Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun RPP R PP Berbasis Pendidikan Karakter Melalui WORKSHOP Pada SMK Negeri Binaan Di Kota Mataram Penulis : Drs. Azhari 0 139 BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Menyusun RPP untuk mempersiapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Akademik Guru, dan Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Salah satu tugas guru adalah merancang pembelajaran dalam silabus, Silabus adalah rencana pembelajaran pada yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi u ntuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran dan sebagai sumber pokok dalam pen yusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam realitasnya, sebagian besar guru kesulitan dalam menyusun RPP hal ini dapat dilihat dari:
Terdapat 50% guru yang membuat RPP dan sudah menerapkannya. Terdapat 50% guru yang sudah mengikuti pelatihan penyusunan RPP namun belum bisa menerapkan pada sekolahnya. Terdapat 50% guru yang belum pernah mengikuti pelatihan dalam penyusunan RPP. Permasalahan tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada solusi atau tindakan nyata dari kalangan para kepala sekolah dan pengawas. Berkaitan dengan itu, para guru harus dibina dan difasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun RPP.
Dari permasalahan diatas, hal penting yang harus segera di cari solusi pemecahannya adalah: masih rendahnya cara “meningkatkan kinerja guru dalam menyusun RPP berbasis pendidikan
karakter melalui workshop pada SMK Negeri binaan di Kota Mataram”, yang berdampak pada kurang siapnya guru tampil di kelas. Guru asal mengajar tanpa konsep metode yang jelas, selama pembelajaran guru lah yang aktif bercerita/ceramah tanpa tujuan pembelajaran yang jelas. Guru tidak memperhitungkan waktu, bahkan sampai bel tanda habis pelajaan masih asyik menjelaskan atau hanya sekedar bercerita apa saja menurut kemauan guru.
Akibat dari rendahnya kompetensi guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diatas, proses pembelajaran menjadi tidak kon dusif. Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, ada siswa yang tidur di kelas, ada siswa yang bermain di belakang. Akibat yang paling fatal adalah siswa tidak termotivasi untuk belajar sehingga kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak tercapai. Ini artinya prestasi siswa tidak dapat ditingkatkan.
Rumusan Masalah Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP sesungguhnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pelatihan, mengikutsertakan guru dalam seminar-seminar workshop, menyediakan berbagai panduan dan modul, semiloka, serta berbagai upaya lainnya. Namun dengan mempertimbangkan segala keunggulan dan kelemahann ya, maka yang lebih tepat adalah Pelatihan. Pertimbangannya, dengan workshop guru lebih proaktive dan membentuk karakter diri dalam upaya untuk menyusun RPP. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, masalah penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian: “Apakah pelatihan dalam penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter melalui workshop dapat meningkatkan kinerja guru pada SMK Negeri binaan di Kota Mataram”?
Pemecahan Masalah Masalah rendahnya kompetensi Guru pada sekolah sewilayah binaan di Kota Mataram dalam penyusunan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan di pecahkan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
Rencana pemecahan masalah ini dilakukan dengan pelatihan penyusunan RPP pada Guru mata pelajaran untuk meningkatkan kinerja Guru. Merencanakan skenario pelaksanaan pembimbingan kelompok kecil dan perorangan. Melaksanakan pembimbingan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter.
Merefleksi dan tidak lanjut dari hasil pengamatan selama pelaksanaan pembimbingan. Tujuan dan Manfaat Tujuan
Adapun tujuan penelitian Tindakan Sekolah Sewilayah Binaan Di Kota Mataram ini adalah sebagai berikut:
Sejalan dengan permasalahan diatas, maka tujuan utama dalam penyusunan RPP pada workshop ini adalah membantu Guru Mata Pelajaran dalam menyusun RPP sehingga dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui efektifitas bimbingan dalam meningkatkan ko mpetensi Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter. Untuk mengetahui secara detail proses pembimbingan dalam upaya meningkatkan kompetensi Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis Pendidikan Karakter. Untuk mengetahui kompetensi Guru pada sekolah sewilayah binaan di Kota mataram dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter setelah memperoleh bimbingan. Manfaat
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teoritis bagi berbagai kalangan:
Penelitian Tindakan Sekolah Sewilayah Binaan Di Kota Mataram ini sangat berguna untuk keseimbangan ilmu yang dimiliki oleh penelitian dalam hal bimbingan kelompok kecil dan perseorangan. Penelitian ini berguna untuk Guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran yang diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter. Bagi Kepala Dinas Pemuda dan olahraga (DIKPORA) Kota Mataram dalam pengambilan kebijakan pendidikan yang tepat sesuai kondisi yang sebenarnya.
