“NASKAH BERCERITA KEAGAMAAN HINDU” “KISAH HIDUP RSI WALMIKI”
JAMBORE PASRAMAN NASIONAL KE-IV TANGGAL 25-29 JULI 2016 YOGYAKARTA
NASKAH LOMBA BERCERITA KEAGAMAAN HINDU JAMBORE PASRAMAN TINGKAT NASIONAL IV DI YOGYAKARTA TANGGAL 25 s/d 29 JULI 2016
JUDUL CERITA
: RSI WALMIKI
SUMBER CERITA
: ITIHASA
DURASI
: 10 -15 MENIT
Dikisahkan pada zaman Tretayuga hiduplah seorang maharsi yang sangat termasyur, Rsi Pracethasa nama beliau. Rsi Pracetahasa bertempat tinggal disebuah pasraman yang indah dan asri ditepi sungai Gangga. Sang maharsi hidup bersama seorang putranya terkasih Ratnakaranamanya. Ratnakaratermasuk anak yang lincah dan cerdas. Suatu hari Ratnakara sedang bermain-main ditengah hutan, tak disadari Ratnakarasampai bermain sampai jauh dari pertapaan ayahnya, akhirnya ia tidak tahu lagi jalan kemana harus pulang, tak dirasa mataharipun sudah mulai meredup diupuk barat, Ratnakarapun menjadi bingung dan panik, ia menagis dan menjeritjerit memanggil ayahnya “Ayah. . .ayah. . . tolong tolong. . . “, Hanya kebisuan rimbanya hutan menjadi saksi jeritan si ratnakara. Jeritan tangisan dan minta tolong Ratnakara membahana ditengah hutan, maka terdengarlah oleh seorang pemburu yang bernama Nisadha, kemudian Nisadhapun mencari sumber suara itu dan akhirnya bertemulah Ratnakara yang sedang menangis. Nisadhapun menyapanya “Anakku kenapa kamu menangis sendirian ditengah hutan seperti ini?”. Ratnakara terdiam dan ketakutan, Nisadhapun berusaha membujuknya “Anakku jangan takut, ayolah ikut bapak, tidak baik sendiri ditengah hutan seperti ini, nanti kamu dimangsa binatang buas”. Akhirnya Ratnakarapun mengikuti ajakan Nisadha sang pemburu itu. Seiring dengan perjalanan waktu sang Ratnakara memasuki masa berumah tangga dan karunia anak yang cukup banyak, istrinya yang baik hati selalu menemani
Ratnakaradan mengasuh anaknya dengan baik, kehidupan rumah tangganya rukun dan bahagia. Pada
suatu
ketika,
keluarga
Ratnakaramengalami
kesulitan untuk mencakupi kehidupan keluarganya, bintang
buruanpun
semakin
sulit
didapat
dan
terkadangtidak mencukupi kehidupan rumah tangganya, akhirnya sang Ratnakara mempunyai ide baru untuk mendapatkan uanglebih mudah dan cepat. Akhirnya ia memutuskan “Aku harus merampok. . . aku akan merampok siapa saja yang kutemui”. Demikianlah perjalanan hidup Ratnakara dari hari ke hari semula menjadi pemburu akhirnya menjadi perampok. Tersebutlah Rsi Narada sedang berjalan-jalan melaksanakan Dharamayatra dengan membawa Wina dan menggendongkan bungkusan kecil, sambil tak henti-hentinya melantunkan puja-puji kepada Sri Rama “Rama. . .Rama. . .Rama” begitulah duucapkan berulang kali.tanpa henti, berkat bakti beliau kapada Sri Rama maka kekuatan
Sri
Rama
sebagai Avatara
selalu
melindungi perjalanan Rsi Narada, bebrapa saat kemudian Rsi Narada. Beberapa saat kemudian Rsi Narada
kelelahan
dan
kurang
konsentrasi
menyebut nama Sri Rama, Semestinya yang diucapkan adalah Rama. . .Rama berubah menjadi Mara. . .Mara yang artinya bahaya atau bencana. Rsi Narada sedikitpun tak bergeming dengan gertakan, malah Sang Rsi menunjukan wajah tenang dan bijak, lalu berkata “Hai anak muda aku hanya memiliki sebuah Wina dan sebungkus makanan, kalau engkau menginginkan barang-barangku ini ambillah nak, tidak usah engkau mengancam diriku”. Lalu Rsi Narada menyerahkan barangnya seraya berkata “Ambillah nak, . . .
ambilah tapi sebekum engkau mengambil barangku ini, apakah engkau tahu perbuatan yang kamu lakukan ini adalah perbuatan dosa?”. Ratnakara menjawab “. . .Tak perduli dengan dosa, yang penting anak istriku bisa makan”. Rsi Narada melanjutkan pertanyaannya “ Sekarang kamu tanyakan anak istrimu apakah mereka senang makan nasi dan memakai perhiasan yang dipakai karena hasil dari merampok?”. Rsi Narada melanjutkan pembicaraanya “Nah sekarang engkau tanya anak dan istrimu dirumah, aku akan menunggumu disini supaya kau yakin aku masih disini ikatlah badanku dipohon besar ini”, Demikian kata Sang Rsi. Ratnakarapun tidak membuang waktu ia langsung mengikat Rsi Narada disebuah pohon besar dan ia langsung berlari menemui istrinya. Tak berselang lama Ratnakara sampai dirumah dan langsung menemui istrinya dan berkata” Istriku apakah kamu tahu nasi yang kamu makan datangnnya dari mana?”. Sang istripun menjawab “tentulah dari hasil jerih payahmu yang setiap hari Ratnakarapun melanjutkan pertanyaannya “ Istriku apakah kamu tahu bahwa perhiasan yang kamu pakai berasal dari mana?.” Sang istri kembali meyakinkan suaminya “Pastilah ini dari jerih payahmu berburu siang malam untukl keperluan istri dan anak-anakmu.” Ratnakara tersentak dengan jawaban tulus dari istrinya lalu berkata “Tidak. . .tidak istriku semua nasi yang kamu makan dan perhiasan yang kamu pakai itu adalah dari hasil merampok istriku”, mendengar jawabam suaminya itu bagaikan halilintar menyambar telinga sang istri. Istri Ratnakara marah basar “Dasar. . .dasar suami macam apa kamu, aku lebih baik tidak makan , tidak memakai perhiasan kalau semua itu dari hasil merampok, aku tidak suka punya suami macam kamu, pergi. . .pergi!”.
