SURAT KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS MARGAASIH
Nomor : ../ / /
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN PENYAKIT DIARE
UPT PUSKESMAS MARGAASIH
KEPALA UPT PUSKESMAS MARGAASIH
Menimbang
:
Bahwa dalam untuk kelancaran pelaksanaan program pelayanan penyamkit diare di Puskesmas Margaasih, perlu dibuatkan pedoman pelayanan penyakit diare
Bahwa untuk tertib dan kejelasan kegiatan Pelayanan Kesehatan dimaksud point a, dipandang perlu menetapkannya dalam surat keputusan Kepala UPT Puskesmas Margaasih.
Mengingat
:
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas;
Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS MARGAASIH TENTANG PENETAPAN PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM PELAYANAN PENYAKIT DIARE UPT PUSKESMAS MARGAASIH
Kesatu
:
Pedoman pelayanan program pelayanan penyakit diare UPT Puskesmas Margaasih sebagaimana dimaksud diktum pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua
:
Pedoman Sebagaimana Diktum Kedua Agar Digunakan Sebagai Acuan Oleh Petugas UPT Puskesmas Margaasih Untuk Menyelenggarkaan Pelayanan Penyakit Diare Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Margaasih.
Ketiga
:
Keputusan Ini Mulai Berlaku Sejak Tanggal Di Tetapkan Dengan Ketentuan Apabila Dikemudian Hari Terdapat Kesalahan Akan Diadakan Perbaikan Sebagaimana Mestinya.
Ditetapkan di Margaasih
Pada Tanggal : 1 Me i 2016
Kepala UPT Yankes Margaasih
Nita Emilia Thamrin
NIP. 19701203 200701 2 008
PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN PENYAKIT DIARE DI UPT PUSKESMAS MARGAASIH
BAB I PENDAHULAN
Latar Belakang
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%).
Pengetahuan petugas dalam tata laksana diare tahun 2009 menunjukan 43,7% yang Mengetahui anamnesa penderita diare dengan benar, 29,9 % yang tahu menetapkan klasifikasi derajat dehidrasi, 33,3% yang tahu tata laksana diare tanpa dehidrasi, 12,6 % yang tahu tata laksana diare dehidrasi ringan /sedang dan 14,9% yang tahu tatalaksana diare dehidrasi berat. Dari hasil pemantauan tata laksana diare tahun 2009 masih rendah karena masih di bawah 50%.
Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi Berikan oralit, Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut, Teruskan ASI-makan, Berikan antibiotik secara selektif dan Berikan nasihat pada ibu/keluarga.
Berdasarkan data diatas maka Peneliti melakukan kajian/review pengendalian Diare untuk mengetahui besaran masalah yang terjadi dilapangan sehingga dapat menjadi rekomendasi dalam pengembangan program selanjutnya
Tujuan Pedoman
Tujuan disusunnya pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan di UPT Puskesmas Margaasih dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan penyakit diare di wilayah kerja UPT Puskesmas Margaasih Kabupaten Bandung. Sehingga pelayanan penyakit diare dapat dilaksanaan sesuai dengan rencana serta memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.
Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan penyakit diare Puskesmas Margaasih meliputi:
1. Sasaran Primer yakni individu, keluarga dan masyarakat;
2. Sasaran Sekunder yakni tokoh masyarakat
Ruang Lingkup Pedoman
Diseluruh wilayah kerja UPT Puskesmas Margaasih
Batas Operasional
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan Pelayanan penyakit diare UPT Puskesmas Margaasih adalah Sumber Daya Manusia (SDM Kesehatan). Yang dimaksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.
Adapun pola ketenagaan yang ada di unit pelayanan Promosi Kesehatan Margaasih saat ini adalah sebagai berikut :
Pola Ketenagaan Unit Pelayanan program Diare Kesehatan UPT Puskesmas
No
Nama
Kualifikasi
Jumlah
Status
Pendidikan
Pelatihan
1
Petugas Diare
PNS
D3
-
Total
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan Unit Pelayanan Program Diare Kesehatan UPT Puskesmas Margaasih
No
Jenis Tenaga
Puskesmas
Wajib
Ada
Kekurangan
1.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelayanan penyakt diare
Hari : Senin-sabtu
Pukul : 07.30-14.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :
1. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan.
Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
- Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti.
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.
3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak mendapat oralit dan air matang.
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian antibiotik.
Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.
5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari.
Metode yang digunakan dal
B. Metode
am menjalankan promosi kesehatan adalah (1) Pemberdayaan, (2) Bina Suasana dan (3) Advokasi serta dijiwai semangat (4) Kemitraan.
C. Langkah Kegiatan
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ?
b. Berapa kali diare dalam sehari ?
c. Adakah darah dalam tinjanya ?
d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?
e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?
h. Obat apa yang sudah diberikan ?
i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?
j. Apakah ada keluhan lain ?