Kemampuan pengawas sekolah dapat lebih meningkatkan untuk melakukan pembinaan kepada Guru. Kemampuan Guru maupun kemampuan para siswa di sekolah dipastikan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut meningkat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kompetensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan atau dosen dalam melaksanakan tujuan keprofesionalan. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan jenjang pendidikan anak usia dini pad a jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ahli pendidikan lain berpendapat, kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Adapun kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Uzer Usman, 2001;14). Dalam penelitian ini dimaksud dengan kompetensi guru adalah kemampuan dalam menyusun RPP berbasis pendidikan karakter.
Mutu Pendidikan dan Profesi Guru Profesi guru yang sebenarnya sangat berkaitan erat dengan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan seperti guru, saranan prasarana, kurikulum, dan proses belajar mengajar serta sistem penilaian meskipun demikian, faktor guru tidak dapat disamakan dengan faktor-faktor lainnya.
Guru adalah sumber daya manusia yang diharapkan mampu mengarahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang bermutu. Tanp a mengabaikan peran faktor-faktor lain, guru dapat dianggap sebagai faktor unggal yang paling menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan.
Guru yang bermutu diukur dengan empat faktor utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, dan kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya. Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kemampuan profesional guru terdiri dari kemampuan intelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekerja. Upaya profesional guru adalah mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mengajar yang nyata. Upaya profesional guru tersebut ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun menambah serta meremajakan pengetahuan dan kemampuannya menguasai keahlan mengajarnya baik kehalian dalam menguasai materi pelajaran, penggunaan bahan-bahan pengajaran, maupun mengelola kegiatan belajar siswa. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) menunjukkan intensitas waku yang digunakan oleh seorang guru untuk melaksanakan tugas-tugas guru, karena konsepsi waktu belajar (time on task) yang diukur dalam belajar siswa secara perorangan, telah d itemukan sevagai salah satu prediktor terbaik dari mutu hasil be lajar siswa. Kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya mempunyai asumsi bahwa guru yang dipersiapkan untuk mengajar suatu mata pelajaran dianggap bermutu jika guru tersebut mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka kesesuaian guru mengajar dengan mata pelajaran yang dialaminya di LPTK merupakan persyaratan yang mutlak untuk menilai mutu profesional seorang guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik. Dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi proses belajar dan membuat berhasil guna pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukun g proses belajar serta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian internal yang berlangsung didalam peserta didik (Winkel, 1991).
“Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya (mansyur Muslich, 2010;45)”
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembeljaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Pembelajaran dirancang dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Permendiknas No. 41/2007 tentang Standar Proses :
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar komp etensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasi belajar, dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus diterapkan oleh guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut :
Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut. Tentukan tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam
pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan. Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana ramburambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan/atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya. (mansyur muslich, 2010;46) Karakter Dja’ali dalam bukunya Psikologi pendidikan (200 8;04). Karakter dapat didefinisikan sebagai kecendrungan tingkah laku yang konsisten secara lahiriyah dan batiniah. Karakter adalah hasil kegiatan yang sangat mendalam dan kekal yang nantinya akan membawa ke arah pertumbuhan sosial. Berbeda dengan pendapat suparman akh, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (2003;29).
Dalam penelitian ini, ada 18 karakter yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran dikelas, yaitu : 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa ingin tahu, 10) Cinta tanah air, 11) Semangat kebangsaan, 12) Menghargai prestasi, 13) Bersahabat/Komunikatif, 14) Cinta damai, 15) Gemar membaca, 16) Peduli lingkungan, 17) Peduli sosial, 18) Tanggung jawab, (Mansyur, R, 2010;3)
Tinjauan Tentang Workshop Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop. Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988;403). Lebih lanjut, Harbinson (1973;52) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.
