MUBTADA DALAM AL QUR’AN JUZ 4 MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matrikulasi Bahasa Arab Prof. Dr. H. Ahmad Faiz, MA.
Disusun oleh : Ali Akhmadi Muchammad Syukron Sholikhul Huda Endang Lestari
PROGRAM PASCA SARJANA UNISNU JEPARA TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. atas s egala berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Mubtada dalam Al Qur’an Juz 4” tepat pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas matrikulasi Bahasa Arab. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentukpenyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kudus, 09 Oktober 2017 Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................... 2 PENDAHULUAN .......................................................................................... 3 A. LATAR BELAKANG ................................................................... 3 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................... 3 C. PEMBAHASAN .......................................................................... 4 1. PENGERTIAN MUBTADA ...........................................................4 2. MACAM-MACAM MUBTADA.................................................. 4 D. MUBTADA DALAM AL QUR’AN JUZ 4 .................................. 5 PENUTUP....................................................................................................... 8 A. KESIMPULAN ............................................................................. 8 B. SARAN ......................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9
2
PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Muhammad SAW dalam bahasa Arab, yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-tawâtur (langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf . Sejumlah pengamat Barat memandang al-Qur’an sebagai suatu kitab yang sulit dipahami dan diapresiasi. Bahasa, gaya, dan aransemen kitab ini pada umumnya menimbulkan masalah khusus bagi mereka. Sekalipun bahasa Arab yang digunakan dapat dipahami, terdapat bagian-bagian di dalamnya yang sulit dipahami. Kaum Muslim sendiri
untuk
memahaminya,
membutuhkan
banyak
ilmu
untuk
memahaminya. Diantara cara memahami Al Qur’an yaitu dengan ilmu nahwu yang didalamnya terdapat banyak pembahasan. Al Qur’an tidak bisa lepas dari pembahasan ilmu nahwu. Pembahasan ilmu nahwu dalam Al Qur’an tidak terpisahkan dari mubtada. Mubtada dalam Al Qur’an menjadi komponen yang sangat penting. Sebab tanpa mubtada makna yang terkandung dalam Al Qur’an menjadi kur ang sempurna.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Mubtada ? 2. Sebutkan sifat-sifat Mubtada ? 3. Bagaimana mengetahui Mubtada dalam Al Qur’an Juz 4 ?
3
C. PEMBAHASAN 1.
Pengertian Mubtada
(
)
: (
) :
)
(: (
)
(:
Artinya : “ Bab Mubtada dan Khabar. Mubtada adalah isim marfu’ yang tidak terdapat amil-amil lafdhiyyah di dalamnya. Dan Khabar adalah isim marfu’ yang disandarkan kepada mubtada.” Berkata Syaikh Muhyiddin ‘Abdul Hamid tentang penjelasan Mubtada dan Khabar, bahwa : “Mubtada adalah ‘ibarah yang didalamnya terkandung tiga syarat, yaitu 1) Berupa isim, 2) Berada dalam keadaaan Raf a’, 3) Tidak terdapat di dalamnya amil-amil lafdhiyyah (Inna dan macammacamnya, Kāna dan macam-macamnya, dan Dhanna dan macammacamnya). Contohnya :
dalam kalimat
tidak terdapat di
dalamnya amil-amil lafdhiyyah. Dan Khabar adalah isim marfu’ yang disandarkan
pada
Mubtada[2]
dan
bersama-sama
melengkapi makna kalimah. Contohnya :
dengan
dalam kalimat
Mubtada .”
Dan wajib hukumnya bagi Mubtada dan Khabar berada dalam keadaan Rafa’, baik berupa Rafa’ dengan dlammah yang nampak, cont ohnya :
dan
. Ataupun dengan dlammah yang terhalang
kenampakannya karena adanya ‘udzr(
), contohnya :
.
Dan juga dengan dlammah yang terhalang kenampakannya karena sulit dalam pengucapan (
) , contohnya :
. Ataupun juga berada dalam
keadaaan Rafa’ dengan salah satu huruf contohnya :
yang menggantikan dlammah,
. Dan Wajib pula hukumnya bagi Mubtada dan
Khabar terdapat keserasian didalamnya, baik berupa isim mufrad ( mutsanna (
) , dan jama’ (
mudzakkar dan muannats (
) . Dan juga dalam ).
