KKN-PPM UGM 2015
Mengenal Tanaman Obat di Sekitar Kita Penyusun: Muhammad Fikru Rizal, S.Ked
KKN-PPM UGM 2015- DUKUH KARANGBENDO, BANGUNTAPAN, BANTUL
Kata Pengantar Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga buku “Mengenal Tanaman Obat di Sekitar Kita” ini dapat terselesaikan. Keanekaragaman hayati Indonesia yang begitu luar biasa mengharuskan kita senantiasa menggali manfaatnya. Tidak terkecuali tanaman-tanaman yang tumbuh dengan begitu mudah di sekitar kita. Buku “Mengenal Tanaman Obat di Sekitar Kita” ini merupakan salah satu usaha untuk mengenalkan tanaman-tanaman yang memiliki manfaat sebagai obat. Terdapat 13 tanaman yang penysusun sampaikan pada buku ini. Penyususn berusaha menyampaikan informasi mengenai deskripsi tanaman, pembudidayaan, kandungan, serta manfaat yang ada pada tanaman tersebut baik dari sisi kepercayaan masyarakat maupun bukti-bukti ilmiah yang sudah ada. Demikian semoga buku buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 2015
Penyusun-Muhammad Fikru Rizal
Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................................................................................................ iii Daftar Isi............................................................................................................................................................. iv Pendahuluan ..................................................................................................................................................... 5 Jahe ........................................................................................................................................................................ 9 Temu Lawak ................................................................................................................................................... 14 Tempuyung ..................................................................................................................................................... 17 Kumis Kucing ................................................................................................................................................. 20 Kunyit ................................................................................................................................................................ 25 Cabe ................................................................................................................................................................... 30 Cabe Jawa......................................................................................................................................................... 33 Bawang Merah ............................................................................................................................................... 37 Bawang putih ................................................................................................................................................. 44 Jambu Biji ........................................................................................................................................................ 52 Pepaya ............................................................................................................................................................... 55 Kelor .................................................................................................................................................................. 58 Mentimun ........................................................................................................................................................ 62 Lada .................................................................................................................................................................... 64 Lengkuas .......................................................................................................................................................... 69
Pendahuluan Penggunaan bahan alam sebagai obat sudah dipraktikkan sejak awal kehidupan manusia, termasuk salah satunya tumbuhan. Masing-masing peradaban sebelumnya memiliki tradisi-tradisi pengobatannya masing-masing, baik di China, Romawi, India, juga Arab. Bahkan tradisi itu masih dijalankan dan berkembang hingga saat ini. Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, semua yang berkaitan dengannya harus dipandang secara skeptis. Tujuannya adalah untuk memastikan kemujaraban dan ketidakberbahayaan terhadap pasien. Hal ini lah yang memunculkan hirarki Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence Based Medicine). Termasuk didalamnya bagaimana kita memandang suatu pengobatan atau treatment.
(Disadur dari Kuliah Regulasi Obat Herbal, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, Ph.D)
Selain itu, dikenal juga tahapan-tahapan yang ketat baik secara metodologis maupun etis dalam pengembangan obat baru. Secara metodologis, obat baru harus melalui serangkaian proses yang panjang. Dimulai dengan “Pencarian” zat aktif, Uji in Vitro, Uji prekliinis, Uji klinis 1,2,3, hingga 4. Diperkirakan hal ini bisa mencapai satu decade lebih.
5
Padahal, perkembangan ilmu kedokteran dan berlanjutnya tradisi pengobatan berjalan secara parallel. Akibatnya, hegemoni ilmu kedokteran pada akhirnya menempatkan pengobatan tradisional sebagai Pengobatan Komplemen Alternatif atau Complementary Alternative Medicine (CAM). Meskipun demikian, penggunaan CAM, termasuk didalamnya penggunaan tanaman obat atau herbal, justru mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian Sosial Ekonomi Nasional, dikatakan bahwa dari tahun 1980 sampai tahun 2007, penggunaan jamu meningkat dari 20% menjadi 49%.
Pengelompokan Menurut Peraturan Kepala badan pengawas obat dan makanan Republik indonesia Nomor : HK.00.05.41.1384. Obat Obat bahan alam dikelompokkan menjadi Obat tradisional; Obat herbal terstandar; dan Fitofarmaka. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Contohnya adalah jamu. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Contohnya lelap, Irma. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Contohnya stimuno, tensigard.
Beberapa masalah 1. Penggunaan bahan kimia obat melebihi dosis. Tindakan ini sangat berbahaya dan diancam sanksi sebagai berikut:
“Kegiatan memproduksi dan atau mengedarkan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan yang mengandung Bahan Kimia Obat, melanggar Undang Undang Nomor23 tahun 1992 tentang Kesehatan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dapat dikenakan sanksi dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) miliar rupiah. ”
6
2. Kurangnya pelaporan efek samping Pelaporan efek samping dari penggunaan obat sangat penting, terutama t erutama untuk meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya hal serupa di kemudian hari. Termasuk juga obat herbal. Akan tetapi, banyak sekali faktor yang mengakibatkan kurangnya pelaporan tersebut. Beberapa diantaranya adalah keyakinan yang membudaya bahwa obat tradisional aman dikonsumsi, dan jika terjadi efek samping yang membutuhkan perawatan medis, masyarakat enggan melaporkan dan petugas juga tidak melakukan pelacakan secara teliti. 3. Sama spesies, berbeda efek 4. Ketepatan dosis 5. Ketepatan waktu minum Sama seperti obat pada umumnya, penggunaan pada waktu yang tidak tepat justru bisa membahayakan. Seperti penggunaan kunyit pada saat awal kehamilan yang dapat memicu keguguran dan cacat lahir. 6. Ketepatan penggunaan Masing-masing obat herbal memiliki cara pemakaiannya masing-masing untuk tujuan masing-masing. Kesalahan penggunaan obat dapat berbahaya. Contohnya, pemanfaatan daun kecubung untuk mengatasi asma seharusnya dihisap seperti rokok bukan diseduh dengan air lalu diminum. 7. Mitos/informasi yang menyesatkan Banyak sekali mitos yang berkembang di masyarakat tentang obat herbal. Biasanya dikatakan bahwa obat herbal bisa mengobati semua penyakit, tanpa efek samping, dan lain sebagainya. Sehingga, informasi yang benar mengenai obat herbal sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat, terlebih lagi tenaga medis. 8. Risiko interaksi obat herbal dengan obat yang lain Masing masing obat herbal memilik zat aktif maupun metabolit sekunder. Zatzat tersebut bisa memiliki potensi interaksi dengan obat lain. Interaksi tersebut bisa berupa hilangnya efek obat, meningkatnya efek obat, bahkan reaksi keracunan. Salah satu contohnya adalah penggunaan ginseng bersama dengan pbat antikoagulan (pengencer darah) yang dapat meningkatkan efek antikoagulannya.
7
Jadi, bagaimana? Masalah-masalah yang sudah disampaikan di atas merupakan hal-hal yang harus diperhatikan. Baik masyarakat awam maupun tenaga kesehatan harus selektif dalam memanfaatkan obat herbal. Beberapa informasi yang harus diketahui adalah : 1. Apakah sudah memiliki bukti ilmiah yang cukup? Bagaimana keamanannya? Masyarakat harus mencari informasi atau menanyakan ke tenaga kesehatan (dokter/apoteker) mengenai masalah ini. 2. Herbal yang baik adalah yang memiliki indikasi spesifik. 3. Nomor register bukan jaminan produk aman dikonsumsi 4. Jangan digunakan dalam jangka panjang 5. Tidak untuk penyakit parah 6. Awasi dan hentikan jika muncul efek samping.
8
Jahe Zingiber officinale
Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Monokotil Commelinids Ordo: Zingiberales Famili: Zingiberaceae Genus: Zingiber Spesies: Z. Officinale Nama binomial Zingiber officinale
9
Deskripsi Habitus : herba, semsim, tegak, tinggi 40-40 cm Batang : semu, beralur, membentuk rimpang, hijau Daun : tunggal bentuk lanset, tepi rata, ujng runcing, pangkal tumpul, hijau tua Bunga : majemuk, bentuk bulur, sempit, ujung runcing, panjang 3-5 cm, lebar 1,5-2 cm, tangkai panjang 2 cm, hijau merah, kelopak bentuk tabung, bergigi tiga, mahkota bentuk corong Buah
: kotak, bulat panjang, cokelat
Biji
: bulat hitam
Akar
:
serabut,
putih
kotor
(Hutapea, 198
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu : 1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. 2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk diekstrak oleoresin & minyak atsirinya. 3. Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah & lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, & juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama dengan jahe kecil, sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.
