OEDEMA DAN DEHIDRASI
A. DEFINISI Edema adalah timbunan cairan bebas secara menyeluruh. Dikatakan piting edema jika terdapat edema pada tungkai bawah dan dikatakan generalisata jika didapat kenaikan berat badan itu melebihi 0,5 kg/minggu, kg/minggu, 2 kg/bulan, atau 13 kg kg selama kehamilan. Edema menurut Arthur C. Guyton adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh, tetapi biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki. Edema menurut Ida Bagus Gede Manuaba adalah peningkatan cairan interstisil dalam beberapa organ. Umumnya jumlah cairan interstisil, yaitu keseimbangan homeostatis. Peningkatan sekresi cairan ke dalam interstisium atau kerusakan pembersihan cairan ini juga dapat menyebabkan edema. B. GAMBARAN KLINIS Edema menurut Arthur C. Guyton menunjukkan adanya cairan berlebihan pada jaringan tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartemen cairan estraselular, tapi juga dapat melibatkan cairan intracelular. (Menurut buku ajar fisiologi kedokteran). 1) Edema Intraseluler Terjadinya pembengkakan intraseluler, karena dua kondisi, yaitu : 1. Depresi sistem metabolik jaringan 2. Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat Bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrisi berkurang. Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. terte kan. Bila ini terjadi, ion i on natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi di pompa keluar dari sel, dan kelebihan natrium dalam sel menimbulkan osmosis air dalam sel, sehingga edema dapat terjadi pada jaringan yang meradang.
2) Edema Ekstraseluler Edema ini terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ekstraseluler. Terjadinya pembengkakan ekstraseluler, karena dua kondisi kondisi yaitu : 1. Kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi kapiler. 2. Kegagalan limpatik untuk mengembalikan cairan dari interstisiuim ke dalam darah. Penyebab klinis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi cairan kapiler yang berlebihan. Ketika terjadinya edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga potensial, cairan edema biasanya juga akan terkumpul di rongga potensial, yang disebut efusi. Rongga abdominal merupakan tempat paling mudah untuk terjadinya penggumpalan cairan efusi, dan pada keadaan ini, efusi disebut ASITES. Rongga potensial lainnya, seperti rongga pleura, rongga perikardial, dan rongga sendi, dapat sangat membengkok bila ada edema bersifat negatif sama seperti yang dijumpai pada jaringan subkutan jarang yang juga bersifat negatif (subatmosferik). Contoh, tekanan hidrostatik cairan interstisial besar 7-8 mmHg dalam rongga pleura, 3-5 mmHg dalam rongga sendi, dan 5-6 mmHg dalam rongga perikardial (menurut www. Google.co.id).
Selain pada edema perifer, edema dapat terjadi pada organ-organ tertentu, yaitu antara lain : 1. Edema pada otak Salah satu komplikasi yang paling serius dari abdormalitas hemodinamika serebral dan dinamika cairan adalah terbentuknya edema otak. Karena otak berada di dalam ruang yang padat, maka akumulasi cairan cair an edema akan mengkompresi pembuluh darah, seringkali secara s ecara serius menyebabkan penurunan aliran darah dan kerusakan jaringan otak. Edema otak menurut Arthur C. Guyton disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler yang hebat dan kerusakan dinding kapiler. Salah satu penyebab meningkatnya tekanan kapiler adalah peningkatan tekanan darah arteri serebral secara tiba-tiba hingga mencapai nilai yang terlalu tinggi. 2. Edema pada paru Edema paru menurut Arthur C. Guyton terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan tekanan cairan interstisial paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan bebas. Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli, jika edema ini menjadi cukup berat, dapat menyebabkan kematian karena mati lemas (Sufokasi). (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran) 3. Edema pada vulva Edema pada daerah ini berhubungan dengan varises vena vulva dan edema ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Edema ini lebih sering dijumpai pad pre eklamsi. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid sifilitikum (ulkus durum). (Dikutip dari buku obstetri fisiologi) C. ETIOLOGI Penyebab edema pada ibu bersalin yaitu sebagai berikut : 1. Disebabkan oleh gagal jantung Pada gagal jantung, jantung gagal memompa darah secara normal dari vena ke dalam arteri. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler, menyebabkan filtrasi kapiler makin bertambah. Apabila gagal jantung yang tidak diobati, semua faktor bekerja sama membentuk edema ekstraseluler generalisata yang hebat. Ibu hamil dengan gagal jantung kanan yang bermakna, normalnya darah dipompa ke paru-paru oleh jantung kanan tetapi darah tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis ke jantung kiri karena bagian kiri karena bagian ini sangat lemah sehingga menyebabkan ibu mengalami edema paru berat. (dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
2. Disebabkan oleh refensi garam dan air oleh ginjal Tekanan arteri cenderung turun, menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal yang meningkatkan tekanan hidrostastik kapiler sehingga edema makin bertambah. Kebanyakan garam dan air, bocor dari darah masuk ke rongga interstisial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi akibat peningkatan volume darah. Ibu hamil yang menderita glomerulonefritis, dimana glomerulus ginjal cedera karena gagal untuk menyaring cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami edema cairan ekstraseluler yang serius di seluruh tubuh bersamaan dengan edema, ibu tersebut biasanya menderita hipertensi berat. (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
