BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium, virologi dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia. Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius
disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur
1
limbah medis dan nonmedis. Pencampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septik tank. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagi tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu. Rumah Sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
1.2 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga membawa dampak negatif yaitu menghasilkan limbah selama kegiatannya, salah satunya yaitu limbah medis. Limbah medis rumah sakit dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Yang termasuk limbah medis antara lain limbah infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksik, kimia, radioaktif, container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam yang berat yang tinggi.
2
Limbah medis yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan hanya 10 sampai 25 % saja, sedangkan sisanya sebesar 75-90 % dihasilkan oleh limbah domestik. Walaupun jumlah limbah medis yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan limbah domestik, namun limbah medis berpotensi besar dalam menimbulkan risiko terhadap kesehatan apabila tidak ditangani dengan baik. Selain itu, akan memicu risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit baik bagi para dokter, perawat, teknisi, dan semua yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan pasien dan pengunjung Rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium, virologi dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia. Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius
disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Pencampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.
3
1.3 Definisi Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan nonmedis.Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung bahan patogen (bakteri, virus, parasait atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Contohnya darah, limfa, urin dll.
1.4 Tujuan Pengelolaan
limbah
infeksius
dan
cairan
tubuh
bertujuan
untuk
menghindari dari bahaya infeksi terhadap petugas, pasien dan pengunjung.
4
BAB II RUANG LINGKUP 2.1 Pengertian Limbah Infeksius Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung bahan patogen (bakteri, virus, parasait atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Kultur dan persediaan agens infeksius, limbah dari otopsi, bangkai hewan dan limbah lain yang terkontaminasi, terinfeksi atau terkena agens semacam itu disebut limbah yang sangat infeksius. Dalam kategori ini antara lain tercakup: 1. Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas di laboratorium 2. Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita penyakit menular (misalnya: jaringan dan materi atau peralatan yang terkena darah pasien, atau cairan tubuh yang lain) 3. Limbah yang sudah tersentuh pasien yang menjalani hemodialisis (misalnya: peralatan dialisi seperti selang dan filter, handuk, baju RS, apron, sarung tangan sekali pakai dan baju laboratorium) 4. Hewan yang terinfeksi dari laboratorium 5. Instrument atau materi lain yang tersentuh orang atau hewan sakit 2.2 Dampak Limbah Infeksius Terhadap Kesehatan Limbah medis dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur : (1) Melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit; (2) Melalui membrane mukosa; (3) Melalui pernafasan dan melalui ingesti.
5
Keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotika dan desinfektan kimia dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah layanan kesehatan yang tidak dikelola dengan benar dan aman. Limbah medis tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk, tetapi juga dapat menginfeksi luka jika terkontaminasi patogen. Karena risiko ganda ini (cedera dan penularan penyakit), limbah medis tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta Hepatitis B dan C, tenaga puskesmas/rumah sakit (terutama perawat) merupakan kelompok yang berisiko paling besar terkena infeksi melalui cedera akibat limbah medis tajam. Risiko serupa dihadapi oleh tenaga layanan kesehatan lain dan pelaksana pengelolaan limbah di luar puskesmas/rumah sakit, juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah. Beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada pasien dan masyarakat. Contoh : pembuangan limbah medis cair yang tidak terkendali pada perawatan pasien kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya wabah kolera. Contoh Infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan, organisme penyebab, dan media penularan : 1) Infeksi gastroenteritis. Organisem penyebab, misalnya salmonella, shigella spp, vibrio cholera, cacing. Media penularannya, melalui tinja atau muntahan.
6
2) Infeksi Saluran Pernafasan. Organisme penyebab: mycobacterium tuberculosis,
streptococcus
pneumonia,
virus
campak.
