.Operasi
Cahaya pijar las
Penularan kuman
5
Celemek
Dapur
Tumpahan minyak
6
Jas laboratorium
Laboratorium
Percikan specimen lab
7
Baju operasi
R.Operasi
Percikan darah
Kontaminasi kuman
8
Apron
Radiologi
Paparan sinar radiasi
BAB V
DOKUMENTASI
Untuk menjamin keamanan dalam kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) di RSIA Murni Asih, maka perlu dilakukan pendokumentasian terhadap berbagai tahapan pengelolaannya, mulai dari pengadaan hingga pemusnahan B3.
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun.
Dokumentasi pengadaan akan kebutuhan bahan berbahaya dan beracun (B3) di RS Murni Asih dilaksanakan oleh petugas yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. Pengadaan B3 harus dilengkapi dokumen ijin/sertifikat dari rekanan/suplier yang mengadakan B3.
Penyimpanan B3 dan Limbah B3
Dokumentasi penyimpanan B3 dan limbah B3 dilaksanakan oleh Panitia K3 Rumah Sakit dan petugas kesehatan lingkungan. Kegiatan pendokumentasian meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pendokumentasian jumlah, jenis dan label/simbol B3 di seluruh tempat penyimpanan B3.
Pendokumentasian Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet/MSDS) seluruh B3 di seluruh tempat penyimpanan B3.
Pencatatan jumlah limbah bahan berbahaya beracun yang disimpan dalam TPS Limbah B3
Pencatatan jumlah limbah bahan berabahaya beracun yang akan dimusnahkan oleh rekanan yang bersertifikasi.
Pendokumentasian perijinan terhadap penyimpanan sementara limbah B3 dari instansi yang berwenang.
Pemusnahan limbah B3
Dokumentasi pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan dibawah pengawasan Manajer Rumah Tangga. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Pendokumentasian perijinan terhadap rekanan yang bekerjasama dalam pemusnahan limbah B3.
Pengarsipan manifest limbah B3 dari rekanan.
Pendokumentasian melalui sertifikasi bukti pemusnahan limbah B3 dari rekanan.
BAB V
PENUTUP
Panduan ini disusun untuk dijadikan petunjuk/acuan dalam pengelolaan B3 dan limbah B3 di RSIA Murni Asih sehingga dapat memberikan keselamatan dan keamanan kepada pasien, dokter, staf dan pengunjung RSIA Murni Asih. Selain itu, melalui pengelolaan B3 dan limbah B3 dengan baik dan benar, maka pencemaran lingkungan dari bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3 dapat dihindari.
REFERENSI
Undang – Undang RI No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang – Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang – Undang RINo.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah RI No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 14 tahun 2013 tentang Simbol Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.472/MENKES/PER/V/1999 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
Keputusan Badan Pengelola Dampak Lingkungan No.01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.