Selain pada edema perifer, edema dapat terjadi pada organ-organ tertentu, yaitu antara lain : 1. Edema pada otak Salah satu komplikasi yang paling serius dari abdormalitas hemodinamika serebral dan dinamika cairan adalah terbentuknya edema otak. Karena otak berada di dalam ruang yang padat, maka akumulasi cairan cair an edema akan mengkompresi pembuluh darah, seringkali secara s ecara serius menyebabkan penurunan aliran darah dan kerusakan jaringan otak. Edema otak menurut Arthur C. Guyton disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler yang hebat dan kerusakan dinding kapiler. Salah satu penyebab meningkatnya tekanan kapiler adalah peningkatan tekanan darah arteri serebral secara tiba-tiba hingga mencapai nilai yang terlalu tinggi. 2. Edema pada paru Edema paru menurut Arthur C. Guyton terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan tekanan cairan interstisial paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan bebas. Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli, jika edema ini menjadi cukup berat, dapat menyebabkan kematian karena mati lemas (Sufokasi). (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran) 3. Edema pada vulva Edema pada daerah ini berhubungan dengan varises vena vulva dan edema ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Edema ini lebih sering dijumpai pad pre eklamsi. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid sifilitikum (ulkus durum). (Dikutip dari buku obstetri fisiologi) C. ETIOLOGI Penyebab edema pada ibu bersalin yaitu sebagai berikut : 1. Disebabkan oleh gagal jantung Pada gagal jantung, jantung gagal memompa darah secara normal dari vena ke dalam arteri. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler, menyebabkan filtrasi kapiler makin bertambah. Apabila gagal jantung yang tidak diobati, semua faktor bekerja sama membentuk edema ekstraseluler generalisata yang hebat. Ibu hamil dengan gagal jantung kanan yang bermakna, normalnya darah dipompa ke paru-paru oleh jantung kanan tetapi darah tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis ke jantung kiri karena bagian kiri karena bagian ini sangat lemah sehingga menyebabkan ibu mengalami edema paru berat. (dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
2. Disebabkan oleh refensi garam dan air oleh ginjal Tekanan arteri cenderung turun, menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal yang meningkatkan tekanan hidrostastik kapiler sehingga edema makin bertambah. Kebanyakan garam dan air, bocor dari darah masuk ke rongga interstisial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi akibat peningkatan volume darah. Ibu hamil yang menderita glomerulonefritis, dimana glomerulus ginjal cedera karena gagal untuk menyaring cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami edema cairan ekstraseluler yang serius di seluruh tubuh bersamaan dengan edema, ibu tersebut biasanya menderita hipertensi berat. (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
3. Disebabkan oelh penurunan protein plasma Penurunan konsentrasi protein plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein dalam jumlah yang cukup maupun karena kebocoran protein yang menimbulkan penurunan tekanan osmotik koloid plasma. Apabila ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi protein akan mengakibatkan peningkatan kapiler di seluruh tubuh sehingga terjadi, edema ekstraseluler dan dapat mengakibatkan malnutrisi protein. (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran) 4. Disebabkan oleh tekanan dari rahim Tekanan ini yang membesar pada vena-vena panggul, pada wanita hamil, vena pelvis tertekan oleh berat badan yang semakin membesar, sehingga ekstrinitas bawah menopang berat badan tersebut. (Dikutip dari Buku Obstetri Fisiologi) 5. Disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler a. Peningkatan reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun lainnya. b. Toksin c. Infeksi bakteri d. Difisiensi vitamin, khususnya vitamin C e. Iskemia yang lama. D. PENCEGAHAN / PENATALAKSANA PENATALAKSANAAN AN Edema pada persalinan menurut Ida Bagus Gede Manuaba dapat dicegah atau diobati, yaitu sebagai berikut : 1. Istirahat yang cukup Pada saat istirahat/tidur, kaki ditinggikan 2. Diit Penggunaan garam dikurangi 3. Dapat diberikan sedativa atau obat-obat antihypertensif (apabila oedema terus berlanjut). Faktor lain yang dapat mencegah edema menurut Arthur C. Guyton yaitu sebagai berikut : 1. Faktor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada tekanan negatif besarnya sekitar 3 mmHg. 2. Faktor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mmHg. 3. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari ruang interstisial adalah 7 mmHg. Mekanisme Edema Gagal jantung – jantung – curah curah jantung – jantung – perpusi perpusi ginjal – ginjal – hipoferpusi – hipoferpusi – renin – renin – aldosteron – aldosteron – reabsorpsi reabsorpsi air dan natrium meningkat – meningkat – retensi(tahanan) retensi(tahanan) Na – Na – meningkat meningkat vol plasma plasma – – transidasi transidasi (perpindahan) – (perpindahan) – Edema Edema Mekanisme Edema Mekanisme Edema Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai e dema. Penyebab edema berkaitan dengan mekanisme pembentukan edema itu sendiri yang dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum yaitu sebagai berikut: 1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan men yebabkan penurunan tekanan osmotic plasma.penurunan ini menyebabkan menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian ter dapat cairan tambahan yang tertinggal diruang – diruang – ruang ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit penyakit ginjal ; penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang
mengandung protein ; atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas . 2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran pori – pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi. Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera ( misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran) . 3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena – vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah. 4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluransaluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar li mfe selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema hebat. Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah. Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran bahan bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah. Dampak Edema Edema biasanaya akan lebih tampak pada jaringan lunak yang renggang misalnya pada jaringan subcutis dan pada paru-paru. Biasanya akan mengakibatkan pembengkakan dan tekanan pada jaringan tersebut rendah, seperti pada daerah sekitar mata dan alat kelamin luar. Kulit diatasanya biasanya menjadi renggang. Bila diatas daerah ters ebut ditekan, Maka cairan akan terdorong dan pindah dari temapt tersebut dan meninggalkan cekungan pada tempat tekanan tersebut disebut dengan (pitting edema). Untuk penampakan secara mikroskopik dapat terlihat pada sel akan mengalami: • Serabut jaringan ikat akan terpisah jauh dengan cairan • Warna cairan merah muda atau homogen, atau sedikit lebih merah. Tergantung pada banyaknya protein Edema pada organ otak dapat menjadi masalah klinik yang dapat menyebabkan kematian, Sebagai akibat peningkatan masa subtansi otak yang menyebabkna penonjolan tonsil serebelum ke dalam foramen magmum atau menyebabkan penghentian pasokan darah ke dalam batang otak. Pada akhirnya suplai oksigen akan terhenti, sehingga dapat menimbulkan kematian.
