Evaluasi Bantuan Sarana dan Prasarana Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Masyarakat Nelayan Pembudidaya Rumput Laut Di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku *1
1
2
2
Ivonne R.G Kaya , Sahala Hutabarat dan Ign Boedi Hendrarto
Mahasiswa Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro Jl. Imam Bardjo, SH Semarang 2 Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang 50275, Telp/Fax: (024)7474698 *Penulis untuk korespondensi :
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat nelayan pembudidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Baratsebagai usaha sadar yang bersifat terencana, sistematik dan berkesinambungan dan bertumpu pada kemampuan dalam mengelola potensi sumberdaya atau modal sosial masyarakat secara optimal.Metode penelitian adalah metode survey dengan teknik pengambilan sampel secara acak terhadap para masyarakat pembudidaya rumput laut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, berbagai program pemberdayaan masyarakat di bidang peningkatan ekonomi masyarakat nelayan Kabupaten Seram Bagian Barat terhadap kegiatan budidaya rumput laut adalah: bantuan modal, bantuan pembangunan prasarana, bantuan pendampingan, penguatan kelembagaan dan penguatan kemitraan usaha. peningkatan pendapatan, nelayan pembudidaya, rumput r umput laut, seram bagian barat Kata Kunci : peningkatan
PENDAHULUAN
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Menurut Imron (2003) dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggi pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalahmasalah tersebut ditinjau dari berbagai dimensi yakni : 1. Dimensi Ekologi Mutu bibit Ketersediaan Ketersediaan bibit bermutu
2. Dimensi Ekonomi Keuntungan kegiatan budidaya rumput laut Kontribusi terhadap PAD 3. Dimensi Sosial Budaya Tingkat pendidikan Jumlah rumah tangga pembudidaya rumput laut Kemandirian pembudidaya Partisipasi keluarga dalam pengelolaan budidaya rumput laut Alternatif kegiatan selain budidaya rumput laut Tingkat pemberdayaan nelayan rumput laut 4. Dimensi Teknologi Tingkat penguasaan teknologi budidaya rumput laut Ketersediaan Ketersediaan teknologi informasi Ketersediaan Ketersediaan industri pengolah Dukungan sarana prasarana
5. Dimensi Kelembagaan Ketersediaan lembaga kelompok tani Keberadaan balai penyuluh untuk rumput laut
Kondisi sosial ekonomi rumahtangga nelayan pembudidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat dimana pendapatannya hanya mampu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika ada uang yang tersisa, biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan studi juga menunjukkan bahwa organisasi sosial ekonomi maupun lembaga terkait lainnya memegang peranan penting dalam perbaikan taraf hidup masyarakat nelayan pembudidaya.Negara berkembang masih bertahan dengan organisasi perikanan secara tradisional yang dikombinasikan dengan modal dan teknologi yang rendah pula, dan pelaksanaan program pembangunan perikanan yang dilaksanakan belum mampu, memperbaiki dan meningkatkan taraf kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keadaan sosialekonomi masyarakat nelayan pembudidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, sehingga diharapkan pada masa mendatang masyarakat nelayan menjadi subjek pembangunan di daerahnya dan kawasan pesisir memiliki perkembangan ekonomi yang dinamis serta program pemberdayaan nantinya dapat mendorong terciptanya mobilitas vertikal masyarakat nelayan. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini didasarkan pada metode Survei yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran factual dan konkrit mengenai keadaan sosial ekonomi nelayan pembudidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat. Pengambilan data dilakukan dengan metode simple random sampling terhadap 190 nelayan
pembudidaya sebagai populasi, dimana 30% di antaranya dijadikan sampel. Data diperoleh melalui teknik observasi langsung melalui pengamatan dan wawancara yang disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran berupa data primer dan data sekunder. Data selanjutnya diolah dan dianalisa secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah pengolahan data yang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan logika dengan menggunakan kalimat dari penulis yang sistematis berdasarkan perilaku yang diamati dilihat dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Studi
Kabupaten Seram Bagian Barat adalah daerah berwilayah kepulauan, yang terletak antara 02° 55’ - 03° 30’ Lintang Selatan dan 127° - 55° Bujur Timur. Secara administratif, wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat berbatasan dengan Laut Seram di sebelah utara; Kota Ambon, Maluku Tengah dan Laut Banda di sebelah selatan; Kabupaten Buru di sebelah barat; dan Maluku Tengah di sebelah timur. Merupakan wilayah kepulauan dengan luas wilayah 79.005 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 5.176 Km 2 (6,15%) dan lautan seluas 84.181 Km2 (93,85%) serta panjang garis pantai 719,20 Km2 yang terdiri atas 4 kecamatan yakni Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Huamual Belakang, Kecamatan Taniwel dan Kecamatan Kairatu. Jumlah pulau di Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 57 buah pulau dan 89 desa dengan 130 dusun yang terletak di daerah pesisir (BPS, 2011).
