Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menerangkan konsep dan definisi tanaman pakan 2. Menjelaskan sumber dan sistem produksi hijauan di Indonesia 3. Mengidentifikasi faktor-faktor untuk berhasil produksi hijauan pakan 4. Mengetahui masalah dan langkah pemecahan masalah dalam produksi hijauan pakan 5. Menjelaskan kecenderungan produksi hijauan di masa yang akan datang
Salah satu faktor yang menentukan produktivitas ternak adalah ketersediaan (kualitas dan kuantitas) pakan.
Peningkatan produksi ternak
membutuhkan peningkatan dalam kualitas dan kuantitas pakan.
Tanaman
pakan sebagai salah satu sumber pakan mempunyai peranan dan kontribusi yang tinggi dalam meningkatkan produksi ternak.
Tanaman pakan adalah
tanaman yang sengaja ditanam serta dibudidayakan (sehingga meningkat daya
gunanya) atau masih hidup secara liar, yang diberikan kepada ternak, baik berupa daun, batang, buah atau umbi, seluruh atau sebagian daripadanya, serta tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi ternak yang mengkonsumsinya. Hijauan (forages ) merupakan merupakan pakan yang diperoleh dari tanaman pakan. Yang dimaksud dengan hijauan adalah bagian tanaman yang dapat dikonsumsi oleh ternak, selain dari bagian biji-bijian, yang dapat menyediakan sumber bagi ternak dengan cara menggembala atau dipanen untuk diberikan kepada ternak. Ada beberapa tipe hijauan, yaitu herbage, hay dan silase, browse, dan jerami .
Herbage adalah hijauan yang berupa daun, batang, dan akar dari
tanaman pakan ternak yang tidak berkayu. Hay adalah hijauan yang telah diawetkan dengan cara kering, sedangkan silase adalah hijauan yang diawetkan dengan cara basah. Browse adalah hijauan yang berupa tunas, dedaunan, dan ranting dari tanaman pakan yang berkayu. Jerami adalah hijauan yang berasal dari tanaman yang telah diambil bijiannya, seperti padi, jagung, dan lainnya. Produksi hijauan merupakan suatu mekanisme kompleks yang mengambil energi cahaya matahari dan ditransformasi dalam tanaman menjadi bentuk lain seperti karbohidat, protein, lemak tanaman, dan senyawa lainnya yang ada pada tanaman pakan, selanjutnya disajikan untuk ternak, dan oleh ternak dikonversi menjadi daging, susu, dan wool untuk kebutuhan manusia
gunanya) atau masih hidup secara liar, yang diberikan kepada ternak, baik berupa daun, batang, buah atau umbi, seluruh atau sebagian daripadanya, serta tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi ternak yang mengkonsumsinya. Hijauan (forages ) merupakan merupakan pakan yang diperoleh dari tanaman pakan. Yang dimaksud dengan hijauan adalah bagian tanaman yang dapat dikonsumsi oleh ternak, selain dari bagian biji-bijian, yang dapat menyediakan sumber bagi ternak dengan cara menggembala atau dipanen untuk diberikan kepada ternak. Ada beberapa tipe hijauan, yaitu herbage, hay dan silase, browse, dan jerami .
Herbage adalah hijauan yang berupa daun, batang, dan akar dari
tanaman pakan ternak yang tidak berkayu. Hay adalah hijauan yang telah diawetkan dengan cara kering, sedangkan silase adalah hijauan yang diawetkan dengan cara basah. Browse adalah hijauan yang berupa tunas, dedaunan, dan ranting dari tanaman pakan yang berkayu. Jerami adalah hijauan yang berasal dari tanaman yang telah diambil bijiannya, seperti padi, jagung, dan lainnya. Produksi hijauan merupakan suatu mekanisme kompleks yang mengambil energi cahaya matahari dan ditransformasi dalam tanaman menjadi bentuk lain seperti karbohidat, protein, lemak tanaman, dan senyawa lainnya yang ada pada tanaman pakan, selanjutnya disajikan untuk ternak, dan oleh ternak dikonversi menjadi daging, susu, dan wool untuk kebutuhan manusia
baik sebagai sumber pangan maupun sumber sumber sandang. Tanaman pakan dalam jejaringan makanan merupakan produsen utama. Ternak-ternak ruminansia , seperti sapi, domba, dan kerbau, dapat menggunakan hijauan sebagai sumber pakan utama, hijauan pakan pada ternak tersebut dapat diberikan hijauan sebanyak 40 – 90%, bahkan pada peternakan rakyat dapat 100%. Ternak monogastrik , seperti babi dan unggas, hanya dapat menggunakan suatu hijauan yang hanya dapat mereka konsumsi saja. Seluruh bagian tanaman pakan akan dapat digunakan secara lebih efektif oleh ternak non ruminansia ketika diberikan dalam bentuk tepung.
Berdasarkan pada asal atau sumber hijauan pakan diperoleh dapat digolongan menjadi 3 golongan besar, yaitu: padang rumput, kebun tanaman pakan, dan limbah tanaman pangan dan hasil sampingan industriagro. . Padang rumput di daerah tropik terjadi biasanya dari proses
pembersihan
lahan
untuk
perladangan
perpindah,
selanjutnya
dipertahankan melalui penggembalaan atau pembakaran. Padang rumput ini biasanya ditemukan pada lahan yang memang tidak cocok untuk bercocok tanaman pangan, karena beberapa faktor menbatas seperti air atau kemiringan. Padang rumput di Indonesia merupakan padang rumput dengan tanaman berkayu hasil dari degradasi climax dari hutan, mungkin disebabkan oleh
kondisi yang kering dan pembakaran lahan setiap tahunnya. Jumlah padang penggembalaan di Jawa dan madura hanya 5% dari seluruh lahan yang ada, hebatnya lahan tersebut dapat mendukung 65% dari jumlah ternak ruminansia yang ada di Indonesia. Padang rumput yang banyak dapat dijumpai di Nusa Tenggara. Beberapa petani yang sadar akan pentingnya hijauan pakan dengan sengaja menanam tanaman pakan di lahan kepunyaannya. Tanaman pakan yang ditanamnya dapat dikategorikan pada kelompok tanaman herbaceous , tanaman umbi , dan tanaman pohon dan semak (browse). Tanaman pakan yang berupa herbaceous biasanya jenis rerumputan dan leguminosa, seperti rumput gajah, rumput, bengala, tebu, jagung, dan sorgum, kacang hiris, stylo, dan masih banyak lagi. Tanaman umbi biasanya adalah singkong dan ubi jalar. Tanaman semak atau pohon biasanya adalah lamtoro, kaliandra, gamal, hahapaan, turi, jayanti, dan masih banyak lagi. Hampir semua tanaman pangan mempunyai daun yang dapat digunakan ternak sebagai sumber hijauan pakan.