Edema pada paru-paru dapat mengakibatkan terlihat alveolus-alveolus tampak terisi oleh cairan merah sega atau bergranula. Cairan tersebut akan mengganggu fungsi perfusi. Pada stadium lanjut apabila timbunan cairan tersebut terjadi pada ruang alveoli, Maka keadaan ini merupakan medium yang memungkinkan infeksi bakteri. A. Peran / Manfaat / Kegunaan / Fungsi Cairan Tubuh Manusia Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang. Fungsi cairan tubuh antara lain : 1- Mengatur suhu tubuh Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik. 2- Melancarkan peredaran darah Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung. 3- Membuang racun dan sisa makanan Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan. 4- Kulit Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh. 5- Pencernaan Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar. 6- Pernafasan Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca. 7- Sendi dan otot Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan. 8- Pemulihan penyakit Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang. B. Hilangnya Cairan Tubuh Manusia Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat : a. Normal Hal tersebut terjadi akibat pemaakaian energi tubuh. Kehilangan cairan sebesar 1 ml terjadi pada pemakaian kalori sebesar 1 kal. b. Abnormal Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu lingkungan yang terlalu tinggi atau rendah.
Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saat dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ tubuh lainnya. C. Gejala Dehidrasi Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya : - Dehidrasi ringan Muka memerah Rasa sangat haus Kulit kering dan pecah-pecah Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya Pusing dan lemah Kram otot terutama pada kaki dan tangan Kelenjar air mata berkurang kelembabannya Sering mengantuk Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang - Dehidrasi sedang Tekanan darah menurun Pingsan Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung Kejang Perut kembung Gagal jantung Ubun-ubun cekung Denyut nadi cepat dan lemah - Dehidrasi Berat Kesadaran berkurang Tidak buang air kecil Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan D. Mengembalikan Cairan Tubuh Yang Hilang Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari : - Air putih yang higienis/air mineral Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida. - Air berion Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat. - Jus buah Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali
lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh. Jadi, sebelum Anda bermasalah dengan cairan tubuh, jagalah kadar air dalam tubuh Anda. DEHIDRASI PENGERTIAN Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter. Penting diketahui perubahan fisiologi pada usia lanjut. Secara umum, terjadi penurunan kemampuan homeostatik seiring dengan bertambahnya usia. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap vasopresin. DIAGNOSIS Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat: tidak menggunakan obat – obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan hipertensi portal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom nefrotik). PEMERIKSAAN PENUNJANG • Kadar natrium plasma darah • Osmolaritas ser um •Ureum dan kreatinin darah • BJ urin • Tekanan vena sentral (central venous pressure) TERAPI Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara berkala sesuai kebutuhan. Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24 jam (30ml/kg berat badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit cairan sehari, termasuk jumlah insensible water loss sangat perlu
dilakukan setiap hari. Perhatikan tanda – tanda kelebihan cairan seperti ortopnea, sesak napas, perubahan pola tidur, atau confusion. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi. • Dehidrasi hipertonik: cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur •Dehidrasi isotonik: cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang mengandung sodium (jus tomat), juga dapat diberikan larut isotonik yang ada dipasaran • Dehidrasi hipotonik cairan yang dianjurkan seperti di atas teta pi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan enternal, dapat diberikan rehidrasi parental. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus: Defisit cairan (litar) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan – CBT saat ini CBT yang diinginkan = CBT yang diinginkan = kadar na serum X CBT saat ini 140 CBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (kg) CBT saat ini (perempuan) = 45% berat badan (kg) jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan Na Cl 0,9% atau dekstrosa 5 % dengan kecepatan 25 – 30 % dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik. KOMPLIKASI Gagal ginjal, sindrom delirium akut PROGNOSIS Dubia ad bonam WEWENANG Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Geriatri UNIT YANG MENANGANI Devisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam UNIT TERKAIT Divisi di Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang terkait dengan keterlibatan etiologi dehidrasi, Bidang Keperawatan Gagal Ginjal Kronik Definisi Gagal ginjal kronik yaitu penurunan fungsi ginjal sehingga kadar kreatinin serum lebih dari 2 atau 3 kali nilai normal untuk anak dengan jenis kelamin dan usia yang sama, atau bila laju filtrasi glomerulus <30 ml/menit/1,73 m2 sekurang-kurangnya selama 3 bulan. Penyebab 50% pasien gagal ginjal anak riwayat tidakjelas.
Diagnosa Klinik Gejala gagal ginjal kronik tidak spesifik seperti sakit kepala, lelah, letargi, gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, polidipdi, poliuri, jumlah urin berkurang dan edema. Diagnosa Penunjang 1. Peningakatan ureum dan kreatinin 2. Penurunan laju filtrasi glomerulus (Rumus Schwartz)
K x Tinggi Badan (cm) Kretainin Plasma (mg/dl) Keterangan: Neonatus sampai 1 tahaun k = 0,45 Anak sampai 13 tahun k = 0,55 Remaja 13 – 21 tahun Perempuan k = 0,45 Laki-laki k=0,7 3. Proteinuria, hematurias dan leukosituria 4. Darah tepi menunjukan gambaran anemia normokromik normositik 5. Asidosis metabolic pada hasil AGD 6. Ketidakseimbangan elektrolit: Hiper/hiponatremi, hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia. 7. Rontgen: edem paru dan pembesaran jantung, dan dapat terjadi ostedistrofi. Terapi Tujuan terapi adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab dan berbagai keadaan yang memperburuk gagal ginjal harus segera dikoreksi.
Diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani dialisa. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dal am darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrozil. Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi. Makanan kaya kalium harus dihindari. Hiperkalemia (tingginya kadar kalium dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko terjadinya gangguan irama jantung dan cardiac arrest. Jika kadar kalium terlalu tinggi, maka diberikan natrium polisteren sulfonat untuk mengikat kalium, sehingga kalium dapat dibuang bersama tinja. Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacangan dan minuman ringan). Bisa
diberikan obat-obatan yang bisa mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat dan alumunium hidroksida. Anemia terjadi karena ginjal gagal menghasilkan eritropoeitin dalam jumlah yang mencukupi. Eritropoietin adalah hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah. Respon terhadap penyuntikan poietin sangat lambat. Transfusi darah hanya diberikan jika anemianya berat atau menimbulkan gejala. Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara waktu bisa diatasi dengan transfusi sel darah merah atau platelet atau dengan obat-obatan (misalnya desmopresin atau estrogen). Tindakan tersebut mungkin perlu dilakukan setelah penderita mengalami cedera atau sebelum menjalani prosedur pembedahan maupun pencabutan gigi. Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan dan natrium. Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natrium atau diberikan diuretik (misalnya furosemid, bumetanid dan torsemid). Hipertensi sedang maupun hipertensi berat diatasi dengan obat hipertensi standar. Jika pengobatan awal untuk gagal ginjal tersebut tidak lagi efektif, maka dilakukan dialisa jangka panjang atau pencangkokan ginjal. Pustaka 1. Hardiono, D. 2004. Standar Pelayanan Medik Kesehatan Anak Edisi I 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2. Medicastore.com 1.
.
Manusia , Alat ekskresi manusia terdiri dari ginjal,kulit, hati, dan paru-paru. 1. Ginjal Fungsi ginjal adalah untuk mengekskresikan zat sisa, mengatur volume plasma darah dan jumlah air dalam tubuh, untuk menjaga tekanan osmosis dalam tubuh, dan mengatur pH plasma dan cairan tubuh. Dalam proses pembentukan urin, terdapat 3 tahapan yaitu proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Dalam proses filtrasi, akan terjadi perpindahan cairan dari glomerulus ke kapsula bowman melalui membran filtrasi, dan hasil dari proses ini adalah urin primer. Urin primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. Proses yang kedua ialah proses reabsorbsi, proses ini dibagi jadi 3 macam yakni reabsorbsi air, reabsorpsi zat tertentu, dan reabsorpsi zat yang diperlukan tubuh. A) Reabsorpsi air dibagi jadi 2 macam, reabsorpsi air yang terjadi di tubulus kontortus proksimal dengan cara osmosis disebut dengan reabsorpsi obligat, sedangkan yang terjadi di tubulus kontortus distal disebut dengan reabsorpsi fakultatif, yaitu reabsorpsi yang terjadi tergantung kebutuhan. B) Reabsorpsi zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. P ada umunya zat yang penting direabsorpsi secara transpor aktif. C) Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh dilakukan secara aktif. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh adalah protein, asam amino, glukosa, asetoasetat, dan vitamin.
Zat-zat diatas akan direabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle.
Proses terakhir ialah augmentasi. Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat tertentu yang sudah tidak dibutuhkan tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Proses ini akan menghasilkan urin. Dan urin yang sudah terbentuk akan disimpan sementara di kantung kemih lalu dibuang melalui uretra. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan urin adalah a) Hormon antidiuretik(ADH) fungsinya adalah untuk menjaga tekanan osmotik dalam tubuh, jadi apabila tubuh sedang dehidrasi maka ADH akan disekresi lebih banyak sehingga mengakibatkan urin yang dihasilkan sedikit dan lebih pekat. b) Hormon insulin fungsinya adalah untuk mengatur kadar gula dalam darah. Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah sehingg a kadar gula dalam darah akan tinggi dan mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal sehingga urin masih mengandung glukosa. c) Jumlah air yang diminum, semakin banyak seseorang meminum air, maka sekresi ADH berkurang, konsentrasi air dalam darah meningkat sedangkan konsentrasi protein dalam darah menurun sehingga menyebabkan filtrasi jadi berkurang, keadaan ini akan membuat urin yang dihasilkan banyak dan encer. Berikut ini merupakan gangguan dan kelainan pada ginjal a) Gagal ginjal merupakan gangguan yang terjadi pada fungsi ginjal. Gagal ginjal yang akut bisa menyebabkan nefritis, perdarahan dan fungsi ginjal berhenti secara tiba-tiba. Gejala umumnya ialah terhentinya proses pembentukan urin yang disebut anuria. Gejala ini dapat membahayakan karena dapat menyebabkan uremia yaitu terbawanya urin ke dalam aliran darah yang bisa mengakibatkan penimbunan air pada kaki dan pembengkakan, demikian juga dengan organ tubuh yang lain. b) Nefritis adalah peradangan nefron karena bakteri streptococcus yang masuk melalui saluran pernafasan. Akibatnya protein yang masuk bersama urin primer tidak dapat disaring sehingga akan ikut dibuang bersama urin. Biasanya terjadi pada orang lanjut usia
dengan gejala tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah dalam ginjal, dan rusaknya glomerulus atau tubulus. c) Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan karena kelenjar hipofisis gagal mensekresikan ADH sehingga ekskresi urin meningkat. Penderita penyakit ini akan mengekskresikan urin sebanyak 12-15 liter per hari sedangkan pada umumnya seseorang hanya akan mengekskresikan 4-6 liter urin per hari. d) Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh karena turunnya produksi hormon insulin oleh pankreas sehingga menyebabkan terdapatnya glukosa dalam urin. e) Albuminaria adalah penyakit yang disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan pada alat filtrasi pada ginjal sehingga protein dapat lolos pada proses filtrasi. Akibatnya terdapat molekul albumin dan protein lain dalam urin. f) Kencing batu ialah terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium dan penimbunan asam urat sehingga membentuk kalsium karbonat pada ginjal atau saluran urin sehingga mengakibatkan kesulitan saat pengeluaran urin. Penyakit yang disebabkan karena faktor hormon dan jika seseorang jarang minum atau sering menahan kencing. 2. Paru-paru Berperan dalam mengeksresikan sisa-sisa hasil metabolisme berupa karbon dioksida dan air dalam untuk uap air. 3. Hati Fungsi hati dalam sistem ekskresi adalah menghasilkan empedu secara terus menerus yang ditampung di kantung empedu. Empedu berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, berperan pda reabsorpsi lemak dalam usus halus, mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air, dan pembentukan urea.
