LampiranSuratKeputusanDirektur RS PTPN VIII Nomor :……………………… :……………………… Tanggal ;……………… ;………………
PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASSASSMENT (ICRA)
RUMAH SAKIT PTPN VIII 2017
BAB I DEFINISI
ICRA atau infection control risk assessment kini mulai populer di banyak rumahsakit di dalam negeri. Konsep ini sebenarnya sudah lama ada, namun belum banyak yang menerapkan. ICRA biasanya menjadi beban kerja panitia PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) di rumahsakit. Rumah sakit selain tempat mendapatkan bantuan kesehatan, juga merupakan tempat di mana banyak orang sakit berkumpul dan juga orang yang berpotensi menjadi bertambah sakit jika lingkungan tidak baik. Saat melakukan konstruksi, biasa nya partikel debu dan jamur yang tadinya menempel di dinding, lantai atau langit-langit dapat terlepas. Partikel ini berpotensi menimbulkan infeksi bagi mereka yang rentan.
Di sini ICRA memberikan bantuan sebagai alat untuk menilai seberapa besar potensi infeksi yang mungkin terjadi dari sebuah tindakan, dari yang sederhana seperti mengganti ubin atau memasang kabel telepon, hingga konstruksi berat seperti merombak ruang rawat inap. Dan dari nilai potensi tersebut, pemangku kebijakan di rumah sakit dapat menilai, tindakan apa saja yang diperlukan dalam melakukan pencegahan dari dampak buruk yang mungkin terjadi, dan seandainya tidak dapat dicegah, bagaimana agar dapat dikurangi.
Rumah sakit yang menerapkan system keselamatan pasien harus dapat mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko infeksi yang mungkin terja di di rumahsakit.
A. DEFINISI
ICRA/Infection Control Risk Assessment adalah proses-proses multidisiplin, terorganisasi, terdokumentasi yang setelah mempertimbangkan program dan populasi pasien sebuah fasilitas : 1. Fokus pada pengurangan risiko infeksi
2. Bertindak sepanjang tahap perencanaan, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas 3. Mengorganisasikan dan mempertimbangkan pengetahuan mengenai infeksi, agen infeksi dan perawatan lingkungan, membuat organisasi, mampu mencegah potensi kejadian yang tidak diharapkan
Tujuan dilakukan ICRA adalah : Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit dengan cara : 1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap : a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung b. Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan terhadap risiko infeksi (HAIs). 2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-UndangRepublik Indonesia No. 36 tahun 2009 TentangKesehatan 2. Undang-UndangRepublik Indonesia No.44 tahun 2009 TentangRumahSakit 3. UU No. 8 tahun 1999 TentangPerlindunganKonsumen 4. Kepres No.22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja 5. Permenkes No.1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit 6. KepMenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 7. KepMenkes No.1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RumahSakit 8. Keputusan Direktur Rumah Sakit PTPN VIII tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit PTPN VIII
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup ICRA di rumah sakit terbagi : a. b. c. d. e. f.
Asesmen Asesmen Asesmen Asesmen Asesmen Asesmen
Risiko Renovasi/Pembangunan Risiko setahun sekali Risiko pemberian obat IV Risko Sterilisasi dan Linen Risko Pembuangan Sampah Risiko pelayanan makanan dan permesinan
Asesmen risiko infeksi di rumah sakit terbagi dalam 2 hal : 1. Faktor Eksternal, yaitu : a. Terkait dengan komunitas b. Terkait dengan bencana c.
Persyaratan peraturan dan akreditasi
2. Faktor Internal, yaitu : a. Terkait pasien : 1) Karakteristik pasien 2) Usia pasien b. Terkait petugas : 1) Kebiasaan kesehatan perorangan. 2) Budaya keyakinan tentang penyakit menular 3) Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit 4) Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD, penanganan peralatan pasien, tehnik isolasi, dll) 5) Skrining yg tidak adekuat terhadap penyakit menular 6) Kejadian Needle Stik Injury c.
Terkait prosedur 1) Prosedur invasif yang dilakukan 2) Peralatan yang dipakai 3) Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan 4) Persiapan pasien yang memadai
5) Kepatuhan terhadap tehnik pencegahan yang direkomendasikan d.
Peralatan Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan: 1) Instrumen bedah 2) Prostesa 3) Pemrosesan alat sekali pakai 4) Pembungkusan kembali alat 5) Peralatan yang dipakai
e.
Lingkungan 1) Pembangunan 2) Kelengkapan peralatan 3) Pembersihan
f.
Pengobatan
g.