Itu semua merupakan sumber pakan yang sangat
penting. Limbah itu meliputi: dedak dan jerami padi, batang dan duan pisang, jerami jagung, jerami sorgum, daun singkong, bagase , molases , dan pucuk tebu. Selain itu, hasil sampingan dari industriagro juga banyak digunakan seperti
bungkil biji karet, bungkil inti sawit, dan masih banyak lagi, limbah industriagro sering digunakan sebagai bahan pakan untuk pembuatan konsentrat .
Berdasarkan banyaknya/tingkat input yang diberikan dalam produksi hijauan, sistem produksi hijauan dapat digolongkan pada beberapa kelompok, antara lain: 1. Sistem padang rumput permanen ekstensif Padang rumput / tegalan rumput yang ada tidak dipelihara dengan baik, dibiarkan tumbuh seadanya, dan tanpa ada masukan faktor penunjang produksi sama sekali. Yang termasuk kedalam kategori padang rumput ekstensif ini, antara lain: (i) lahan-lahan milik pribadi tidak ditanami, atau tidak terurus, kemudian dibiarkan tumbuh rumput-rumput liar, (ii) lahanlahan penggembalaan milik umum, biasanya lahan itu berbukit-bukit, (iii) lahan penggembalaan dan lahan sepanjang pinggiran jalan. Lahan-lahan tersebut menghasilkan hijauan dan setiap orang dapat mengaksesnya, sehingga rasa untuk memelihara tidak ada. 2. Sistem padang rumput permanen semi intensif Latar belakang penanaman hijauan pada sistem permanen semi intensif adalah bermacam-macam, seperti untuk tanaman penutup lahan di
perkebunan, atau mengoptimalakan penggunaan lahan yang ada. Sistem ini meliputi, antara lain: (i) menanam hijauan-hijauan yang ada di bawah naungan perkebunan, (ii) menanam hijauan di pematang sawah, atau pinggiran tanaman pangan, (iii) menanam hijauan sebagai tanaman lorong. 3. Sistem tanaman pakan musiman semi intensif Tanman pakan yang dihasilkan pada sistem pertanaman semusim, bisa berupa tanaman pakan, ataupun sisa-sisa limbah pertanian yang dapat dimanfaatkasn sebagai sumber pakan. Sistem ini mengenal ada dua, yaitu (i) menanam hijauan pakan setelah selesai panen tanaman pangan, biasanya tanaman yang ditanam adalah leguminosa yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan cepat berkembang, tanaman orok-orak / geger sore salah satu contohnya, dan (ii) pemanfaatan sisa-sisa limbah tanaman pangan, limbah yang dapat dimanfaatkan seperti jerami padi, jagung, daun ubi jalar dan sebagainya. 4. Sistem tanaman pakan permanen intensif Pada sistem ini, petani menanam hijauan memang diperlukan untuk keperluan pemenuhan ternaknya, atau pun menanam hijauan kerena mengetahui manfaat yang dapat diperoleh di tanaman pakan tersebut dan dilakukan secara intensif. Pada sistem ini berupa beberapa bentuk, antara lain: (i) padang rumput yang telah ditingkatkan, adanya input dalam
pengelolaan padang rumput tersebut, dapat berupa penyisipan leguminosa, pemberian pupuk, dan rotasi defoliasi , (ii) bank protein, ini dilakukan untuk jadi sumber suplemen pakan, dan yang ditanam biasanya tanaman leguminosa, (iii) kebun rumput intensif, (iv) tanaman pakan yang ditanam menggantikan tanaman pangan, dan (v) tanaman pakan pada areal yang spesifik.
Tingginya kedudukan hijauan sebagai salah satu pakan ternak dapat dilihat pada negara-negara yang tingkat kesejahteraannya tinggi, dimana perkembangan peternakannya pun maju. Kemajuan peternakan mempunyai korelasi yang jelas dengan prestasi suatu negara, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang lainnya, seperti olahraga. Kualitas dan kuantitas hijauan pada negara-negara tersebut sudah menjadi suatu kebutuhan, dan keberadaan hijauan dan ternak merupakan sumber kesejahteraan dan tulang punggung perekonomian. Oleh karena itu, keberadaan tanaman pakan sudah sebagai tanaman budidaya atau farm crops, yang sengaja ditanam, dipelihara, dan selanjutnya diambil hasilnya. Pada akhirnya tanaman pakan tersebut dapat menjadi cash crop. Kesadaran akan pentingnya hijauan pakan ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan grassland agriculture atau usaha tani padang rumput.
Grassland agriculture merupakan merupakan sistem usaha tani yang menekankan pentingnya hijauan pakan dalam pengelolaan ternak dan lahan. Untuk mendukung usaha tani tersebut maka berkembang ilmu baru yang merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu peternakan dan ilmu-ilmu pertanian. Ilmu baru ini kita menyebutnya dengan sebutan Agrostology.
Kemajuan
dalam ilmu baru ini selalu dikongreskan setiap empat tahun sekali yang dikenal dengan International Grassland Conggress. Di Indonesia, ilmu tanaman pakan ini mengalami perkembangan yang cukup bagus, apabila kita lihat dari ribuan hasil penelitian yang telah dilakukan, dan beberapa buku ilmiah yang ditulis oleh para pakar bidang ilmu ini. Tetapi secara nasional itu semua belum bisa mengangkat posisi tanaman pakan sebagai suatu farm crops apalagi sebagai cash crop . Mengapa hal ini terjadi akan kita bahas pada subbahasan selanjutnya. Secara keseluruhan perkembangan ilmu tanaman pakan ini dibagi menjadi dua periode utama, yaitu sebelum tahun 1980, dan setelah tahun 1980. Sebelum tahun 1980 lebih banyak diarahkan pada eksplorasi dan identifikasi sumberdaya
tanaman
pakan,
introduksi
tanaman
pakan,
manajemen
pengeloalan. Perkembanganya terputus-putus, tidak adanya koordinasi antara para peneliti, tidak berkelanjutan. Periode ini bisa dikatakan awal perkembangan dan tonggak untuk penelitian pada masa sekarang.
