TUGAS PENGOLAHA PENGOLAHAN N DA D ATA NON SEISMIK “MATCHING CURVE”
Nama : Septiwiandai NIM : !"#$%$&$&!!!$$&
'URUSAN (ISIKA (AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERS UNIV ERSITAS ITAS )RA* ) RA*I'A+ I'A+A A MALANG "$!#
Ada beberapa macam metoda yang digunakan untuk menginterpretasi data resistivitas. Salah satu cara yang cukup sederhana adalah dengan metoda pencocokan kurva ( curve matching ). Metoda pencocokan kurva ini bisa dilakukan karena : Dari pengukuran dilapangan kita akan mendapatkan harga-harga resistivitas semu sebagai fungsi dari spasi elektroda
ρas= f (
AB 2
AB
) atau log ρ as= log f ( ) . ersamaan ini sama 2
dengan persamaan logaritmis yang telah diturunkan terdahulu! kecuali bah"a untuk kurva yang pertama telah mengalami pergeseran se#a#ar dengan sumbu-sumbu koordinatnya $eknik %urve Matching adalah mencocokkan kurva tahanan #enis semu hasil pengukuran lapangan dengan kurva tahanan #enis semu yang dihitung secara teoritis. Struktur berlapis mempunyai tahanan #enis dan ketebalan lapisan yang sangat banyak variasinya! sehingga kita perlu kurva tahanan #enis semu teoritis ( standar atau baku ) struktur berlapis yang mempunyai variasi yang sangat banyak #uga. emilihan kurva bantu yang paling cocok dengan kurva tahanan #enis yang diperoleh di lapangan! memerlukan "aktu yang lama karena variasi kurva baku yang banyak tersebut. Dua hal itulah yang merupakan kendala & kendala dalam penggunaan %urve Matching. 'ntuk menghindari kendala & kendala tersebut! digunakan teknik %urve Matching struktur medium lapis yang terdiri kurva baku dan kurva bantu. *al ini dapat dilakukan karena struktur banyak lapis dapat dianggap sebagai struktur lapis yang setiap lapisannya dapat di"akili oleh + atau kombinasi banyak lapis. $erdapat #enis kurva baku! yaitu kurva baku struktur lapis yang menurun
ρ2 < ρ1
dan naik
ρ2 > ρ1
. Sedangkan tipe kurva bantu
tersebut adalah ( Mooney! +, ) : a. urva /antu $ipe * $ipe ini lengkungnya berbentuk pinggan ( minimum di tengah ). Dibentuk oleh lengkung baku! yaitu depan menurun dan belakang naik. Dan ter#adi seperti ada 0 lapisan dengan
ρ1 > ρ2 < ρ3
. Dalam struktur lapis! dianggap lapisan ba"ah lebih
resistan! sehingga arus mengalir paada lapisan semu rapat arus berbanding terbalik terhadap tahanan #enisnya. Sehingga total konduktansinya sama dengan #umlah dari masing & masing konduktan.
b. urva /antu $ipe A
urva ini mencerminkan harga yang selalu naik. Dibentuk oleh kurva baku! yaitu depan naik dan belakang turun. Sama seperti kurva bantu tipe *! tipe A ini ter#adi
seperti ada 0 lapisan dengan
ρ1 < ρ2 < ρ3
. Dan dengan cara yang sama seperti pada
kurva tipe * pula! kurva bantu tipe A dapat diperoleh dari rumusan :
c.
urva /antu $ipe 1engkung kurva ini berbentuk bell (maksimum di tengah ). Dibentuk lengkung baku! yaitu depan naik dan belakang turun. Seperti 0 lapisan dengan
ρ 1 < ρ2 > ρ3
.
urva bantu tipe diperoleh dari rumusan :
Dimana
ε
adalah angka banding ketidak isotropan.
d, urva /antu $ipe 2
urva ini mempunyai harga selalu turun. Dibentuk oleh kurva baku! yaitu depan turun dan belakang #uga turun. Seperti 0 lapis dengan 2 diperoleh dari rumusan :
ρ1 > ρ2 > ρ3
. urva /antu tipe
1 η
adalah faktor kemerosotan atau penurunan yang bergantung pada kontras
tahanan #enis antara lapisan pertama dan kedua yang tergantung pada perbandingan ketebalannya.