Dalam banyak bidang pelatihan (workshop), hal tersebut memang sangat sulit untuk tidak mengatakannya mustahil (dilakukan validasi dan evaluasi). Bidang yang dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Dalam hal ini, semua bentuk pelatihan (Workshop) tidak dapat memperlihatkan hasil yang objektif. Pelatihan umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar dalam mengajar, yaitu masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik dan penatar belajar pelajaran tersebut sesuai dengan ukuran penatarnya maka efektifitas pelatihan sudah dianggap valid. Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena jika si penatar selalu menjawab enam untuk soal tiga kali maka ia selalu benar.
Pelatihan merupakan proses perbantuan (facilitating) guru untuk mend apatkan keefektifitas dalam tugas-tugas mereka sekarang dan masa depan yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan berfikir, bertindak, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai (dahana and Bhatnagar, 1980 ; 672). Pelatihan pada dasarnya berkenaan dengan persiapan pesertanya menuju arah tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta sekaligus memperbaiki untuk kerja, sedang pendidikan berkenaan dengan membukakan dunia bagi peserta didik untuk minat, gaya hidup kariernya. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Anonim, 2003;5).
Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan (Anonim, 2005;8). Kompetensi sertifikasi guru yang dimaksud adalah meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi yang dimiliki oleh guru akan diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari pembuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Dengan demikian standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau di persyaratkan dalam bentuk penguasaan dan prilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, guru adalah merupakan faktor vital dalam pelaksanaan pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna terhadap masa depan anak didik. Untuk mewujudkan semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung jawabterhadap keberhasilan pendidikan. UndangUndang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 pada pasal 35 disebutkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakantugas tambahan (Anonim, 2005;21).
Standar kompetensi guru meliputi 3 komponen yaitu : 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan potensi, dan 3) penguasaan akademik (Anonim, 2003;11). Masing – masing komponen kompetensi mencakup seperangkat pengetahuan guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen kompetensi yang menunjang profesi guru.
Menyusun kegiatan pendahuluan (apersepsi dan motivasi) Menyusun kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan Menyusun penutup pelajaran (memberi penguatan, memberi PR tentang pemanfaatan lingkungan sekolah) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru merancang RPP perlu dilakukan penelitian tindakan, dalam hal ini penelitian melakukan tindakan melalui kegiatan workshop. Pelaksanaan workshop dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru merancang kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa.
Rancangan pembelajaran dilakukan dengan prinsip learning by doing yaitu guru mata pelajaran yang sama berkolaborasi merancang menyusun RPP. Sekelompok guru bekerja sama mengidentifikasi masalah, dan melakukan sesuatu kegiatan untuk pemecahan masalah, mengkaji keberhasilan upaya-upaya mereka, dan jika tidak memuaskan, merka mencoba melakukan pemecahan masalah kembali. (O Brien 1998).
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian karena adanya metode penelitian dapat dijadikan pedoman untuk mempermudah mempelajari, menganalisa dan memahami permasalahan yang sedang diteliti
Untuk mengkaji dan meneliti persoalan-persoalan diatas tentun ya memerlukan suatu metode atau pendekatan yang tepat atau efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
Metode Pendekatan Untuk mendapat data yang diperlukan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan, yaitu :
Pendekatan Normatif Yaitu pendekatan masalah yang didasarkan dari hasil mempelajari ketentuan-ketentuan pendidikan atau peraturan perundang-undangan yang mempunyai kaitannya dengan pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini.
Pendekatan Sosiologis Yaitu pendekatan masalah yang didasarkan dari hasil mempelajari tingkah laku guru yang mempunyai hubungan tentang cara mengajar para guru kepada siswa.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan disekolah sewilayah binaan yang berada di Kota Mataram, karena penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan sosiologis sebagai faktor penunjang yaitu dengan cara meneliti secara langsungperilaku guru dalam mengajar khususnya tentang cara guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Sumber dan Jenis Data Data yang dibutuhkan, diperoleh dari 2 (dua) sumber data yaitu :
Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian dilapangan atau hasil wawancara dari responden yang bersangkutan.
Data Sekunder (Library Reseach) Yaitu data yang diperoleh dari hasil mempelajari dan menelaah bahan-bahan pustaka seperti peraturan perundang-undangan dan pendapat para sarjana yang dituangkan dalam buku-buku literatur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Teknik Analisis Data Untuk melakukan analisis data dapat dilakukan melalui analisis deskriptif dan kualitatif melalui pendataan analisis dan pembahasan terhadap data yang diperoleh dengan mencocok kan tingkat keoptimalan terhadap indikator keberhasilan/indikator kinerja.