Sumberdaya
BAB III TATA LAKSANA
Metode dasar pelaksanaan managemen risiko adalah : OBSERVASI LAPORAN KEJADIAN DOKUMEN REVIEW PENGUKURAN MASALAH : 1. Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya 2. Risiko sampingan
Langkah-langkah pelaksanaan ICRA rumah sakit adalah : 1. ICRA HAIs a. Menentukan probabilitas Tingkat Risiko
Deskripsi
FrekuensiKejadian
0
Never
Tidak pernah
1
Rare
Jarang (Frekuensi 1-2x/tahun)
2
Maybe
Kadang (Frekuensi 3-4x/tahun)
3
Likely
Agak sering (Frekuensi 4-6x/tahun)
4
Expect it
Sering (Frekuensi> 6-12x/tahun)
b. Menentukan penilaian dampak risiko Tingkat
Deskripsi
Dampak
Risiko 1
Minimal clinical
Tidak ada cedera
2
Moderate
Cedera ringan, mis luka lecet
clinical
Dapat diatasi dengan P3K
Prolonged
Cedera sedang, mis luka robek
length of stay
Berkurangnya
3
fungsi
motorik/sensorik/psikologis/intelektual
(reversible). Tidak berhubungan dengan penyakit Setiap kasus yang memperpanjang perawatan 4
Temporer of function
loss
Cedera luas/berat, mis cacat, lumpuh Kehilangan
fungsi
motorik/sensorik/psikologis/
(irreversible). Tidak berhubungan dengan penyakit
intelektual
5
Catatropik
Kematian
yang
tidak
berhubungan
dengan
perjalanan
penyakit
c. MelihatSistem yang ada Tingkat
Deskripsi
Kegiatan
Risiko 1
Solid,
Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan
2
Good
Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan
3
Fair
Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilaksanakan
4
Poor
Peraturan ada, fasilitas tidak ada,tidak dilaksanakan
5
None
Tidak ada peraturan
Skor : Probabilitas x nilai dampak x nilai system yang ada
d. Menentukan prioritas Sebelum menetukan scoring harus dilakukan kajian risiko pencegahan dan pengendalian infeksi dengan menggunakan table (terlampir) Setelah didapatkan skor selanjutnya dimasukan kedalam table prioritas ICRA untuk menentukan analisa selanjutnya.
Prioritas ICRA Jenis No
Kelompok Risiko
Skor
Prioritas
Tujuan
Tujuan
Umum
Khusus
Strategi
Evaluasi
Progress/ analisa
2. ICRA Renovasi Melalui beberapa tahapan yaitu : a. Pre Renovasi 1) Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagianTehnik, Panitia PPI RS, K3RS dan Unit Sanitasi dan vendor 2) Panitia PPI RS melakukan pengkajian resiko dan membuat izin renovasi 3) Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan Panitia PPI RS, K3RS dan Unit Sanitasi Lingkungan memberikan edukasi kepada pihak perencana dan pelaksana proyek 4) Sebelum pelaksanaan pembangunan/renovasi dan pembongkaran bangunan, pihak pelaksana proyek harus menutup area kerja, Panitia PPI RS akan memastikan denga n cek list” Renovasi bagunan “ dan memastikan kontraktor memasang informasi bahwa area
tersebut sedang ada pembangunan/renovasi dan pembongkaran bangunan sesuai standar K3RS dan PPI 5) Selama proses pembangunan pelaksana proyek wajib mengenakan APD sesuai K3. 6) Setelah pembangunan selesai Panitia PPI RS melakukan evaluasi kembali melalui cek list renovasi bangunan b. SelamaRenovasi Selama dalam proses pembangunan, Tim pengawas proyek ( Bagian Tehnik, Tim PPIRS, HSE dan
Sanitasi Lingkungan ) melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai surat kesepakatan bersama antara lain : - Pengumuman adanya proses renovasi - Pemantauan aliran udara - Pemantauan area sekitar renovasi ( bebas debu, puing, dll ) - Pembersihan rutin - Pembersihan akhir secara keseluruhan
c. Post renovasi d. Menentukan aktifitas konstruksi berdasarkan tipe : Tipe aktivitas ditentukan dengan :
Banyaknya debu yang ditimbulkan
Potensial terjadinya pencemaran udara
Lama pekerjaan konstruksi
Jumlah system pendingin ruangan dan ventilasi yang terpadu
Ada 4 tipe Aktifitas 1. Aktifitas Tipe A
1) Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual (terbatas untuk 1 ubin per 5m 2); 2) Pengecatan (tetapi bukan pengamplasan); 3) Instalasi penutup dinding 4) Pekerjaan listrik; pekerjaan pipa saluran air yang ringan; 5) Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual. 2. Aktifitas Tipe B
1) Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat menghasilkan debu minimal 2) Instalasi telepon dan kabel computer 3) Akses untuk keruangan 4) Memotong dinding atau langit-langit dimana migrasi debu dapat dikontrol 3. Aktifitas Tipe C
1) Pengamplasan dinding untuk mengecat atau memasang lapisan dinding 2) Pengangkatan lapisan lantai/ wallpaper , plafon, dan casework 3) Konstruksi dinding baru, 4) Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
5) Kegiatan perkabelan yang banyak. 6) Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan builtin atau rakitan,
4. Aktifitas Tipe D
1) Penghancuran mayor dan proyek bangunan 2) Termasuk, tapi tidak terbatas pada : a) aktivitas
yang
membutuhkan
kerja
shift
yang
berkelanjutan b) membutuhkan penghancuran besar atau pengangkatan system kabel yang lengkap c) konstruksi baru e. Menentukan kelompok risiko 1) Risiko rendah 2) Risiko sedang 3) Risiko sedang tinggi 4) Risiko tinggi Pembagian area risiko Kelompok 1/risiko rendah
Kelompok 2/ risiko sedang
Kelompok 3/risiko sedang
