METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET B2 (2) PEMBANGUNAN DOUBLE TRACK UNTUK JATINEGARA S/D BEKASI “PEMBANGUNAN JALAN KA DOUBLE TRACK KM. 23+850 –
25+566 ANTARA JATINEGARA – BEKASI BEKASI (1,36 Km’sp) PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan Pekerjaan ini terbagi atas :
I.
Pekerjaan Umum
II.
Pengadaan Bahan/Material
III.
Pekerjaan Sipil
IV.
Pekerjaan Kontruksi Badan Jalan KA
V.
Pekerjaan Kontruksi Atas Badan Jalan KA
A.
Penjelasan keterkaitan pekerjaan dengan keselamatan perjalanan kereta api
Dalam lingkup pekerjaan kontruksi pada jalan kereta api perlu diperhatikan keselamatan perjalanan KA, disini kita sebagai kontraktor perlu memperhatikan keselamatan perjalanan KA contohnya : •
Bongkar material Pembongkaran dan penempatan material tidak boleh menganggu ruang bebas kontruksi kereta api dan penumpukan material tidak boleh menganggu jarak pandang masinis.
•
Menjalankan lori Pada saat distribusi material kelokasi pekerjaan dengan menggunakan lori pada jalan KA yang tidak bisa dijangkau dengan mobil maka disini kita harus melakukan distribusi material dengan cara menjalankan lori pada jalan kereta api, adapun hal hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan lori yaitu : – Koordinasi dengan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) untuk menggunakan jalan KA. – Lori yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan jangan sampai menganggu perjalanan kereta api.
B.
Penjelasan mengenai pengamanan fasilitas peralatan operasional kereta api
Pengamanan fasilitas peralatan operasional KA dan keselamatan perjalanan KA harus selalu dijaga dan diperhatikan pada waktu kita sedang ada kegiatan pelaksanaan pekerjaan di jalan KA selama pekerjaan berlangsung. Semua fasilitas peralatan operasional KA harus di inventarisir sebelumnya jangan sampai ada yang berubah ataupun hilang karena hal tersebut akan mengganggu keselamatan perjalanan KA, oleh karena itu selama pekerjaan berlangsung harus selalu ada petugas jaga yang bertugas untuk mengecek kondisi dan kelengkapan daripada fasilitas peralatan operasional KA sehingga dapat nyaman untuk melakukan aktifitas pekerjaan dan keamanan serta keselamatan perjalanan KA pun dapat terjaga.
C.
Penjelasan mengenai keselamatan kerja
K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan perala tan kerja kontruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada waktu pelaksanaan pekerjaan sangatlah penting agar terhindar dari resiko bahaya baik secara fisik untuk para pekerjanya sendiri maupun bagi prasarana Perkeretaapian. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian keselamatan adalah kondisi terhindarnya perjalanan kereta api dari kecelakaan akibat faktor Internal. Setiap Pelaksanaan pekerjaan kontruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), yang meliputi : •
Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat ;
•
Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (ASTEK) ;
•
Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek ;
•
Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat.
Dalam setiap pelaksanaan proyek perlu adanya Safety Plan, yaitu rencana pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Safety Plan berisi : •
Pembukaan yang berisi mengenai Gambaran Proyek dan Pokok Perhatian untuk kegiatan K3
•
Resiko Kecelakaan dan pencegahannya
•
Tata cara pengoperasian peralatan
•
Alamat instansi terkait : Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas Pemadam Kebakaran
Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi : •
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan Safety plan
•
Pengawasan pelaksanaan K3 yang meliputi kegiatan patroli yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang ditugaskan oleh pemimpin proyek untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dari segi K3 dan mencatat hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan K3 yang memiliki resiko kecelakaan.
•
Setiap pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa harus mempersiapkan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain : pakaian kerja, pelindung/sarung tangan, pelindung kaki, pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah dan pelindung bahaya jatuh. Begitu juga dengan sarana peralatan dilingkungan proyek antara lain : safety line, tabung pemadam kebakaran, pagar pengamanan, peralatan P3K, dll.
•
Di dalam lingkungan pelaksanaan proyek juga harus tersedia rambu-rambu peringatan yang berfungsi untuk peringatan bahaya, peringatan untuk memakai alat pengaman kerja, petunjuk keluar masuk kendaraan proyek, dan lain-lain.
•
Setiap pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa harus mempersiapkan peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain : pakaian kerja, pelindung/sarung tangan, pelindung kaki, pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah dan pelindung bahaya jatuh. Begitu juga dengan sarana peralatan dilingkungan proyek antara lain : safety line, tabung pemadam kebakaran, pagar pengamanan, peralatan P3K, dll.
•
Di dalam lingkungan pelaksanaan proyek juga harus tersedia rambu-rambu peringatan yang berfungsi untuk peringatan bahaya, peringatan untuk memakai alat pengaman kerja, petunjuk keluar masuk kendaraan proyek, dan lain-lain.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pembangunan Perkeretaapian, tergantung pada lokasi pekerjaan antara lain : •
Di sebelah jalur operasi/exsisting aktif : pemasangan safety line pada batas ruang bebas, koordinasi dengan petugas stasiun terdekat, ada trainwatcher dengan perlengkapannya, alat berat tidak boleh melewati garis safety line.
•
Di lokasi ruang bebas : pelaksanaan harus izin dengan telex, pasang semboyan yang diperlukan, kemampuan kerja, tenaga dan alat harus sesuai dengan waktu yang tersedia.
D.
Penjelasan mengenai tahapan pekerjaan
TAHAPAN PEKERJAAN I.
Pekerjaan Umum
1.
Pembuatan Direksi Keet Dan Gudang Kerja . 1.1.
Pembuatan direksi keet dan gudang kerja dimaksudkan untuk pembuatan kantor lapangan selama proyek berlangsung dan gudang kerja untuk penyimpanan alat dan bahan yang dipergunakan.
1.2.
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain beton Bo, kayu kas o berbagai ukuran, triplek untuk dinding dan plafond, kaca nako, alat-alat pengunci, seng dan cat .
1.3.