4. Kulit
Fungsi ekskresi kulit adalah untuk mengeluarkan keringat. Berdasarkan strukturnya kulit dibagi jadi 2 yaitu epidermis dan dermis. Manusia melakukan proses metabolisme untuk melangsungkan kehidupan. Metabolisme akan menghasilkan zat-zat sisa. Namun apakah sisa-sisa metabolisme baik jika diakumulasikan dalam tubuh? Jawabannya adalah tidak, sisa-sisa metabolisme harus dibuang. Sistem yang berperan dalam mengeluarkan sisa-sisa metabolisme adalah sistem sekresi. Sistem sekresi sangat berperan dalam menjaga homeostatis tubuh dengan cara osmoregulasi. Sistem sekresi terdiri dari ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Keempat organ tersebut saling mempengaruhi dan mengeluarkan air, tetapi setiap organ mengeksresikan zat-zat yang berbeda. Ginjal merupakan organ yang terpenting dalam sistem sekresi. Ginjal berguna: Untuk mengeksresikan beberapa zat seperti urea, kreatinin, keratin, asam urat dan zat yang lain yang bersifat racun.
Mengatur volume plasma darah dan cairan dalam tubuh Menjaga tekanan osmosis dengan mengatur konsentrasi garam dalam tubuh Mengatur pH plasma dan cairan dalam tubuh dengan mensekresikan urin yang bersifat basa atau urin yang bersifat basa. Menjalankan fungsi hormon dengan menghasilkan 2 macam zat seperti renin dan eritoprotein yang diduga memiliki fungsi endokrin
Struktur Ginjal
Ginjal terdiri dari korteks, medula dan pelvis. Lalu ginjal mempunyai nefron sebagai untsur fungsional dan struktural terkecil. Ginjal memiliki berjuta-juta nefron, di setiap nefron terdapat badan malpighi yang mengandung glomerulus dan ditutup oleh kapsula bowman, serta setiap nefron memiliki saluran. Nefron dibagi menjadi 2 macam yaitu unsur pembuluh dan unsur epitel. Pada bagian unsur epitel terdiri arterial, glomerulus, arterial eferen dan kapiler tubular. Sedangkan pada bagian unsur epitel terdiri dari tubulus kontortus proksimal, lengkung henle ( lengkungan kebawah atau keatas), tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul atau tubulus kolektifus dan kapsula bowman. Selanjutnya pada medula terdapat piramida dan piala yang banyak mengandung pembuluh pembuluh untuk mengumpulkan hasil eksresi. Pembuluh tersebut berhubungan dengan ureter yang akan bermuara ke kantung kemih atau vesica urinaria. Setelah ditampung dalam kantung kemih untuk sementara, maka urin akan dikeluarkan melalui saluran bernama uretra. Nefron terdiri dari 2 macam yaitu nefron jukstamedula dan nefron korteks. Nefron korteks terletak di bagian korteks yang ditandai dengan lengkung henle yang pendek. Untuk nefron jukstamedula ciri-cirinya terdapat glomerulus pada bagian korteks namun lengkung henlenya menjulur hingga ke medula.
Proses Pembentukan Urin
Pembentukan urin terjadi pada organ ginjal dengan 3 tahap yaitu Filtrasi(penyaringan), Reabsorpsi( penyerapan kembali) dan Augmentasi ( Penambahan zat yang tidak dapat disimpan lagi). 1. Filtrasi Perpindahan cairan dari glomerulus ke kapsula bowman melalui mebran filtrasi . Membran filtrasi terdiri dari membran basiler(bagian yang mempermudah proses filtrasi), sel endotelium glomerulus dan epitel kapsula bowman. Trombosit, sel-sel darah dan sebagian besar protein plasma disaring pada bagian glomerulus. Pada kedaan normal urin tidak mengandung ertirosit namun mengandung 0.03% protein. Urin primer mengandung glukosa, garam-garam, naturium dan asam amino. 1. Reabsorpsi Perpindahan carian dari tubulus renalis menuju pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitarnya. Pada proses reabsorbsi terjadi penyerapan zat-zat makanan penting bagi tubuh dalam urin primer, juga penyerapan-penyerapan garam-garam anorganik yang penyerapannya dilakukan berdasarkan kebutuhan tubuh/kadar zat di dalam plasma. Setelah terjadi proses reabsorpsi maka urin tidak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh lagi (urin sekunder). Reabsorpsi dilakukan dengan 3 cara berdasarkan zat yang diserapnya yaitu reabsorbsi air, reabsorpsi zat-zat tertentu dan reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh. 1. Reabsorpsi air: Penyerapan air yang dilakukan oleh tubulus proksimal dengan cara osmosis disebut reabsorpsi obligat. Penyerapan yang dilakukan oleh tubulus kontortus distal disebut reabsorbpsi fakultatif yaitu penyerapan air sesuai dengan kebutuhan. Jika kekurangan cairan dalam darah maka tubulus kontortus akan menyerap air sehingga tidak terbuang, sebaliknya jika tubuh tidak membutuhkan air maka reabsorpsi tidak dilakukan.Reabsorbsi fakultatif dipengaruhi oleh hormon ADH. 2. Reabsorpsi zat tertentu: dilakukan dengan 2 cara yaitu transport akif dan difusi. Pada sisi tubulus yang berdekatan dengan lumen terjadi difusi sedangkan sisi tubulus yang berdekatan dengan kapiler terjadi transport aktif. Kadar Na+ menurun karena proses transport aktif yang dilakukan oleh sisi tubulus yang berdekatan dengan kapiler, sehingga sisi tubulus yang berdekatan dengan lumen akan mengalami proses difusi Na+.