Budidaya Rumput Laut
Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat dilakukan sejak tahun 2005 dengan menggunakan metode rawai method ). (longline Kegiatan budidaya dilakukan secara berkelompok yang Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7 8. 9. 10. 11. 12
beranggotakan 10-15 orang dengan luasan area masing-masing kelompok sebesar 200 x 100 M. Periode kegiatan budidaya berlangsung pada bulan Juni – November.
Kebutuhan bahan budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat
Uraian Luas lahan budidaya Batu sauh (beton) Tali jangkar Polietilien Ø 8 Mm Tali utama Polietilien Ø 5 Mm Tali simpul Ø 1 Mm Bibit rumput laut dengan jumlah 300 ikatan per 100 M Kebutuhan bibit rumput laut (Kg) Pelampung jirigen 5 L Pelampung air mineral 1500 Ml Sampan Terpal Waring Para-para pengeringan
Perhitungan 200 × 100 M 2 sauh × 40 line 45 – 50 M 100 M 30 Cm × 300 utas × 40 line 300 ikat × 40 line
Jumlah 1 unit 80 unit 10 bal 15 bal 10 bal 12000 ikat
300 ikat × 40 line × 0,3 Kg/ikat 2 gen × 40 line 30 botol × 40 line 3 × 0,8 M 4×6M 25 M 2×8M
3600 Kg 80 unit 1200 unit 1 unit 3 unit 1 unit 1 unit
Sumber : Data Primer, 2012
Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh para pembudidaya diarahkan oleh setiap ketua kelompok yang bertugas untuk mengarahkan para anggotanya dalam melaksanakan tugas yang diberikan mulai dari penataan lahan, pengikatan bibit, penanaman, hingga pemanenan dan mengganti bibit-bibit rumput laut yang rusak atau hanyut karena hempasan ombak atau aktivitas penangkapan ikan yang mengganggu oleh para nelayan serta pencucian rumput laut sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik. Kegiatan pascapanen mula-mula rumput laut dicuci dengan air laut pada saat panen sebelum diangkat ke darat. Rumput laut yang telah bersih kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di atas para-para bambu sehingga tidak terkontaminasi oleh tanah atau pasir. Pada kondisi panas matahari baik, rumput laut akan kering dalam waktu 2 – 3 hari. Selama pengeringan, rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun.
Ketika rumput laut dikeringkan/dijemur, akan terjadi penguapan air laut dari rumput laut yang membentuk butiran garam yang melekat di permukaan thallusnya. Butiran garam tersebut dibuang dengan cara mengayak rumput laut kering sehingga butiran garam turun. Apabila masih banyak butiran garam yang melekat, maka rumput laut akan menjadi lembab dan dapat menurunkan kualitas rumput laut. Rumput laut yang telah kering dan bersih dimasukkan ke dalam karung plastik besar agar memudahkan dan menghemat tempat dalam penyimpanan dan pengangkutan, di samping juga akan menghemat biaya transportasi. Bentuk saluran pemasaran rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat termasuk dalam kategori saluran pemasaran tingkat 2 (dua) dimana terdapat 2 (dua) perantara dalam kegiatan distribusi rumput laut kering yakni pedagang pengumpul yang langsung datang ke lokasi budidaya dan pedagang besar di kota
Ambon yang akan mengekspor rumput laut kering dengan kapasitas container . Bentuk saluran distribusi tersebut secara umum memiliki rantai pasar yang cukup panjang. Saluran distribusi yang cukup panjang ini umumnya sangat merugikan pihak pembudidaya yang menjadi produsen, dikarenakan harganya akan tertekan sangat rendah oleh para pedagang lokal. Saluran distribusi yang panjang ini sulit untuk diperpendek, dikarenakan lokasi yang menjadi areal produksi penanaman rumput laut dengan lokasi gudang eksportir umumnya relatif sangat jauh. Gudang eksportir rata-rata berada di sekitar kota-kota pelabuhan, untuk mendekatkan dengan prasarana angkutan. Budidaya rumput laut di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat dilihat dari sistem keberlanjutannya adalah : 1. Dimensi Ekologi Ketersediaan bibit Bibit rumput laut awal dibeli dengan harga Rp. 3000,00/Kg setelah itu bibit rumput laut diambil dari sebagian hasil panen. Seleksi bibit dipilih dari hasil budidaya yang paling baik untuk disemaikan kembali pada saat tanaman berumur 25 hari. Bibit yang diambil biasanya sebanyak 4 kali dari bibit induk dengan berat 100 gram.