10
Budidaya Jahe pada umumnya ditanam di tanah ringan atau yang mudah diolah seperti tanah lempung berdebu, lempung dan liat berpasir yang mengandung bahan organik atau humus. Tumbuh pada ketinggian sampai 900 m d.p.l., tergantung pada klon yang ditanam. Umumnya dikenal 3 klon jahe yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah. Tanaman diperbanyak dengan stek rimpang dari tanaman yang sudah berumur 10-12 bulan. Tanah yang mengandung air berlebihan tidak cocok untuk tanaman jahe sehingga harus diusahakan agar tata pengairan baik.1,11) baik.1,11)
Pemanfaatan Kandungan kimia
Rimpang mengandung 0,6-3% minyak atsiri yang terdiri α-pinen, β fellandren, borneol, camfen, limonen, Linalool, citral, nonilaldehid, desilaldehid, metilheptenon, sineol, bisabolen, 1-β-kurkumen, farnesen , humulen, 60% Zingiberen dan zingiberole menguap (zat pedas gingerol yaitu: (6)-gingerol 6085%; (4)-Gingerol; [8]-gingerol 5-15%, [10]-gingerol 6-22% (12)-Gengerol; (6)metilgingerdiol; Zogaol, Zingeron; (6)-Gingerdiol; (8)-Gingerdiol; (10)-Gingerdiol; Diarilheptanoida, Diaryl-3-hidroksi-5-heptanon, aril-kurkumen, -bisabolon, (E)-farnesen. Minyak atsiri Jahe yang tumbuh di Australia mengandung monoterpen sebagai komponen mayoritas seperti camfor, β -fellandren, geranial, neral, linalool. Minyak atsiri jahe yang tumbuh di Vietnam terdiri dari 2/3 bagian monoterpen dan 1/3 bagian sesquiterpenen. Sebagian komponen minyak atsiri rimpang jahe adalah Zingiberen Zingiberen dan suatu seskuiterpen hidrokarbon. Aroma minyak atsiri jahe disebabkan karena Zingiberol (suatu campuran isomer cis dan (Hegnauer, 1986, Wagner, 1993). 1993). Komponen minyak atsiri trans β –eudesmol) (Hegnauer, lainnya adalah adalah suatu monoterpen hidrokarbon dan monoterpen alcohol seperti α-pinen, limonen, bondol (Chang et al., 1987)
Manfaat Menurut buku Inventaris tanaman obat Indonesia (Depkes, 1996), rimpang jahe berkhasiat sebagai pelega perut, obat batuk, obat rematik, penawar racun. Pemanfaatan tersebut sudah banyak diteliti. Beberapa penelitian diantaranya
11
yang dilakukan oleh Marx et al. (2015) al. (2015) mengatakan bahwa jahe bermanfaat dalam mengatasi mual dan muntah pada kondisi klinis yang bervariasi, termasuk saat mual muntah yang diinduksi oleh kehamilan (Viljoen, 2014). Sedangkan untuk obat rematik (Rheumatoif (Rheumatoif Arthritis) Arthritis) secara umum, jahe memiliki efek antiperadangan. Hal itu sudah dibuktikan secara ilmiah pertama kali oleh Kuchi dkk pada tahun 1982. 1982. Kemanan penggunaan rimpang jahe juga sudah banyak diteliti. Secara umum, rimpang jahe memiliki toksisitas rendah dan tidak memiliki efek samping. Akan tetapi, diakatan bahwa memiliki efek antikoagulan karena mempengaruhi trombosit (Tiran, 2012), selain itu, peggungaan pada kehamilan masih belum disepakati. Beberapa penelitian mengatakan tidak merekomendasikan penggunaan jahe, akan tetapi penelitian yang lain mengatakan bahwa tidak ada efek buruk untuk kehamilan (Viljoen, 2014). Akan tetapi, masih banyak hal yang belum diketahui seperti dosis maksimal, lama pemberian, dan konsekuensi akibat over dosis, serta interaksi dengan obat. Sehingga masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan buku inventaris tanaman obat Indonesia, Untuk pelega perut dipakai 15gr rimpang segar, dicuci, dibakar selama 15 menit, dimemarkan, diseduhn dengan 1 gelas air panas, ditambah 1 sendok makan madu, diaduk, diminum sekaligus. Cara pemakaian di masyarakat Mengobati masuk angin Rimpang jahe ½ jari, rimpang lempuyang wangi ½ jari, rimpang bengle 1/3 jari, rimpang cekur ¾ jari, adas ½ sendok the, pulosari ½ jari, gula-enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 4 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya. Sesudah dingin disaring lalu diminum 3 x sehari ¾ gelas (Mardisiswojo et al., al., 1987). Mengobati muntah-muntah Rimpang jahe ¾ jari dicuci lalu diiris tipis-tipis, diseduh dengan air panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok makan suam-suam kuku diminum 2 x sehari (Mardisiswojo et al., al., 1987). Mengobati migran/pusing sebelah Rimpang jahe ½ jari, rimpang lempuyang pahit ½ jari, rimpang cekur ¾ jari, adas ½ sendok teh, pulosari ¾ jari, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan air masak 4 sendok makan dan madu murni 2 sendok makan, diperas dan disaring disarin g lalu diminum 3 x sehari masing-masing 2 sendok makan (Mardisiswojo et al., al., 1987).
12
Pustaka Chang H.M; But, P.P.H; 1987, Pharmacology and Application of Chinese Materia Medica Vol. I The Chinese Medicinal Material Research Centre, The Chinese University of Hongkong. Hegnauer, R., 1986, Chemotaxonomie der Planzen., Band 7., Birkhauser Verlag, Stuttgart Hutapea, Johny Ria dkk. 2000. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Jakarta : Balitbangkes Depkes RI. Mardisiswojo, S. & Rajakmangunsu-darso, H., 1987. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Balai Pusataka, Jakarta. Wagner H; 1993, Pharmazeutische Biologie Drogen and Inhattsstoffe. 5 Aufl. Gustav Fischer Verlag-Stuttgart, p.102.
13
Temu Lawak Curcuma xanthorrhiza Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Upadivisi: Angiospermae Kelas: Monocotyledonae Ordo: Zingiberales Famili: Zingiberaceae Genus: Curcuma Spesies: Curcuma xanthorrhiza
14
Deskripsi Terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m. Batang semu merupakan bagian dari pelepah daunyang tegak dan saling bertumpang tindih[4], warnanya hijau atau coklat gelap. Rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap tunas dari rimpang membentuk daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 cm – 84 cm dan lebar 10 cm – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 cm – 80 cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang. Bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral, perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9cm – 23cm dan lebar 4cm – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8mm – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25cm – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit .
Budidaya Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam[1]. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6
15
harTemulawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan[1].
Pemanfaatan Kandungan Kimia Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,481,63 % minyak asiri. Manfaat Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu lawak untuk dibuat jamu godog. Dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba. Menurut buku inventaris tanaman obat Indonesia, rimpang temu lawak berkhaisat untuk pelancar ASI, penyebar badan, pelega perut, dan obat kejang. Kandungan curcuminoid pada temu lawak secara ilmiah terbukti memiliki efek antiperadangan (Joe et a., a., 2004), antioksidan (Jang et al., al., 2004), osteoarthritis (Keris et al., al., 2005), pencegahan tukak lambung (Santosa et al.,, al.,, 1991), pelindung sel liver (Santosa et al., al., 1995) dan antitumor (Huang et al., al., 1995). Menurut buku Inventaris tanaman obat, untuk pelancar asi dipakai 20gr rimpang segar, dicuci lalu diparut, diremas-remas, diperas dan disaring. Hasil saringan ditambah 2 sendok makan madu, diaduk lalu diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Akan tetapi, belum ditemukan penelitian yang membuktikan kegunaan tersebut. Penelitian yang ada hanya menyebutkan penggunaan secara topikal/salep kulit untuk mengatasi gejala-gejala mastitis (peradangan payudara) seperti nyeri, tegang dan kemerahan saat menyusui (Asfhariani, 2014)
Pustaka Hutapea, Johny Ria et al. 2000. Inventaris Inventaris Tanaman Obat Indonesi. Jakarta : Balitbangkes Depkes RI. Afshariani, R, Farhadi, P, Ghaffarpasand, F, Roozbeh J. 2014. Effectiveness of Topical Curcumin for Treatment of Mastitis in Breastfeeding Women: A Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Clinical Trial. Oman Med J. 2014 Sep; 29(5): 330 –334.
16
Tempuyung Sonchus arvensis Klasifikasi Ilmiah Kingdom: Plantae (unranked): Angiosperms (unranked): Eudicots (unranked): Asterids Order: Asterales Family: Asteraceae Tribe: Cichorieae Genus: Sonchus Species: S. arvensis Binomial name Sonchus arvensis L.
17
Deskripsi Habitus : herba, semusim, tinggi 1-2 m Batang : bersegi, berlobang, bergetah putih, percabangan monopodial, hijau keputih-putihan. Daun : tunggal, bagian bawah membentuk roset akar, bentuk lonjong dan lanset, tepi rata, ujung merunving, pangkal bertoreh, panjang 5-50 cm, lber 510 cm, hijau Bunga : majemuk, bentuk malai, kelopak bunga berbentuk lonceng, berbulu, tangkai panjang 8cm, ihijau keputih-putihan, mahkota berbentuk jarum, putih, kuning keputih-putihan Buah : kotak, berusuk lima, pnjang 4-4,5 mm, berambut, hitam. Biji : kecil, bentuk jarum, hitam Akar : tunggang, putih kotor (Hutapea et al., 2000) Asal-usul : Eropa dan Asia Barat Daya Waktu berbunga : Januari – Desember (Backer et al., 1968)
Distribusi Di Jawa pada elevasi 50 - 2400 m dpl, daerah pertanian, lereng pengairan, dinding teras bukit, aliran sungai, kebun the dan kina. Keanekaragaman Terdapat tipe-tipe tanah kapur, non kapur. Sifat khas Duduk daun roset, perbungaan komposit yang kuning, biji terbang angin (Backer et al., 1968).
Pemanfaatan Kandungan kimia Daun Sonchus arvensis L. mengandung senyawa lipida (diasil galaktosilgliserol; monoasilgalaktosil gliserol dan diasil digalaktosil gliserol); golongan flavonoid; flavon (Apigenin-7-glikosida; Luteolin-7-glikosida; Luteolin-7-glukuronida;
18
Luteolin-7-rutinosida (sedikit); Aesculetin suatu golongan senyawa kumarin. Pada jenis yang lain yaitu Sonchus macrocarpus ditemukan golongan sesqui-terpen lakton, dengan tipe eudesmanolida dan guaianolida yang terdapat pada akar, yakni Sonchucarpolide, 15-hidroksi-4b, 15-dihidroreinosin dan 15-hidroksi4b,15,11b,13-tetrahidroreinosin. Disamping itu pada daun Sonchus macrocarpus macrocarpus ditemukan; Lupeil asetat, b-amirin, lupeol, sitosterol dalam bentuk aglikon, glikosida, dan pinoresinol (Barua et al., 1983). Efek biologi Diuretik, litotriptik (Heyne, 1987)
Kegunaan di masyarakat Umumnya digunakan untuk merangsang keluarnya air seni (diuretikum), juga digunakan untuk melarutkan batu ginjal (litotriptik) (litotripti k) (Heyne, 1987). Untuk peluruh air seni/diuresis dipakai 25gt daun segar, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin disaring, airnya diminum sekaligus (Hutapea et al.,, al.,, 2000).
Pustaka Backer, C.A., And Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. Baruah, P., Baruah, N., C., Sharma, R;P; Baruah JN; Kulanthaivel P, Herz. W., 1983, "Monoacyl galactoglycerol from Sonchus arvensis", Phytochemistry, Vol 22, No.8, p.1741-1744. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III (terjemahan), Yayasan Sarana Wanjaya, Jakarta, p.1850. Hutapea, Johny Ria et al. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesi. Jakarta : Balitbangkes Depkes RI
19
Kumis Kucing Orhosiphon spicatus Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Upadivisi : Angiospermae (tidak termasuk)Eudikotil Kelas : Dicotyledon (tidak termasuk) Asterids Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Orthosiphon Spesies: O. aristatus Nama binomial Orthosiphon aristatus (Blume) aristatus (Blume) Miq.
20
Deskripsi Kumis kucing termasuk terna terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul. atau gundul. Helai daun Helai daunberbentuk berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang 1 – 10 cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang ujung cabang dengan panjang dengan panjang 7–29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, menjadi putih, panjang panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. at as. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm (Hutapea, 2000).