Urutan-urutan pelaksanaan sebagai berikut : 1.3.1. Pengajuan gambar dan ukuran bangunan 1.3.2. Pengajuan material yang akan dipakai 1.3.3. Pengukuran dan pematokan di lapangan 1.3.4. Perataan dan perapian area bangunan 1.3.5. Pemasangan rangka tiang, dinding, dan atap 1.3.6. Pemasangan dinding dan jendela serta pintu 1.3.7. Pekerjaan lantai dengan beton Bo 1.3.8. Pengecatan
2.
Pembongkaran Direksi Keet
Setelah pekerjaan semua selesai kemudian direksi keet dibongkar dan material bekas bongkaran dikembalikan kesatker atau lokasi yang ditunjuk oleh satker dan konsultan.
3.
Perlengkapan Direksikeet Dan Penerangan. 3.1.
Perlengkapan Direksi keet dan penerangan antara lain mencakup meja dan kursi, instalasi listrik pada semua bangunan.
3.2.
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain meja dan kursi kerja, saklar, stop kontak, lampu TL, kabel NYM.
3.3.
Power supplay dilokasi 3.3.1
Urutan pekerjaan :
3.3.2. Pengajuan pengadaan dan gambar titik-titik lampu, stop kontak dan saklar. 3.3.3. Pengajuan Pengadaan meja dan kursi kerja 3.3.4. Pengadaan perlengkapan direksi keet dan pemasangan instalasi listrik.
4.
Papan Nama Proyek 4.1.
Papan Nama Proyek dibuat sebagai informasi mengenai keberadaan proyek yang dilaksanakan.
4.2.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain papan yang sudah dihaluskan sedemikian, balok kayu dengan ukuran yang memadai, cat dasar dan cat tulisan dengan memakai cat minyak serta pondasi untuk dudukan tiang.
4.3.
Urutan-urutan pekerjaan selanjutnya diuraikan sebagai berikut : 4.3.1
Pengajuan Gambar dan ukuran papan nama proyek
4.3.2. Pengajuan bahan-bahan yang akan dipakai 4.3.3. Pabrikasi material. 4.3.4. Pengecatan papan nama 4.3.5. Penggalian dan pembuatan pondasi 4.3.6. Install papan nama. 4.3.7. Pembersihan dan perapihan areal kerja.
5.
Pekerjaan Pengukuran Stake Out.
5.1.
Urutan pekerjan: 5.1.1
Pengukuran secara keseluruhan alur saluran dan penempatan konstruksi lainnya.
5.1.2. Pengadaan dan pemasangan stake out yang dipasang sedemikian sehingga
tidak terganggu pada saat pelaksanaan konstruksi sehingga penempatan konstruksi tetap sesuai dengan rencana. 5.1.3. Pembongkaran stake out dilakukan setelah pekerjaan selesai.
6.
Pembuatan Rambu-Rambu untuk Semboyan 6.1.
Pembuatan rambu-rambu semboyan diperlukan untuk melindungi disaat kita melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dan pekerjaan track existing
6.2.
Bahan yang diperlukan untuk membuat rambu-rambu semboyan antara lain, kayu kaso ukuran 4 x 6 cm, triplek tebal 12 mm, cat kayu, kain bendera.
7.
Penjagaan Keamanan selama Pekerjaan Berlangsung
Pelaksanaan kerja, faktor keamanan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Karena dengan terciptanya keamanan akan menjamin kelancaran suatu pekerjaan. Maka untuk hal ini seyogyanya mengadakan koordinasi dimulai dari Ketua RT atau RW, keamanan wilayah, Babinsa dan Polsek setempat serta instansi terkait lainnya. Jika ada pekerjaan dari instansi lain yang bersamaan lokasi pekerjaannya, maka akan diadakan koordinasi sampai pelaksanaan selesai.
8.
Keamanan dan Koordinasi selama Pekerjaan Berlangsung 8.1.
Koordinasi dengan instansi terkait , antara lain :
8.2.
Satuan Kerja DDT
8.3.
Daop I (PT. KAI)
8.4.
SK/DK setempat
8.5.
Kepala Stasiun terkait lokasi masing-masing beserta jajaran terkait.
8.6.
PK dan OC
8.7.
Instansi-instansi Pemerintah Daerah yang terkait se rta Pihak yang terkait dengan hal Pengaturan lalulintas, ketertiban dan keamanan.
8.8.
Kepolisian dan Pihak Kemananan Setempat
8.9.
Perijinan, Setiap memulai pekerjaan terutama yang berhubungan langsung dengan area jalan rel dan area stasiun, terlebih dahulu harus koordinasi dengan Pihak PT. KAI untuk mendapatkan ijin pekerjaan di lokasi masing-masing. Sementara perijinan dan koordinasi pengaturan lalu jalan raya sehubungan dengan adanya pekerjaan di area jalan raya, terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan untuk pengaturan dan pengawasan lalu lintas, dengan Dinas PU untuk konstruksi di perlintasan, dan Kepolisian Wilayah untuk koordinasi pengamanan dan perencanaan rekayasa lalulintas.
8.10.
Keselamatan kerja Pada saat bongkar material dan muat material memakai crane, area swing harus steril dan semua takel terkunci dengan sempurna untuk menghindari lepasnya tali pengikat beban
8.11.
Peralatan kerja Pemasangan Rambu dan Semboyan Pada lokasi pekerjaan, terutama di lintas jalan KA, maka dipasang semboyan sesuai kebutuhan untuk mengamankan PERKA, dan ditempatkan train watcher, sebanyak 2 orang tiap lokasi, yang dilengkapi dengan
bendera dan semboyan cahaya.
9.
Mobilisasi dan Demobilisasi Material dan Alat Berat 9.1.
Dalam pelaksanaan mobilisasi, harus dilakukan dengan metode yang benar antara lain moda angkutan yang dipakai, dimana jenis angkutan harus disesuaikan dengan material yang akan diangkut serta kelas jalan yang akan dilalui sampai ke lokasi. Koordinasi dengan Polisi/DLLAJR atau pihak terkait lainnya harus dilakukan bila
9.2.
dibutuhkan agar tidak mengganggu kepentingan umum dan pihak lainnya dalam hal angkutan melalui jalan raya.
II.