2. Dimensi Ekonomi Keuntungan kegiatan budidaya rumput laut Rata-rata keuntungan dari kegiatan budidaya rumput laut oleh para pembudidaya adalah Rp. 52.200.000,- pada musim Timur dan Rp. 19.200.000,- pada musim Barat. Perbedaan keuntungan yang mencolok antara kedua musim ini dikarenakan pada musim Barat pola arus pada perairan di Kabupaten Seram Bagian Barat sangat kuat
sehingga kebanyakan kegiatan budidaya pada musim Barat dilakukan hanya untuk perbanyakan bibit yang akan dibudidayakan pada musim Timur. 3. Dimensi Sosial Budaya Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan para pembudidaya sangatlah beragam dimulai dari SD sampai Sarjana Strata-1. Jumlah rumah tangga pembudidaya rumput laut Jumlah rumahtangga pembudidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri atas 110 RTP yang terbagi di beberapa desa yakni desa Nuruwe, desa Kamal, Dusun Pulau Osi, Dusun Wael, dan Dusun Kotania. Kemandirian pembudidaya Para pembudidaya saat ini masih memerlukan bantuan dari pihak pemerintah dalam menjalankan usaha budidaya seperti bantuan modal, sarana prasarana maupun dalam kegiatan pemasaran. Partisipasi keluarga dalam pengelolaan budidaya rumput laut Kegiatan budidaya rumput laut oleh para pembudidaya tidak terlepas dari partisipasi anggota keluarga pada saat pengikatan bibit pada tali ris, perawatan, pemanenan, penjemuran sampai pada penjualannya. Alternatif kegiatan selain budidaya rumput laut Selain melakukan kegiatan budidaya rumput laut, para pembudidaya ada pula yang memiliki alternatif kegiatan lain seperti sebagai pemetik daun kayu putih, pedagang, maupun pencari damar. Hal ini dikarenakan kebutuhan kehidupan yang semakin meningkat.
Tingkat pemberdayaan nelayan rumput laut Pemberdayaan masyarakat pembudidaya saat ini hanya berorientasi pada kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat dan pemberian bantuan dana secara hibah.
4. Dimensi Teknologi Teknik Budidaya rumput laut Teknik budidaya yang dipilih para pembudidaya adalah metode rawai (long line method ), karena telah dilakukan uji coba dengan berbagai metode ternyata yang sesuai adalah metode ini. Ketersediaan teknologi informasi Saat ini ketersediaan teknologi informasi belum dibuat untuk mempromosikan hasil usaha budidaya rumput laut. Ketersediaan industri pengolah Selain ketersediaan informasi, industri pengolah pun belum ada di Kabupaten Seram Bagian Barat, sehingga rumput laut hanya dijual dalam bentuk kering tanpa diolah ke bentuk lain seperti dodol, agar-agar ataupun manisan. Dukungan sarana prasarana Dukungan sarana prasarana yang diberikan oleh pihak pemerintah saat ini berupa bantuan tali ris ukuran Ø 5 Mm dan bantuan air bersih oleh Bank Indonesia.