Budidaya Tumbuhan ini mudah diperbanyak dengan biji. Dalam 1 g biji berserat mengandung 2.500 biji, sedang yang tanpa serat mengandung 3000 biji. Daya kecambah biji cepat menurun, oleh karena itu akan lebih baik bila digunakan bijibiji yang baru (paling lama disimpan 1 bulan). Perbenihan perlu penyemaian agar tidak terlalu banyak yang mati karena kekeringan, rusak oleh terik matahari, terlalu basah atau lembab. Permukaan tanah persemaian dihaluskan dan sebaiknya dilapisi pasir setebal 2-3 cm, kemudian ditutup dengan lembaran plastik dan diberi atap pelindung. Jumlah benih yang diperlukan adalah 10 g tiap m persegi. 4-5 hari setelah benih disebar merata akan tumbuh. Setelah benih berumur 1 minggu, mulai diperjarang dan dicabut untuk dipindahkan ke lubang sebesar pensil yang dibuat di permukaan bumbungan-bumbungan (tinggi 5 cm dan berdiameter 3 cm) tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang dibungkus dengan daun. Tiap bumbungan diisi 1 bibit. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi dan sore, memperjarang bibit dan memusnahkan bagian
21
bibit yang mulai terserang penyakit. Setelah berumur 2 bulan, bibit dalam bumbungan sudah cukup besar dan kuat untuk ditanam di kebun; dua minggu sebelum ditanam bibit dalam bumbungan dipindahkan ke tempat yang lebih terang untuk melatih tanaman terhadap terik sinar matahari. Ukuran bibit pada waktu dipindahkan di kebun mencapai tinggi 3-5 cm, berdaun 4-5 helai, panjang daun 5-10 cm, lebar 2-3 cm. Ditanam pada tanah yang kering atau tegalan pada musim hujan. Penanaman pada musim kemarau akan berhasil bila dilakukan pada tanah yang memungkinkan untuk diairi (sawah). Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul 2 kali atau menggarpu 1 kali, meratakan tanah dan membuat saluran air di sekeliling petakan. Pda keadaan tanah yang kurang baik tata airnya dicangkul lebih dalam, lalu dibuat bedengan atau guludan dibuat lubang-lubang dengan jarak tanam 40-60 cm untuk ditanam bibit. Penanaman sebaiknya dilakukan setelah lewat tengah hari, agar tidak cepat layu (dianjurkan diberi naungan berupa daun atau batang pelepah pisang, terutama bagi bibt yang kurang terlatih terhadap terik sinar matahari selama di bumbungan; naungan sementara ini dilakukan selama 1-2 minggu). Pemeliharaan terdiri dari penyiraman atau pengairan bila 2 hari tidak turun hujan, penyiangan dilakukan 3-5 kali, pemupukan dilakukan pada umur 3 minggu dan bila perlu pada umur 8 minggu setelah tanam (34 kg nitrogen tiap hektar, peningkatan hasil hasi l 14%), dan dilakukan pemangkasan batang bunga agar daun dapat tumbuh lebih banyak. Pemanenan pertama dilakukan pada umur 2 bulan setelah tanam, selanjutnya dilakukan set iap 0,5 bulan sampai 1 bulan sekali, sampai tanaman berumur 3-5 bulan setelah tanam (Backer, 1968)
Pemanfaatan Daun mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin serta garam kalsium (3%) dan myoinositol.4,9,13) Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon stamineus ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8dimetoksietanon) (Fujimoto et al., 1972). al., 1972). Juga ditemukan senyawa golongan flavonoid. - Sinensetin ( 5,6,7,3',4'- pentametoksi flavon ) -Tetrametilskutellarein (5,6,7,4'-tetra metoksi flavon) -5-hidroks i 6,7,3',4' tetrametoksi flavone. -Salvigenin (5-hidroksi-6,7,4'-trimetoksi flavon) -Kirsimaritin (5,6-dihidroksi-7,4'-dimetoksi flavon) -Pilloin (5,3’-dihidroksi-7,4’-dimetoksi flavon) -Rhamnazin (3,5,4'-trihidroksi-7,3'-dimetoksi flavon) (Geurin et al., 1989)
22
Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam kafeat dan 7 macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein, 6-hidroksiluteolin, sinensetin (Steenis, 1975) Efek biologik Efek diuretik telah dibuktikan dengan percobaan farmakologi dan uji klinis. Diduga efek ini disebabkan oleh flavonoid, mesoinositol, minyak menguap, kalium atau efek sinergis dari senyawa-senyawa tersebut. Kumis kucing juga dilaporkan dapat menaikkan pengeluaran asam urat sehingga sering digunakan untuk obat rematik dan gangguan ginjal karena asam urat.3,8,14) Dosis yang lazim digunakan adalah 1 laki sehari 2,5 g daun yang direbus sehingga diperoleh cairan 1 cangkir. Dilaporkan bahwa akar (kandungan g-piron) dapat digunakan pada diabetes.13) Hasil penelitian lain terhadap Orthosiphon spicatus menyitir bahwa tidak menutup kemungkinan golongan senyawa yang mempunyai efek antiradang adalah flavonoid lipofil (Geurin et al., 1989)
Kegunaan di masyarakat Secara tradisional daun kumis kucing digunakan untuk memperlancar keluarnya air seni pada gangguan tanpa penyebab yang jelas, obat batu ginjal, tekanan darah tinggi, encok dan kencing manis (Hutapea, 2000) Cara pemakaian di masyarakat Mengobati amandel Daun kumis kucing ¾ genggam, dicuci dan direbus dengan air bersih 3 gelas minum sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum ( 3 x sehari ¾ gelas minum) (Mardisiswojo et al., 1965) Mengobati encok Daun kumis kucing ¾ genggam, dicuci lalu direbus dengan air bersih 4 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 x sehari ¾ gelas) (Mardisiswojo et al., 1965) Untuk diuretkum 25 gram daun segar atau yang sudah dikeringkan, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, terhitung setelah air mendidih. Hasil rebusan diminum sehari dua kali 1/2 gelas pagi dan siang (Schneider, 1985) 1985 )
23
Pustaka Backer, C.A., & Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. Fujimoto, Takunori, Tsuda, Yoshisuke, 1972,"Isolation of myo-inositol from Kumis Kucing"., Yakugaku Zasshi, Vol. 92, N.8, p.1060-1061 Geurin J.C., Reveillere H.P., 1989, "Orthosiphone stamineus as a potent source of methylripario chromene A"., J.Nat.Prod., Vol 52, No. 1, p.171-173 Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.45 Schneider, G; 1985, Parmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschafts-verlag Mannheim. Hutapea. J.R, Sugati. S,., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Balitbang Kesehatan., Departemen Kesehatan RI. Jakarta, Van Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora untuk anak sekolah Indonesia, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta. Wahono, Sumaryanto, Peter Proksch, Victor Wray, Ludger Witte, Thomas Hartmann, 1991, "Qualitative and Quantitative Analysis of the Phenolic Constituents from Orthosiphone aristatus"., Planta Med., Vol 57, p.176-180.
24
Kunyit Curcuma domestica Sinonim : Curcuma domestica Rumph.; Curcuma longasensu Val non L. Klasifiasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma Jenis : Curcuma domestica Val.
25
Deskripsi Habitus berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik. Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna kuning. Kelopak silindris, bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung putih. Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda. (Hutapea, 2000)
Budidaya Kunyit tumbuh ditempat yang terbuka pada tanah ringan seperti lempung berpasir, beriklim panas dan lembab, dengan curah hujan cukup sekitar 20004000 mm. Tanah diolah dengan membuat bedengan atau gundukan. Bibit yang berupa rimpang tua ditanam sedalam 7,5 - 10 cm pada lubang yang dibuat dengan cangkul, dengan jarak tanam 40 - 60 cm. Pemupukan dengan kalium oksida pada umur 4 bulan. bulan. Pemeliharaan lain berupa menyulam, menyiang dan memperbaiki tata air. Hama yang dikenal merusak adalah ulat Kerana diacles dan Udas pesfolus. Jika rimpang kunyit disimpan di gudang, harus harus dijaga terhadap kumbang Lasiodesma serricorne (Hutapea, 2000)
Pemanfaatan Kandungan Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquit-erpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung
26
Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
Efek biologik Minyak atsiri mempunyai efek koleretik dan bakteriostatika, sedangkan kurkuminoid bersifat kolekinetik (Tjitrosoepomo, 1994). Penelitian terhadap ekstrak kunyit dalam etanol 50% yang diberikan pada kultur sel hepar yang telah diberi karbon tetraklorida atau galaktosamin sebagai senyawa hepatotoksik menunjukkan adanya perbaikan yang nyata (Liang, 1986). Kunyit diketahui pula mempunyai efek sebagai anti radang, baik lokal maupun sistemik yang ditimbulkan oleh curcuminoid Minyak atsiri kunyit mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap Eschericia coli dan anti jamur terhadap Candida albicans (Schneider, 1990). Rimpang kunyit mempunyai efek antifertilitas pada tikus karena adanya minyak atsiri dan kurkuminoid, sedangkan efek anti koagulan disebabkan oleh kurkuminoid. Disamping itu kurkuminoid kurkuminoid berefek sebagai anti oksidan dan anti koagulan, sedangkan sedangkan kandungan minyak atsiri turmeron dan arturmeron mempunyai mempunyai aktivitas antiserangga (insect repellant). Rimpang kunyit sendiri diketahui mempunyai efek anti botulinus (Zwaving, 1987).
27
Kegunaan di masyarakat Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan (misalnya pada ramuan kunir asem), peluruh empedu, obat luka dan gatal, anti radang, sesak nafas, anti diare dan merangsang keluarnya angin perut, sebagai obat luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika (Backer et al., 1965). Rimpang berkhasiat sebagai obat demam, obat mencret, obat radang hidung dan penurun panas (Hutapea, 2000). Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk stimulansia, pemberi warna masakan, dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur (Kiso et al., 1985) Cara pemakaian di masyarakat Mengobati sariawan Rimpang kunyit ½ jari dicuci bersih lalu dikunyah-kunyah dengan garam seperlunya, sesudah halus lalu ditelan (3 x sehari) sehari) (Mardisiswojo, (Mardisiswojo, 1987). Mengobati tekanan darah tinggi Rimpang kunyit ½ jari, dicuci bersih lalu diparut, diramas dengan madu 1 sendok s endok makan, diperas dan disaring lalu diminum (2-3 x sehari) (Mardisiswojo, 1987). Pengobatan gabag/campak Rimpang kunyit 2 jari, kaolin (tanah liat) putih sebesar buah duku, dicuci lalu diparut, diramas dengan air hangat ¾ cangkir dan madu 3 sendok makan, diperas dan disaring lalu diminum (3 x sehari masing-masing 2 sendok makan) (Mardisiswojo, 1987). Pengobatan demam 20gr rimpang segar, dicuci lalu diparut, ditambah ½ gelas air matang kemudian diperas. Hasil perasan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore (Hutapea, 2000).