Pengadaan Bahan/Material 1. Ballas Batu Pecah 2/6 cm Sampel material ballas disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya
1.1.
pengiriman, Sampel dari produk jadi untuk gradasi dan tes lain yang diperlukan harus diambil dari setiap 10.000 m3 ballast, kecuali dinyatakan disetujui. Setiap sampel harus representatif dan harus berat tidak kurang dari 50 kg. Ketika perubahan kontraktor dari bahan pemberat atau query, sampel uji material ballast harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui sebelum dimulainya pasokan. Pemeriksaan rutin harus dilakukan pada bahan ballast untuk meyakinkan kelanjutan sesuai
1.2.
dengan spesifikasi.
Lokasi quary ballast terletak di parung bogor yang merupakan pemasok ballas untuk
1.3.
PT. KAI. Produktivitas maksimum quary adalah 2000 m3 per hari untuk kedua tambang dan
1.4.
volume yang dibutuhkan maksimum per satu hari adalah 64 m3 Quary
Capacity/days
Production
100m3 (1 machine)
Maximum capacity 200m3 (2 machine)
Remarks
Volume 1truck = 8m3 Transportation
64m3 8
1.5.
truckx1times/days
Sistem Pengiriman material ballas dari quary dengan menggunakan truck kelokasi lewat jalan umum.
2. Bantalan Beton Termasuk Alat Penambat 2.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
2.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen bantalan beton disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
2.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa bahan yang digunakan untuk pembuatan bantala n beton dan penambat sesuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
2.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan telah dilakukan dan semua persyaratan telah dipenuhi.
2.5.
Bantalan Beton dan alat Penambat yang akan digunakan berasal dari PT. Bina Sarana Dirgantara, pabrik terdekat untuk memasok berasal dari Lampung (Sumatera Selatan).
Jarak dan kapasitas produksi adalah sebagai berikut : Uraian
Pabrik Lampung (Sumatera Selatan)
Kapasitas Produksi
1000 pcs/hari
Jarak Kelokasi
257 km
Kapasitas Truck Untuk Pengiriman 2.6.
40 pcs/truck
Sistem transportasi Bantalan beton dari pabrik diangkut kelokasi dengan menggunakan truck.
2.7.
Penambat bantalan beton dari pabrik diangkut dengan truck kelokasi gudang yang telah kita siapkan.
3. Bantalan Kayu dan Alat Penambat 3.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
3.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen bantalan kayu disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
3.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material bantalan kayu dan penambat sesuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
3.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan telah dilakukan dan semua persyaratan telah dipenuhi.
4. Rail R.54 4.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
4.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen rel R.54 disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
4.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material rel R.54 sesuai de ngan semua
persyaratan dari spesifikasi teknis 4.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan telah dilakukan dan semua persyaratan telah dipenuhi.
5. Las Thermit 5.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
5.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen las thermit disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
5.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material las thermit s esuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
5.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan telah dilakukan dan semua persyaratan telah dipenuhi.
6. Plate Sambung R.54 6.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
6.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen plate sambung R.54 disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
6.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material plate sambung R.54 sesuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
6.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan
7. Wesel R.54 7.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
7.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen wesel R.54 disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
7.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material wesel R.54 sesuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
7.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan
8. Insulated Rail Joint R.54 8.1.
Daftar berikut disampaikan kepada konsultan untuk peninjauan
8.2.
Gambar dan spesifikasi sampel uji produsen wesel R.54 disampaikan kepada konsultan untuk disetujui sebelum dimulainya pengiriman.
8.3.
Sertifikat yang menyatakan bahwa material wesel R.54 sesuai dengan semua persyaratan dari spesifikasi teknis
8.4.
Sertifikat pengujian termasuk data uji untuk menunjukkan bahwa semua uji yang ditentukan
III.
Pekerjaan Sipil 1. Retaining Wall Type – B 1.1.
1.2.
Persiapan dan rencana kontruksi
•
Konfirmasi kontrak, spesifikasi dan gambar
•
Jadual kerja
•
Metode kerja
•
Pengawasan mutu
•
Pengamanan pekerja dan peerjalanan kereta api
Material
Material yang akan digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi dan teknis. Material yang dipakai sudah disetujui oleh konsultan 1.3.
Metode kerja
1.4.
Pelaksanaan
1.5.
Pengukuran dan pematokan
1.6.
•
Menentukan titik bantu pada lokasi
•
Untuk menentukan kedalaman galian dan harus lurus
Pekerjaan galian
•
Galian harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi
•
Harus aman dari pipa gas dan kabel
•
Diberi ruang untuk saluran sementara, bekas galian jangan menganggu pekerjaan lainnya
1.7.
•
Diratakan
•
Cek elevasi
Pekerjaan bord pile
Pekerjaan pengeboran dilakukan dengan alat bor dengan ketentuan kedalaman yang sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Karena menggunakan tipe fondasi bored pile maka pengerjaan dilaksanakan dengan pengadaaan alat bor selama penjadwalan dilakukan. Fondasi bored pile dengan spesifikasi case in situ, artinya pekerjaan pengeboran dilakukan terlebih dahulu setelah itu
dilakukan pengisian beton kedalam lubang bor dan dengan kerangka tulangan. Pada bagian fondasi harus menggunakan bekisting dengan ketebalan plat 3mm bekisting tak permanen. Pada saat pengeboran kita harus memastikan stabilitas tanah pada lubang bor sampai tahap pengecoran. Jika kondisi stabilitas tanah rawan longsor maka kita harus menggunakan material bentonite. 1.8.
1.9.
Pekerjaan pembesian
•
Mengacu pada gambar kerja dan spesifikasi teknis
•
Tandai posisi penampatan besi
•
Mengecek ikatan kawat bendrad
•
Mengecek jarak antara besi
Pekerjaan pengecoran
•
Dasar lubang yang akan di cor harus bersih dari tanah atau benda benda lainnya
•
Beton K 250
•
Contoh material untuk tes slump
•
Contoh material untuk tes silinder
•
Menyiapkan mesin vibrator
•
Pengecoran dengan metode talang
•
Pengecoran dengan ready mix dengan interval waktu kedatangan tidak boleh lebih dari 2 jam
• 1.20.
1.21.
Selesai pengecoran harus dibersihkan
Pekerjaan batu kosong
•
Mengacu pada gambar dan spesifikasi teknis
•
Disusun dengan rapat untuk mengurangi rongga
•
Menghampar pasir untuk mengisi ronngga
•
Padatkan dengan stamper
Pekerjaan leveling concrete
•
Beton K 175
•
Tes slump
•
Bahan-bahan akan dicampur dilapangan dengan menggunakan mesin mollen dengan campuran sesuai beton K 175
•
Material ditempatkan disebelah jalan akses
•
Metode pengecoran dengan talang
•
Cek elevasi sesuai dengan gambar
•
Permukaan harus rata
1.22.
