3
PANDUAN
SURGICAL SAFETY CHECKLIST
RS BALA KESELAMATAN "BOKOR" TUREN
Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 91 Turen – 65175
Email :
[email protected]
Telp. (0341) 824002, 824453 Fax. Fax (0341) 823878
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I 2
DEFINISI 2
BAB II 3
RUANG LINGKUP 3
BAB IV 6
DOKUMENTASI 6
BAB I
DEFINISI
LATAR BELAKANG
Adanya perbedaan harapan, dasar berpikir dan konsep tentang sakit antara dokter dan pasien membuat hubungan antara keduanya mengandung konfliklaten. Konsep yang harus diiingat seorang dokter dalam hubungan yang kompleks ini yaitu untuk selalu membangun emphaty (Hippocrates 400 SM). Seorang dokter adalah seseorang yang karena profesinya dituntut untuk selalu memprioritaskan penderita. Tindakan pembedahan (surgery) adalah suatu interaksi atau hubungan yang sangat khusus antara dokter atau provider kesehatan (team work) dengan pasien dan keluarganya, dalam upaya menyelamatkan dan atau meningkatkan kualitas hidup pasien, dimana potensial konflik sangatlah besar. Penggunaan anestesi, sedasi dan intervensi bedah merupakan proses yang komplek dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan asesmen lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan, perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer dan pemulangan pada akhirnya. Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai sebuah rangkaian proses mulai dari sedasi minimal hingga anestesi penuh. Karena respons pasien berubah ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut, penggunaan anestesi dan sedasi diatur secaraterpadu. Menurut WHO 2009, diseluruh dunia dan hampir setiap tahun kompilkasi operasi 3 - 16 % dan kematian pasca operasi 0,4 – 0,8 % dan dapat diartikan bahwa 7 juta penderita yang mengalamimkecacaran dan 1 juta mengalami kematian. Pada juni 2009 di washington DC Amerika, WHO meluncurkan Safe Surgery Saves Lives (S3L).
DEFINISI
Pengertian dari Safe Surgery Saves Lives ( S3L ) adalah suatu program dalam upaya menurunkan komplikasi pembedahan dan anestesi
4 domain yang menjadi perhatian :
Pencegahan infeksi luka operasi
Keselamatan pembiusan (safe anesthesia)
Keselamatan pembedahan (safe surgical terms)
Mekanisme jaminan kualitas dan perawatan pembedahan (surgical care and quality assurance mechanism)
Faktor yang berpengaruh terhadap komplikasi pembedahan :
Ketidaktaatan atau ignore terhadap standar pelayanan pembedahan merupakan awal terjadinya komplikasi pembedahan
Tingginya angka infeksi luka operasi, sering hanya diakibatkan penggunaaan dan ketidaktepatan waktu pemberian antibiotik profilaksis serta kesalahan tehnik sterilisasi
Penggunaan alat monitoring tanda vital yang tidak standar selama operasi, terbukti meningkatkan komplikasi akibat pembiusan sebesar 100 – 1000 kali
Persiapan operasi yang teliti adalah mutlak dilakukan :
Identifikasi penderita
Identifikasi tempat operasi
Ketepatan radiodiagnostik
Kompetensi tim pembedahan dan pembiusan (menurut WHO bukan merupakan masalah) hindari :
Kesalahan pasien yang dioperasi (wrong patient)
Kesalahan tempat operasi (wrong site operation)
Kecelakaan tindakan anestesi
TUJUAN
Tujuan Utama :
Tujuan program Safe Surgery Saves Lives adalah menciptakan perilaku tim pembedahan dan lingkungan yang aman bagi pasien.