Pustaka Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol 2., P. Noordhoff, Groningen., The Netherland. Hutapea, Johny Ria et al. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesi. Jakarta : Balitbangkes Depkes RI
28
Kiso Y. Y. Suzuki, N. Watanabe, Y. Oshima, and H. Hikino, 1985,"Antihepatotoxic principles of Curcuma longa Rhizomes"., dalam Proceeding Nasional Temulawak., UNPAD., Bandung. Mardisiswojo, S., & Rajakmangunsu-darso, H., 1987, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Balai Pustaka, Jakarta. Oei Ban Liang, 1986, "Efek Koleretik dan Antikapang Komponen Curcuma xanthorrhiza Roxb, Curcuma domestica Val."., Kongres Ilmiah VI ISFI., Yogyakarta. Schneider, G., 1990 Arzneidrogen Arzneidrogen (Ein Kompendium fur Pharmazeuten Biologen und Chemiker)., B.I., -Wissenschaftsverlag., Manheim., P. 205 Tjitrosoepomo G; 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan., Gadjah Mada University Press. P.426-427. Zwaving, J., 1987, Mid Career Training in Pharmacochemistry., Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
29
Cabe Capsicum annum Scientific classification Kingdom: Plantae (unranked): (unranked): Order:
Eudicots Asterids Solanales
Family: Genus:
Solanaceae Capsicum
Species: C. annuum Binomial name Capsicum annuum
30
Deskripsi Habitus
: perdu, tinggi 1m
Batang : berkayu, berbuku-buku penampang persegu, bercabang, batang mda berambut halus, hijau Daun : tunggal, bulat telur sampai elips, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, panjang 5-10cm, kebar 25cm, pertulangan menyirip, tangkai 2,5 -4cm, hijau. Bunga : tunggal, berbentuk bintang, di ketiak daun, putih, kelopak bentuk bintang, berbagi enam, panjang +1cm, bagian pangkal berlekatan, hijau, benang sari enam, tangkai sari 2mm, putih, lepala sari bentuk sendok, panjang 9mm, ungu, putik panjang +/- 5mm, putih kekuningan, mahkota bentuk lingkaran, berbagi lima, putih. Buah : buni, kerucut kerucut memanjang, lurus lurus atau bengkok, bengkok, menggantung, permukaan licin mengkilat, diameter 1-2cm, panjang 4-17cm, bertangkai pendek, hijau atau abu-abu, masih muda hijau tu setelah tua merah Biji
: Pipih, diameter 4mm, masih muda kuning, setelah tua cokelat
Akar : tunggang, tunggang, bulat, bercabang, bercabang, putih (Hutapea, 2000)
Budidaya Cabe merah merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. atrakti f. Pada saatsaat tertentu, Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di dataran tinggi, cabe masih bisa tumbuh namun produksinya tidak maksimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau a tau panas diatas 32 pertumbuhan pert umbuhan akan
31
terganggu. Cabe bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%.
Pemanfaatan Buah berkhasiat sebagai obat rematik, obat sariawan dan obat pilek, juga sebagai penambah nafsu makan dan bumbu masak. Untuk obat rematik dipakai 10gr serbuk buah, diseduh dengan ½ gelas air panas, diaduk sampai rata lalu diamkan beberapa menit. Hasi seduhannya dibalurkan pada bagian yang sakit
32
Cabe Jawa Piper retrofractum Suku : Piperaceae Sinonim : Chavica labilardierei Miq. labilardierei Miq. Chavica maritima Miq. maritima Miq. Piper officinarum (Miq.) officinarum (Miq.) DC. Klasifikasi ilmiah Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : P. retrofractum Nama binomial Piper retrofractum Vahl.
33
Deskripsi Perawakan: semak memanjat, ujung menggantung, 2 - 10 m. Batang: bulat, berakar pelekat di setiap buku yang membenjol, jarang merayap, tajuk di atas pohon lain atau dinding tua. Daun: tunggal, bertangkai, duduk berseling, bentuk bulat telur - bulat memanjang, pangkal jantung - tumpul - pasak, meruncing, gundul, permukaan bawah dengan kelenjar bening rapat, 0,5 - 20 x 3.5 - 13 cm, tangkai 0,5 - 3 cm. Bunga: bulir, tegak atau patent, tangkai 0,75 - 2 cm, daun pelindung oval - bulat telur, 1,5 - 2 cm, menguning. Bulir jantan: 2,5 - 8,5 cm, kepala putik 2 - 3, pendek, tumpul, tetap. Buah: berlekatan dengan tangkai atau daun pelindung, membulat lebar, merah terang. Biji: diameter 2 - 2,5 mm (Hutapea, 2000) Waktu berbunga : Januari - Desember Distribusi : Di Jawa pada elevasi 1 - 600 m.dpl, di tanam di tanah kering berpasir. Sifat khas : Warna buah. (Backer, 1968)
Budidaya Untuk memperbanyak digunakan biji atau stek batang. Sama halnya dengan Piper yang lain, maka untuk pengadaan stek bibit diambil dari batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Metode pengambilan stek bisa menggunakan 7 ruas atau stek 1 ruas berdaun satu. Tumbuhan ini memerlukan rambatan, dan pohon rambatan yang sering digunakan oleh masyarakat adalah pohon turi (Sesbania grandiflora) atau juga pohon gamal (Glyricidia sp.). Media stek yang dipakai adalah tanah yang gembur dan tidak berlempung, lingkungan stek harus lembab, namun tidak becek, pembuangan kelebihan air perlu di perhatikan. Usahakan stek daun tidak terkena sengatan panas matahari langsung, perlu diberi naungan atap atau sejenisnya. Penyakit yang sering dijumpai ialah Cephaleuros virescens, suatu ganggang yang dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun dan ranting dan dapat menggugur-kannya (Rismunandar, 1983)
Pemanfaatan Kandungan kimia Buahnya mengandung minyak atsiri 0,6-0,7%. Di samping itu, terdapat pula alkaloid (piperin) dan suatu senyawa amida yang mirip dengan senyawa yang terkandung dalam Piper longumin yaitu piplartin, piplasterin dan sesamin. Pada bagian batang dapat ditemukan pula harsa, piperin, piplartin, triakontan dan
34
22,23-dihidro-stigmasterin. Rimpang mengandung piperin, 0,2-0,25% piperlongumin dan lebih kurang 0,002% piperlonguminin (Hegnauer, 1966) Senyawa yang memberikan rasa pedas adalah Piperin, 5-(3,4-dioksimetlene fenil)-2-trans, 4-trans; dan bentuk asam pentadienoik yakni Piperidida. Senyawasenyawa homolognya, seperti Piperittin (trienoik), Piperanin (monoenoid) dan Piroperine (analog dengan pirolidin) dilaporkan hanya memberikan rasa pedas yang amat lemah atau bahkan tidak memberi rasa pedas (Atal dan Kapur, 1982). Di bidang industri makanan digunakan sebagai bahan penambah rasa pedas pada minuman keras. Di bidang industri pestisida digunakan sebagai insektisida, karena piperin diketahui lebih poten terhadap lalat dibanding piretrum, dalam hal ini 0,05% piperin dan 0,01% piretrum diketahui lebih poten dibanding 0,10% piretrum tunggal (Stecher Ed. Ed.,, 1985) Efek biologik Piplartin mempunyai efek sebagai pereda batuk. Sifat estrogen yang menginduksi aktivitas alkalin fosfatase pada proses pematangan endometrium kelinci dihambat dengan pemberian sari buah dan akar Piper retrofractum Vahl. Daun dan atau akar tidak menunjukkan aktivitas sebagai antifertilitas pada tikus putih dan mencit. Buahnya menghambat perkembangan janin pada tikus betina yang hamil, juga memperpanjang fase estrus siklus vaginal pada tikus dan babi. Sari buah / biji memiliki aktivitas antifertilitas pada tikus (Atal dan Kapur, 1982). Kegunaan di masyarakat Sebagai bahan obat pada penyakit de-mam, persalinan kurang lancar, mulas, kejang perut, kolik, beri-beri, keringat tidak tida k keluar, lemah syahwat, daunnya untuk obat kumur (radang mulut), akarnya untuk mengurangi rasa sakit pada radang gusi (Sastrapradja, 1978).
Pustaka Atal CK., & BM. Kapur, 1982, Cultivation and Utilization of Medicinal Plants., Regional Research Laboratory., Council of Scientific & Industrial Research., Jammu-Tawi., India., P.576 Backer, C.A., And Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. Hegnauer, R., 1966, Chemotaxonomic der Pflanzen, Band V, Birkhauser Verlag, Stuttgart, p.314-316 Hutapea, Johny Ria et al. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesi. Jakarta : Balitbangkes Depkes RI
35
Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., p.65 Rismunandar, 1993, Lada: Budidaya dan Tata Niaganya., Panebar Swadaya., Jakarta Sastrapradja S., M. Asy'ari, E. Djajasukma, E. Kasim, I. Lunis, S.H. Aminah L., 1978, Tumbuhan Obat., Lembaga Biologi Nasional., LIPI., Bogor., p.77. Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index : an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co, Inc, USA., P.822-823.