Pada
periode setelah 1980 penelitian lebih berkembang lagi tidak hanya sebatas untuk pakan ternak tetapi banyak aspek atau manfaat lain dari hijauan yang terus digali, baik peranan dalam sistem usaha tani maupun dalam sistem konservasi sumberdaya alam. Sentuhan bioteknologi pun mulai masuk dalam perkembangan selanjutnya.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa tanaman pakan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membantu peternak maupun dalam kelestarian (konservasi) lingkungan. Adapun peranan dari tanaman pakan sebagai berikut: 1. Menyediakan ketersediaan sumber pakan Hijauan makanan ternak dapat menyediakan sumber pakan bagi ternak. Seorang petani yang menanam hijauan makan dapat menyediakan sumber pakan sepanjang tahun. melalui pola penanaman (design vegetasi ) yang cocok untuk setiap hijauan pada lahan usaha tani dapat meningkatkan ketersediaan hijauan pakan bagi ternak. 2. Mengatasi kekurangan hijauan pada musim kering Masalah utama pada usaha ternak di daerah tropik adalah tidak tersedianya hijauan dan rendahnya kualitas rumput pada musim kemarau. Dengan melakukan penanaman dan pemilihan hijauan yang tepat, masalah tersebut
dapat teratasi, dikarenakan ada beberapa jenis hijauan yang tahan terhadap kondisi kekeringan. Selain itu, dengan suplementasi leguminosa (terutama leguminosa pohon, karena tahan terhadap kekeringan dan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi) dapat meningkatkan kualitas pakan di musim kemarau. 3. Efisiensi penggunaan tenaga kerja Para peternak tradisional masih menganggap hijauan sebagai sumber pakan yang murah, hal ini dikarenakan mereka tidak pernah menghitung biaya (tenaga kerja) yang dikeluarkan untuk menyabit rumput di sumber hijauan. Padahal tenaga yang dikeluarkan untuk mengambil rumput cukup besar, apalagi pada saat musim kemarau. Melalui penanaman hijauan pakan waktu yang digunakan menjadi lebih efisein atau singkat. Pengalaman penulis beserta kelompok tani di Tanjungsari, pada petani yang tidak mempunyai petakan rumput untuk membawa rumput sebanyak 2 keranjang dibutuhkan waktu tidak kurang dari 2-3 jam, sedangkan pada peternak yang mempunyai tidak kurang dari 20 menit. 4. Meningkatkan kesuburan tanah Penamanan rerumputan ataupun leguminosa akan dapat meningkatkan bahan organik tanah, yang selanjutnya akan meningkatkan kesuburan tanah. Apalagi tanaman leguminosa mampu meningkatkan kandungan
nitrogen tanah, karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen dari udara hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium . 5. Mencegah terjadinya erosi dan membantu konservasi tanah Salah satu keuntungan menanam hijauan pakan pada lahan budidaya adalah bahwa tanaman pakan dapat mencegah hilangnya tanah melalui erosi. Dibandingkan dengan lahan gundul atau lahan bera, tanamaman pakan dapat mencegah kehilangan tanah 200 – 2000 kali lebih baik/efektif. Tingkat
efektivitasnya
tergantung
pada
tipe
tanah,
manajemen
pemeliharan tanaman pakan, dan jumlah curah hujan. Pada daerah aliran sungan (DAS ) yang mempunyai waduk di hilirnya, kehadiran tanaman pakan dapat memperpanjang umur waduk tersebut. Hijauan pakan dimasa yang akan datang mempunyai peranan yang lebih besar sebagai alat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. 6. Pemanen air hujan Tanaman pakan (rerumputan dan leguminosa) cenderung mempenertasi lapisan subsoil dan
memperbaiki struktur tanah dan drainase tanah .
Sistem perakaran rumput mempenetrasi lapisan oleh tanah , sedangkan perakaran legum mempenetrasi dari subsoil dan membuat penertasi air lebih besar.
Hamparan rerumputan dan leguminosa memecahkan air
hujan, menahannya lebih lama di lahan, dan meningkatkan air perkolasi .
7. Sumber pendapatan Hijauan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan secara langsung, selain untuk pakan ternak. Pada daerah-daerah yang populasi ternaknya tinggi, hijauan merupakan suatu komiditas agribisnis. Harga per kg hijauan berkisar antara Rp 100 – 400 per kg, tergantung pada musim. Selain itu, permintaan akan pakan hijauan (berupa hay dan silase) dari beberapa negara tetangga cukup tinggi, seperti Korea, Jepang, dan Malaysia. Tingkat harga yang ditawarkannya pun sangat menggiurkan. 8. Mengendali gulma pada tanaman semusim dan tahunan Beberapa tanaman pakan mempunyai adaptasi yang sangat baik sebagai tanaman penutup tanah pada tanaman semusim dan tahunan. Kehadiran tanaman penutup tanah ini dapat menekan dan mengontrol pertumbuhan gulma, selain itu juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. 9. Melindungi ternak dari bahaya dan pencurian Ternak yang dilepas dan dibiarkan untuk merumput jauh dari tempat tinggal, ataupun membuat kandang yang jauh dari rumah sangat rentan untuk mendapat kecelakaan berupa pencurian. Pada beberapa daerah yang masih luas biasanya ternak dilepas begitu saja untuk merumput, dan baru pada sore hari ternak tersebut dicari dan digiring menuju kandang. Bila
hijaun pakan ditanam dekat rumah, perlindungan terhadap ternak akan lebih mudah. 10. Melindungi tanaman pangan dari gangguan ternak Penggembalaan ternak tanpa pengawasan merupakan masalah yang penting bagi petani di lahan kering di Asia Tenggara. Hewan berkeliaran bebas seringkali membuat kerusakan untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Penanaman hijauan pakan dapat membantu petani dalam mengawasi ternaknya karena kemudahan dalam memperoleh sumber pakan.