2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi PENILAIAN
A
B
C
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Rasa haus (beri air minum)
Baik, sadar
Normal
Minum biasa,
Tidak haus
Gelisah, rewel
cekung
Haus, ingin minum banyak
Lesu, lunglai /
tidak sadar
cekung
Malas minum atau tidak bisa minum
Raba/Periksa :
Turgor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Tentukan Derajat Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi Ringan-Sedang
Dehidrasi Berat
Rencana Pengobatan
Rencana Terapi A
Rencana Terapi B
Rencana Terapi C
3. Menentukan Rencana Pengobatan
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana pengobatan yang sesuai
1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.
Rencana Terapi A
Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
Menerangkan 5 Langkah Terapi Diare Di Rumah
1. Beri Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya
a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan sedikit demi sedikit :
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila :
Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. Beri Obat Zinc
Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. Beri Anak Makanan Untuk Mencegah Kurang Gizi
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau
d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
4. Antibiotik Hanya Diberikan Sesuai Indikasi
Misal : Disentri, Kolera, Dll
5. Nasihat Ibu / Pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a. Berak cair lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
1. Jumlah Oralit Yang Diberikan Dalam 3 Jam Pertama Di Sarana Kesehatan
Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :
Umur
<1 Th
1-4 Th
>5 Th
Jumlah Oralit
300 ml
600 ml
1.200ml
b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. Amati Anak Dengan Seksama Dan Bantu Ibu Memberikan Oralit
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
3. Setelah 3-4 Jam, Nilai Kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih Rencana Terapi A, B Atau C Untuk Melanjutkan Terapi
a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
4. Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah
c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
BAB V
LOGISTIK
Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Manajemen logistik unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas Margaasih adalah sebagai berikut :
Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan diare menghitung dan merencanakan kebutuhan media promosi kesehatan berupa leaflet, booklet, buku saku, poster, spanduk, makalah penyuluhan, buku saku, modul pelatihan, ATK penunjang administrasi dan dokumentasi kegiatan pelayanan diare yang sudah direncanakan. Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu tertentu berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan target kinerja pelayanan.
Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan materi dan obat-obat untuk menunjang kegiatan pelayanan promosi kesehatan. Penganggaran kebutuhan unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas Margaasih memanfaatkan dana BOK.
Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
Pembelian
Produksi sendiri, maupun dengan
Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan materi pelayanan diare di Puskesmas Margaasih dilakukan dengan pembelian materi yang sudah siap pakai, pengadaan sendiri leaflet kesehatan sesuai kebutuhan perencanaan unit pelayanan dan menerima dropping dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
Penyimpanan
Pendistribusian
Pendistribusian materi promosi kesehatan di UPT Puskesmas Margaasih dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pelayanan diare. Efisiensi pelaksanaan pendistribusian akan mempengaruhi kecepatan penyediaan material baru. Penanggung jawab pendistribusian adalah penanggung jawab Unit Pelayanan diare UPT Puskesmas Margaasih. Prosedur baku pendistribusian material diare, meliputi :
Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan
Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program, jejaring dan jaringan UPT Puskesmas Margaasih.
Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab pengurus barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan material diare di UPT Puskesmas Margaasih dilakukan dengan pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN PROGRAM
Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam pelayanan promosi kesehatan yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.
Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran pelayanan diare UPT Puskesmas Margaasih, meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) petugas pelayanan diare terhadap sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan), serta terlaksananya program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan diare sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Ketepatan identifikasi sasaran; Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan diare sesuai rencana kegiatan unit pelayanan promosi kesehatan yang telah disusun.
Peningkatan komunikasi yang efektif; Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran diare akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir pelayanan diare dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami informasi yang diberikan.
Peningkatan keamanan sarana diare; Memantau lokasi, bangunan dan material promosi kesehatan yang dapat membahayakan keselamatan sasaran pelayanan diare.
Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran; Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan promosi diare untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran pelayanan diare.
Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan diare; resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat terjadi selama pelayanan promosi kesehatan berlangsung. Untuk meminimalisir bahkan menghindari hal tersebut diperlukan komitmen bersama sasaran, memilih metoda yang tepat dan memberikan reward.
Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka; memilih dan memantau lokasi pelayanan diare untuk menghindari sasaran mengalami cedera baik dalam perjalanan maupun selama dalam ruangan menerima pelayanan diare.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran. Pengendalian mutu pada unit pelayanan diare UPT Puskesmas Margaasih diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan diare.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual dan tujuan,
Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya peningkatan mutu.
Pada unit pelayanan promosi kesehatan UPT Puskesmas Margaasih kegiatan pelayanan diare dimulai dari pendataan/survey sasaran dan kebutuhan sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen pelaporan kegiatan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar operasional prosedur (SOP) untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang sesuai standar pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak lanjut dilaksanakan untuk mengatasi adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan didokumentasikan secara periodik.
BAB XI
PENUTUP
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait.
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Margaasih, Mei 2016
Kepala UPT Puskesmas Margaasih
dr. Ira Hermina Handayani
NIP. 19751009 200904 2 002