36
Bawang Merah Allium cepa Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales Famili: Amaryllidaceae Genus: Allium Spesies: A.cepa Nama binomial Allium binomial Allium cepa
37
Deskripsi Perawakan: herba annual (2-3 bulan), tinggi 0,2 - 0,5 m. Batang: kecil, 0,5 - 1 cm. Daun: Tunggal lebih pendek dari tangkai karangan bunga, roset akar, pelepah pangkalnya membentuk umbi lapis, di bawah tanah, helaian daun bentuk silindris-berongga (tistular) 0,3 - 0,4 m, berlilin, putih, urat daun sejajar, 14 - 19 buah, pelepah diatas umbi membentuk batang semu. Umbi lapis bulat telur, bulat, bulat pipih, putih, coklat kekuningan, merah atau ungu kemerahan. Bunga: susunan majemuk payung, sederhana, 1-3 daun pelindung (spathe), seperti selaput. Tangkai bunga: rata-rata 3 kali panjang perhiasan, sering lebih. Tenda bunga (perhiasan): 6 daun tenda bunga , bebas, bentuk bulat telur - bulat memanjang, tumpul, dengan garis median hijau - putih kehijauan atau ungu, 0.4 - 0.6 cm. Benang sari: 6, tertancap di pangkal perhiasan, tangkai sari berbentuk paku dengan pangkal melebar, 3 lingkaran dalam pangkal sangat melebar, kepala sari agak tergoyang. Putik: bakal buah menumpang, duduk, 3 ruang, per-ruang 2 biji, tangkai putik seperti rambut, kepala putik 3 bagian. Buah: tiga bagian (lobus), 3 sekat. Biji : hitam . Asal -usul : Asia bagian barat Waktu berbunga : Januari, April, Agustus, Oktober (Backer, 1968)
Budidaya Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Di Jawa di tanam pada elevasi 1000 - 1800 m dpl. Tetapi banyak budidaya di dataran rendah (5 - 100 m dpl.) Bawang merah termasuk jenis tanaman yang tidak
38
menyukai air hujan, tidak suka tempat-tempat yang airnya menggenang dan becek, tetapi pada pertumbuhannya, tumbuhan ini membutuhkan banyak air, terutama pada masa pembentukan umbi dan perlu lingkungan yang beriklim kering, suhu yang hangat. Karenanya tanaman ini paling cocok ditanam di musim kemarau dengan sistem pengairan yang memadai. Bibit yang lazim dipakai adalah dari umbi. Dipilih umbi yang berasal dari t anaman yang sehat, subur dan cukup tua (umur 2,5-3 bulan). Umbi yang terpilih tidak boleh langsung ditanam, perlu disimpan beberapa waktu (minimal 2 bulan dengan penyimpanan yang baik). Untuk menandai bahwa umbi bibit sudah siap tanam, maka di ujung-ujungnya sudah mulai terlihat warna hijau dari bakal pertumbuhan tunas. Sebelum ditanam, hilangkan dulu bagian kulit terluar dari umbi bibit, juga sisa-sisa akarnya yang masih ada, kemudian kira-kira seperempat bagian ujung dari umbi disayat dengan pisau (tetapi bila tunasnya sudah menyembul keluar, tidak perlu dilakukan penyayatan umbi). Lalu ditunggu beberapa saat hingga bekas sayatan mengering, baru ditanam. Bibit ditanam di tanah gembur yang sudah dipersiapkan (dalam bentuk bedeng-bedeng berparit) dalam jarak 15x20 cm. Budidaya Bawang merah termasuk jenis tanaman yang tidak menyukai air hujan, tidak suka tempat-tempat yang airnya menggenang dan becek, tetapi pada pertumbuhannya, ia membutuhkan banyak air, terutama pada masa pembentukan umbi dan perlu lingkungan yang beriklim kering, suhu yang hangat. Karenanya tanaman ini paling cocok ditanam dimusim kemarau dengan sistem pengairan yang memadai. Bibit yang lazim dipakai adalah dari umbi. Dipilih umbi yang berasal dari tanaman yang sehat, subur dan cukup tua (umur 2,5-3 bulan). Umbi yang terpilih tidak boleh langsung ditanam, perlu disimpan beberapa waktu (minimal 2 bulan dengan penyimpanan yang baik). Untuk menandai bahwa umbi bibit sudah siap tanam, maka di ujung -ujungnya sudah mulai terlihat t erlihat warna hijau dari bakal pertumbuhan tunas. Sebelum ditanam, hilangkan dulu bagian kulit terluar dari umbi bibit, juga sisa-sisa akarnya yang masih ada, kemudian kira-kira 1/4 bagian ujung dari umbi disyat dengan pisau (tetapi bila tunasnya sudah menyembul keluar, tidak perlu dilakukan penyayatan umbi). Lalu ditunggu beberapa saat hingga bekas sayatan mengering, baru ditanam. Bibit ditanam di tanah gembur yang sudah dipersiapkan (dalam bentuk bedeng-bedeng berparit) dalam jarak 15 X 20 cm. Yang perlu dilakukan secara periodik selama pemeliharaan tanaman adalah: 1. pengapuran tanah: Ini untuk menjaga keasaman tanah (pH tanah dijaga sekitar 6,0 - 7,0). 2. penyiangan dan penggemburan tanah. 3. pemupukan: paling baik digunakan kombinasi pupuk organik dan pupuk kandang, kompos. 4. pemberantasan gulma, hama dan penyakit. 5. Pemberian stimulan (misalnya Atonik, Metalik atau Gandasil, Vitabloom dan sebagainya) (Singgih, 1994).
39
Pemanfaatan Kandungan kimia Bawang merah mengandung minyak atsiri yang terdiri atas dialilsulfida, propantiol-S-oksida, S-Alil-L-Sistein-sulfoksida atau Aliin, prostaglandin A-1, difenilamina dan sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, kaemferol dan foroglusinol. (Paris, 1981). Umbi bawang merah mengandung senyawa turunan asam amino yang mengandung sulfur yaitu Sikloalliin 2%, propilalliin dan propenilalliin. Bila sel-sel umbi pecah senyawa tersebut akan berubah menjadi bentuk ester ( ester asam tiosulfinat), sulfinil disulfida (Kepaen), disulfida dan polisulfida, begitu juga tiofen. Di samping itu terbentuk pula propantial-S-oksida (suatu senyawa yang dapat menyebabkan keluarnya keluarnya air mata). Disamping turunan asam amino, ditemukan pula adenosine dan prostaglandin (Schneider, 1985) Aliin (S-Allil-L-sistein sulfoksida), C6H11NO2S selain terkandung dalam Bawang Merah juga terkandung dalam Bawang putih (Allium sativum L.) dan jenis-jenis Allium lainnya. Senyawa ini berupa hemihidrat yang tidak berwarna C6H11NO2S.½H2O bentuk jarum tumpul yang diperoleh dari hasil rekristalisasi menggunakan pelarut aseton. Jarak leburnya 164-1660C (dengan mengeluarkan gas), praktis larut dalam air. Tidak larut dalam etanol mutlak, kloroform, aseton, eter dan benzena. Senyawa ini memiliki potensi sebagai antibakteri dan segera akan terurai oleh pengaruh enzim Allinase dengan mengeluarkan bau bawang yang khas (Schneider, 1985). Analisis Kandungan Gizi Dari 100 gram umbi Allium cepa L. dilaporkan mengandung (Selveron, 1989): Efek biologi Dari penelitian yang sudah banyak dilakukan diketahui bahwa bawang merah mempunyai efek antidiabetik dan anti aterosklerotik yaitu menurunkan kadar gula dan lemak darah, menghambat aggregasi trombosit, meningkatkan aktivitas fibrinolitik serta memobilisir kolesterol dari depositnya pada lesi aterosklerosis hewan uji. Efek hipoglikemik dan hipolipidemik bawang merah telah dibuktikan pula pada pasien dengan
40
diabetes melitus yang terawat baik dengan kombinasi obat anti diabetik oral dan bawang merah 3 kali 20 gram setiap hari selama 7 hari dibandingkan dengan tanpa kombinasi dengan bawang merah selama 7 hari. Penurunan kadar gula darah penderita yang mendapat bawang merah sebesar 10,72 mg% (Pikir, 1981).
Komponen yang diduga mempunyai efek hipoglikemik ialah senyawa amino (difenilamin) dan senyawa yang berupa sulfida (allilpropil-disulfida). Umbi bawang merah memiliki efek ekbolik (memacu kelahiran janin) pada tikus putih dan mencit dan pada dosis besar cenderung bersifat sebagai abortivum pada binatang percobaan tersebut. Ekstrak Bawang dapur (bawang bombay) berefek seperti ekstrak bawang putih, yaitu sebagai fibrinolitik, menurunkan kholesterol dan trigliserida. Disamping itu dapat pula berefek sebagai antiasma. Potensi antiasma tersebut disebabkan dari ester asam tisulfiniat yaitu dengan menghambat proses timbulnya asma (menekan pengaruh alergen), sedangkan pada penurunan timbulnya trombus disebabkan karena menghambat terjadinya penggumpalan trombosit spontan. spontan. Pada penggunaan penggunaan per-oral perasan Allium cepa dapat menurunkan kadar gula darah binatang percobaan maupun sukarelawan (Karawya et al., 1984) al., 1984) Pada pengenceran allisin 1:100.000 masih mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan mikroba Gram(+) dan Gram(-) (1 mg allicin setara dengan 10 g penisillin) (Wagner, 1993). Kegunaan di masyarakat Secara tradisional umbi lapis bawang merah digunakan untuk peluruh dahak (obat batuk), obat kencing manis, memacu enzim pencernaan, peluruh haid, peluruh air seni dan penurun Ana (Hutapea, 2000). Seperti halnya bawang putih, digunakan dalam upa-ya penyembuhan gangguan pencernaan, demam, dan aterosklerosis.11)
Cara pemakaian di masyarakat Untuk mengobati influenza : Bawang merah 2 butir, daun kaki-kuda 9 lembar, daun meniran 10 lembar, rimpang caekur 2 jari, temu lawak 1 jari, gula-enau 3 jari, dicuci dan dipotongpotong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal kirakira 3/4nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 x sehari sebanyak yang diperlukan)
41
Untuk mengobati sariawan : Bawang merah 3 butir, belimbing buluh 3 buah, buah pala yang masih muda 1 buah, daun sariawan 10 lembar adas 3/4 sendok the, pulosari 3/4 jari, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan minyak …..3 sendok makan, diperas dan disaring, untuk melumas luka-luka yang disebabkan oleh penyakit sariawan (3-6 x sehari). Untuk mengobati batuk : Bawang merah 8 butir, buah kapulogo 3 buah, kelengkeng 3 buah, daun kaki kuda 1/3 genggam, daun jintan 1/4 genggam, rimpang cekur 2 jari, rimpang halia 1 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira 1/2nya, sesudah disaring lalu diberi madu murni 4 sendok makan dan diminum (3 x sehari 1/2 gelas). Untuk mengobati masuk angin: Bawang merah 8 butir, dicuci dan ditumbuk halus-halus, diramas dengan air kapur sirih seperlunya untuk menggosok tulang punggung, tengkuk, perut dan kaki (1-2 x sehari masing-masing sebanyak yang diperlukan).
Pustaka Atal, CK., & BM, Kapur., 1982, Cultivation and Utilization of Medicinal Plants, Regiolan Research Laboratory., Council of Scientific & Industrial Research, Jammu-Tawi, India, p.561. Backer, C.A. and Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. Karawya, M.S., and Wahab, S.M., 1984, "Diphenylamine, an antihyperglycemic agent from onion an tea", J.Na. prod, p. 775 Paris, R.R., Moyse M.H., 1981, Matiere Medicale Tome II, Masson, Paris, p. 61-63 Pikir, B.S., 1981, "Pengaruh brambang terhadap kadar gula dan lemak darah pada penderita diabetes melitus"., Laporan Penelitian, Universitas Airlangga, Surabaya. Salveron, M. J., Cantoria, M.C., M.C., 1989, "Studies "Studies on the Extracts Extracts of two Phillippine Grown Cultivars of of Allium cepa", Planta Med, 55, p. 662
42
Schneider, G., 1985, Pharmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschaftsverlag Mannheim, p.383-385. Singgih, W., 1994, 1994, Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay, Panebar Swadaya, Jakarta, p. 85-135. Stecher P.G., (Editor), 1968, The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and Drugs, Merck & Co. Inc. USA., p. 31-32. Wagner. H., 1993. Plant Drugs Analisys, Springer Verlag, Berlin, p. 110-111.