Setelah mengetahui begitu banyak dan vital peranan dari tanaman pakan, tetapi dalam pengembangannya tidaklah seindah yang diharapkan. Kenyataannya untuk mendapatkan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan masih sangat susah. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala antara lain: (i) persaingan penggunaan lahan, (ii) reduksi lahan-lahan penggembalaan, (iii) benih unggul yang tersedia, (iv) masih rendahnya dinamika bisnis hijuanan, (v) rendahnya kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya nilai tanaman pakan ternak, dan (vi) invasi dari tanaman pengganggu pada berbagai ekosistem sumber hijauan.
Setiap hari jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan. Kenyataan ini menuntut disediakannya jumlah makanan yang lebih banyak. Selanjutnya, dengan adanya pertumbuhan populasi penduduk, lebih banyak ruang yang dibutuhkan untuk perumahan, pertokoan, jalan, dan tempat-tempat lain untuk kepentingan sosial manusia. Dan pada akhirnya kebutuhan untuk hal tersebut lebih menang dibandingkan untuk kegiatan pertanian. Padahal sumberdaya lahan yang ada di bumi sangat terbatas, dan tidak semua dapat digunakan untuk pemenuhan pangan manusia. Persaingan untuk tanaman pakan tantangannya lebih berat lagi, karena harus bersaing untuk kepentingan tanaman pangan. Karena pemenuhan akan kebutuhan perut yang lapar akan lebih didahulukan, dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan protein hewani. Dampak yang terasa lahan-lahan yang digunakan untuk tanaman pakan, biasanya adalah lahan-lahan marginal yang mempunyai keterbatasan fisik, kimia, dan klimatologis. Walaupun begitu, ada beberapa lahan yang bagus kelas lahan I – III yang dapat digunakan untuk tanaman pakan, tetapi dengan design vegetasi yang khusus, yaitu dengan mengintergrasikannya ke dalam sistem pertanaman itu, lahan-lahan yang tersedia tersebut adalah lahan untuk tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan.
Sampai tahun 1990an, hampir setiap daerah di pedesaan masih mempunyai
yang
disebut
dengan
lahan
pengangonan atau
lahan
penggembalaan ternak, biasanya milik desa atau kehutanan, dimana masyarakat sekitar daerah tersebut menggembalakan ternaknya. Desakan kebutuhan hidup manusia, akhirnya menggusur tempat mengambil makan ternak, berangsur-angsur banyak lahan-lahan pengangonan berubah fungsi menjadi perumahan dan kebun tanaman pangan, serta bahkan untuk industri non pertanian. Sehingga kebutuhan hidup ternak diperoleh secara serabutan oleh peternak dari mana saja, padahal untuk kemajuan peternakan sangat perlu adanya basis ekologi, yaitu dalam hal ini lahan. Inilah yang disebut peternakan di awang-awang (Flying herd systems ), peternakan yang tidak menapak pada pijakan atau landasan ekologinya.
Bagi masyarakat yang sudah menyadari pentingnya hijauan pakan dalam pakan ternak akan menyediakan sumber pakan hijauan dengan sebaiknya, sehingga peternak terserbut akan menyediakan hijauan dengan cara menamam tanaman pakan yang mempunyai produktivitas (kuantitas dan kualitas) yang tinggi. Pada saat menaman hijauan pada luasan yang kecil, kebutuhan bibit tidak begitu menjadi masalah, tetapi pada saat akan menaman
dalam luasan yang besar, ketersediaan bibit menjadi masalah. Contoh yang aktual pada bulan Agustus 2005, seorang teman pengajar membutuhkan bibit tanaman rumput gajah sebanyak 10 truk, dan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Atau beberapa perkebunan besar membutuhkan tanaman leguminosa penutup tanah (legume cover crop ). Benih yang dibutuhkan ternyata masih harus diimport dari negara lain, dan nilai bisnis dari benih tersebut bukan suatu hal yang sangat kecil dapat mencapai milyaran rupiah.
Sampai hari ini, masih banyak anggapan bahwa tanaman pakan belum merupakan suatu produk yang mempunyai nilai ekonomi, belum seperti di negara-negara maju, dimana tanaman pakan mempunyai posisi dan nilai ekonomi yang sangat tinggi. Ada beberapa alasan mengapa para peternak jaring melihat keuntungan ekonomis pada penanaman hijauan, antara lain: (i) hijauan seseringnya langsung diberikan kepada ternak jadi tidak terlihat nilai uangnya secara langsung dari hasil tanaman pakan, (ii) para produser tidak mengetahui bagaimana menentukan nilai per kilogram hijauan, (iii) tanaman pakan seseringnya ditumbuhkan pada lahan yang miskin , (iv) tanaman pakan bukan merupakan suatu item perhatian yang menjadi prioritas dalam keseluruhan usaha tani, dan (v) produser merasakan bahwa tenaga kerja,
penanganan, dan penyimpanan hijauan jauh lebih mempunyai nilai dibanding keuntungan ekonomi dari yang dipunyai oleh hijauan itu sendiri. Sebenarnya permintaan dan kebutuhan akan tanaman pakan di tanah air pun cukup tinggi, seperti diuraikan sebelumnya diatas, dan hal itu belum banyak disadari.
Ada beberpa hal yang menyebabkan masih rendahnya
dinamika bisnis dari tanaman pakan, antara lain: (i) sifat produksi hijauan yang masih berfluktuatif, (ii) sifat fisik dari hijauan yang amba (bulky ) sehingga membutuhkan dan memakan ruangan yang besar, dan (iii) belum mapannya pasar dan informasi pasarnya dari hijauan pakan. Karena tidak dinamisnya pasar hijauan pakan menyebabkan tidak timbul dan berkembangnya sentrasentra produksi hijauan pakan dan terbatasnya ketersediaan hijauan pakan serta tidak pedulinya produsen dan konsumen tanaman pakan menyebabkan adanya anggapan tidak penting tanaman pakan.
Pandangan umum terhadap tanaman pakan masih tetap belum sebagai tanaman budidaya (crops ), akan tetapi masih sebagai tumbuhan ( plant ), kecuali oleh masyarakat akademisi dan para peneliti yang berkecimpung dalam bidang itu. Apalagi pandangan di masyarakat kebanyakan bahwa tanaman suatu barang yang mempunyai nilai ekonomi masih sebatas angan-angan. Hal ini
tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena tanaman pakan mempunyai posisi yang vital dalam pemenuhan nutrisi ternak. Kondisi tersebut diatas disebabkan karena masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya tanaman pakan. Masyarakat masih belum menyadari dan merasakan manfaat-manfaat yang dapat dihasilkan dari tanaman pakan. Selain itu, karena kebanyakan tanaman pakan mudah tumbuh dan tidak begitu memerlukan perawatan yang intensif serta alam Indonesia yang begitu subur, terbentuk anggapan bahwa tanpa ditanam dan dipelihara tanaman pakan dapat tumbuh.