3. Reabsorpsi zat penting: Pada umumnya reabsorpsi zat yang terpenting bagi tubuh dilakukan dengan proses transport aktif. Zat-zat yang secara aktif di serap adalah glukosa, protein, asam amino, asam asetoasetat dan vitamin. 4. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh lagi di dalam tubulus kontortus distal, peristiwa ini bisa disebut tubular. Sel-sel tubulus akan menambahkan ion hidrogen dan ion kalium pada urin sekunder jika pH dalam darah semakin menurun. Penambahan-penambahan ion tersebut berguna menyeimbangkan pH agar tetap normal berkisar 7,3-7,4. Maka urin yang dihasilkan pH-nya berkisar 4,5-8,5, lalu urin yang dihasilkan akan ditampung pada kantung kemih dan dibuang melalui uretra. Faktor-Faktor Pembentukan Urin:
Jumlah pembentukan urin dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari hormon ADH dan hormon insulin.
1.Hormon ADH (Antidiuretik) Hormon ini dihasilkan oleh kalenjar saraf hipofisis. Pengeluaran hormon ditentukan oleh respetor khusus di dalam otak yang mengendalikan tekanan osmotik darah (keseti mbangan konsentrasi air dalam darah. Maka hormon ini mempengaruhi reabsorpsi di tubulus kontortus distal, sehingga premeabilitas sel terhadap air meningkat. Saat tekanan osmotik darah naik dan dehidrasi(kekurangan cairan tubuh akibat keringat ). Konsentrasi air dalam darah akan turun, sehingga hipofisis akan mengeluarkan hormon ADH untuk menyeimbangan konsentrasi air di dalam darah. Hormon yang dihasilkan menuju ke ginjal melalui peredaran darah. Lalu hormon ADH akan membuat premeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Selain itu ADH juga meningkatkan sel premeabilitas di saluran pengumpul sehingga air pada saluran pengumpul berdifusi ke luar dari pipa penumpul dan masuk kedalam darah. Namun urin yang dihasilkan akan lebih sedikit dan menjadi pekat. 2. Hormon Insulin Hormon yang berfungsi mengatur gula di dalam darah ini dihasilkan oleh pulau Langerharns dalam pankeras. Bagi orang yan terkena kencing manis atau diabetes melit us konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar dalam darah akan menjadi tinggi. Akibat dari kurangnya konsentrasi insulin, terjadilah dimana urin mengandung glukosa karena gangguan reabsorpsi pada darah. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi jumlah air yang diminum. Jumlah air yang minum sangat mempengaruhi konsentrasi air di dalam darah. Jika meminum banyak air, maka konsentrasi air di dalam darah meningkat dan konsentrasi protein didalam darah menurun, sehingga filtrasi pada ginjal berkurang. Keadaan seperti ini juga yang menyebabkan darah lebih encer yang menyebabkan sekresi ADH berkurang. Menurunya filtrasi dan berkurangnya ADH menyebabkan urin lebih encer dan lebih banyak. Gangguan dan Kelainan Ginjal
Ginjal merupakan organ utama dalam sistem ekskresi, s ehingga jika ginjal rusak maka akan mengganggu sistem eskresi. Ginjal bisa mengalami gangguan karena luka berat, kehilangan banyak darah, keracunan dan penyakit. Inilah beberapa penyakit ginjal: 1. Gagal ginjal dan uremia Kegagalan fungsi ginjal yang sudah parah akan menyebabkan nefritis, pendarahan dan terhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba. Gejalanya diawali dengan anuria yaitu tidak terjadinya pemebentukan urin. Lalu gejala ini akan menyebabkan uremia yaitu suatu keadaan dimana urin di dalam darah karena kebocoran salah satu nefron pada ginjal. Sehingga penyerapan air oleh darah tergganggu dan menimbulkan edema(terjadi penimbunan air pada kaki atau tubuh yang lain dan timbul bengkak) 1. Nefritis Peradangan pada nefron karena bakteri Streptococcus yang masuk melalui pernapasan. Bakteri mengalir dalam darah dan menyerang nefron. Filtrasi protein tidak terjadi karena peradangan. Dalam usia lanjut nefritis kronis memiliki gejala seperti tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah dan rusaknya glomerulus atau tubulus. 1. Diabetes Insipidus Suatu penyakit dimana kalenjar hipofisis tidak bisa atau gagal mensekresikan hormon ADH. Penderita penyakit ini lebih banyak mengeluarkan urin, umunya urin orang normal berjumlah 4-6 liter setiap hari namun untuk penderita bisa mencapai 12-15 liter setiap hari, tergantung jumlah air yang diminum. Lalu penyakit ini diimbangi dengan rasa haus dan makan makanan yang mengandung garam. Penyakit ini umunya terjadi karena tumor pada hipotalamaus yang mengatur sekresi hormone ADH. 1. Diabetes Melitus/kencing manis Suatu kelainan dimana urin pendertia terdapat glukosa karena berkurangnya konsentrasi hormon insulin dalam darah. Menurunya hormon Insulin menyebabkan reabsorpsi pada tubulus kontortus distal terganggu dan perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu. 1. Albuminaria Suatu keadaan albumin dan protein lain ada didalam urin karena terjadinya alat filtrasi pada ginjal, sehingga protein dapat lolos pada proses filtrasi . 1. Kencing batu atau batu ginjal Terbentuknya suatu butiran-butiran pada senyawa kalsi um dan penimbunan asam urat, sehingga membentuk kalsium karbonat Caco 3 pada saluran urin yang membuat urin susah keluar. Penyakit ini diakibatkan karena sering menahan untuk membuang air kecil dan tidak minum air banyak.