Media
penularannya adalah melalui secret yang terhirup, air liur. 3) Infeksi Mata. Organisme penyebab : Herpes virus. Media penularannya adalah secret mata. 4) Infeksi Genital. Organisme penyebab : Neisseria gonorrhoeae, herpes virus. Media penularannya adalah melalui secret genital. 5) Infeksi Kulit. Organisme penyebab : Streptococcus spp. Media penularannya adalah melaui nanah. 6) Antraks. Organisme penyebab : Bacillus anthracis. Media penularannya adalah melalui secret kulit. 7) Meningitis. Organisme penyebab adalah Neisseria meningitis. Media penularannya adalah melalui darah, secret alat kelamin. 8) AIDS. Organisme ppenyebeb adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Media penularannya adalah melalui darah, secret alat kelamin. 9) Demam Berdarah. Organisme penyebab adalah virus junin, lassa, ebola dan Marburg. Media penularannya adalah melalui seluruh cairan tubuh dan secret. 10) Septikimia. Organisme penyebab adalah Staphylococcus spp. Media penularannya adalah melalui darah. 11) Bakteriemia. Organisme penyebab adalah Staphylococcus spp, koagulase negative, staphylococcus aureus, enterobacter, enterococcus, klebsiella dan streptococcus sp. Media penularannya adalah melalui darah.
7
12) Kandidemia. Organisme penyebab adalah Candida albicans. Media penularannya adalah melalui darah. 13) Hepatitis Virus A. Organisme penyebab adalah virus hepatitis A. Media penularannya adalah melalui tinja. 14) Hepatitis Virus B dan C. Organisme penyebab adalah Virus Hepatitis B dan C. Media penularannya adalah melalui darah dan cairan tubuh. Mikroorganisme
patogen.
Mikroorganisme
patogen
memiliki
kemampuan yang terbatas untuk bertahan hidup di alam bebas. Kemampuan ini tergantung pada jenis mikroorganisme dan merupakan cara kerja dari oertahanan dirinya terhadap kondisi lingkungan seperti : suhu, kelembaban, iradiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator dan sebagainya. Contoh mikroorganisme tersebut adalah : (1) Virus Hepatitis B. Virus hepatitis B, adalah virus yang : persisten di udara kering, hidup beberapa minggu di tanah, tahan terhadap pajanan antiseptic, tahan sampai 10
jam pada suhu 60⁰C, tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus hepatitis C). (2) Virus HIV. Virus HIV adalah virus yang : tahan 3-7 pada suhu ambient, tahan 15 menit pada cairan etanol 70%, inaktif padahari suhu 56⁰C. 2.3 Prinsip Pengelolaan Limbah Medis Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu menganut prinsip-prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional, yakni : (1) The “Polluter Pays” principle (prinsip “pencemar yang membayar”). Artinya bahwa melaului prinsip tersebut diatas bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan financial bertanggungjawab untuk menggunakan
8
metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah. (2) The “Precautionary” principle (prinsip “Pencegahan”) merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat menjadi cukup signifikan. (3) The “duty of care” principle (prinsip “kewajiban untuk waspada”) bagi yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi. (4) The “proximity” principle (prinsip “kedekatan”) dalam penanganan limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan. Prinsipprinsip pengelolaan limbah tersebut berkaitan dengan kegiatan unit pelayanan kesehatan, sebagaimana tertuang pada global immunization 2009, disampaikan bahwa dalam penyelenggaraan imunisasi harus memiliki system pengelolaan limbah tajam. 2.4 Ketentuan Limbah Cair Medis Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit maka limbah Cair harus meengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu. 2. Efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat. 3. Limbah Cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan keterpaparan bahan kimia dan radiologi,
volume, dan prosedur
penanganan dan penyimpangannya.
9
4. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan. 5. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan. 6. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. 7. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril. 8. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang. 9. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 10. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN. 11. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
1 0
2.5 Pengelolaan Sampah Infeksius 1. Pemisahan dan Pengurangan Dalam pengembangan strategi pengelolaan limbah, alur limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah dan reduksi volume limbah medis merupakan
persyaratan
keamanan
yang
penting
untuk
petugas
pembuangan sampah, petugas emergensi, dan masyarakat. Dalam memilah dan mereduksi volume limbah hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah. b) Pengurangan
jumlah
limbah
yang
memerlukan
perlakuan
khusus,dengan memisahkan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) dannon B3. c) Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3. d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari bebagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan. e) Pemisahan limbah berbahaya dari semua tempat penghasil adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam kantong atau kontainer
yang
sama
untuk
penyimpanan,
pengangkutan
dan
pembuangan akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dalam penanganannya.