Baru setelah persediaannya
kurang, dan dibutuhkan waktu yang lama untuk mengambilnya terasa bahwa tanaman pakan itu penting.
Lahan bekas perladangan dan padang penggembalaan yang tidak terurus banyak diinvasi oleh tanaman-tamanan penggangu ( gulma ). Adanya gulma
di
lahan
tersebut
menyebabkan
beberapa
kerugian,
seperti
berkurangnya produksi yang dihasilkan. Gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica ) dan kirinyuh (Chromolaena odorata ) telah banyak menginvasi lahan-lahan tersebut.
Kadangkala banyak kebijakan pemerintah sendiri tidak berpihak pada peternakan. Tidak adanya perlindungan dan jaminan keberlanjutan bagi usaha peternakan. Usaha peternakan yang terlalu dekat perkampungan membuat peternakan tersebut harus direlokasi, padahal keberadaan peternakan tersebut ada sebelum pemukinan di daerah tersebut berkembang. Karena alasan-alasan tertentu, atau untuk menyeragamkan komoditi di suatu wilayah, penamaman hijauan pakan tidak diizinkan, padahal penamanan tanaman pakan mempunyai keuntungan yang lebih besar dari pada penamanan komoditas lain, seperti padi.
Kita sangat menyadari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang ilmu tanaman pakan di Indonesia demikian panjang, tetapi sampai sejauh ini harus disadari bahwa kita belum bisa berbicara banyak atau tercapai suatu keberhasilan yang nyata dari yang telah kita lakukan selama ini, yaitu ingin terpenuhinya kebutuhan hijauan pakan sepanjang tahun dengan kualitas yang memadai.
Kenyataan yang ada malah menunjukkan ada
penurunan
hijauan
ketersediaan
pakan,
karena
makin
berkurangnya
sumberdaya yang ada dan ilmu pengetahuan yang ada belum bisa menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi atau reposisi
pada tataran ilmu dan pengetahuan di bidang tanaman pakan. Langkahlangkah yang perlu dilakukan, antara lain:
Bagi perguruan tinggi sendiri tentunya harus banyak mengubah dan merevisi kurikulum yang ada untuk disesuaikan dengan permintaan dan kenyataan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang. Perguruan tinggi harus dapat mencetak sarjana-sarjana yang mampu dan siap menjawab permasalahan yang ada.
Berdasarkan cara penggunaanya tanaman pakan dapat digolongan ke dalam 2 golongan besar, yaitu tanaman pakan potongan dan tanaman pakan penggembalaan . Tanaman pakan potongan lebih dikenal dengan soilage crop, tanaman pakan potongan ini dikenal pada sistem cut and carry , atau juga cut and serve system . Selanjutnya hijauan segar yang telah dipotong-potong dan disajikan ke ternak, soilage , sedangkan kalau diawetkan dalam bentuk segar disebut silage , dan kalau diawetkan dalam bentuk kering disebut hay . Hijauan tanaman pakan yang diberikan secara langsung dengan cara digembalakan disebut pasturage , tentunya ini lebih dikenal pada sistem penggembalaan. Tanaman pakan potongan biasanya banyak berkembang pada daerah, dimana lahan menjadi sumberdaya yang terbatas dan berharga tinggi. Kedua jenis tanaman pakan tersebut mempunyai karakteristik yang khusus sesuai dengan penggunaanya. Tanaman pakan yang untuk potongan mempunyai karakteristik yang antara lain, sebagai berikut: produksinya tinggi, membentuk rumpun atau tegakan (bunch type ), dan tentunya tidak tahan terhadap injakan. Adapun ciri-ciri dari rumput yang digunakan untuk penggembalaan adalah produktivitasnya biasanya dibawah rumput untuk potongan, tahan terhadap injakan dan renggutan ternak, menyebar dengan
menggunakan stolan dan rhizome , membentuk tegakan yang menyebar diatas permukaan tanah (sod type ). Ada berapa jenis tanaman pakan berdasarkan asal famili/keluarga taksonominya, yang paling banyak berasal dari keluarga rerumputan dan leguminosa, tetapi ada juga beberapa tanaman pakan lain yang berasal bukan dari kedua keluarga tersebut.
Keluarga rerumputan dan leguminosa
mempunyai banyak perbedaan, tetapi suatu yang pasti dari kedua jenis ini menyediakan sumber pakan bagi ternak, baik ternak herbivora maupun poultry. Perbedaan dan mrofologi kedua jenis tanaman pakan ternak akan lebih lanjut dibahas pada botani dan morfologi tanaman pakan, pada minggu keempat.
Untuk mendapatkan tanaman pakan yang baik, sebaiknya kita harus mengetahui sifat-sifat tanaman pakan yang sesuai dengan tujuan usaha peternakan, yaitu menghasilkan produksi hijauan yang tinggi dengan kualitas yang baik untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup ternak. Kerena dengan menyeleksi tanaman pakan yang benar merupakan salah satu kunci sukses untuk produksi hijauan dan penggunaannya. Berikut ini merupakan beberapa sifat yang perlu dipertimbangkan dalam memilih hijauan, antara lain:
1. Mempunyai kemampuan produksi yang tinggi Tanaman pakan yang mempunyai potensi genetik untuk berproduksi tinggi merupakan pilihan utama, walaupun untuk mewujudkan produksi yang tinggi perlu didukung oleh input produksi yang baik.
Pemupukan,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengaturan pengairan merupakan beberapa kunci sukses untuk dapat mencapai produksi hijaun yang tinggi. 2. Mempunyai kualitas yang baik Kualitas yang baik dapat digambarkan dengan banyaknya daun (ratio daun- batang ), palatabilitas , komposisi kimia , dan tingkat kecernaan tanaman pakan tersebut.