Mendengar jawaban istrinya yang histeris Ratnakara berlari menuju tempat Rsi Narada dan langsung bersimpuh dihadapan kaki Rsi Narada “Ampun Rsi Narada hamba mohon maaf istri hamba tidak terima kalau nasi yang ia makan dari hasil merampok, hamba dicaci dan diusir dari rumah”.
Rsi Narada tersenyum seraya berkata “Bangunlah anakku, istri yang manapun tidak akan merasa senang kalau nasi yang ia makan dan perhiasan yang ia pakai karena diperoleh dari hasil merampok, tidak patut sebagai suami melakukan perbuatan yang tidak terpuji, lebih baik apa yang kita makan walaupun sederhana kalau sudah didapat dengan cara yang baik maka pahalanya akan berlimpah, tinggalkanlah cara-cara yang tidak benar itu anakku”, demikianlah wejangan dari Rsi Narada. Meresapi wejangan Rsi Narada, akhirnya Ratnakara tersadar akan dosa-dosanya ia lalu merunduk hormat, Ratnakarapun menyesali perbuatannya dan ia merebahkan dirinya di kaki Rsi Narada dan Ratnakarapun memohon kepada Rsi Narada untuk bisa dijadikan muridnya. Sang rsipun menerima dengan penuh cinta kasih, selanjutnya ia diberikan pelajaran yoga dari tingkat dasar sampai tingkat utama. Setelah ia menerima palajaran Yoga. Rsi Narada memerintahkan Ratnakara untuk melaksanakan Yoga dan Samadhi disebuah bukit yang bernama Walmika dan menyebut nama Rama dalam setiap doa yang diucapkan. Atas petunjuk Rsi Narada, Ratnakarapun bergegas menuju bukit Walmika dimana ia akan melaksanakan Yoga untuk mendapatkan pencerahan rohani dan Rsi Narada kembali melanjutkan perjalanan sucinya serta berjanji akan kembali pada saatnya.
Suatu ketika sampailah Ratnakara dibukit Walmika, disanalah ia mulai mulai melaksanakan Yoga dengan duduk bersila, mata terpejam dengan sikap tangan muladharacakra dan mulai mengucapkan kata Rama dalam doanya. Namun karena Ratnakarasebelumnya telah banyak berbuat dosa ia sulit mengatakan kata Rama berubah menjadi Mara yang berarti bencana. Selama bertahun-tahun ia lakukan dengan disiplin yang tinggi akhirnya ia tidak bergeming sedikitpun ketika ribuan semut mengerumuni seluruh badannya, bahkan sampai membuat sarang disekujur badan
Melihat keteguhan Ratnakara, Rsi Narada sangat gembira dan sampailalah Yoga Ratnakara mencapai puncaknya serta berhasil menguasai dirinya, merasa Yoga Ratnakara telah berhasil maka sarang semutpun lalu dibersihkan oleh Rsi Narada dan didapati Ratnakara masih tetap tenang dalam samadhinya, tubuhnya tidak terpengaruh oleh gigitan semut. Akhirnya Ratnakarapun sadar dari samadhinya, ia langsung bersembah sujud memberi hormat kepada Maha guru dan para dewa, selanjutnya Ratnakara didiksa untuk menjadi rsi. Oleh Rsi Narada Ratnakara diberi nama Abhiseka yakni Rsi Walmiki yang berart orang suci yang berasal dari sarang semut. Rsi Walmikapun diberi anugrah oleh dewa Brahma dapat melihat peristiwa masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh Sri Rama diberi tugas khusus menulis kisah perjalanan hidup sang Rama yang nantinya akan dikenal dengan kisah Ramayana yang akan dikenal dari zaman ke zaman. Dalam kisah hidup dari Rsi Walmiki selalu yang memiliki pesan-pesan moral didalamnya antara lain: 1. Kekuatan doa dan selalu menyebut-nyebut nama Tuhan berulang kali akan dapat memberikan kekuatan spiritual kepada siapapun serta dapat mengantarkan Sang Atman menuju kepada sumbernya Brahman Atman Aikyam. 2. Walaupun sejahat-jahatnya manusia didunia ini, bila ia menyadari kesalahannya dan mau bertaubat maka segala dosanya akan terampuni dan ia dipandang ada pada jalan yang benar. 3. Sebesar apapun tantangan hidup kalau sudah dijalani dengan ketulusan dan ketekunan niscaya akan berhasil. Demikianlah cerita agama Hindu yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Rsi Walmiki, semoga dalam kisah dan tuntunan Rsi Walmiki dapat memberikan manfaat yang baik dalam perjalanan hidup kita dan saya akhiri dengan paramashanti “ Om Santih Santih Santih Om”.