1.23.
1.24.
Pemasangan pembesian footing
•
Mengacu pada gambar kerja dan spesifikasi teknis
•
Tandai posisi penampatan besi
•
Mengecek ikatan kawat bendrad
•
Mengecek jarak antara besi
•
Proteksi besi tiap 5 m’
Pemasangan bekisting
•
Harus kuat
•
Mengecek kelurusan
•
Mengecek penyangga dan separator
•
Sebelum melakukan pengecoran lokasi harus bersih
•
Begisting dipoles dengan oli
Pengecoran
•
Beton K 250
•
Test slump
•
Mengecek elevasi
•
Menyiapkan mesin vibrator
•
Contoh material untuk tes silinder
•
Pengecoran dengan metode talang
•
Pengecoran dengan ready mix dengan interval waktu kedatangan tidak boleh lebih dari 2 jam
1.25.
1.26.
•
Pengecoran
•
Selesai pengecoran harus dibersihkan
•
Permukaan harus rata
Pembongkaran bekisting
•
Minimal waktu untuk bongkar
•
Setelah bekistig dibongkar kemudian ditempatkan dilokasi yang aman
•
Dibersihkan terlebih dahulu
•
Simpan ditempat yang aman dan susun dengan rapi
Pemeliharaan
• 1.27.
Dengan karung basah dilaksanakan 3 x sehari
Pemasangan pembesian dinding
•
Mengacu pada gambar kerja dan spesifikasi teknis
•
Tandai posisi penampatan besi
1.28.
•
Mengecek ikatan kawat bendrad
•
Mengecek jarak antara besi
•
Proteksi besi tiap 5 m’
Pemasangan bekisting dinding
•
Harus kuat
•
Mengecek kelurusan
•
Mengecek penyangga dan separator
•
Jarak separator
•
Cek pipa PVC termasuk pengisi material
•
Sebelum pemasangan bekisting penutup, terlebih dahulu beton footing terhadap dinding di bobok supaya sambungan lama dan baru menyatu
1.29.
Pengecoran dinding
•
Beton K 250
•
Test slump
•
Mengecek elevasi
•
Menyiapkan mesin vibrator
•
Contoh material untuk tes silinder
•
Pengecoran dilakukan layer per layer, tiap 1m layer panjang 20 m’
•
Layer selanjutnya tidak boleh lebih dari 2 jam untuk mengindari kekeringan
•
Pengecoran dengan ready mix dengan interval waktu kedatangan tidak boleh lebih dari 2 jam
1.30.
•
Metode pengecoran dengan talang
•
Permukaan atas harus rata
•
Expantioned joint tiap 20 m' dan joint filler selebar 30 mm
Pemeliharaan
• 1.31.
Dengan karung basah dilaksanakan 3 x sehari
Pembongkaran bekisting
•
Minimal waktu untuk bongkar 3 hari
•
Setelah bongkar, begisting ditempatkan di area yg aman
•
Dibersihkan terlebih dahulu dan di poles dengan oli kemudian simpan dengan rapih
1.32.
Backfill
•
Area Back fill harus bersih
1.33.
•
Jangan ada air di daerah backfill
•
Harus diisi dengan tanah merah
Pembersihan lapangan
•
Semua lahan setelah pekerjaan selesai harus bersih dan rapi, tidak ada alat atau material yang tertinggal
2. Retaining wall type – D
Metode kerja sama dengan type – B
3. Drainage Type – C 3.1.
Persiapan dan rencana kontruksi
•
Konfirmasi kontrak, spesifikasi dan gambar
•
Jadual kerja
•
Metode kerja
•
Pengawasan mutu
•
Pengamanan pekerja dan peerjalanan kereta api
3.2.
Metode kerja
3.3.
Material sudah disetujui oleh konsultan
3.4.
Material • Semen portland, harus sesuai SNI 15-2049-1990 tentang mutu dan uji semen
portland. •
Agregat halus (pasir), harus sesuai dengan SNI 03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton
•
Agregat kasar (kerikil), harus sesuai dengan SNI 03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton DPP 2012 S.15-2
•
Besi tulangan, harus sesuai dengan SNI 03-2052-1990, Baja tulangan beton
•
Air, harus sesuai dengan SNI 03-6861.1-2002 tentang spesifikasi air sebagai
•
Cetakan (bekisting) untuk pembuatan saluran dapat digunakan sebagai bahan dari kayu atau pelat besi
3.5.
Pelaksanaan
3.5.1. Survei lapangan
•
Pengukuran dan pemasangan patok
•
Pemasangan patok bowplank
3.5.2. Pekerjaan tanah
Penggalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan panjang pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan tanah dasar galian apabila turun hujan. •
Galian tanah sesuai dengan gambar kerja
•
Lubang galian harus sesuai dengan spesikasi teknis dan gambar
3.5.3. Pekerjaan batu kosong
•
Menggelar batu kosong
•
Mengisi rongga pada kosong dengan pasir
•
Memadatkan gelaran batu kosong dengan stamper
3.5.4. Pekerjaan leveling concrete
•
Beton K 175
•
Tes slump
•
Bahan-bahan akan dicampur dilapangan dengan menggunakan mesin mollen dengan campuran sesuai beton K 175
•
Material ditempatkan disebelah jalan akses
•
Metode pengecoran dengan talang
•
Cek elevasi sesuai dengan gambar
•
Permukaan harus rata
3.5.5. Pemasangan saluran air pracetak
•
Pengiriman material dari batchig plant dengan menggunakan truck trailer
•
Bongkar saluran air pracetak disamping lokasi agar mudah untuk pemasangan
•
Pemasanga Bowplank pada galian untuk pengecekan kelurusan maupun elevasi dengan jarak maksimum 20 m untuk menghindari lendutan benang acuan. Sebaiknya dengan 2 benang dimana yang satu pada as saluran sedang lainnya pada sisi luar precast untuk kelurusan pamasangan saluran.