Teknik Pembahasan Adapun teknik pembahasan hasil penelitian tindakan sekolah sewilayah binaan (PTSW) ini adalah :
Tahapan Perencanaan Pada tahapan ini yang perlu dibahas adalah : a) Bagaimana hasil penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh pengawas selaku peneliti, apakah sudah sesuai atau masih perlu perbaikan, b) Penyiapan alat bahan ajar, apakah ada kendala yang harus dicari solusi pemecahannya atau ada yang harus di perbaiki dan di sesuaikan dengan rencana yang telah dituangkan pada RPP, c) Penyusunan lembar observasi pengawas dan lembar observasi guru apakah ada yang harus di revisi atau sudah sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan, d) Penyusunan alat evaluasi terkait dengan materi pembimbingan yaitu sekitar penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter.
Tahap Pelaksanaan Pembahasan pada tahap pelaksanaan pembimbingan terhadap beberapa guru sewilayah binaan melalui bimbingan adalah : a) Apakah ada kendala yang dihadapi selama pembimbingan, b) Apa
yang menyebabkan kendala itu terjadi, c) dan bagaimana solusi pemecahannya, serta apa hasilnya setelah diberikan solusi pemecahannya.
Tahap Obsevasi Pada tahap ini peneliti membahas permasalahan teknis terkait dengan pelaksanaan observasi yang meliputi : a) observasi pelaksanaan bimbingan oleh pengawas sejawat, observasi selama kegiatan diskusi yang membahas masalah penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter.
Tahap Refleksi Pada tahapan ini peneliti membahas tentang : a) Hasil observasi oleh observers pada saat melakukan pengamatan selama pelaksanaan pembimbingan, b) Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peneliti dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter, c) jenis penguatan apa agar guru termotivasi untun memperbaiki kesalahan, dan d) Menjabarkan jenis tindakan apa dalam upaya kegiatan tindak lanjut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Sekolah Sewilayah Binaan (PTSW)ini dilaksanakan melalui kegiatan meliputi : 1) perencanaan pembimbingan, 2) pelaksanaan pembimbingan yang terdiri atas pembimbingan kelompok dilanjutkan dengan pembimbingan secara individual (in dan on), pada kegiatan individual pengawas mengunjungi guru di sekolah sewilayah binaan dan akan menerima kunjungan dari guru di kantor dinas/di rumah, 3) melaksanakan pengamatan selama pembimbingan dan manganalisisnya, 4) melaksanakan refleksi sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan berikutnya/ tindak lanjut.
Untuk mendapatkan gambaran secara rinci hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah Binaan (PTSW) ini secara runtut akan diuraikan sebagai berikut :
Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini sebagai kegiatan awal adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai tindak lanjut dari hasil refleksi. Inti dari RPP ini adalah tentang tata cara penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter. Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian melalui penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikemas secara rinci dan tuntut. RPP ini selanjutnya dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembimbingan secara berkelompok maupun secara perorangan. Pada pembimbingan berisi Rencana tindakan nyata yang akan dilaksanakan selama pembimbingan dengan cara pemeliti mengunjungi ke beberapa sekolah binaan tempat bekerja guru yang akan menjadi subyek penelitian dalam menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter bangsa.
Selanjutnya peneliti menyiapkan semua alat bantu pembimbingan, materi pembimbingan yang bersumber pada beberapa literatur berkaitan dengan RPP dan pendidikan karakter bangsa. Persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pembimbingan lebih di tingkatkan dengan harapan ketika pelaksanaan pembimbingan tidak mengulur-ulur waktu. Jenis alat/bahan yang harus disiapkan adalah Laptop, LCD, bahan ajar dan kelengkapan yang dibutuhkan sudah siap sebelum pembimbingan dimulai.
Penyusunan beberapa intrumen yang dibutuhkan ddalam penelitian yang meliputi : 1) Instrumen observasi penelitian, 2) Instrumen observasi peserta, 3) instrumen penelitian hasil kerja penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter, 4) Instrumen bimbingan individual, 5) angket, 6) daftar hadir, 7) lembar kerja guru/LKG, dan lain -lain yang relevan.