Tujuan Khusus :
Tim pembedahan dipastikan melakukan pembedahan pada tepat penderita dan tepat lokasi
Tim pembedahan dipastikan melakukan metode anestesi yang mencegah rasa sakit bagi pasien
Tim pembedahan telah mengenali dan melakukan persiapan yang efektif dalam pencegahan dan penanganan terjadinya gangguan airway dan breathing
Tim pembedahan telah mengenali, melakuakn pencegahan dan antisipasi penanganan yang efektif terhadap resiko perdarahan (circulation)
Tim pembedahan telah mengetahui dan menghindari serta antisipasi penanganan terjadinya reaksi alergi maupun efek samping obat yang berat yang potensial terjadi pada pasien
Tim pembedahan secara konsistenmenerapkan metode aseptik, guna mencegah timbulnya infeksi luka operasi
Tim pembedahan selalu menghindari terjadinya ketertinggalan alat atau benda habis pakai pada daerah operasi
Tim pembedahan selalu menjaga dan melakukan identifikasi yang tepat terhadap spesimen hasil pembedahan
Tim selalu melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang penting dalam upaya melakukan operasi yang aman
Rumah sakit dan public health system selalu secara rutin melakukan surveylance terhadap kapasitas, volume dan hasil serta komplikasi dari pembedahan dan anestesi (surgical and anesthesia vital statistic) yang dilakukan
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan restrain yaitu semua pasien dengan resiko jatuh, kecenderungan melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.
2.1. INDIKASI. 1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau orang lain. 2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat di rumah sakit. 3. Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency (segera) yang berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien. 4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman. 5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman bahaya.
INDIKASI RESTRAIN
Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau orang lain
Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat di rumah sakit
Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency (segera) yang berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien
Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman
Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman bahaya
JENIS RESTRAIN
Physical Restraint
Kegiatan pengekangan fisik pasien yang melibatkan satu atau lebih tenaga kesehatan dengan menahan pasien, memegangi pasien yang bergerak atau menghentikan pasien yang akan meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan pasien
Mechanical Restraint
Pengekangan fisik pasien secara mekanis dengan menggunakan peralatan. Misalnya: sarung tangan (mittens) yang dirancang khusus pada ruang pelayanan intensif; penggunaan meja yang berat atau sabut pengaman untuk menahan pasien keluar dari kursi roda; penggunaan bedrails untuk mencegah pasien orang tua keluar dari tempat tidur; penggunaan kunci atau keypads
Technological Surveillance Restraint
Penggunaan teknologi surveilans seperti bantalan tekanan, televisi sirkuit tertutup , untuk mengingatkan tenaga kesehatan memantau gerakan mereka atau upaya pasien untuk mencoba meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan
Chemical Restraint
Penggunaan obat-obatan untuk pembatasan gerak
Psychological Restraint
Kegiatan pembatasan gerak pasien dengan berulang kali dan secara terus menerus memberi tahu pasien untuk tidak melakukan sesuatu, atau apabila melakukan sesuatu merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan atau terlalu berbahaya. Hal tersebut termasuk mengambil alih pilihan atas gaya hidup pasien seperti mengatakan kepada pasien kapan waktunya tidur dan bangun tidur; maupun mengambil peralatan individual atau hak milik pribadi, seperti mengambil alat bantu berjalan, kaca mata, atau pakaian luar pasien dengan tujuan untuk menghentikan pasien untuk keluar meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan.
PRINSIP
PEMASANGAN PENGHALANG
Pembatasan gerak pasien dengan menggunakan penghalang (restraint) hanya untuk perlindungan keselamatan dan kepentingan terbaik bagi pasien dan atau pasien lainnya.
Dokter dan atau perawat harus memperhatikan aspek etik-medikolegal dan memastikan bahwa ada indikasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan atas pemasangan penghalang pada pasien, mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, kehormatan, dan kebutuhan fisik dan psikologis pasien.
Keputusan pemasangan penghalang harus diambil sebagai pilihan dan langkah terakhir setelah semua upaya untuk meminimalkan risiko atas keselamatan pasien dilakukan dan segera dilepaskan dalam waktu yang sesingkat mungkin setelah kondisi atau risiko atas keselamatan pasien terlampaui.
Tenaga kesehatan yang melaksanakan pemasangan penghalang harus senantiasa menguasai prinsip pemasangan penghalang dan mendapatkan pelatihan yang berkesinambungan.
BAB III
TATA LAKSANA
Strategi Safe Surgical Saves Lives :
Sosialisasi dan promosi
Surgical safety dan anesthesia safety adalah masalah kesehatan yang serius dan harus mendapat perhatian
Budayakan penggunaan checklist
Sebagai standar kendali mutu pembedahan dalam upaya surgical safety dan anesthesia safety
Surgical – anesthesa vital statistic
Monitoring dan pendataan penting dalam identifikasi masalah patient safety dan upaya pemecahannya serta penyusunan program selanjutnya.