/erikut adalah contoh penggambaran Mtaching %urve :
Intepeta-i Mat./in0 C12e pada 34n5i01a-i S./61m7e0e
Adapun langkah & langkah interpretasi dengan kurva matching konfigurasi Schlumberger adalah ( 3aluyo! 44 ):
a. lot data lapangan pada kertas transparan dengan skala log & log dengan absis A/5 (setengah #arak elektroda arus ) dan ordinat 6a ( tahanan #enis semu ). b. Matchingkan lengkung data lapangan dengan lengkung baku. %ari lengkung baku yang paling cocok ( 656+ ). c. lot titik silang + ( titik potong garis 6a 56+ 7+ dan A/5 7+ ) pada kertas data lapangan. $itik + mempunyai arti yang penting karena ordinatnya adalah harga tahanan #enis lapisan pertama dan absisnya adalah kedalaman lapisan pertama. d. $entukan tahanan #enis lapisan kedua yaitu 6 7 6+ 8 656+. e. ilih lengkung bantu yang cocok dengan pola lengkung data. 1alu letakkan pusat lengkung bantu berhimpit dengan titik silang + lalu pilih harga sama dengan 656+. f. lot lengkung bantu diatas lembar data lapangan dengan garis putus & putus. g. 9anti lengkung bantu dengan lengkung baku. $elusurkan pusat lengkung baku diatas garis putus & putus yang telah dibuat sampai match dengan data di belakang data yang telah di interpretasi. h. Setelah cocok catat harga 6056 ! plot titik kedua pada kertas data (letak pusat lengkung baku). i. oordinat titik memberikan harga kedalaman lapisan kedua (absis) dan tahanan #enis 6 (ordinat). #. $entukan tahanan #enis lapisan ketiga 60 7 6 8 6056. k. /ila masih ada data yang belum diinterpretasi! langkah selan#utnya sama seperti +4 poin diatas. Diteruskan hingga data terakhir yang merupakan kedalaman lapisan terakhir (dasar). erlu diketahui bah"a diantara keempat #enis tipe lengkung bantu yang ada! lengkung bantu tipe * merupakan lengkung bantu yang paling mudah penggunaannya! karena harga h5h+ dapat diperoleh langsung dengan menarik garis se#a#ar sumbu ordinatnya! dan harga h tidak perlu dikoreksi. Sedangkan tipe A! dan 2 memerlukan koreksi untuk menentukan ketebalannya. *arga ketebalan merupakan harga h dikalikan dengan faktor koreksi. /erdasarkan #urnal dari Surdaryo /roto dan ;ohima Sera Afifah dari $eknik 9eologi
Analisis data dilakukan dengan cara yaitu Matching %urve dan Soft"are ==3=> berdasarkan Sharma! .?.! (+,,@)! teknik matching curve merupakan suatu bagian dari proses penginterpretasian secara Vertical Electric Sounding (?S) yang diperoleh data berupa horisontal. Metode ini melibatkan suatu perbandingan dari pengukuran kurva
ρa
dengan
beberapa kurva induk. $eknik kurva penafsiran untuk interpretasi Schlumberger kurva ?S menggunakan Ebert Garp dan dua lapisan kurva induk sebagai berikut : +. Masing-masing kurva tahanan #enis didekati atau disamakan dengan salah satu #enis lapisan untuk lapisan. . oordinat tegak pada kurva dua lapisan dipertimbngkan untuk penentuan ketebalan dan tahanan #enis suatu lapangan menggantikan urutan lapisan. 0. 'ntuk mendapatkan beberapa parameter untuk lapisan yang sama! digunakan satuan grafik pada koordinat grafik men#adi perbandingan dari ketebalan lapisan yang menggantikan untuk lapisan dasar. arameter tahanan #enis adallah perbandingan. erbandingan antara ketebalan dengan diplotkan di double-log. . mpat stuan alat bantu titik tabel seperti yang tersedia untuk tipe *! A! ! dan 2. •