Tahap Pelaksanaan/Action Menyampaikan materi pembimbingan yang diawali dengan menjelaskan isi proposal Penelitian Tindakan Sekolah sewilayah binaan (PTSW) kepada peserta secara mendetail yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Langkah selanjutnya peneliti menjelaskan dengan menampilkan contoh konkrit rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter. Pada waktu bersamaam beberapa peserta mengacungkan tangan mengajukan beb erapa pertanyaan terkait dengan tata cara penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter, setelah semua pertanyaan dari peserta terjawab, dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya.
Kegiatan yang dimaksud adalah pelaksanaan diskusi. Tugas yang diberikan dalam diskusi ini adalah menyusun RPP berbasis pendidikan karakter dengan menitikberatkan pada penyusunan pembelajaran.
Pengawas selaku peneliti melakukan pembimbingan. Hal yang paling banyak ditanyakan oleh peserta diskusi adalah tentang integrasi pendidikan karakter, penjabaran dari indikator menjadi tujuan pembelajaran, dan yang paling banyak kebinggungan adalah pembelajaran dengan pendekatan/metode pembelajaran aktif. Tahap-tahap pembagian waktu antara kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup sebagian besar guru peserta diskusi masih perlu mendapatkan pembimbingan yang serius. Pada gilirannya nanti guru mampu membelajarkan siswa yang bermakna bagi siswa itu sendiri. Kebermaknaan d alam proses pembelajaran akan membawa dampak meningkatkan hasil belajar siswa.
Selama peserta melaksanakan diskusi, peneliti berkeliling di tiap-tiap peserta guna memberikan penjelasan dan pembinaan dalam penyusunan RPP berbasis pendidikan karakter. Bagi yang sudah memahami akan tugas yang harus diselesaikan diberikan ucapan selamat, selanjutnya berpindah yang masih memerlukan pembimbingan secara khusus yang meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tugasnya.
Dari permasalahan yang terjadi selama pembimbingan, p engawas selaku peneliti berusaha memberikan alternatif pemecahan dan solusi yang tepat sehingga kesalahan-kesalahan dalam proses pembelajaran di kelas senyatanya dapat diminimalkan. Solusi yang diberikan adalah berupa pembimbingan terfokus disertai dengan contoh-contoh sederhana yang dapat di tangkap oleh guru dan diharapkan nantinya bisa dilaksanakan dalam proses pembelajaran di sekolah dan kelas sesuai tugas masing-masing.
Selama proses pembimbingan, peneliti selalu memberikan penguatan/reward kepad a peserta baik secara langsung maupun tidak langsung. Penguatan itu berupa kata-kata pujian: “bagus, baik, yah sudah tepat, seratus buat bapak/ibu guru”, dan dengan sindiran yang bersifat membina, “kalau serius dalam diskusi akan cept mengerti, yang penting tidak malu bertanya pasti cepat memahami, dan lain-lain.
Pada tahap ini pengawas/peneliti mengunjungi di masing-masing sekolah tempat guru mengajar dengan kegiatan intinya adalah melihat hasil tugas individual dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter. Pelaksanaan bimbingan secara individual materi pokoknya memberikan solusi terhadap hasil kerja guru dalam menyusun silabus dan RPP berbasis pendidikan karakter. Selama pembimbingan untuk memberikan motivasi kepada guru yunior sewilayah binaan adalah penguatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tahap Observasi/Pengumpulan data Untuk melaksanakan observasi pengawas/peneliti oleh pengawas sewajat tidak ada kendala yang berarti. Kegiatan pengawas dari upacara pembukaan sampai pada acara inti yakni penyampaian materi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan bimbingan berjalan dengan lancar.
Pada pelakssanaan pengamatan/obsevasi terhadap guru sebagai peserta pembimbingan dalam menyusun silabus RPP berbasis karakter peneliti mengalami kedala. Kendala ini disebabkan karena ada peserta yg tidak serius memperhatikan penjelasan yang diberikan sehingga menyulitkan dalam pemberian skor. Untuk itu pen eliti mencari solusi dengan cara meminta kepada semua guru untuk serius memperhatikan penjelasan yang diberikan.