4
),
Adapun pengertian yang lain, Mubtada disebut pula dengan isim marfu’ yang berada diawal kalimat dan Khabar disebut pula apa-apa yang menyempurnakan makna Mubtada.
2. Sifat-Sifat Mubtada dalam Kalimat
a) Mubtada di dalam kalimat dapat berupa, yaitu : 1) Isim mu’rab. contohnya : 2) Isim mabni, diantaranya yaitu : (a) Dhamir (kata ganti)
(b) Isim isyarah
-
-
-
-
-
-
-
- -
-
(c) Isim maushul
-
-
-
-
-
–
(d) Isim syarat
–
-
-
(e) Isim istifham
-
-
-
3) Mashdar muawwal dari
dan
.
contohnya : b) Hukum asal Mubtada adalah berupa isim ma’rifat. Adapun Mubtada yang berupa isim nakirah terjadi apabila Mubtada tersebut berada dalam keadaaan berikut : (a) Disifati dengan kata sifat. contohnya : (b) Diidhofahkan kepada nakirah. contohnya :
5
(c) Jika diawali dengan kalimat nafi. contohnya : (d) Jika diawali dengan kalimat istifham. contohnya : (e) Mengakhirkan Mubtada dari Khabarnya. contohnya : c) Mubtada itu wajib didahulukan apabila : (a) Isim yang mempunyai kedudukan sebagai pendahuluan didalam kalimat, seperti isim syarat, atau isim istifham atau nafi yang menunjukan ketakjuban. Contohnya :
-
-
(b) Mubtada tersebut menyerupai isim syarat. Contohnya : (c) Isim tersebut haruslah disandarkan kepada isim yang menempati posisi dan kedudukan kata pendahuluan. Contohnya : (d) Apabila khabarnya adalah jumlah fi’liyyah dan fa’ilnya adalah dhamir yang tersembunyi yang kembali pada mubtada. Contohnya : (e) Isim tersebut haruslah disertai dengan huruf Lam untuk memulai lam taukid. Contohnya : (f) Mubtada dan khabarnya adalah ma’rifat atau kedua-duanya nakirah dan tidak adanya kata yang menjelaskan. Contohnya : (g) Mubtada teringkas khabarnya oleh Illa ( ) atau Innama ( Contohnya :
D.
MUBTADA DALAM AL QUR’AN JUZ 4
6
).
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (92)
PENUTUP A. Kesimpulan
Ilmu munasabah yang merupakan hal baru dalam cabang ulumul Qur’an, telah mendapatkan perhatian khusus dikalangan para ulama. Sebab dengan ilmu ini akan dapat diusahakan sebagai ilmu pencarian korelasi dan hubungan baik antar kata, ayat, maupun surat dalam al- Qur’an. Hal ini bertujuan agar lebih bisa memahami al-Qur’an tersebut secara utuh dan
7
menyeluruh terutama dalam penafsirannya. Memahami munasabah dalam alQur’an merupakan hal yang penting dan sangat urgen, terutama dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an. Sehingga dapat memberikan penafsiran yang lebih tepat dan rinci, serta akan lebih mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan rasio demi memberikan pencerahan dalam diri untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan seorang muslim. B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak kekurangan, untuk itu kami membutuhkan saran dan kritikan yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Syafe’i, Rahmat. Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, 2006. Yusuf, Kadar M. Studi Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2009. Jamarudin, Ade. Epistemologi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bandung: Hakim, 2011. Abd. Chalik A. Chaerudji. ‘Ulum Al -Qur’an, Jakarta: Diadit Media, 20017. Hermawan, Acep. ‘Ulumul Quran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Usman. Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2009 As-Suyuthi, Jalaluddin . Al- Itqan fi ‘Ulum Al -Quran, Beirut: Dar Al-Fikr.
8
Ad-Darraz, ‘Abdullah. An- Naba’ Al -‘Azhim, Mesir: Dar-‘Urubah, 1974. Djalal, Abdul. Ulumul Quran, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
9