•
Angkat saluran air pracetak dengan menggunakan crane atau takle kemudian letakan diatas leveling concrete
4. Drainage Type – B Metode kerja sama dengan type – C
5. French drain type – B 5.1.
Persiapan dan rencana kontruksi
•
Konfirmasi kontrak, spesifikasi dan gambar
•
Jadual kerja
•
Metode kerja
•
Pengawasan mutu
•
Pengamanan pekerja dan peerjalanan kereta api
5.2.
Metode kerja
5.3.
Material sudah disetujui oleh konsultan
5.4.
Material
5.4.1. Batu •
Batu untuk pemasangan batu kosong adalah batu blondos yang keras dan awet
•
Batu kosong dengan berat 40 kg dengan dimensi minimum 300 mm
5.4.2. Geotextile
• 5.5.
Sesuai dengan spesifikasi teknis
Pelaksanaan
•
Konfirmasi kontrak, spesifikasi dan gambar.
5.1.1. Survei lapangan
•
Pengukuran dan pemasangan patok
•
Pemasangan patok bowplank
5.1.2. Pekerjaan tanah
Penggalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan panjang pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan tanah dasar galian apabila turun hujan. •
Galian tanah sesuai dengan gambar kerja
•
Lubang galian harus sesuai dengan spesikasi teknis dan gambar
5.1.3. Pekerjaan geotextile
•
Membersihkan tempat yang akan digelar geotextile dari akar pohon dan benda benda pengrusak lainnya.
•
Memberikan overlap pada posisi penyambungan
5.1.4. Meletakan batu
•
Batu blondos disusun dan diatur rapi sampai keteinggian mencapai 18 cm.
•
Memasang atau meletakan pipa PVC dia 250 mm
•
Melanjutkan pemasangan batu blondos sampai dengan ketinggian sesuai dengan gambar
•
Geotextile dilipat hingga menutup rapat drainase dengan lebar overlap 15 cm
5.1.5. Penimbunan kembali
•
IV.
Batu blondos yang telah datur rapi dan dibungkus geotextile kemudian ditimbun
Pekerjaan Kontruksi Badan Jalan KA 1. Mengupas Permukaan Tanah Humus/Striping
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lapangan disekitar lokasi dari material yang tidak diperlukan, rumput-rumput, pohon/akar sehingga nantinya tidak akan mengganggu saat pelaksanaan pekerjaan dikupas menggunakan alat berat yang sesuai, dengan ketebalan kupasan sesuai dengan kebutuhan seperti yang tercantum dalam gambar rancangan atau menurut ukuran dan ketinggian lain sesuai yang diperintahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan (konsultan). 2. Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah dilakukan mengacu pada gambar yang telah direalisasikan dengan pengukuran dan pematokan di lapangan, begitu pula dengan kedalaman galian harus berdasarkan gambar. Material galian dapat digunakan sebagai material timbunan kembali apabila mendapat persetujuan dari konsultan dan pemberi tugas 3. Buang Tanah Bekas Galian
Pekerjaan buang tanah bekas galian merupakan lanjutan dari pekerjaan pembersihan lokasi dan pekerjaan galian tanah, pembuangan lapisan permukaan tanah dan material-material yang tidak diperlukan dibuang ke luar dari lokasi pekerjaan menggunakan dump truck 4. Urugan Perataan, dan Pemadatan Tanah
Tanah dasar pada lokasi pekerjaan sudah padat selanjutnya timbun dengan tanah merah yang ditentukan dan disetujui oleh pemberi tugas, dengan pengangkutan menggunakan dump truck.
Material tanah urug (tanah merah) dihamparkan menggunakan alat bulldozer dengan ketebalan 20 - 30 cm, dan selanjutnya dipadatkan menggunakan alat pemadatan vibro roller yang sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan pengurugan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis 20 - 30 cm lepas dan dipadatkan/digilas menggunakan alat yang sesuai mencapai 95% kepadatan kering dan dilakukan pada kadar air optimum dilakukan seterusnya hingga mencapai ketinggian yang telah direncanakan sesuai gambar kerja Setelah betul-betul padat maka dilakukan test kepadatan sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Pekerjaan Sub Ballas Untuk Badan Jalan KA
Pekerjaan pemadatan timbunan sirtu dilakukan setelah pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah selesai sesuai yang direncanakan mengacu pada gambar kerja. Sirtu dihamparkan di atas lapisan timbunan tanah yang sudah dipadatkan dengan menggunakan dump truck dan diratakan menggunakan alat bulldozer dengan ketebalan mengikuti gambar kerja kemudian dipadatkan menggunakan alat vibro roller dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
V.
Pekerjaan Kontruksi Atas Jalan KA A. Konfirmasi kontrak dan spesifikasi
•
Kontrak dan spesifikasi.
•
Gambar kerja.
•
Kontruksi bawah badan jalan KA sudah selesai dikerjakan. dengan maksimal kepadatan kering 95%.
•
Material sudah disetujui oleh konsultan.
•
Material sudah dilokasi penumpukan.
B. Survey lapangan
•
Pengukuran dan pemasangan patok tiap 10 meter
•
Lokasi penyimpanan atau penumpukan material diluar ruang bebas kereta api
•
Metode transportasi diserahkan ke konsultan
•
Rencana titik las, sambungan dan insulated rail joint diserahkan ke konsultan
•
Koordinasi dengan seksi yang berkaitan
•
Metode kerja diserahkan ke konsultan
C. Keselamatan
•
Keselamatan tenaga kerja, train watcher harus ada pada waktu pekerjaan
•
Keselamatan kereta api harus dikoordinasikan dengan pihak PT. KAI
•
Keselamatan untuk transportasi material dan peralatan kerja harus diluar ruang bebas kereta api
D. Persiapan kerja
•
Rencana kerja
•
Metode kerja
•
Rencana keselamatan
•
Jadual pekerjaan
•
Waktu kerja
•
Telegram atau ijin dari pihak terkait
•
Data material
•
Data Peralatan
•
Jadual tenaga kerja
•
Metode Transportasi
•
Permintaan untuk inspeksi
E. Transportasi material
•
•
Transportasi rel R.54 dengan menggunakan KLB •
Mengecer rel.
•
Rail harus diganjal dengan kayu.
•
Penataan rel harus lurus dan rapi.
Transportasi bantalan beton dengan truck atau lori •
Bantalan beton diecer dan disimpan dilokasi kerja.
•
Bantalan beton harus diganjal dengan kayu dan tersusun maksimal dua tumpukan.
•
Transportasi ballas dengan truck •
Ballas dibongkar dilokasi pekerjaan diluar ruang bebas kereta api.
•
Bongkaran ballas tidak menganggu pekerjaan lainnya.
F. Persiapan pemasangan material track
•
Tandai rel untuk posisi pengelasan,sambungan dan insulated rail joint. •
LT = Las Thermit
•
S = Sambungan
•
IRJ = Insulated Rail Joint
•
Pengelasan rel pada titik las.
•
Pengeboran rel pada lokasi sambungan dan insulated rail joint.
•
Tanda untuk spasing bantalan pada kaki rel.
•
Pemasangan insulated rail joint pada titik insulated rail joint.
1. Menghampar ballas 1.1.
Menghampar ballas bawah lapis demi lapis sampai dengan ketinggian yang ditetapkan kurang lebih 25cm
1.2.
Cek ketinggian ballas bawah atau kurang dari 5 cm
2. Memasang atau menyusun bantalan beton dan kayu 2.1.
Memberi tanda sementara untuk spasing bantalan pada kaki rail
2.2.
Meletakan bantalan beton diatas ballas
2.3.
Ukur as track pada bantalan beton tiap 10 m
2.4.
Pemasangan rel pad
3. Muat angkut dan bongkar rel R.54 3.1.
Rel dari gudang penumpukan dimuat dengan menggunakan crane atau forklip keatas KLB kemudian diecer kelokasi dengan menggunakan kereta luar biasa (KLB).
3.2.
Pembongkaran rel dilokasi dengan manual tenaga kerja
4. Memasang dan menyetel rel R.54 4.1.
Rel R.54 sudah siap disamping rencana track baru
4.2.
Letakan rel diatas rel pad pada bantalan beton pada sisi kanan
4.3.
Menyetel rel untuk sambungan dan pengelasan rel toleransi kontruksi kurang lebih 2mm dari rencana gap
4.4.
Pengukuran as track dengan rel, toleransi kontruksi 20mm dari rencana as Track.
4.5.
Pasang ganjal untuk gap pada lokasi pengelasan rel 22 – 26 mm
4.6.
Geser bantalan pada tanda spasing dikaki rel.
4.7.
Pemasangan sambungan
4.8.
Pemasangan penambat bantalan
4.9.
Tahap selanjutnya pada sisi kiri
4.10.
Periksa as track toleransi kontruksi kurang lebih 4 mm dari re ncana as track. Lihat gambar V. Pekerjaan Kontruksi Atas JAlan KA
5. Pengelasan rel R.54 dengan last hermit 5.1.
15 cm masing-masing dari ujung rel harus bersih dari debu, oli dan karat.
5.2.
Ukur kelurusan rel dengan mistar 1 meter o
Vertical atas kurang dari 0.4 mm
o
Vertical bawah 0
o
Horisontal kurang dari 0.4 mm
5.3.
Menyetel alat obor
5.4.
Memasang cetakan mould R.54
5.5.
Mengunci cetakan mould
5.6.
Memasang tempat sisa buangan peleburan las
5.7.
Periksa cetakan
5.8.
Pasang dan seting tungku
5.9.
Seting obor pemanas
5.10.
Pemanasan
5.11.
Menempatkan tungku pada posisi peleburan
5.12.
Pembakaran thermit
5.13.
Menuangkan cairan baja
5.14.
Membuka cetakan mould
5.15.
Memotong sisa las berlebih dengan mesin shear
5.16.
Gerinda sisa pemotongan setelah dingin. Lihat gambar untuk pengelasan dengan las thermit
6. Memasukan ballas atas 6.1.
Mengisi atau memasukan ballas sampai dengan rata bantalan dengan menggunakan lori.
7. Temping dengan HTT 7.1.
Angkat track dengan menggunakan dongkrak kodok dari elevasi rencana kurang 3 cm.
7.2.
Padatkan dengan mesin HTT tiap 3 m
7.3.
Mengisi ballas sampai dengan rata bantalan
7.4.
Pengukuran track setelah selesai toleransi konstruksi sesuai spesifikasi teknis •
Gauge +2 ~ -0 mm
•
Cross level 12 mm
•
Longitudinal level 12 mm / 3 m panjang
•
Horizontal alignment 112 mm / 3 m panjang Lihat gambar untuk temping dengan HTT
8. Angkat listring track dengan MTT 8.1.
Persiapan •
Tulis nilai angkatan pada sisi sebelah kanan bantalan tiap 3 m maksimal nilai angkatan 50 mm.
•
Tulis nilai geseran pada sisi sebelah kiri bantalan tiap 3 m maksimal nilai geseran 30 mm.
8.2.
•
Tulis nilai peninggian rel pada tengah bantalan tiap 3 m untuk diposisi lengkung.
•
Tulis posisi awal lengkung dan akhir lengkung.
•
Tandai posisi kabel dan rel bonding.
Window time •
Telegram atau izin
•
Koordinasi kepada konsultan dan PT. KAI
•
Dokument untuk mulai pekerjaan sudah disetujui oleh konsultan
•
Pemasangan semboyan 3 dengan lampu pada malam hari atau bendera pada siang hari.
•
Komunikasi dengan baik antara pengawal MTT dengan pengatur perjalanan kereta api (PPKA).
8.3.
Angkat lestreng dengan MTT •
Komunikasi yang bagus dengan operator
•
Pedoman peralatan pada pekerjaan
•
Tamping track dengan MTT
•
Tamping track dengan HTT pada lokasi kabel
•
Pemadatan ballas dengan VDM
•
Pengukuran longitudinal level dan horizontal alignment setelah dikerjakan MTT toleransi konstruksi sesuai spesifikasi teknis – Lebar sepur 1067 – 1069 mm
– Cross level maksimum 2 mm – Puntiran/twist maksimum 6 mm per 5 m panjang – Longitudinal level maksimum 2 mm per 10 m panjang – Horizontal maksimum 2 mm per 10 m panjang pada jalan lurus • 8.4.
Mengisi dan merapikan ballas
Mencabut semboyan 3 •
Data hasil pengukuran sudah disetujui oleh konsultan.
•
Track sudah bebas dari peralatan dan material kerja.
•
Surat pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh konsultan dan PT. KAI.
•
Site manejer, pelaksana dan train watcher harus monitor kereta pertama yang akan lewat.
8.5.
Tes uji coba operasi •
Tes uji coba operasi meminta ijin kepada pihak PT. KAI.
•
Beroperasi pada ijin kecepatan yang ditentukan Standar PT. KAI.
•
Perbaikan hasil uji coba dengan kereta inspeksi.
•
Menyerahkan data hasil perbaikan kepada konsultan. Lihat gambar untuk Angkat listring track dengan MTT
9. Angkutan wesel 9.1.
Wesel dari gudang penumpukan dimuat dengan menggunakan crane atau forklip keatas KLB kemudian diangku kelokasi dengan menggunakan kereta lua r biasa (KLB).
9.2.
Pembongkaran wesel dilokasi dengan raughter crane 25 ton atau tenaga kerja.
9.3.
Sebelum dibongkar dari KLB lokasi bongkaran diberikan stapling untuk kedudukan wesel. Lihat gambar untuk angkutan wesel
10. Pasang wesel R.54 untuk konekting 10.1.
10.2.
Koordinasi dengan pihak terkait •
PT. KAI
•
Konsultan
•
Seksi Sinyal
Persiapan penyetelan wesel
•
Sebelum pekerjaan instalasi wesel, wesel harus dirakit pada area permukaan yang rata dan diberikan garis tengah sementara agar mendapatkan hasil yang baik.
10.3.
Mengatur jarak bantalan •
Bantalan wesel diletakan pada bagian yang rata sesuai dengan nomor urut bantalan
10.4.
Pasang lidah wesel arah lurus •
Pasang bagian lidah dan bagian jarum untuk arah lurus, sesuaikan gap rel dengan gambar, periksa as track sebelum memasang penambat. Setelah kelurusan benar pasang penambat di beberapa lokasi.
10.5.
Pasang lidahara lengkung •
Pasang bagian lidah untuk arah lengkung dan jarum, periksa lebar sepur sebelum memasang penambat lalu pasang beberapa penambat setelah lebar sepur benar sesuai dengan gambar pemasangan wesel dari pabrik.
10.6.
Finishing •
Pasang cek rel pada bagian lurus dan belok dengan benar, kemudian pasang penambat dan asesorisnya.
10.7.
Persiapan Pemasangan wesel untuk konekting •
Membersihkan lokasi kerja dari sampah atau lainnya yang kiranya akan menganggu pekerjaan pemasangan wesel
10.8.
Menggorek ballas •
Pasang semboyan 2A untuk melindungi perjalanan kereta api kemudian menggorek ballas seperlunya.
10.9.
Pemotongan rel di jalur lama •
Sebelum pemotongan rel, jalur akan ditutup (window time) dengan memasang semboyan 3. Potong dan bor rel di titik yang sudah ditandai sebelumnya pada track lama. Kemudian lepaskan penambat, rel dan bantalan ballas bawah digorek kemudian dibuang kesamping track lama. Setelah balas lama dibuang dan lokasi sudah diratakan lalu sebarkan ballas bawah baru. Lihat gambar untuk pemasangan wesel untuk konekting.
11. Pemasangan insulated rail joint 11.1.
Sebelum pemasangan insulated rail joint kita harus Menandai rel yang akan dibor terlebih dahulu
E.
•
Menyiapkan mesin bor lengkap alat alat lainnya
•
Mengebor rel
•
Menyisipkan end pos pada pertemuan masing-masing ujung rel
•
Memasang plate fiber pada badan rel
•
Memasang plat besi pada fiber
•
Memasukan baud pada lobang yang sudah dibor
•
Memasangkan mur pada baut
•
Mengencangkan mur
Penjelesan mengenai akses jalan ke lokasi Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas kendaraan yang masuk ke dalam lokasi kerja, sehingga pengangukatan material dapat berjalan lancar. Jalan tersebut terbuat dari material timbunan tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering maka dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini dilakukan beriringan dengan pekerjaan Direksi Keet. Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap orang dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di dalam lokasi kerja harus selalu memakai alat pelindung diri dan Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang ada di lokasi .
F.
Penjelasan mengenai sumber material yang didukung dengan dokumen dan hasil uji material
Sumber material yang didukung dengan dokumen hasil uji material adalah : •
Sirtu
•
Ballas.
•
Bantalan beton
•
Bantalan kayu
Material diatas yang akan digunakan untuk material kontruksi jalan KA harus dilakukan tes terlebih dahulu sebelum diajukan ke konsultan. Setelah hasil tes lolos dan sesuai dengan spesifikasi teknis maka kontraktor mengajukan material tersebut kepada konsultan untuk disetujui dipakai pada kontruksi jalan KA.
G.
Penjelasan mengenai mobilisasi peralatan dan penempatan selama masa kontruksi
Mobilisasi
bertujuan
untuk
mengadakan/
mendatangkan
peralatan,
personil,
dan
perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dilaksanakan sesuai dengan schedule pemakaianya selambatlambatnya satu hari sebelum dimulainya pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah sampai dilokasi pekerjaan. Semua peralatan yang didatangkan harus mendapatkan rekomendasi dari direksi atau pengawas pekerjaan terlebih dahulu.
H.
Penjelasan mengenai kualitas kontrol material dan hasil pekerjaan serta waktu pengiriman kelokasi
Quality control untuk kualitas material dan hasil pekerjaan harus selalu diperhatikan dalam setiap pekerjaan berlangsung sampai pada pekerjaan salesai, setiap akan melaksanakan pekerjaan quality project manager harus menugaskan pada pelaksana untuk memeriksa atau mengechek akan kelayakan dan kualitas material yang akan digunakan dalam pekerjaan dan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang sudah direncanakan, dalam proses quality control juga harus memperhatikan metoda kerja yang dilaksanakan, dengan demikian hasil pekerjaan akan mendapatkan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka dari itu peran penting quality control sangat mendukung sekali untuk dapat tercapainya kualitas pekerjaan yang lebih baik dan maksimal.
I.
Penjelasan pengaruh kondisi cuaca
Untuk antisipasi dan tindakan di lapangan pekerjaan akibat pengaruh kondisi cuaca (kondisi lapangan apabila terjadi hujan) terhadap material, peralatan dan akses ke lokasi pada pelaksanaan pekerjaan harus selalu diperhatikan sebelumnya. Sehingga material yang akan digunakan tidak rusak dan tetap layak pakai ataupun material tidak sampai berkurang karena terbawa air hujan, begitupun akses jalan harus diperhatikan material dan kepadatannya yang sekiranya apabila terjadi hujan akses jalan tersebut masih bisa difungsikan. Sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, untuk itu harus diperhatikan hal-hal berikut, diantaranya : penentuan lokasi akses jalan harus mencari lokasi yang tanahnya stabil untuk dilewati alat atau kendaraan yang akan masuk pada lokasi pekerjaan, material yang digunakan untuk akses jalan harus berupa material keras dan dipadatkan untuk kelancaran mobilisasi pada lokasi pekerjaan sehingga dapat mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, harus menyimpan material yang tidak tahan air di dalam gudang material dengan memakai alas mengunakan kaso-kaso sehingga material tidak rusak sebelum digunakan, peralatan yg belum terpakai atau setelah digunakan harus dikembalikan ke gudang peralatan sehingga terpantau kelengkapannya. Dengan demikian pekerjaan akan lebih cepat dan akan menghasilkan kualitas yang lebih baik.
J.
Penjelasan mengenai pelaksanaan pekerjaan window time
Lingkup pekerjaan window time disini adalah, menggunakan waktu luang untuk melakukan pekerjaan. Rencana pelaksanaan pekerjaan dilapangan •
Sebelum melakukan pelaksanaan pekerjaan pada saat window time, kita harus menyerahkan rencana kerja kepada konsultan
•
Dalam rencana kerja pada saat menggunakan window time kita akan menjelaskan tentang rencana keselamatan tenaga kerja dan keselamatan perjalanan kereta api.
•
Sebelum memulai pekerjaan yang berhubungan dengan jalur yang beroperasi maka kita harus koordinasi dengan pihak PT. KAI
Window time •
Pekerjaan yang memerlukan window time adalah pekerjaan pemasangan wesel R. 54 untuk menyambungan antara new track dengan existing track.
•
Sebelum memulai pekerjaan kita akan menyampaikan rencana kerja, metode kerja dan kebutuhan waktu pekerjaan serta koordinasi dengan seksi sarana jalan KA
•
Pada saat pekerjaan mulai kita harus melakukan komunikasi yang baik dengan pengatur perjalanan kereta api (PPKA).
•
Koordinasi dengan pihak PT. KAI untuk memasang pembatasan kecepatan KA pada lokasi pekerjaan dilaksanakan.
K.
Penjelasan mengenai pengaruh lingkungan terhadap pekerjaan
Mengenai pengaruh lingkungan terhadap pekerjaan (koordinasi dengan pihak pihak terakait yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan) harus dilaksanakan sebelum aktifitas pekerjaan dimulai dengan cara menghubungi pejabat pemerintahan setempat ataupun instansi pemerintah yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan sebagai contoh ; kepada kepala desa setempat beserta RT/RW dan tokoh masyarakat dilingkungan pekerjaan, Kapolsek dan Koramil wilayah setempat, Rumah Sakit setempat, juga melakukan kordinasi dengan pejabat dinas PT.KAI. Dengan memberikan penjelasan akan manfaat daripada pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk masyarakat sekitar ataupun masyarakat umum, sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan mendapat respon positif dari masyarakat yang secara otomatis akan membantu terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan tersebut.
L.
Penjelasan bagaimana menghadapi masa pemeliharaan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan semua (100%) akan diajukan permohonan untuk diadakan pemeriksaan terhadap pekerjaan, setelah dinyatakan pekerjaan yang dilakukan bagus dan cukup akan dilakukan permohonan serah terima pertama (I). Setelah diadakan serah terima pertama barulah masa pemeliharaan dapat dilaksanakan. •
Memelihara seluruh pekerjaan konstruksi yang telah di-PHO-kan.
•
Merawat hasil pekerjaan yang telah di-PHO-kan.
•
Menyiapkan berkas pengajuan FHO kepada pemberi pekerjaa n.
•
Menyelesaikan tagihan terakhir pembayaran pekerjaan dan penyelesaian administr asi untuk pengakhiran kontrak.
M.
Penjelasan bagaimana menghadapi proses pengujian hasil pekerjaan •
Melaksanakan pemeriksaan kuantitas pekerjaan sesuai kuantitas Kontrak dengan kuantitas pekerjaan terlaksana dilapangan
•
Melaksanakan pemeriksaan pekerjaan pada beberapa titik yang dapat dilihat.
•
Memeriksa hasil pekerjaan dilapangan dan membuat daftar kekurangan, kerusakan atau cacat-cacat pekerjaan jika ada pekerjaan yang kurang sempurna.
•
Memeriksa kelengkapan administrasi yang berkaitan dengan pengendalian pekerjaan serta persyaratan-persyaratan lainnya sesuai dalam Dokumen Kontrak.
N.
Penjelasan bagaimana menghadapi proses serah terima akhir
Untuk menghadapi serah terima pekerjaan diwajibkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang telah direncanakan dan harus memperhatikan daripada kualitas pekerjaan serta wajib bertanggung jawab penuh pada pekerjaan selama masa pemeliharaan. Apabila ada kerusakan atau kekurangan dalam pekerjaan dengan disertai jaminan pemeliharaan, sehingga pekerjaan tersebut dapat diterima oleh pejabat penanggung jawab pekerjaan. kita harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain: •
Melakukan pembersihan lapangan.
•
Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan.
•
Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian.
•
Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.
•
Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan da n pengujian.
•
Menyiapkan dokumen - dokumen untuk proses serah terima hasil pekerjaan
Ketentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut: •
Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan.
•
Menyerahkan garansi pabrikan.
•
Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan Konsultan dan tim PPK.
•
Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual).
•
Penyerahan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK.
O.
Penjelasan pelaporan akhir Penjelasan pelaporan akhir disini adalah pelaporan hasil pekerjaan yang telah selesai dikerjakan, berikut dokumen dokumen pelaporan akhir
•
Gambar akhir
•
Dokumentasi atau foto pekerjaan selama masa kontruksi
•
Dokumentasi surat jalan bahan material
•
Hasil pengujian tes-tes yang dilakukan