Hasil kerja yang dikerjakan di luar jam tatap muka dengan dilakukan pembimbingan di sekolah masing-masing, hasilnya masih belum memuaskan. Setelah di a nalisis rupanya para guru masih terobsesi dari kebiasaan menyusun silabus dan RPP versi sebelum diadakan pembimbingan dengan integrasi pendidikan karakter. Ini artinya saat diberikan bimbingan sebagian besar guru masih sulit untuk menerima perubahan dan atau masih terlalu fanatik untuk menerapkan pembiasaan sebelumnya.
Tahap Refleksi Setelah hasil observasi dan penilaian hasil kerja individual dalam penyusunan silabus dan RPP berbasis pendidikan karakter dikumpulkan, dan skaligus hasil renungan dari penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Hasil observasi pengawas/peneliti oleh pengawas sejawat masih perlu perbaikan dalam perencanaan dan cara pembimbingan secara kelompok maupun secara ind ividual.
Hasil observasi guru oleh peneliti juga masih perlu adanya penyembpurnaan/perbaikan dari kinerja guru selama melaksanakan diskusi yang terfokus pada penyusunan pembelajaran dengan mengusahakan kegiatan aktif siswa selama pembelajaran dan nilai-nilai pendidikan karakter yang relevan dengan SK/KD pada saat tatap muka di kelas senyatanya. Hasil nilai kerja individual dalam penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter masih jauh dari harapan yang telah di tuangkan dalam indikator keberhasilan. Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil kerja guru dalam pelaksanaan diskusi kelompok maupun perorangan diadakan penyempurnaan jenis tindakan sebagai berikut:
Mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran Mengoptimalkan peran aktif dari guru/peserta pembimbingan dalam diskusi. Mengoptimalkan perbaikan dalam penyusunan tujuan pembelajaran dan penyusunan sistem penilaian. Saran perbaikan dan solusi yang diberikan kepada guru yang mengalami kesulitan khususnya dalam penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter disesuai dengan tingkat kecerdasan dan pemahaman masing-masing guru.
Selanjutnya pengawas/peneliti memberikan ucapan selamat dan terimakasih atas hasil yang diperolehnya dan memberi harapan kedepan agar lebih baik dan lebih terarah khususnya dalam penyusunan pembelajaran dapat mengarah pada pembelajaran yang aktif. Karena pembelajaran yang aktif sangat bermakna bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa di kelas binaannya secara implisit.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Tahap Perencanaan
Dalam mempersiapkan pelaksanaan penelitian kendala yang dihadapi oleh peneliti antara lain: 1) Dalam membuat contoh penyusunan silabus dan RPP peneliti masih kurang memahami sistematika penyusunan sialbus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipadukan dengan pendidikan karakter bangsa yang merupakan integrasi, 2) Kurang memahaminya dalam uraian materi pembelajaran yang disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pengawas tidak pernah masuk kelas mengajar langsung ke siswa sehingga kurang menguasai dalam penyusunan materi pelajaran, 3) Dalam penyusunan instrumen peneliti masih mengalami kebingungan khususnya dalam memasukkan pendidikan karakter ke dalam instrumen.
Solusi sebagai upaya mengatasi kendala-kendala diatasi pengawas berkolaborasi dengan teman sejawat/pengawas yang lain untuk memberikan masukan khususnya dalam meletakkan posisi pendidikan karakter dalam silabus dan RPP. Sedangkan untuk menentukan uraian materi pelajaran, pengawas berkolaborasi dengan guru senior untuk membantu dalam penyusunan materi pelajaran yang relevan dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Dalam penyusunan instrumen penelitian khususnya berkaitan dengan integrasi pendidikan karakter, peneliti mempelajari beberapa literatur yang berhubungan dengan instrumen penelitian dan pendidikan karakter bangsa.