Home
Sitemap About Me Contact Me Feed RSS Pasang Iklan Privacy Policy Mobile View
ANALISIS KESEHATAN Kumpulan Artikel analis kesehatan masyarakat membagikan info dunia kesehatan, biokimia, bakteriologi, Lowongan Kerja, ilmu Pengetahuan dan berbagai Pengertian yang membahas Kesehatan anda
Informasi Kesehatan
o o
Fun lowongan kerja Pelajaran
o o
keperawatan
Home » Kesehatan » Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan) HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan) a. Pengertian Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002). b. Etiologi Hipervolemia 1) 2)
Stimulus Fungsi
ini kronis ginjal
dapat pada
abnormal,
ginjal dengan
terjadi untuk
jika menahan
penurunan
ekskresi
terdapat natrium natrium
dan dan
: air. air.
3)
Kelebihan
pemberian
cairan
intra
vena
(IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma. c. Patofisiologi Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. d. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal
dan
penurunan
pelepasan
aldosteron
dan
ADH.
Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler e.Komplikasi Akibat 1)
lanjut
dari
kelebihan
Gagal
volume
ginjal,
cairan
akut
adalah
:
atau
kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung 3)
Infark
4)
Gagal
5)
miokard jantung
Gagal
6)
kongestif
jantung
kiri
Penyakit
katup
7) Takikardi/aritmia Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, retensi 8)
natrium Penyakit
9)
hepar
Berhubungan
dengan
10)
:
Sirosis, kerusakan
Asites, arus
balik
Varikose
11)
Penyakit
Kanker vena vena
vaskuler
perifer
12) Flebitis kronis f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2) Protein rendah 3) Anemia
4) Retensi air yang berlebihan 5) Peningkatan natrium dalam urine
g. Penatalaksanaan Medis Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat
1)
berupa
Pembatasan
hal
natrium
:
berikut
dan
2)
air. Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.3 Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing Services 1 Posted by Mulki Muluc on Sunday, October 21, 2012 - Rating: 4.5 Title : Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan) Description : HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan) a. Pengertian Keadaan dimana seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan ...
Share to Facebook Google+ Twitter
Related on Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan) :
Cara Mengatasi Rasa Sakit di saat M...
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DIS...
7 Faktor mempengaruhi mutu makanan ...
Bila Tidur 2 jam dalam sehari dapat...
8 sumber bakteri yang tidak diketa...
10 Manfaat Olahraga Bagi kesehatan ...
4 Cara Menanggulangi hawa panas tan...
0 Response to "Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)"
Post a Comment
Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit... Newer Post Older Post Home
Info Kesehatan Terbaru
kisah-kisah ilmuwan gila dan karya mereka yang mengerikan kisah-kisah perihal ilmuwan gila serta karya mereka yang...
Cara Mencegah Diabetes Sejak Dini Dengan Buah 5 Cara Merawat kulit atau Wajah Berminyak Cara Mencegah Rambut Rontok Secara Alami dan Sehat mencari 10 Nama Bayi Laki-laki Paling Keren dan terkenal khasiat Daun Suji dalam Perobatan Tradisional
4 Tips Dan Rahasia Kecantikan Alami Wanita Muslimah Tips Dan Rahasia Kecantikan Alami Wanita Muslimah - Sebagai...
Cara Mengatasi Kulit Ketiak yang Hitam 5 Kegunaan Minyak Zaitun untuk Kecantikan Wanita Ketahui 8 Penyakit Wanita yang Sangatlah Langka Janin 7 bulan ibu hamil dan proses perubahannya Cara supaya asi banyak keluar serta berlimpah untuk bayi
Update Kesehatan Anda
Bahayanya Obat Pelangsing Bagi Tubuh dan Berbahan Kimia ANALISIS KESEHATAN = Telah banyak wanita karena ingin cepat...
5 Prioritas Kesehatan Wanita Lebih Kompleks Tidur Siang dapat mengobatia Penyakit Jantung Cara Menghilangkan atau Mengurangi Dengkuran Waktu Tidur Aplikasi Kesehatan Untuk Pengguna Android Cara Mencegah Diabetes Sejak Dini Dengan Buah
Makalah KATARAK KONGENITAL DAN DEVELOPMENTAL Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies,...
Makalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Makalah Sejarah Zaman Rasul Dan Khalifah Lengkap Makalah Bahaya Narkoba Bagi Remaja Makalah Ilmu Hukum ALAT BUKTI HUKUM ACARA PERADILAN Makalah Diagnosis Penyakit Autoimun atau PENYAKIT AUTOIMUN
Popular Posts
Gambar Foto perkembangan Janin 5 Bulan Dalam Kandungan Cara Menghitung usia kehamilan sendiri berdasarkan tanggal menstruasi CONTOH KATA-KATA MODERATOR YANG BAIK mencari 10 Nama Bayi Laki-laki Paling Keren dan terkenal Pengertian Atau Definisi Sistem Informasi Dari Berbagai Pakar 60 animasi Power Point kartun cantik dan keren Cara Mengatasi Mual atau muntah Saat Hamil Muda
blog search
Copyright © 2012 ANALISIS KESEHATAN - All Rights Reserved Powered by Blogger
Read more: http://susanblogs18.blogspot.com/2012/10/konsep-dasar-gangguan-volumecairan_20.html#ixzz2UGGJteuQ
dalam. Umpan balik dari pembaca sangat dibutuhkan.E-mail:
[email protected]
Friday, May 29, 2009
BATUK
Batuk adalah peristiwa yang pasti dialami oleh setiap orang dalam hidupnya. Hal yang mendasari dari peristiwa batuk ini berbagai macam penyebabnya. Adapun penyebab batuk yang harus ditelusuri adalah batuk karena infeksi,alergi, asma, sinusitis, gangguan saluran cerna pada lambung, tersedak dan batuk karena psikogenik (stress). Gejala batuk dapat disertai dengan gejala lainnya seperti demam, penurunan berat badan, sesak nafas. Pemeriksaan awal pada gejala batuk ini dimulai dari pertanyaan (anamnesis) umur penderita, riwayat penyakit terdahulu, riwayat kebiasaan seprti rokok, sendawa, riwayat penurunan berat badan, riwayat keluarga yang batuk - batuk juga, riwayat lingkungan yang berpolusi seperti debu renovasi rumah, asap kendaraan, asap kayu bakar, baru ganti minyak wangi, riwayat stress pekerjaan atau hubungan personal dengan rekan pekerjaan / di rumah. Pemeriksaan yang dilanjutkan pada gejala batuk ini adalah pemeriksaan dahak bila pada batuk berdahak tetapi pada batuk kering dilakukan pemeriksaan THT hingga saluran nafas bagian bawah seperti foto dada (Rontgen). Pemeriksaan darah yang dianjurkan adalah laju endap darah (LED), fungsi liver dan ginjal serta gula darah. Pengobatan gejala batuk ini tentunya di sesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Tetapi sebagai awal pengobatan dapat diberika obat anti batuk yang dijual bebas pada apotik atau toko obat.