Ketentuan penanganan sampah rumah sakit (Danial, 2008): a. Tidak boleh penuh, kantong terisi 2/3 dan dibawa ke TPA.
1 1
b. Wadah kantong plastik diikat rapat dengan tali, diberi label dan dibuang dengan wadahnya. c. Label bertulis tempat penghasil sampah. d. Jangan mengeluarkan sampah dari wadahnya kegerobak sampah. 2. Penampungan Sampah biasanya ditampung di tempat produksi di tempat produksi sampah untuk beberapa lama. Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Sampah sebaiknya tidak dibiarkan di tempat penampungan terlalu lama. Kadang-kadang sampah juga diangkut langsung ke tempat penampungan blok atau pemusnahan. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam (Depkes RI, 2004) Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara memisahkan wadah/ tempat sampah untuk setiap jenis limbah
padat dengan
menggunakan
kantong berkode (umumnya
menggunakan kode warna). Pewadahan atau penampungan sampah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis wadah sesuai kategori sebagai berikut (Depkes RI, 2004) Tempat-tempat penampungan sampah hendaknya memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut (Depkes RI, 2004) : a. bahan tidak mudah karat ; b. kedap air, terutama untuk menampung sampah basah ;
1 2
c. bertutup rapat ; d. mudah dibersihkan ; e. mudah dikosongkan atau diangkut ; f. tidak menimbulkan bising ; g. tahan terhadap benda tajam dan runcing. Kantong plastik pelapis dan bak sampah dapat digunakan untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan. Kantong plastic tersebut membantu
membungkus
sampah
waktu
pengangkutan
sehingga
mengurangi kontak langsung mikroba dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat sehingga memberi rasa estetis dan memudahkan pencucian bak sampah. Penggunaan kantong plastik bermanfaat untuk sampah laboratorium. Ketebalan plastik disesuaikan dengan jenis sampah yang dibungkus agar petugas pengumpul yang selanjutnya dilakukan pengangkutan sampah tidak cidera oleh benda tajam yang menonjol dari bungkus sampah. 3. Pengumpulan Pengumpulan dilakukan setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah . Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman, sehingga memudahkan untuk dilakukannya penggumpulan (Depkes RI, 2004). Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang tidak menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurangkurangnya 1 x 24 jam. Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit
1 3
yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya sakit kecil mungkin cukup dengan pencuci manual, tetapi untuk rumah sakit besar mungkin 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang (Depkes RI, 2004). Hendaknya disediakan sarana untuk mencuci tempat
penampungan
sampah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk rumah perlu disediakan alat cuci mekanis. Pencucian ini sebaiknya dilakukan setiap pengosongan atau sebelum tampak kotor. Dengan menggunakan kantong pelapis dapat mengurangi frekuensi pencucian. Setelah dicuci sebaiknya dilakukan desinfeksi dan pemeriksaan bila terdapat kerusakan
dan
mungkin perlu diganti. 4. Pengangkutan Sebelum pengangkutan perlu dilakukan pengumpulan sampah
yang
dimulai dari tempat sumber dimana tempat tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ketempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya tempat pembuangan sampah sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan efisien (Mukono, 2006). Depkes RI (2002) menyatakan bahwa “Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal
1 4
berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke insinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan Eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternalmemerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut bangunan” (dalam Hapsari, 2010). Pengangkutan sampah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang (Depkes. RI, 2004). a. Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke insinerator, atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya: 1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat. 2) Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
1 5
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci. 4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus. 5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah. Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (bisa digolongkan dalam sampah medis) dapat data tampungan bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan. 1.Kereta Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam merencanakan pengangkutan perlu mempertimbangkan (Depkes. RI, 2004): a. Penyebaran tempat penampungan sampah b. Jalur jalan dalam rumah sakit c. jenis dan jumlah sampah d. jumlah dan tenaga dan sarana yang tersedia
Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan non medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan pemusnahannya. Kereta pengangkut hendaknya memenuhi syarat (Depkes. RI, 2004) : a. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air ; b. Mudah dibersihkan ; c. Mudah diisi dan dikosongkan.