Tahap Pelaksanaan Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam pelaksanaan pembimbingan antara lain: 1) Tidak serempaknya kehadiran guru sehingga pelaksanaan tertunda dan penyampaian materi harus di ulang walaupun tidak semua materi, 2) Kesulitan dalam menyamakan pemahaman terkait dengan integrasi pendidikan karakter dalam silabus dan RPP, 3) Kurangnya pemahaman dalam mangkaitkan indikator dengan tujuan pembelajaran, 4) Persepsi yang bebeda tentang materi pelajaran, ada yang menghendaki cukup jumlahn ya saja, dan ada yang menghendaki di uraikan secara rinci, 5) Dalam penentuan metode pembelajaran aktif disesuaikan dengan indikator, 6) Jadwal pelaksanaan pembimbingan perorangan tidak bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Materi yang di cantumkan pada RPP mangacu pada tujuan pembelajaran, dan bisa lebih di jabarkan secara mendetail. Dalam pelaksanaan pembimbingan ada beberapa yang tidal sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Solusinya adalah pengawas menghubungi guru via sms/telepon secara langsung untuk mengadakan kesepakatan perubahan perubahan jadwal kunjungan. Dan justru sealiknya guru yang belum siap/tidak bisa karena satu dan lain hal sehingga perlu dikomunikasikan dengan peneliti lewat via telepon/sms.
Tahap Observasi/Pengumpulan Data Pelaksanaan pengamatan/observasi selama diskusi semakin menunjukakan kemajuan yang sangat signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dijumpai semua p eserta sudah memperoleh skor rata-rata diatas indikator keberhasilan. Keberhasilan ini merupakan usaha nyata dari peneliti untuk menindak lanjut hasil refleksi pada akhir pelaksanaan diskusi. Hal-hal yang perlu diperbaiki dan dicari solusi pemecahannya sehingga pada tindakan diskusi benar benar telah siap. Begitu pula para guru sudah mengetahui tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan bimbingan yang sudah siap untuk diperbaiki pada pelaksanaan pembimbingan diskusi yang dibuktikan dengan semakin aktifnya pelaksanaan diskusi dan meningkatnya hasil observasi guru.
Tahap Refleksi Setelah hasil observasi dan hasil penilaian kerja individual di olah dan analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Peneliti masih harus bekerja keras untuk membimbing guru agar terjadi pemahaman dan persepsi yang sama dalam upaya penyempurnaan penyusunan silabus dan RPP berbasis pendidikan karakter. Pemahaman yang sudah ada merupakan pembiasaan dan sudah mengakar pada pembiasaan guru harus mampu di reformasi sehingga dalam penyusunan silabus dan RPP sesuai dengan yang direncanakan. Guru sebagai peserta pembimbingan harus berusaha untuk meyakini diri menerima perubahan yang bersifat membangun dan bermakna bagi sistem pembelajaran di kelas senyatanya melalui proses integrasi pendidikan karakter. Perubahan ini di maksudkan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada siswa aktif bukan guru yang aktif serta di jiwai oleh nilainilai pendidikan karakter bangsa yang dinamis. Diharapkan peneliti/pengawas mata pelajaran mampu mengubah perilaku guru yang mengarah pada positif thingking melalui penyusunan silabus dan RPP yang benar dan bernuansa pendidikan karakter bangsa dalam arti yang sebenarnya. Saran-saran
Agar hasil penelitian berdampak positif bagi guru yunior disekolah wilayah binaan ini perlu saran-saran berikut:
Agar semua guru se Kota mataram khususnya pada sekolah binaan secara berkelanjutan sebelum tampil dalam proses pembelajaran di kelas senyatanya perlu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis pendidikan karakter bangsa yang diawali dengan penyusunan silabus yang baik dan benar serta pemilihan pendekatan/metode/sterategi pembelajaran yang relevan dengan indikator, tujuan pembelajaran, dan materi pembelajaran. Pada saatnya nanti prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan pula. Disarankan kepada pengawas sejawat senantiasa untuk mencoba melakukan penelitian tindakan sekolah sewilayah binaan guna meningkatkan kompetensi sebagai pengawas mata pelajaran dalam melaksanakan pembinaan pada guru mata pelajaran yang dibinanya. Harapan yang dinantikan terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam proses pembelajaran di kelas senyatanya. Disarankan kepada kepala dinas DIKPORA Kota Mataram agar mengalokasikan dana untuk membantu para pengawas dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah sewilayah binaan (PTSW), dalam upaya peningkatan kualitas dibidang penelitian pengembangan melalui PTSW di wilayah sekolah binaan masing-masing. Dengan suntikan dana khusus di peruntukkan untuk biaya penelitian bagi pengawas maka akan sangat membantu bagi peningkatan mutu sekolah di Kota Mataram, dengan sasaran akhir meningkatnya prosentase kelulusan bagi siswa/siswi di Kota mataram dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah di Nusa Tenggara Barat pada umumnya.