posted by Dr.Imran Nito (INTERNIST) at 12:11 PM 17 Comments Links to this post
Monday, April 27, 2009
Sakit Kepala ( Cephagia)
Sakit Kepala (Cephalgia) adalah rasa nyeri pada kepala dengan berbagai macam sebab yang dapat mendasarinya. Untuk memudahkan dalam pemeriksaan dapat dibagi dua asal muasal dari sakit kepala ini, yakni yang berasal dari dalam kepala dan yang berasal dari luar kepala. Penyebab yang dari dalam kepala yakni stroke, perdarahan dalam otak, trauma kepala, infeksi jaringan otak sedang yang dari luar kepala seperti sakit gigi, sakit mata (tekanan bola mata yang meninggi), stres kejiwaan, hipertensi, gangguan elektrolit, sinusitis, demam. Pemeriksaan yang dilakukan untuk membedakan kedua penyebab sakit kepala tadi adalah dimulai dari anamnesis (tanya-jawab) kepada pasien atau keluarganya y ang selalu kontak dengan pasien. Sebagai contoh sudah diketahui sakit gigi sejak dua bulan sebelumnya, sering batuk pilek dan bersin (sinusitis), dehidrasi, sudah ada darah tinggi atau pernah trauma kepala. Pemeriksaan Fisik pada sakit kepala yang berasal dari dalam kepala biasanya terdapat kelaianan saraf (neurologi) sedangkan sakit kepala yang berasal dari luar kepala tidak ada kelaianan saraf (neurologi). Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan penyebab dari sakit kepala.
posted by Dr.Imran Nito (INTERNIST) at 11:25 AM 7 Comments Links to this post
Thursday, March 19, 2009
Perdarahan dari ANUS
Perdarahan dari anus dengan warna merah segar dinamakan hematochezia. Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun ol eh sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease). Pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok dubur. Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah kolonoskopi. Perdarahan merah segar dari anus ini lebih sering pada usia lanjut dari pada usia yang lebih muda. Pengobatan yang dilakukan adalah perbaikan keadaan umum, karena pada penderita ini keadaan badan agak lemas karena kekurangan darah dalam waktu yang lama. Pengobatan definitif disesuaikan dengan penyebabnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi perdarahan yang banyak sehingga diperlukan tindakan bedah untuk mencari sumber perdarahan dan menghentikannya atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi perlu tindakan radiologi intervensi untuk memberikan injeksi koagulasi pada fokus perdarahan.
posted by Dr.Imran Nito (INTERNIST) at 6:17 PM 12 Comments Links to this post
Thursday, February 5, 2009
Asites (Cairan Dalam Rongga Perut)
Asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik (sirosis hati). Penyakit lain yang dapat menimbulkan asites ini adalah penyakit yang menyebabkan kadar protein albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga perut,kanker yang menyebar ke dalam rongga perut. Keluahan yang dirasakan pada penderita dengan asites ini sangat bergantung pada jumlah ciran asitesnya, bila masih sedikit tidak ada keluhan, tetapi bila sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni rasa perut berat, sesak dan tegang permukaan perut. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan, bila asitesnya sangat sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi.
Pengobatan asites ini adalah dengan cara dikeluarkan cairan tersebut sekaligus dilakukan analisa cairan asites untuk mendeteksi sel, kultur kuman dan analisa kimia (kadar protein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites adalah dengan pungsi (dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik). Pengobatan definitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.
iwayat penyakit hati? Hati hati, bisa jadi anda mengalami apa yang dinamakan ascites.
Dalam dunia kedokteran, ascites diartikan sebagai kondisi yang mana dalam perut seseorang terdapat akumulasi cairan yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah portal ( portal hypertension). Secara umum, ascites dapat terjadi bila ada perubahan kadar albumin dalam sirkulasi darah. Sekedar tahu, albumin ini berfungsi sebagai pengaturan keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel manusia. Perubahan kadar albumin ini bisa naik atau turun. Naik turunya kadar albumin terggantung dari kondisi tubuh atau penyakit yang dialami penderita. Keadaan – keadaan yang dapat meningkatkan kadar albumin antara lain :
Penyakit sirrosis hepatis. Peningkatan tekanan vena portal. Hepatitis khronis. Penyakit jantung kongestif. Metastase kanker ke hati. Hipotiroid. Hepatitis non alkohol.
Sedangkan yang dapat menurunkan kadar albumin antara lain :
Keganasan di rongga perut. TBC perut. Radang pankreas. Syndrome nephrotik. Radang perut atau peritonitis.
Pemeriksaan atau diagnosa ascites sangat mudah dilakukan oleh para dokter. Perut pasien umumnya membesar dan bila dipukul/digetok seperti ada pantulan suara cairan dari dalam rongga perut. Pada kondisi tertentu pada perut pasien bisa terdapat kurang lebih 1500 cc cairan. Diagnosis sulit dilakukan bila pasien gemuk dan pada kondisi ini perlu dibantu dengan USG perut. Pemeriksaan dengan ronsen dan ct scan diperlukan untuk membantu menentukan penyebab yang mendasari terjadinya ascites. Beberapa tindakan yang dilakukan pada pasien dengan ascites yaitu:
Mengurangi konsumsi garam.