Tanaman pakan yang dikehendaki adalah yang
mempunyai bagian daun lebih banyak dibanding dengan bagian daun. Hal ini dikarenkan bagian daun mempunyai nilai nutrisi yang baik, seperti kaya akan zat gizi dan rendah kandungan seratnya. Pakan yang disukai (palatabilitas tinggi), mempunyai komposisi kimia yang seimbang, dan tingkat kecernaan yang tinggi tentunya sangat disukai oleh pada peternak. 3. Distribusi produksi yang merata sepanjang tahun Sangat tidak mungkin pada kondisi di Indonesia untuk mensuplai kebutuhan ternak dalam sepanjang tahun hanya mengandalkan dari satu jenis tanaman saja, karena kondisi iklim musim yang ada. Oleh karena itu,
para peternak harus memilih beberapa species tanaman pakan untuk melakukan kombininasi penanaman agar dapat memproduksi hijauan sepanjang tahun. 4. Mudah dalam penanaman dan pemeliharaan Lebih mudah dan cepat dalam penanaman biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih mudah. Mudah dalam penamanan ini tidak lepas dari tersedianya material tanam bagai tanaman pakan, yang dapat berupa biji, stek batang, stolon, rhizome , dan sobekan rumpun . Mudah dalam pemeliharaan berhubungan dengan input yang dikeluarkan untuk produksi hijauan. 5. Mudah dalam dikembangbiakan Mudah dikembangbiakan hubungannya dengan produksi benih (biji) dan bahan perbanyakan vegetatif untuk memudahkan dalam penanaman. Di luar
negeri
perbanyakan
rumput
umumnya
dilakukan
dengan
menggunakan biji, tetapi di Indonesia nampaknya penanaman dengan biji masih kurang populer, masih menggunakan perkembangbiakan bahan tanam vegetatif, sehingga pada saat membutuhkan untuk penanaman dalam areal yang luas, kesulitan dalam pengadaan dan pemenuhan bahan tanam. Untuk tanaman legum sudah lazim menggunakan biji, tetapi biji
yang digunakan masih di datangkan dari luar negeri. Ke depan perlu ada pemikiran untuk membuat pusat pembenihan tanaman pakan. 6. Mempunyai umur yang panjang Beberapa tanaman pakan mempunyai siklus hidup annual , dan mesti dilakukan penyemaian benih lagi untuk setiap musimnya. Proses penyemaian setiap musim tanam tentunya tidak begitu efiesin, akan menjadi pemborosan. Padahal masih banyak alternatif pilihan untuk memilih tanaman pakan yang berumur panjang. Untuk selengkapnya akan dibahas di pertemuan kedua. 7. Toleran terhadap kondisi lingkungan Sangat sulit untuk memberikan lingkungan yang semuanya cocok atau dikehendaki untuk pertumbuhan normal tanaman pakan. Kadangkala ada lahan yang tersedia untuk penanaman tanaman pakan tetapi kondisi lingkungan tidak begitu mendukung, tetapi ada beberapa spesies tanaman pakan yang mempunyai toleransi dan resitensi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti tingkat naungan , kekeringan, banjir atau berawa-rawa, tinggi kadar salinitas nya, dan tinggi kadar garamnya. 8. Mempunyai kompatibilitas spesies yang tinggi Kompatibilitas ini penting dalam sistem pertanaman campuran, dimana sistem
pertanaman
campuran
mempunyai
beberapa
keuntungan
diantaranya: terciptanya produksi hijauan yang berkelanjutan sepanjang tahun dan peningkatan kualitas hijauan yang diberikan. Manfaat sistem ini lebih lanjut dibahas pada sistem pertanaman (design vegetasi). 9. Resisten terhadap hama dan penyakit Dengan makin banyaknya penyakit yang menyerang tanaman pakan, yang tentunya dapat menurunkan produksi dan akhirnya nilai manfaat dari tanaman ternak, maka dicari tanaman-tanaman pakan ternak yang tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Walaupun di Indonesia, penyakit tanaman pakan belum begitu mendapat perhatian yang intensif, tetapi pernah menjadi permasalah yang serius ketika lamtora banyak terserang hama kutu loncat. Oleh karena itu, sekarang nampaknya sudah ada penelitian yangserius ke arah tersebut, dan para pemulia tanaman terus menerus mengembangkan varitas-varitas tanaman pakan yang resistan. 10. Bebas dari racun dan antinutrisi Beberapa tanaman pakan ada yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak, tetapi untungnya hanya beberapa saja. Biasanya adanya akumulasi zat-zat yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak disebabkan karena adanya respon terhadap kondisi lingkungan yang ektrim, dan respon terhadap gangguan dari hama dan penyakit (membentuk kekebalan diri) dari tanaman.
Beberapa tanaman dapat menyediakan hijauan yang sangat bagus bagi seekor ternak, tetapi dapat juga membuat tidak sehat atau bahkan dapat menyebabkan sesuatu yang fatal bagi ternak tersebut. Sejumlah tanaman pakan mempunyai hubungan dengan kelainan pada ternak, dan membuat banyak biaya yang dihabiskan dalam setiap tahunnya, hal tersebut dapat disebabkan oleh jeleknya manajemen pengelolaan tanaman pakan, jeleknya manajemen pengelolaan ternak, atau mungkin bisa disebabkan karena lagi kurang beruntung saja.
Bloat merupakan salah satu masalah serius yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kematian, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Ini terjadi ketika gas-gas yang umumnya bias diproduksi dalam rumen menjadi terjerap dalam bentuk busa dan tidak bisa dieruksi, atau disendawakan keluar. Remen bergelumbung dan memberikan tekanan pada organ dalam yang lain. Kalau tanpa cepat ditangani, kematian akan terjadi. Bloat terjadi biasanya pada ternak yang mengkonsumsi hijauan dengan legum yang tinggi. Pemberian dalam bentuk segar lebih memungkinkan terjadinya bloat dibandingkan diberikan dalam bentuk hay, dan pemberian
pakan legum secara ekslusif dapat juag meningkatkan kemungkinan terjadinya bloat. Pencegahanya dapat dilakukan dengan cara penanaman campuran yang cocok antara legum dan rumput, atau memberikan hay sebelum atau selama proses penggembalaan. Cara lain dapat juga dengan memberikan agent antipembusaan untuk mereduksi atau mengeliminasi terjadinya bloat yang disebakan oleh pembentukan busa. Langkah terbaru yang cukup baik adalah dengan cara tanaman transgentik legum yang telah disisipi oleh agent anti pembusaan.
