RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA SOKARAJA Jl. Menteri Supeno No 25 Telp. (0281) 6846225 Fax. (0281) 6846371 email :
[email protected] SOKARAJA-BANYUMAS
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA NOMOR : 029/PER/DIR/RSWH/VIII/2016 029/PER/DIR/RSWH/VIII/2016 TENTANG PANDUAN PERMINTAAN PENDAPAT LAIN ( S S E C ON D OP INIO IN IO N ) DI RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA Menimbang
:
a.
Bahwa dalam upaya meningkatkan meningkatka n mutu pelayanan Rumah
Sakit
diperlukan
Umum
Wiradadi
penyelenggaraan
Husada,
maka
pelayanan
yang
bermutu tinggi; b.
Bahwa agar dalam pelayanan Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada dapat terencana dengan baik perlu adanya kebijakan direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi
Husada
sebagai
landasan
penyelenggaraan pelayanan rawat inap. c.
Bahwa berdasarkan berdasark an pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 3.
Keputusan Menteri Kesehatan
1333/1999 tentang
standar pelayanan Rumah Sakit 4.
Peraturan Peratura n Menteri Kesehatan
Nomor 1438/2010
tentang standar pelayanan pelayanan kedokteran 5
Peraturan Peratura n Menteri Kesehatan Nomor
12/2012
tentang standar akreditasi Rumah Sakit 6
Peraturan Peratura n Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada
MEMUTUSKAN: Menetapkan :
Pertama
:
Peraturan direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada tentang panduan permintaan pendapat lain ( second opinion)
Kedua
:
Panduan permintaan pendapat lain ( second opinion) sesuai yang tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga
:
Penjelasan mengenai panduan permintaan pendapat lain (second opinion) lebih lanjut dilakukan oleh dokter Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada yang kompeten yang telah diberikan kewenangan oleh direktur.
Keempat
:
Pembinaan dan pengawasan permintaan pendapat lain (second opinion) Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Medis dan Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada
Kelima
:
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan
ini
akan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan Di : Banyumas Pada Tanggal : 10 Agustus 2016 Direktur
dr. Leli Isticharijah,MPH. NIPRS: 01.10.001
diadakan
perbaikan
Lampiran Panduan Pelayanan Kerohanian
Nomor Tanggal
: 029/PER/DIR/RSWH/VIII/2016 : 10 Agustus 2016 PANDUAN PERMINTAAN PENDAPAT LAIN ( S E C OND OP INION )
A.
DEFINISI 1.
Opini Medis adalah pendapat, pikiran, atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapi, dan rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang.
2.
Meminta Pendapat Lain ( S econd Opi nion) adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan penunjang, diagnose, terapi,
prognosis
dan
k e m u n g k i n a n l a i n terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya. Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".
B.
RUANG LINGKUP Perbedaan pendapat tentang pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan
penunjangg, diagnosis, terapi dan penatalaksaan,prognosis dan kemungkinan lain tentang penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteran pun, para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses
terapi,
sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan pendapat tentang pemeriksaan penunjang,
hasil
pemeriksaan
penunjang,
diagnosis,
terapi
dan
penatalaksanaan, prognosis dan kemungkinan lain mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. O l e h karena
i t u , sangatlah
penting
bagi
pasien
dan
keluarga
untuk
mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatan yang maksimal. Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan kesehatannya. Informasi yang kurang jelas atau salah dalam menginterpretasikan informasi, seorang pasien akan mengakibatkan pasien atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga membuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang diterima tanpa mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi. 1. Pentingnya Second Opinion untuk pasien adalah : a) Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi
di belahan dunia manapun, termasuk di Indonesia
b) Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal
yang biasa terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita c) Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian
biaya atau dampak finansial yang besar. 2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion: a) Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat
perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya. b) Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2
minggu, misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang lainnya. c) Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat
minum, antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal