CARBAPENEM Karbapenem merupakan Betalaktam yang struktur kimianya berbeda dengan penisilin dan sefalosporin. Obat golongan ini mempunyai spectrum aktivitas yang lebih luas. MEROPENEM Meropenem ( MERREM IV) merupakan turunan dimetil karbamoil pirolidinil dari tienamisin. Senyawa ini tidak memerlukan pemberian bersama dengan silastatin karena tidak peka terhadap dipeptidase ginjal. Toksisitasnya mirip imipenem, kecuali bahwa kemungkinan meropenem untuk menyebabkan terjadinya Seizure lebih kecil (0.5% pasien yang diobati dengan meropenem dan 1.5% dengan imipenem mengalami seizure seizure ). Aktivitasnya secara invitro mirip dengan imipenem, dan menunjukan aktivitas terhadap beberapa P.aeuriginosa yang resisten terhadap imipenem, namun aktivitasnya lemah terhadap kokus gram-positif. Pengalaman klinis dengan meropenem menunjukkan adanya ekuivalensi terapeutik dengan imipenem. Meropenem, antibiotikB-laktam baru, stabil melawan inaktivasi oleh sebagian besar B-laktamase dan memiliki spectrum antibakteri yang luas mirip dengan imipenem, meski ada beberapa perbedaan penting antara kedua karbapenem tersebut. satu, imipenem terdegradasi oleh dehydropeptidase dehydropeptidase ginjal-I (DHP-I) dan akibatnya harus diberikan dalam kombinasi dengan inhibitor enzim DHP-I cilastatin cilastatin untuk menghindari antimikroba rendah aktivitas dalam urin dan potensi nefrotoksisitas terkait dengan metabolisme ginjal. Meropenem, bagaimanapun, relatif stabil ke DHP-I dan karenanya tidak perlu dikelola dengan sebuah inhibitor enzim . Meropenem juga nampaknya kurang aktivitas epileptogenik dari pada imipenem.
Aktivitas Bakteriologis Studi telah mengkonfirmasi bahwa aktivitas meropenem mirip dengan imipenem, yang memiliki luas spektrum antibakteri dari agen B-laktam yang tersedia sampai saat ini, Meropenem lebih aktif daripada imipenem melawan bakteri aerob gram negatif, termasuk di keluarga Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Haemophilus influenzae, dan Neisseria gonorrhoeae. Namun, meropenem kurang aktif dibanding imipenem melawan stafilokokus. Obat ini juga dianggap kurang aktif dibanding imipenem melawan spesies Clostridium.
Kedua senyawa itu ada kira-kira aktivitas setara melawan streptococci dan anaerob seperti Bacteroides fragilis
IMIPENEM Imipenem dipasarkan dalam bentuk kombinasi dengan silastatin, yakni suatu obat yang menghambat penguraian imipenem oleh dipeptidase tubulus ginjal. Imipenem diturunkandari suatu komponen yang dihasilkan Streptomyces cattleya. Komponen tersebut yakni tienamisin, tidak stabil, namun imipenem yang merupakan turunan N-Formimidoil, bersifat stabil. Aktivitas antimikroba Imipenem sama seperti B-laktamase lainnya, terikat pada protein pengikat penisilin, menggangu dinding sel bakteri, menyebabkan kematian mikroorganisme yang rentan . imipenem sangat resisten terhadap hidrolisis oleh sebagian besar B-laktamase.
Aktivitas imipenem sangat baik secara invitro terhadap berbagai macam mikroorganisme aerob dan anaerob. Farmakokinetik dan reaksi merugikan Imipenem tidak diabsorbsi secara oral. Obat ini di hidrolisis dengan cepat oleh dipeptidase yang terdapat pada brush border (permukaan sel bebas yang terspesialisasi, yang terdiri atas tonjolan tonjolan silindris halus /mikrovili yang meningkatkan luas permukaan) tubulus proximal ginjal. Karena konsentrasi obat aktif dalam urin rendah, maka disintesis suatu inhibitor dehidropeptidase. Senyawa ini disebut silastatin. Suatu sediaan mengandung imipenem dan silastatindalam jumlah yang sama (PRIMAXIN), konsentrasi puncak dalam plasma rata rata 33ug/ml. baik imipenem maupun silastatin memiliki waktu paruh sekitar 1 jam. Ketika diberikan secara bersamaan dengan silastatin, sekitar 70% imipenem yang diberikan ditemukan dalam urin sebagai obat aktif. Dosis harus di modifikasi pada pasien insufisiensi ginjal. Mual dan muntah merupakan reaksi merugikan yang paling umum (1%-20%). Seizure terjadi hingga 1.5% pasien. Terutama jika diberikan dalam dosis tinggi pada pasien lesi ssp dan pasien insufisiensi ginjal. Pasien yang alergi terhadap antibiotic B-laktam lain dapat mengalami reaksi hipersensitivitas jika diberi imipenem.
Daftar Pustaka
1. Nafrialdi ; Setawati, A., 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. 2. Gilman, A.G., 2007, Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi, diterjemahkan oleh Tim Alih
Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Edisi X, 877, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.