Grass tetany merupakan suatu penyakit yang serius terutama bagi ternak-ternak yang mengkonsumsi hijauan segar terutama rumput. Gejala yang terlihat pada sapi domba adalah ternak kelihatan nervous, otot mengalami kejang, kalau berjalan sempoyongan. Pada tahap selanjutnya ternak terjatuh, dan kejang.
Gejala internal dalam tubuh ternaj yang dapat dideteksi adalah
rendahnya kadar megnesium dalam darah. Makanya nama lain dari penyakit ini adalah hypomagnesium , dimana yang berarti kadar magnesium yang rendah. Kondisi
ini
nampaknya
berhubungan
dengan
ketidakcukupan
magnesium dalam makanan. Rerumputan relatif mempunyai kandungan magnesium yang rendah dibandingkan dengan legum dan forb, terutama
terjadi pada musim dingin. Pada tanah yang basah, nampaknya terjadi penghambatan penyerapan magnesium oleh rerumputan, oleh karena itu, tidak heran bila grass tetany sering terjadi pada musim semi dan gugur, atau pada musim hujan. Untuk mencegah atau perlakuan terhadap grass tetany meliputi penambahan magnesium pada pakan atau memasukkan magnesium kedalam tubuh ternak. Pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung magnesium, atau penyemprotkan magnesium ke hay atau silase dapat mengeliminasi terjadinya penyakit ini.
Pada beberapa keadaan, sejumlah senyawa dapat hadir dalam tanaman pakan, dan selanjutnya diakumulasi pada suatu level tertentu menjadi racun bagi ternak yang mengkonsumsinya. Contohnya seperti
nitrat yang
diakumulasi pada saat terjadi ketidakseimbangan nitrogen didalam tanah, dan masih banyak lagi. Akibat adanya zat-zat tersebut, bisa menyebabkan terjadinya
penurunan
peningkatan
berat
badan,
dan
bahkan
dapat
menimbulkan kematian beberapa tanaman seperti orchadgrass dan tall fescue. Asam prussik atau Cyanida mempunyai tingkat racun yang tinggi bagi setiap organisme yang membutuhkan oksigen, dan dapat diproduksi oleh beberapa tamanan sampai pada tingkat mematikan. yang diakumulasi oleh
tanaman pada saat kondisi lingkungan yang dingin, dan pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah yang sangat besar. Bila anda berminat terhadap senyawa-senyawa skunder yang dapat bisa dikategorikan racun dan antinutrisi bisa membaca buku plant toxic dan toxicant jilid I – IV yang diterbitkan oleh CRC press.
Pada bagian atas kita telah membahas kenapa hijauan belum menjadi produk ekonomi. Pada sub bahasan ini kita akan membahas aspek ekonomi dalam produksi hijauan. Kondisi tanah dan iklim menentukan dimana hijaun akan ditanam. Tetapi pertimbangan ekonomi lebih menentukan dimana, kapan, dan berapa banyak hijauan yang akan ditanam. Ketika hijauan akan dihasilkan dari suatu usaha program peternakan, sebagai seorang pemilik atau manager perusahaan harus ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab, antara lain: (a) Berapa luas hijauan yang akan ditanam? (b) Tipe dan variatas hijauan apa yang akan dipilih? (c) berapa produksi yang akan dicapai dengan pemberian dengan beberapa tingkat input? (d) Digunakan untuk apa hijauan tersebut, pasturage, soilage, hay, atau silage? (e) Teknologi apa yang digunakan untuk itu semua? (f) berapa keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan tersebut?
Bidang agronomi menyediakan data-data hasil, bidang rekayasa menyediakan informasi tentang preformans mesin, dan bidang ekonomi menyediakan informasi harga dan biaya yang ada. Selanjutnya dapat ditentukan nilai keuntungan dari program penanaman hijauan pakan tersebut. Setiap pengelola peternakan harus dapat menggunakan segala sumberdaya yang dipunyai dengan penuh tanggung jawab dalam memproduksi hijauan yang lebih menguntungkan. Sumberdaya itu dapat berupa lahan, modal, tenaga kerja, dan kemampuan managerial yang dipunyai. Pertanyaan-pertanyaan yang di atas mesti dijawab dan dicarikan solusinya. Setiap tanaman pakan mempunyai produksi yang bermacam-macam, dan setiap lokasi mempunyai kecocokan atau kemampuan yang berbeda terhadap
tanaman
yang
ditumbuhkan
diatasnya.
Untuk
menjelaskan
spesialiasasi dalam suatu wilayah, maka prinsip keuntungan komperatif dalam hukum ekonomi dapat digunakan, dimana dimana tanaman yang ditanam tidak akan selalu memberikan hasil tinggi dengan pendapatan yang tertinggi. Sepeti contoh pada daerah A, orang biasa menanam padi karena harganya per kg relatif mahal dibandingkan rumput, tetapi apakah keuntungan dari penanaman padi lebih tinggi, itu belum tentu. Untuk kasus di Jawa Barat ternyata menanam rumput gajah lebih menguntungkan dibanding dengan menanam padi.
Selain memperhatikan keuntungan kompataratif, dalam penggabungan suatu sistem usaha yang berupa gabungan penanaman beberapa tanaman, kita harus dapat memperhatikan sifat hubungan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya.
Terdapat tiga kategori hubungan yang dapat
dikembangkan antara tanaman pakan dengan tanaman lainnya yaitu hubungan komplementari, hubungan individu, dan hubungan kompetitif . Sehingga pengelola usaha peternakan harus cerdas melihat sifat hubungan dari kedua tanaman tersebut.
Produksi hijauan di masa yang akan datang akan lebih ditekankan pada penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan potensi yang ada mengambil keuntungan yang tinggi tanpa memberikan dampak yang merusak, dan dapat berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. Pemilihan jenis hijauan yang cocok, diiringi dengan pengolahan lahan minimum,
penggunaan
dan
pemanfaatan
mikroorganimsme
dalam
meningkatkan produksi, serta mengurangi penggunaan bahan kimia akan terus menjadi trend sampai beberapa tahun kedepan. Konservasi dan peningkatan tanah dan air akan terus menjadi perhatian. Tanaman pakan mempunyai kemampuan dalam mengkonservasi
dan mengawetan sumberdaya tersebut.