5. Dimensi Kelembagaan Ketersediaan lembaga kelompok tani Kegiatan budidaya rumput laut saat ini dibentuk dengan sistim kelompok dimana tiap 1 (satu) kelompok terdiri atas 10-15 anggota
dengan sistim organisasi yang terencana mulai dari ketua, sekertaris, bendahara sampai anggota-anggota pelaksana. Keberadaan balai penyuluh untuk rumput laut Kegiatan penyuluhan saat ini biasanya dilakukan di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat, sehingga para pembudidaya merasa kesulitan karena akses transportasi yang sulit dijangkau.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan Kabupaten Seram Bagian Barat
Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, berbagai program pemberdayaan masyarakat di bidang peningkatan ekonomi masyarakat
nelayan Kabupaten Seram Bagian Barat terhadap kegiatan budidaya rumput laut adalah sebagai berikut: 1.1.1. Bantuan Modal Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat pembudidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usahausaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu tidak salah, jika dalam pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, pemecahan dalam aspek modal ini penting dan memang harus dilakukan. Ada dua hal yang perlu dicermati yakni; Pertama, bahwa lemahnya
ekonomi masyarakat tunadaya ini bukan hanya terjadi pada masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga masyarakat yang tidak memiliki faktor produksi, atau masyarakat yang pendapatannya hanya dari upah/gaji. Karena tidak mungkin semua anggota pembudidaya dapat dan memiliki talenta untuk
dijadikan pengusaha, maka bantuan modal tidak akan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat pekerja. Dalam praktik pemberdayaan ekonomi masyarakat, tampaknya pemberdayaan untuk masyarakat pekerja ini perlu dipikirkan bersama. Kedua, yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat; (2) bagaimana pemecahan aspek
modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; (3) bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten. Tiga hal ini penting untuk dipecahkan bersama.Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberian hibah modal kepada masyarakat, selain kurang mendidik masyarakat untuk bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan dapat mendistorsi pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang cukup elegan
dalam memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, adalah dengan menjamin kredit mereka di
lembaga keuangan yang ada, dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga keuangan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman. 1.1.2. Bantuan Pembangunan Prasarana Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha, tidak akanmemiliki arti penting bagi masyarakat, jika hasil produksinya tidak dapat dipasarkan, atau jika dapat dijual tetapi dengan harga yang amat rendah. Oleh sebab, itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan masyarakat pembudidaya rumput laut di bidang ekonomi adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.
1.1.3. Bantuan Pendampingan Pendampingan masyarakat pembudidaya rumput laut memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, maupun usaha menengah dengan usaha besar. Yang perlu dipikirkan bersama adalah mengenai siapa yang paling efektif menjadi pendamping masyarakat. Pengalaman empirik dari pelaksanaan IDT, P3DT, dan PPK, dengan adanya pendamping eksitu, ternyata menyebabkan biaya transaksi bantuan modal menjadi sangat mahal. Selain itu, pendamping
eksitu yang diberi upah, ternyata juga masih membutuhkan biaya pelatihan yang tidak kecil. Oleh sebab itu, untuk menjamin keberlanjutan pendampingan, sudah saatnya untuk dipikirkan pendamping insitu, bukan pendamping eksitu yang sifatnya sementara. Sebab proses pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan
tahun. 1.1.4. Penguatan Kelembagaan Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini tidak memberikan hasil yang memuaskan, oleh sebab itu, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang miskin,
oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi, secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan untuk ikut menentukan distribusi. Dengan demikian, pengertian pengembangan kelembagaan ekonomi, perlu didefinsikan kembali. Kalau pendekatan kelompok dimaksudkan untuk tujuan akumulasi modal atau
membangun kelembagaan keuangan tersendiri, maka itu tidak mudah untuk mencapainya. Yang paling realistis adalah bila pengelompokan atau
pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang, dan pasar input produksi. Ketiga aspek kelembagaan ini
penting untuk ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. 1.1.5. Penguatan Kemitraan Usaha Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Karena pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody.
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah. Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara yang besar dengan yang menengah dan kecil. Sebab hanya dengan keterkaitan produksi yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak akan diberdayakan. KESIMPULAN
Pemberian bantuan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat haruslah mengacu pada dimensi keberlanjutan yakni dari sisi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan kelembagan yakni meliputi : a. Bantuan Modal Pemberian bantuan modal melalui jaminan kredit di lembaga keuangan yang ada, dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman di lembaga keuangan. Alternatif ini selain mendidik untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman. b. Bantuan Pembangunan Prasarana Pembangunan prasarana produksi dan pemasaran dimana tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari
lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. c. Bantuan Pendampingan Untuk menjamin keberlanjutan pendampingan, dibentuk pendamping insitu, bukan pendamping eksitu yang sifatnya sementara. Sebab proses pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan tahun.
d. Penguatan Kelembagaan Pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang, produksi.
dan
pasar
input
e. Penguatan Kemitraan Usaha Penguatan kemitraan usaha dilakukan mulai dari kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi dan kemitraan dalam distribusi,
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2010. Seram Bagian Barat Dalam Angka. BPS Ambon, Ambon BKPMD-Maluku, 2009. Rumput Laut. http://www.bkpmdmaluku.com/ind onesia/index.php?option=com_con tent&task=view&id=104&Itemid= 106 [23 Oktober 2010] Kaya, 2011. Analisis Kelayakan Usaha di Nuruwe dan Kamal. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan-Universitas Ambon
Pattimura.
Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung
______. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir . ArRuzz Media. Yogyakarta Sudrajad, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan.Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.