1 6
BAB III TATA LAKSANA
3.1 Pengelolaan Sampah Padat Infeksius Pelaksanaan pengelolaan sampah padat infeksius di Rumah Sakit Raudhah Bangko adalah sebagai berikut: 1.
Petugas sanitasi menyediakan kantong plastik warna kuning yang diletakkan di dalam tong sampah tertutup di setiap unit pelayanan.
2.
Setelah kantong plastik terisi 2/3 bagian maka petugas CS akan mengangkutnya ke gudang CS dengan menggunakan APD (masker dan sarung tangan).
3.
Petugas IPS-RS akan mengangkut sampah infeksius dengan memakai APD (helm, masker, kacamata, sepatu bot dan sarung tangan)
3.2 Pengelolaan Limbah Cair Infeksius Limbah cair infeksius yang berasal dari kegitan medis Rumah Sakit Raudhah akan diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang di Badan Air. Tahapan proses pengolahan Air Limbah sebagai berikut:
1 7
1) Air limbah yang berasal air kegiatan laundry dialirkan ke bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa selanjutnya dialirkan ke bak pengumpul 2) Air limbah yang berasal dari domestik non toilet dialirkan ke tangki septik, selanjutnya air limpasannya (over flow) dialirkan ke bak pengumpul 3) Air limbah yang berasal dari laboratorium dialirkan ke proses pengolahan awal dengan cara pengendapan kimia dan air olahannya dialirkan ke bak pengumpul 4) Air limbah yang berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah dari sumber ke bak pengumpul dilakukan secara grafitasi sedangkan dari bak pengumpul ke system IPAL dilakukan secara pemompaan. Dari bak pengumpul air limbah dipompa ke bak pemisah minyak dan lemak. 5) Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang tersisa untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis. Selanjutnya limpahan dari pemisah lemak dialirkan ke bak equalisasi yang berfungsi bak penampung air limbah dan kontrol aliran. Air limbah di dalam bak equalisasi selanjutnya di pompa ke unit IPAL. 6) Didalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan ke dalam bak pengendap awal untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan juga berfungsi sebagai pengurai senyawa bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
1 8
7) Air limpasan dari bak pegendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Di dalam reaksi biofilter anaerob, penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbondioksida tanpa pemberian udara. 8) Air limpasan dari reaktor anaerob dialirkan ke reaktor biofilter aerobik, didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus dengan udara, setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organic yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. 9) Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir, sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke flow meter dan selanjutnya dialirkan ke chlorinator untuk membunuh mikroorganisme patogen dan setelah melalui chlorinator air dibuang ke saluran umum. Sebagian air olahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak bioindikator yang diisi ikan, selanjutnya air limpasan dialirkan ke chlorinator. Di dalam bak chlorinator ini air limbah dikontakan dengan senyawa chlor selanjutnya dibuang ke sungai atau saluran umum. IPAL di Rumah Sakit Raudhah Bangko terletak di B e l a k a n g r u ma h s a k i t . Dipinggir bak-bak instalasi pengolahan air limbah di tanam beberapa tanaman yang berfungsi sebagai penghasil oksigen
1 9
dan hiasan. Di IPAL ada alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. Di Rumah Sakit Raudhah Bangko pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan. 3.3 Limbah B3 Rumah Sakit Raudhah mempunyai tempat penyimpanan sementara limbah B3 yang terletak di daerah parkiran. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan, pengelolaan pembuangan limbah B3
di
Rumah
Sakit
Raudhah
menggunakan
pihak
ketiga
untuk
pemusnahannya.
2 0
BAB IV DOKUMENTASI
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS B3)
Sebelum Diberikan edukasi tentang penggunaan APD
Sesudah Edukasi Pemakaian APD
2 1