Isu lingkungan hidup yang terus
bergulir akhirnya akan membantu pengoptimalkan kemampuan yang dipunyai oleh tanaman pakan.
Penggunaan tanaman pakan dapat membantu
menurunkan laju hilangnya air permukaan, meningkatkan kontrol air, mencegah terjadinya erosi, dan meningkatakan bahan organik tanah, yang pada akhirnya semua itu akan meningkatkan produktivitas tanah. Kondisi perbenihan tanaman pakan yang tidak begitu bagus bila dibandingkan
dengan
tanaman
yang
lainnya,
menuntut
perlunya
pengembangan pusat benih tanaman pakan. Ketergantungan akan benih dari luar negeri harus segera ditanggulangi. Jangan untuk mendapatkan bibit unggul bibit dengan kualitas biasa saja, kita selalu mengalami kesusahan, apalagi kalau benih tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Penelitian ke arah adanya bibit unggul yang mempunyai sifat BUS (baru, unit, dan seragam ) harus cepat dirintis dan dilaksanakan. Peningkatan produksi dan nilai nutrisi melalui program pemuliaan, inilah yang belum banyak digarap oleh para peneliti bidang tanaman pakan. Selama ini kita terlalu asyik dengan hal-hal proses dan pengelolaan budidaya tanaman pakan, padahal untuk mendapatkan perkembangan budidaya pertanian yang maju harus didukung oleh proses pemuliaan yang kuat. Selain diarahkan pada peningkatan produksi dan kualitas, pemuliaan tanaman pakan
juga diarahkan pada peningkatan resistensi dan toleransi tanaman terhadap kondisi lingkungan, hama dan penyakit. Ada dua yang harus digarap dalam peningkatan kualitas dari limbah pertanian. Pertama, tentunya pengembangan melalui pemuliaan dengan cara membuat tanaman-tanaman yang mempunyai dua atau lebih kegunaan, contohnya membuat tanaman padi atau jagung yang mempunyai produksi yang tinggi, dan mempunyai jerami dengan kecernaan atau zat nutisi yang tinggi. Kedua, tentunya pengembangan teknologi pemanfaatan limbah yang ada baik secara fisik, kimia, maupun secara biologi agar dapat ditingkatkan nilai gunanya. Pengembangan teknologi konservasi hijauan sepertinya layak untuk mendapat perhatian, dengan cara memperhatikan kepraktisan dan kemudahan untuk dapat diadopsi di masyarakat.
Pada saat musim berlimpah (musim
penghujan) banyak hijauan yang tidak dapat dimanfaatkan, sedangkan pada musim kemarau hampir tidak ada hijauan. Hal yang perlu dipikirkan selain teknologinya mungkin pendekatan terhadap petani, supaya mereka merasakan bagaimana manfaat yang dapat diperoleh dari konservasi hijauan. Fakta yang ada, leguminosa yang merambat tidak begitu mempunyai tempat dalam pengembangan hijauan pakan di Indonesia, kecuali fungsinya sebagai penutup lahan pada daerah perkebunan, dan pemanfaatan leguminosa
pohon menjadi lebih dominan. Oleh karena itu, pengembangan dan penelitian tentang peranan hijauan pohon untuk pakan harus lebih mendapat perhatian, baik sebagai penghasil hijauan pakan ataupun sebagai fungsi yang lainnya dalam usaha tani, seperti untuk naungan, pagar, dan sebagainya Fakta yang ada menunjukkan bahwa penggunaan lahan pastura sebagai sumber hijauan paling rendah, dan ternyata ada lahan-lahan yang lain yang mempunyai kontribusi yang besar dalam menyediakan hijauan, seperti lahanlahan untuk tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan. Oleh karena itu, perlu upaya pendekatan untuk meyakinkan bahwa tanaman pakan akan mempunyai kontribusi yang tinggi baik secara ekonomi maupun ekologi untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, sehingga ada persamaan presepsi dalam penggunaan lahan tersebut antara orang peternakan dengan yang mempunyai lahan. Pengembangan sistem intergrasi ini bisa memberi jawaban untuk ketahana pangan produk peternakan. Penelitan dan pengembangannya harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan sampai pada tingkat yang mapan dan dapat diaplikasikan di tingkat masyarakat.
Abdullah, L., P.D.M.H. Dewi, dan S. Hardjosoewignyo. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam kurikulum fakultas peternakan. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang. Deptan. Bogor. 11 - 17
Bishop, D.D., L.P. Carter, S.P. Chapman, and Bannett. 1983. Crop Science and Food Production. McGraw – Hill Book Company. 292 – 311. 328 – 345. Djuned, H., M.D.H. Wiradisastra, T. Usri, T. Aisjah, dan A.R. Tarmidi. 1980. Tanaman Makanan Ternak. Bagian Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung. 1 – 11. Djuned, H. dan Mansyur. 2005. Berbagai masalah pengembangan tanaman pakan dalam usaha ternak komersil. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang. Deptan. Bogor. 99 – 103. Heady, E.O. 1963. Economic aspects of forage production. In: H.D. Hughes, M.E. Heath, and D.S. Metcalfe. Forages. The Iowa State University Press, Ames. 22 – 31.. Heath, M.A. 1963. Grassland agriculture. In: H.D. Hughes, M.E. Heath, and D.S. Metcalfe. Forages. The Iowa State University Press, Ames. 13 – 21.
‘tMannatje, J., and R.M. Jones. 1992. Plant Resources of Southeast Asia No. 4. Forages. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia. 17 – 21. Miller. D.A. 1984. Forage Crops. McGraw – Hill Book Company. New York. 1 – 14. Nitis, I.M. 1999. Production if forage and fodder. In L. Falvey and C. Chantalakhana (editors). Smallholder Dairying in the Tropics. International Livestock Research Institute. Nairobi. Kenya. 157 – 184. Perkins, J., R.J. Petheram, R. Rachman, and A. Semali. 1986. Introduction and management prospects for forages in Soutgeast Asian and soutg Pasific. In: G.J. Blair, D.A. Ivory, and T.R. Evans. (Eds.). Forages in Southeast Asian and Spith Pasific Agriculture. ACIAR Proceedings No. 12. ACIAR. Canberra. 15 – 23. Prawiradiputra, B.R. 2005. Pasang surut penelitian dan pengembangan hijauan di Indonesia. Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang. Deptan. Bogor. 3 – 10.