43
Bawang putih Allium sativum Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales Famili: Alliaceae Upafamili: Allioideae Bangsa: Allieae Genus: Allium Spesies: A. sativum Nama binomial Allium binomial Allium sativum
44
Deskripsi Suku : Liliaceae Perawakan: herba annual (2-4 bulan), tegak, 30 - 60 cm. Batang : kecil (corpus), 0.5 - 1 cm. Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0.4 - 1.2 cm, pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi Bersudut, di bungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu. Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul di setiap anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Tenda bunga (perhiasan) : 6 daun, bebas atau berlekatan di pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Hutapea, 2000). Asal - usul : Asia daratan Daerah distribusi Di Jawa di budidaya di dataran tinggi 1000 - 200 m dpl. Keanekaragaman Variasi morfologi kecil (sempit), hanya terjadi pada ukuran organ. Ada beberapa varietas bawang putih yang tumbuh di Indonesia, antara lain varietas unggul Lumbu Hijau, Lumbu Kuning, Ilocos, Gombloh, Layur dan lain-lain. Sifat khas Daun 8 - 10 helai, pelepah membungkus membentuk batang semu, pangkal membungkus anak-anak umbi lapis, di setiap anak umbi memiliki tunas vegetatif (Backer, 1968)
Budidaya Yang digunakan sebagai bibit bukan seluruh umbinya, namun hanya siungnya saja. Menjelang ditanam, sekitar 1-2 hari, umbi dijemur beberapa jam, lalu dipecahpecah menjadi siung, usahakan agar kulit siung tidak ikut terkelupas, kemudian dipilah-pilah berdasar atas keseragaman ukuran siung. Bagian ujung kulit siung umumnya mengering dan menutupi lubang tempat lewatnya tunas pertama, maka
45
untuk mempercepat dan mempermudah keluarnya tunas pertama perlu daerah tersebut disayat sekitar 1/8 - 1/5 bagian. Tanah yang dipersiapkan adalah dalam ben-tuk bedeng berparit yang telah digemburkan, serta telah diolah dengan pemberian pupuk dasar dan pengapuran (bagi lahan yang terlalu asam). Jarak tanam bisa 10 x 10 cm sampai 15 x 10 cm tergantung luas lahan, semakin jarang semakin baik, tetapi menurut pengalaman, dengan jarak tanam 15 x 15 cm ternyata tidak menghasilkan panen yang lebih baik dibanding 15 x 10 cm. Bibit-bibit yang pertama kali ditanam dit anam perlu ditaburkan tanah halus di atasnya dan lalu bedeng dinaungi dengan jerami kira-kira setebal 3 cm. Jagalah kelembaban jerami dengan cara menyiram air sekedarnya (jangan terlalu basah, asal lembab sudah cukup). Pemeliharaan selanjutnya sama dengan yang dilakukan pada bawang merah, meliputi pengairan, penyiangan, penggemburan tanah, pemupukan, pencegahan dan pemberantasan hama-penyakit. Juga kadang-kadang (apabila dianggap perlu) perlu dilakukan penjarangan tanaman (Singgih, 1994)
Pemanfaatan Kandungan kimia Untuk kepentingan pengobatan, tanaman Allium sativum L. telah banyak dibudidayakan di berbagai negara. Senyawa karakteristik yang terkandung di dalamnya adalah turunan sicstein yang berkaitan erat dengan senyawa g-glutamil dipeptida. Bawang putih mengandung 0,2% minyak atsiri yang berwarna kuning kecoklatan, dengan komposisi utama adalah turunan asam amino yang mengandung sulfur (aliin, 0,2-1%, dihitung terhadap bobot segar). Pada proses destilasi atau pengirisan umbi, aliin berubah menjadi alisin. (Eckner, 1993) Kandungan yang lain adalah alil sulfida dan alil propil disulfida, sejumlah kecil polisulfida, alil divinil sulfida, alil vinil sulfoksida, trans-Ajoen-2-vinil-[4H]-1,3ditiin, metil-aliltrisulfida, cis-Ajoen, 3-vinil-[4H]-1,2-ditiin, Dialiltrisulfida, adenosin. Kadar Alliin sangat tergantung dari penyiapan simplisia (pada cara penyiapan simplisia yang kurang baik, maka 1/4 bagian aliin akan mengalami perubahan).5) perubahan).5) Bobot jenis minyak atsiri bawang putih berkisar antara 1,0461,057. alisin adalah senyawa yang memberikan bau khas bawang putih. Bawang putih juga mengandung saponin, tuberholosida, dan senyawa fosforus (0,41%) (Atal dan Kapur, 1982),
46
Senyawa lain yang terkandung di dalam bawang putih adalah alistatin I, alistatin II, garlisin, alil-2-propen-1-tisulfinat dan alkil-tisulfinat. Aliin atau S-Alil-L-sistein sulfoksida C6H11NO2S, selain terkandung dalam bawang putih juga terkandung dalam bawang merah (Allium cepa L.) dan jenisjenis Allium lainnya. Senyawa ini berupa hemihidrat yang tidak berwarna C6H11NO2S. ½H2O bentuk jarum tumpul yang diperoleh dari hasil rekristalisasi mengguna-kan pelarut aseton. Jarak leburnya 164-1660C (dengan mengeluarkan gas), praktis larut dalam air. Tidak larut dalam etanol mutlak, kloroform, aseton, eter dan benzena. Aliin memiliki dua pusat asimetrik, hingga secara teoritis memiliki empat isomer, dua diantaranya diturunkan dari L-Sistein dan D-Sistein alami. Keempat isomer tersebut seluruhnya telah dapat disintesis, dan salah satu yang identik dengan aliin alami adalah (-)-S-alil-L-sistein sulfoksidaSenyawa ini memiliki potensi sebagai antibakteri. Pemberian perlakuan enzim alinase atau juga disebut aliinase (yaitu enzim yang sangat spesifik spesi fik terhadap aliin), akan segera memecah aliin menjadi alisin, asam piruvat dan amonia. Sebenarnya alisin bebas inilah yang berdaya sebagai anti bakteri. Alisin C6H10OS2 memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Alisin ini juga terkandung dalam bawang merah. Berbentuk cairan dengan bau yang khas bawang putih. Bersifat mengiritasi kulit, bila direbus atau disuling akan mengalami dekomposisi. Indeks biasnya 1,561 (20oC), bobot jenis 1,113 (20oC). Kelarutan dalam air 2,5% w/w (10oC). pH sekitar 6,5. Dapat campur dengan alkohol, eter, dan benzena. Alisin merupakan senyawa yang tidak stabil, adanya pengaruh panas air, oksigen udara dan lingkungan basa, Alisin akan berubah menjadi senyawa polisulfida, dialildisulfida (yang menimbulkan bau tidak enak). Alisin stabil dalam lingkungan asam.
Analisis Kandungan Gizi Dari 100 gram umbi Allium sativum L. mengandung: Kandungan Air Kalori Protein Lemak Karbohidrat Serat β-Carotene Tiamin (Vit B1)
Jumlah 61-68 % 122 kal 3,5-7 % 0,3 % 24-28 % 0,7 % Sangat sedikit Sedikit Sedikit
Riboflavin (Vit B2) Niasin Asam askorbat (Vit C) Kalsium Kalium Natrium Zat besi Fosfor (sbg P2O5)
Sedikit Sedikit 28,00 mg 377,00 mg 16,00 mg 1,50 mg 109,00 mg
47
Efek biologi Air perasan bawang putih bersifat meningkatkan methemoglobin dalam darah, dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Sari etil eter dari serbuk bawang putih yang telah dikeringkan memiliki aktivitas mengendalikan kadar gula darah pada kelinci puasa yang diberi perlakuan glukosa. Bawang putih segar juga memiliki aktivitas penurunan kadar gula darah pada kelinci yang dibuat diabetes dengan aloksan. Penelitian tersebut juga dilakukan terhadap Alisin (kandungan aktif bawang putih), ternyata juga memberikan hasil yang sama (Atal dan Kapur, 1982). Jus bawang putih juga dilaporkan dapat berpengaruh dalam pengendalian kadar gula darah pada kelinci yang diberi glukosa berlebihan dan memacu mobilitas kolesterol. Alisin dilaporkan terbukti memiliki potensi sebagai anti bakteri terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, Mycobacterium tuberculosis serta terhadap Staphylococcus aureus dan Brucella abortus. Terhadap S.aureus potensinya adalah satu miligram alisin setara dengan 15 Oxford penicillin units. Pertumbuhan bakteri-bakteri lain yang juga terhambat oleh alisin maupun aliin adalah Staphylococci, Streptococci, Eberthella typhosa, Bacillus paratyphoid A, Bacterium dysenteriae, Bacterium enteridis, Vibrio cholerae dan beberapa bakteri tahan asam (Wagner, 1984). Alisin dilaporkan memiliki aktivitas menghambat enzim sulfidril (-SH), suatu reaksi yang diketahui berperan dalam penghambatan pertumbuhan sel-sel ganas. Perubahan bentuk produk (+)-S-alil-L-sistein sulfoksida, alisin, ajoene, dan Dialil disulfida menunjukkan aktivitas in vitro dalam hal penghambatan secara bermakna terjadinya penggumpalan trombosit (IC50 terhitung = 60 M).4) Dan dalam berbagai percobaan klinis telah dibuktikan, bahwa serbuk bawang putih mampu menurunkan secara bermakna kadar trigliserida, kolesterol dan fosfolipid dalam plasma, serta mampu pula menurunkan secara bermakna terbentuknya penggumpalan trombosit spontan dan juga kekentalan plasma (Eckner, 1993). Bawang putih terbukti memiliki efek ekbolik (mempercepat kelahiran) pada tikus putih dan mencit dan memiliki aktivitas estrogenik pada tikus putih betina. Setelah 4 hari dilakukan penyuntikan sari alkohol secara intramuskuler terhadap binatang percobaan, akan dikeluarkan metabolitnya yang berupa 17-ketosteroid, hal ini menunjukkan adanya efek kortikotropik pada korteks adrenal binatang tersebut. Selain itu juga dilaporkan memiliki aksi sebagai antelmintik, antiseptik dan anti asma (Atal dan Kapur, 1982). Aksi Anthelmintic terutama terhadap cacing Ascaris dan Oxyuris. Terhadap cacing Ascaris lumbricoides menyebabkan terjadinya paralisis (Stecher, 1982). Ekstrak bawang putih dilaporkan memiliki efek fibronolitik, meningkatkan mobilitas kholesterol dan trigliserida. Disamping itu dapat pula berefek sebagai anti asma. Potensi anti asma tersebut adalah a dalah karena adanya ester asam tiosulfinat 48
yaitu dengan menghambat proses timbulnya asma (menekan pengaruh alergen) (Watt, 1962). Alil-2-propen-1-tiosulfinat dan Alkil-tiosulfinat juga memiliki aktivitas terhadap infeksi dermatophytic, baik terhadap infeksi jamur maupun infeksi bakteri Gram positif dan negatif pada kulit. Sedang kandungan yang lain Garlisin, Alistatin I dan Alistati II memiliki aktivitas antibiotik dengan potensi 1:50.000 (Wagner, 1982). Tablet Alisatin (Sandoz) yang berisi sari bawang putih diindikasikan untuk anti kejang pada perut, sementara sediaan tablet yang lain Alimin (van Patten & Co) yang berisi konsentrat bawang putih yang tidak mengandung air, diindikasikan untuk vasodilator bagi penderita tekanan darah tinggi (Lucas, 1987) Di Indonesia telah dipasarkan beberapa kapsul lunak yang berisi minyak bawang putih, untuk menurunkan kolesterol dan obat tekanan darah tinggi. Efek yang tidak diinginkan Tidak semua orang memiliki toleransi terha-dap penggunaan bawang segar dosis besar, karena sifat iritasinya pada mulut, oesophagus dan lambung. Penggunaan bentuk serbuk dengan dosis relatif besar dapat menimbulkan rasa mual, disamping itu keringat dan nafasnya akan berbau tak sedap (bau badan atau bau mulut campur dengan bau bawang, dikarenakan adanya metabolit aliin, dialildi-sulfida, dialiltrisulfida dan oligosulfida) (Hansel, 1987, Lucas, 1987) Toksisitas Bawang putih yang sudah bertunas tidak baik untuk dikonsumsi, karena pada tunasnya tersebut mengandung racun HCN (Stecher, 1968) Dosis Dalam bentuk minyak 0,12 - 0,2 ml. Dalam bentuk juice yang dicampur dengan sirup 4- 8 ml. Kegunaan di masyarakat Umbi bawang putih berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, meredakan rasa pening di kepala, menurunkan kolesterol, dan obat maag.12) maag.12) Di Di samping itu digunakan pula sebagai ekspektoransia (pada bronkhitis kronis), karminativa (pada keadaan dispepsia dan meteorismus (Hansel, 1987)
49
Cara pemakaian di masyarakat Mengobati tekanan darah tinggi Bawang putih 2 butir dikupas kulitnya, dikunyah halus lalu ditelan, disusul minum air masak yang hangat (3 x sehari). Mengobati batuk Bawang putih 2 butir, kulit dibuang, dikunyah halus-halus lalu ditelan dan disusul minum air hangat (2 x sehari). Mengobati asma Bawang putih 10 butir, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 2 gelas minum hingga hanya tinggal kira-kira ¾nya, sesudah dingin disaring lalu diminum dengan madu 1 sendok makan (3 x sehari ½ gelas) (Mardisiswojo, 1987)
Pustaka Atal CK., dan BM. Kapur, 1982, Cultivation and Utilization of Medicinal Plants., Regiolan Research Laboratory., Council of Scientific & Industrial Research., Jammu-Tawi., India., P.561. Backer, C.A., and Bakhuizen, R.C.B., 1968 Flora of Java, vol. II & III, P.Noordhoff, Groningen.
50
Eckner MM., CAJ. Erdelmeier O. Sticher, and H.D. Reuter, 1993, " A Nover Amino Acid Glycoside and Three Amino Acids from Allium sativum L."., J. Nat. prod., Vol. 56., No. 6., p. 864-869. Hänsel R; 1991Phytopharmaka (Grundlagen und. Praxis); 2.Aufl; Spinger Verlag, Berlin p.192-198. Lucas R., 1987, Secret of the Chinese Herbalist., Revised Edition., Parker Publishing Company Inc., New York., P.216-218. Mardisiswojo, S., Rajakmangunsudarso, H., 1987., Cabe Puyang Warisan Waris an Nenek Moyang., Balai Pustaka, Jakarta.8. Singgih Wibowo, 1994, Budidaya Bawang : Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay., Panebar Swadaya., Jakarta., p. 1-84 Schneider, G; 1985, Pharmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschaftsverlag Mannheim, p.383-385. Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p.26-27. Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index: an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co. Inc. USA., p. 31-32,472 Wagner. H.S. Bladt, EM. Zgainski, 1984. Plant Drugs Analysis,:A Thin Layer Chromatography Atlas., Springer-Verlag.,Berlin., P.255-256. Watt J.M. M.G. Breyer-BrandWijk, B reyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E.S. Livingstone Ltd. London., P.674679.
51
Jambu Biji Psidium guajava L. Klasifiasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Psidium Jenis : Psidium guajava L.
52
Deskripsi Habitus berupa perdu setinggi 5-10 m. Batang berkayu berbentuk bulat. Kulit batang licin dan mengelupas. Batang bercabang dan berwarna coklat kehijauan. Daun berupa daun tunggal berbentuk bulat telur dengan pertulangan menyirip. Ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat. Tepi daun rata. Daun tumbuh saling berhadapan. Panjang daun 6-14 cm dan lebarnya 3-6 cm. Daun berwarna hijau kekuningan atau hijau. Bunga tunggal, bertangkai dan berada di ketiak daun. Kelopak bunga berbentuk corong dengan panjang 7-10 mm. Mahkota berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm. Benang sari berbentuk pipih dan berwarna putih. Putik berbentuk bulat kecil, berwarna putih atau putih kekuningan. Buah buni, berbentuk bulat telur, berwarna putih kekuningan. Bijinya keras, kecil, berwarna kuning kecoklatan. Akarnya merupakan akar tunggang yang berwarna kuning kecoklatan.
Pemanfaatan Guava (Psidium (Psidium guajava), guajava), fresh, Nutritive Value per 100 g. (Source: USDA National Nutrient data base) Principle Energy
Nutrient Percentage Value of RDA 68 Kcal
Pantothenic acid
0.451 mg
9%
Pyridoxine
0.110 mg
8.5%
Riboflavin
0.040 mg
3%
Thiamin
0.067 mg
5.5%
3.5%
Carbohydrates 14.3 g
11.5%
Protein
2.55 g
5%
Vitamin A
624 IU
21%
Total Fat
0.95 g
3%
Vitamin C
228 mg
396%
Cholesterol
0 mg
0%
Vitamin E
0.73 mg 5%
Dietary Fiber
5.4 g
14%
Vitamin K
2.6 µg
2%
Sodium
2 mg
0%
Potassium
417 mg
9%
Vitamins
Electrolytes
Folates
49 µg
12.5%
Niacin
1.084 mg
7%
53
Minerals
Selenium
0.6 mcg
1%
Zinc
0.23 mg 2%
Calcium
18 mg
2%
Copper
0.230 mg
2.5%
Iron
0.26 mg 3%
Carotene-β
374 µg
--
Magnesium
22 mg
5.5%
0.150 mg
0 µg
--
Manganese
6.5%
Cryptoxanthin-β Lycopene
5204 µg --
Phosphorus
11 mg
2%
Phytonutrients
Daun psidium guajava berkhasiat sebagai obat mencret dan peluruh haid. Banyak penelitian-penelitian farmakologis yang mennjukkan manfaat P guajava sebagai antioksidan, antiplasmodium/malaria, antialergi, hepatoproteksi, sitotoksik, antispasmodic, antidiabetic, antiinflamasi, antinosiseptif dan lain sebagainya (Guiterrez, 2008) Menurut Buku Inventaris tanaman obat Indonesia, untuk obat mencret dipakai 10gr daun segar, dicuci, ditumbuk sampai lumat, ditambah ¼ gr garam dan ½ gelas air matang panas, setelah dingin diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
54
Pepaya Carica papaya Klasifiasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Violales Suku : Caricaceae Marga : Carica Jenis : Carica papaya L. Nama umum : Pepaya Nama daerah : Pente (Aeeh); Pertek (Gayo); Botik (Batak Toba); Bala (Nias); Sikailo (Mentawai); Kates (Palembang); Kalikih (Minangkabau); Gedang (Lampung); Gedang (Sunda); Kates (Jawa Tengah); Kates (Madura); Gedang Kustela (Banjar); Bua mendung (Dayak Busang); Buah dong (Dayak Kenya); Kates (Sasak); Kampaya (Bima); Kala jawa (Sumbawa); Padu (Flores); Papaya (Gorontalo); Papaya (Buol); Kaliki (Baree); Papaya (Manado); Unti Jawa (Makasar); Kaliki riaure (Bugis); Papai (Buru); Papaya (Halmahera); Papae (Ambon); Palaki (Seram); Kapaya (Tidore); Tapaya (Ternate); Ihwarwerah (Sarmi); Siberiani (Windesi).
55
Deskripsi Habitus berupa perdu dengan tinggi ±10 m. Batang tidak berkayu, silindris, berongga berwarna putih kotor. Daun tunggal, bentuknya bulat, ujungnya runcing, pangkalnya bertoreh dan tepinya bergerigi dengan diameter 2527 cm, pertulangan menjari dengan panjang tangkai 25-100 cm berwarna hijau. Bunga tunggal, bentuknya bintang, terdapat di ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tandan yang serupa malai, kelopak kecil dengan kepala sari bertangkai pendek atau duduk dan warnanya kuning, bentuk mahkotanya terompet, tepinya bertajuk lima dan bertabung panjang dengan warna putih kekuningan. Bunga betina berdiri sendiri, mahkotanya lepas, kepala putiknya lima, duduk, bakal buahnya beruang satu dan warnanya putih kekuningan. Buah buni, bentuknya bulat memanjang, bergading, warna hijau muda bila masih muda dan jingga bila sudah tua. Bentuk biji bulat panjang, kecil dan bagian luarnya dibungkus selaput yang berisi cairan dengan warna putih bila masih muda dan hitam bila sudah tua. Akar tunggang, bercabang dan berwarna putih kekuningan. Pemanfaatan Kandungan kimia Daun, akan dan kulit batang mengandung alkaloida saponin dan flavonoida, di samping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung saponin.
56
Daun pepaya memiliki kandungan gizi yang cukup beragam diantaranya vitamin A 18250 SI, vitamin B1 0,15 miligram per 100 gram, vitamin C 140 miligram per 100 gram daun pepaya, kalori 79 kal per 100 gram, protein 8,0 gram per 100 gram, lemak 2,0 gram per 100 gram, hidrat arang/karbohidrat 11,9 gram per 100 gram, kalsium 353 miligram per 100 gram, dan air 75,4 gram per 100 gram.[2]
Penggunaan di masyarakat Daun berkhasiat sebagai obat malaria dan menambah nafsu makan. Akar dan bijinuya berkhasiat sebagai obat cacing, getah buahnya berkhasiat sebagai obat memperbaiki pencernaan. Untuk obat malaria dipakai 100gr daun segar, dicuci lalu ditumbuk, sampai lumat, ditambahkan 1 gelas air matang, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa ekstrak daun papaya dapat meningkatkan kadar trombosit pada pasien dengan kondisi trombositopenia, salah satunya pada penderita demam berdarah dengue (Sarala dkk, 2014)
57
Kelor Moringa oleifera Sinonim : Moringa pterygosperma Gaertn. N.W. Klasifiasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Capparales Suku : Moringaceae Marga : Moringa Jenis : Moringa oleifera Lam Lam..