Kelompok 4/risiko tinggi
tinggi -Area kantor
- UGD
- Area klinis
tidak tercakup dalam Grup
- Radiology
- Pharmacy Admixture –
resiko rendah yang tidak
3/4
- Recovery Rooms
Ruang bersih
terdaftar dimanapun
- Laundry
- Ruang Maternitas / VK
- Kamar Operasi
- Kantin
- Kamar bayi
- Departemen Proses
- Dietary
- Pediatrics (kecuali yang
Sterilisasi
- Manajemen Material
tertulis di Grup 4)
- Kamar prosedur invasif
- PT/OT/Speech
- Farmasi
pasien rawat jalan
- Penerimaan/Pemulangan
- Dialisis
- Area Anastessi & pompa
-Tanpa
-Perawatan pasien/area
-
pasien
dan
Laboratorium
tidak
spesifik seperti Grup 3 -
KoridorUmum
(yang
dilewati pasien, suplai, dan linen)
jantung
f. Menentukan level ICRA Ditentukan berdasarkan table antara Tipe Pekerjaan Konstrusi dan Kelompok Risiko Bangunan Level RisikoInfeksi
TIPE A
TIPE B
TIPE C
TIPE D
Risiko rendah
Kelas I
Kelas II
Kelas II
Kelas III/IV
Risiko sedang
Kelas I
Kelas II
Kelas II
Kelas IV
Risiko sedang tinggi
Kelas I
Kelas II
Kelas III/IV
Kelas IV
Risiko tinggi
Kelas II
Kelas III/IV
Kelas III/IV
Kelas IV
g. Melaksanakan kegiatan dengan melihat pedoman control infeksi konstruksi Kelas I
- Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari lokasi konstruksi.
- Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin Kelas II
- Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam atmosfer. - Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban. - Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan.
- Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA. - Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
- Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan. - Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
Kelas III
- Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
- Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai. - Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.
- Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan secara menyeluruh.
- Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
- Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran & debris yg terkait dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
- Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebel um
dipindahkan
- Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
- Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
Kelas IV
- Isolasi sistem HVAC pd lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk - mencegah kontaminasi sistem saluran.
- Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai. - Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter HEPA / metode lain u/ mempertahankan tek neg. Keselamatan publik a/ memonitor tek udara.
- Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu - Buat ruang serambi/anteroom & pastikan semua personil u/ melewati ruangan ini. Pel basah /vacuum dg HEPA setiap hari.
- Selama pembongkaran, u/ kerja yg menghasilkan debu / pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai & baju harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika meninggalkan area kerja.
- Jangan menghilangkan barier dr area kerja sampai proyek selesai dibersihkan scr menyeluruh.
- Buang material barier dg hati2 u/ meminimalkan penyebaran kotoran & debris yg terkait dg konstruksi
- Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
- Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
- Tempatkan keset di pintu masuk & keluar dr area kerja & diganti /dibersihkan ketika sdh tdk efektif.
- Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan membersihkan debris setiap hari.
- Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai. - Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek - Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
h. Melakukan pemantauan udara Dapat
dilakukan
dengan
pengamatan
pemeriksaan kultur jamur udara
mata
kasar
atau
dengan
Kultur Jamur Udara Disarankan kriteria :
-
0-2 CFU / m³
: OK
-
> 2-4 CFU / m³
: reclean & tes ulang
-
> 4-10 CFU / m³ : menyelidiki, reclean & tes ulang
BAB IV DOKUMENTASI
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit maka pihak rumah sakit harus dapat melakukan assesmen control risiko infeksi (ICRA) terhadap risiko infeksi yang ada di rumah sakit baik risiko infeksi HAIs maupun ICRA renovasi rumah sakit. Kegiatan ICRA ini didukung dengan pencatatan pada dokumen yang sudah disesuaikan dengan standar yang berlaku. Dimulai dari rapat koordinasi dengan Layanan tehnik, HSE, Panitia PPIRS, kemudian dibuat kajian ICRA dan pelaksanaan ICRA renovasi atau pemeliharaan atau
perbaikan
kontruksi
menggunakan
Formuli
rkajian
ICRA,
Checklist
PraKontruksi, checklist Post Konstruksi dan pemantauan ICRA terutama dampak debu secara pengamatan kasar atau jika mungkin mengukur udara dengan suatu alat tertentu. Sedangkan ICRA HAIs menggunakan formulir tertentu yang meliputi menentukan probabilitas, dampak risiko, system yang ada dan prioritas ICRA HAIs
Ditetapkan di: Subang Pada tanggal: ……………….. RUMAH SAKIT PTPN VIII Direktur,
Dr.H.Yep Ruchiat,MH.Kes