=nterpretasi Matching %urve pada konfigurasi 3enner
/erdasarkan #urnal dari Subard#o! M. >ordin! Siamet Sudarto! Setya Darmono dengan #udul engukuran 9eolistrik $ahanan Benis 'ntuk encarian Sumber Air $anah di %ipanas Ba"a /arat. $ata ker#a pada #urnal ini adalah untuk mendapatkan data kedalaman dan keberadaan lapisan yang mengandung air! dilakukan langkah-=angkah sebagai berikut : +. Mempela#ari geologi sekitar daerah penelitian . Menentukan titik-titik pengukuran dengan spasi (a) 44 m menggunakan konfigurasi 3enner. Sebagai contoh untuk mendapatkan kedalaman i: +44 m maka bentangan kabel mencapai %+-%5 7 044m. 0. Memilih lintasan yang mempunyai kemiringanC 4 . engamatan air sumur penduduk di sekitar daerah penelitian(3isma /A$A>) engolahan dan evaluasi data yang diperoleh dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : +. urva lengkung clan kurva bantu secara EmatchingE basil pengukuran geolistrik dengan konfigurasi 3enner berupa harga tahanan #enis semu (pa) ini dituangkan diatas kertas log - log sebagai ordinal! sedangkan kedalaman sebagai absis. Dari pertemuan titik-titik ini dihubungkan dan menghasilkan kurva! kemudiandicocokkan dengan kurva standar clankurva bantu akan didapatkan harga ketebalan dan tahanan #enis sebenamya masing-masinglapisan. . 9rafik /arnes *arga tahanan #enis semu ( ρa ) dicari harga +5;! kemudian harga +5;1 7 1
R 4 ( NH )
−1 / R( RN )
hasilnya
L=
2π .∆ A 1 / RL ! merupakan tahanan #enis sebenamya.
*asil
ρL ini dibuat hubungan antara tahanan #enis semu dan kedalaman akan
menghasilkan kurva secara vertikal! dari perubahan-perubahan puncak ini ( peak ) dapat diinterpretasikan sebagai batas lapisan. 0. umulatif Moore *asil harga tahanan #enis semu dalam ohm - m di#umlahkan disesuaikan dengan kelo=D kedalaman pada label! kemudian menghubungkan titik men#adi garis yang diperoleh dari harga tahanan #enis (absis) dan kedalaman (ordinat). Dari garis ini akan didapatkan perpotongan-perpotongan yang merupakan batas lapisan. Dari pengambilan data serta pengolahan data telah dilakukan maka menghasilkan : Dari hasil pengukuran geolistrik dengan konfigurasi 3enner didapatkan tahanan #enis semu! untuk mendapatkan tahanan #enis sebenarnya dan kedalaman lapisan yang mengandung air ( aFuifer) dilakukan dengan tiga cara pengolahan data antara lain 3enner! /arnes dan Moore. %ara 3enner harga tahanan #enis semu ini dituangkan pada kertas log-log!tahanan #enis semu pada ordinat clan kedalaman (a) pada absis! hasil pertemuan akan didapatkan titik-titik dalam bentuk kurva. Dengan menggunakan kurva standar dan kurva bantu maka akan didapatkan harga tahananG #enis sebenarnya dan ketebalannya! dari harga ini dibuat titik penampang titik duga tegak lurus ke ba"ah permukaan tanah sesuai dengan besaran ketebalan dan tahanan #enis (9ambar ). %ara /arnes dengan rumus +5;! 1 −1 / R( RN ) 1 / RL= R 4 ( NH )
ρL =
2π.∆A 1 / RL
akan didapatkan harga tahanan #enis sebenarnya dengan cara membuat hubungan tahanan #enis dan kedalaman akan didapatkan kurva (9ambar ). %ara Moore harga tahanan #enis semu dihitung secara kumulatif sesuai dengan kedalaman pada tabel! dengan cara membuat hubungan kedalaman dan tahanan #enis akan didapatkan titik! titik ini dihubungkan akan menghasilkan garis perpotongan.