Implementasi
Diperlukan metode yang sederhana, praktis dan mudah dikerjakan dan tidak menganggu proses pembedahan dan anestesi serta dapat menjamin safe surgerydan safe anesthesia Metode yang digunakan :
Surgical safety checklist
Anesthesia Safety checklist
Surgical safety checklist dan anesthesia safety checklist
Metode yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas pembedahan dan anestesi Menurunkan unnecessary surgical and anesthesia deaths and complications
Pelaksanaan
Ada 3 periode terpenting :
Sebelum induksi ( sign in )
Sebelum insisi ( time out )
Sebelum keluar OK ( sign out )
Penanggung Jawab
Penanggung jawab secara keseluruhan bahwa pasien yang akan dilakukan pembedahan, telah dilakukan checklist adalah : OPERATOR dibantu seorang sirkulator ( Omloop ). Penanggungjawab kegiatan :
Periode sebelum induksi adalah : perawat anestesi dan bedah dibantu ahli anestesi
Sebelum insisi adalah : operator ahli bedah, perawat bedah dan ahli anestesi
Sebelum keluar dari kamar operasi adalah : perawat bedah, ahli bedah dan anestesi
BAB IV
DOKUMENTASI
Checklist Keselamatan Pembedahan menurut Who ( dlm bahasa Indonesia )
Sebelum Induksi Anestesi ( Sign In ) ( Minimal perawat dan ahli anestesi )
Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitas, lokasi, prosedur dan informed consent?
Ya Tidak
Apakah tempat operasi sudah ditandai?
Ya Tidak diperlukan
Apakah mesin anestesi dan premedikasi sudah diperiksa dan lengkap?
Ya
Apakah pulse oksimetri sudah terpasang pada pasien dan berfungsi dengan baik?
Ya
Apakah pasien memiliki :
Riwayat alergi :
Tidak Ya
Kesulitan menjaga jalan napas atau risiko aspirasi?
Tidak Ya, dan tersedia peralatan dan bantuan
Risiko hilangnya darah>500 mL ( 7 mL/kg pada anak-anak )?
Tidak Ya, sudah tersedia dua akses intravena/sentral dan cairan
Sebelum Insisi Kulit ( Time Out ) ( ahli bedah, ahli anestesi, dan perawat )
Konfirmasi semua anggota tim sudah memperkenalkan nama dan peran
Konfirmasi nama pasien, prosedur, dan di mana insisi akan dilakukan
Apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit terakhir?
Ya Tidak diperlukan Antisipasi keadaan kritis
Untuk ahli bedah :
Apakah terdapat keadaan kritis atau langkah yang tidak rutin?
Berapa lama keadaan tersebut akan berlangsung?
Apakah yang diantisipasi terhadap kehilangan darah?
Untuk ahli anestesi :
Apakah ada sesuatu yang khas terhadap pasien?
Untuk tim perawat :
Apakah sterilitas telah dikonfirmasi ( berdasarkan indikator alat sterilisasi )?
Apakah terdapat permasalahan alat atau perhatian lainnya? Apakah foto telah ditampilkan?
Ya Tidak diperlukan
Sebelum Pasien Meninggalkan Ruangan Operasi ( Sign Out ) ( perawat, ahli bedah, dan ahli anestesi )
Perawat memastikan secara verbal :
Nama prosedur yang dilakukan
Apakah instrumen. Alat habis pakai dan jumlah jarum telah terhitung?
Pelabelan spesimen ( baca label spesimen secara lantang, termasuk nama pasien )
Apakah ada permasalahan dengan pemakaian peralatan?
Untuk ahli bedah, ahli anestesi, dan perawat :
Apakah hal yang penting untuk pulih sadar dan perawatan pasien telah diperhatikan?
BAB IV
PENUTUP
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan. Kamar Operasi merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit khususnya dalam bidang pembedahan, oleh karena itu pemakaian daftar/checklist keselamatan pasien operasi harus dilaksanakan dalam setiap tindakan operasi yang akan dilakukan.
Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju, maka pelayanan pembedahan harus juga mengikuti perkembangan tersebut, pendokumentasian pelayanan pasien yang dilakukan harus tersusun dengan rapi untuk mengetahui riwayat dari proses perawatan pasien. Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan pelayanan di Kamar Operasi.
12