58
Deskripsi
Habitus berupa pohon dengan tinggi 3-10 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, berbintik hitam dan berwarna putih kotorabu-abu. Daun majemuk dan berwarna hijau. Panjang daun 20-60 cm. Anak daun berbentuk bulat telur. Tepi daun rata dengan ujung berlekuk. Pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk, berbentuk malai. Bunga terletak di ketiak daun. Panjang bunga 10-30 cm. Benang sari dan putik kecil. Mahkota bunga berwarna putih-krem. Buah berupa buah kapsul berwarna coklat kehitaman dengan panjang 20-45 cm, setiap buah berisi 15-25 biji. Biji berbentuk bulat, bersayap tiga dan berwarna hitam. Akar tunggang berwarna putih kotor.
Pemanfaatan Akar berkhasiat sebagai obat kejang, obat gusi berdarah, obat haid tidak teratur dan obat pusing. Daunnya berkhasiat sebgai obat sesak nafas, encok dan biri-biri, bijinya sebagai obat mual. Untuk obat kejang dipakai 25gr akar segar dicuci, ditambah ¼ gr garam dan ¼ gelas air, ditumbuk lalu diperas. Hasil perasan digosokkan pada bagian yang kejang. Kandungan kimia Akar, daun dan kulit batang mengandung saponin dan polifenol. Di samping itu kulit batangnya mengandung alkaloida dan daunnya mengandung minyak atsiri.
59
Mengkudu Morinda citrifolia Klasifiasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rubiales Suku : Rubiaceae Marga : Morinda Jenis : Morinda citrifolia L.
60
Deskripsi
Habitus berupa pohon, tinggi 4-8 m. Batang berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopodial, penampang cabang muda segi empat, coklat kekuningan. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 10-40 cm, lebar 5-17 cm, pertulangan menyirip, m enyirip, tangkai pendek, daun penumpu bulat telur, panjang 1 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, di ketiak daun, benang sari lima, melekat pada tabung mahkota, tangkai sari berambut, tangkai bakal buah panjang 3-5 cm, hijau kekuningan, mahkota bentuk terompet, leher berambut, panjang panja ng ±1 cm, putih. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5-10 cm, hijau kekuningan. Biji keras, segi tiga, coklat kemerahan. Akar tunggang, coklat muda.
Khasiat Buah dan daun berkhasiat sebagai obat batuk dan obat radang usus, daunnya berkhasiat sebagai obat masuk angina, obat amandel, obat mulas dan obat kencing manis. Untuk obat batuk dipaiak 100gr buah segar se gar yang sudah masak, dicuci, ditumbuk sampai halus, ditambah ¼ gelas air matang. 1 sendok the cuka dan 1 gr garam, diaduk sampai rata, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari tiga kali sama banyak pagi, siang dan sore.
Kandungan kimia Daun dan buah mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, dan antrakinon, di saamping itu daunya mengandung polifenol.
61
Mentimun Cucumis sativus Klasifikasi Divisi : spermatophyte Sub divisi : angiospermae Kelas : dicotyledonae Bangsa : cucurbitales Suku : cucurbitaceae Marga : cucumis Jenis : Cucumis sativus L.
62
Deskripsi Habitus
: herba. 1 tahun, merambat
Batang
: bentuk segitiga, berbulu halus, hijau
Daun : tunggal, bulat telur, ujung runcing, runcing, pangkal bentuk jantung, bertajuk tifa sampai tujuh, hijau Bunga : tunggal, kelopak berbentuk lonceng, benang sari 3, kepala sari panjang 7mm, kepala putik tiga, kuning. Buah : bulat memanjang, panjang 10-30 cm, banyak mengandung cairan, masih muda hijau berlilin putih setelah tua kuning kotor. Biji
: bulat putih
Akar : tunggang, putih kotor
Pemanfaatan Buah berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, penyegar badan dan bahan kosmetika. Bijinya sebagai obat cacing. Untuk obat tekanan darah tinggi dipakai 300gr buah segar, dicuci lalu diparut, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus. Kandungan kimia Daun dan buah mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.
63
Lada Piper nigrum
Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Piperales Famili: Piperaceae Genus: Piper Spesies: P. nigrum Nama binomial Piper nigrum L.
64
Deskripsi Perawakan : semak, memanjat, 5 - 15 m. Batang: bulat, beralur, berakar melekat, gundul. Daun: tunggal, bertangkai, duduk berseling, bentuk bulat terbalik, melebar - bulat memanjang, pangkal membulat - tumpul pasak, ujung meruncing, gundul, permukaan atas hijau tua mengkilat, bawah berlilin dengan bintik kelenjar rapat, 8 - 20 cm x 5 - 15 cm, tangkai 0,7 - 8 cm. Bunga: majemuk bulir (untai), bunga banci, bulir menggantung, tangkai 1 - 3,5 cm, ruas 3,5 - 22 cm, ada rambut di pangkal bakal buah, kadang gundul. Daun Pelindung: bulat memanjang, gundul, adnate melebar, 4-5 mm x 1 mm, benangsari 2, tangkai tebal, tua 1 mm, kepala putik 2-5 umumnya 3 - 4. Buah: bebas, bentuk bola atau elip langsing, hijau - merah - hitam. Biji: panjang kurang lebih 4 mm (Hutapea, 2000) Asal-usul : India Waktu berbunga : Januari - Desember Distribusi : Di Jawa pada elevasi 1 - 1500 m dpl, di tanam. Sifat khas : Warna buah. (Backer, 1968)
Budidaya Tanaman ini ditanam melalui stek. Cara menyediakan stek ada dua jenis, yaitu stek yang berukuran 7 ruas (tanpa daun) atau menggunakan stek satu ruas (berdaun satu) dari batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, sementara pohon panjatan yang baik adalah pohon turi (Sesbania grandiflora) atau tanaman gamal (Glyricidia sp.). Media stek yang dipakai adalah tanah yang gembur dan miskin pasir, lingkungan stek harus lembab, namun tidak becek, pembuangan kelebihan air perlu diperhati-kan. Stek daun tidak tahan terhadap sengatan panas matahari, maka perlu naungan atap atau sejenisnya . Penyakit yang sering dijumpai ialah Cephaleuros virescens, suatu ganggang yang dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun dan ranting dan dapat menggugurkannya. Sedangkan gangguan yang berupa hama antara lain diakibatkan oleh jenis-jenis kumbang Lophobaris piperis, L. serratipes dan Diplogomphus hewitii Dist (Rismunandar, 1993)
65
Pemanfaatan Kandungan Kimia Minyak atsiri 1-2,5% yang komposisinya antara lain: Kelompok Monoterpene hydrocarbon,, kelompok Sesquiterpene, kelompok Monoterpen yang hydrocarbon teroksigenasi, kelompok Fenil ester, kelompok Sesquiterpen teroksigenasi, dan senyawa-senyawa lain. Dan alkaloid 2-5%, yang terutama terutama terdiri dari transPiperin 90-95% (beras pedas), dan kandungan lainnya. Kavisin merupakan kandungan yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas, dia merupakan isomer basa dari piperin, C17H19NO3, berupa kristal kuning dengan jarak lebur antara 129-130OC. Sementara piperin sedikit larut dalam air, larut dalam 15 bagian alkohol atau 36 eter. Bila dikecap mula-mula tidak berasa, lamalama terasa tajam menggigit. Apabila Piperin dihidrolisis akan terurai menjadi Piperidin dan asam piperat. Piperidin adalah cairan mudah menguap, larut dalam alkohol atau air, ia merupakan Heksahidropiridin, C5H11N. Dalam 100 gram buah Piper nigrum dilaporkan mengandung (Purseglove, 1981) :
Efek biologi Sama halnya dengan Piper cubeba, tana-man ini memiliki aksi mengiritasi membrana mukosa, dan digunakan sebagai stimulansia (misalnya sebagai perangsang keluarnya air seni, air liur, keringat angin perut dan semacamnya). Senyawa aktif seluruhnya juga dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal, pada organ inipun, lewat sepanjang saluran kencing akan mengiritasi membrana mukosa yang bersangkutan, hingga merangsang keluarnya air seni, dan karena Piperine juga mempunyai sifat antiseptik, maka digunakan untuk memperlambat
66
berkembangnya penyakit-penyakit infeksi kelamin pada orang yang bersangkutan (Osol, 1955). Piperine juga mempunyai potensi terha-dap infeksi malaria dan bersifat sebagai insektisida.2,10) Disamping itu juga berefek memperlama waktu tidur binatang percobaan yang disebabkan karena Hexobarbital (Chang, 1985) Efek yang tidak diinginkan Di Rusia, banyak terjadi kasus penyakit kanker esophagus, dan setelah diamati, masyarakat di sana banyak mengkonsumsi Piper nigrum, terutama di musim dingin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, senyawa Piperine strukturnya mirip sekali dengan hasil metabolit safrol 3-piperidyl-1-(3'-4'metilenedioksifenil)-1-propanon dalam air seni, yang diyakini bersifat mutagenik dan karsinogenik. Sama halnya safrol, piperine terbukti bersifat merangsang regenerasi sel-sel hepar secara agresif (percobaan pada tikus) (Duke, 1985) Dosis - Sebagai oleoresin sebesar 0,015 g hingga 0,06g - Sebagai serbuk sebesar 0,3 hingga 1,3 gram (Osol, 1955). Bentuk Sediaan Oleoresin Piperis : Serbuk Piper nigrum (di bawah ayakan no. 40) sebanyak 500 gram direndam dengan eter dalam sebuah perkolator tertutup (untuk mencegah hilangnya minyak menguap), lalu teteskan pelan-pelan. Apabila cadangan eter yang merendam serbuk berkurang, maka tambahkan lagi eter sampai semua tetesan menjadi jernih tidak berwarna. Hasil tetesan (perkolat) diuapkan hingga diperoleh sari yang pekat (hati-hati, karena yang diuapkan adalah eter yang mudah terbakar, maka jangan menggunakan api, cukup dengan diangin-anginkan di bawah kipas angin pada wadah yang bermulut lebar). Residu yang berupa bahan-bahan yang mengkristal seperti Piperin dipisahkan dengan jalan disaring dengan kain kasa. Dalam hal ini yang digunakan sebagai oleoresin adalah hasil saringannya. Simpan oleoresin dalam botol yang tertutup kedap. Dosis 0,03 gram (Anonim, 1936) Kegunaan di Masyarakat Selain digunakan sebagai pelengkap bum-bu dapur, juga sering dipakai untuk obat tradisional, penguat lambung (stomachicum), dan merangsang keluarnya angin perut (carminativa), tekanan darah tinggi, sesak ses ak nafas dan merangsang keluarnya keringat (Hutapea, 2000)
67
Pustaka Anonim, 1936, The Pharmacopoeia of the United States of America., 9th Ed., P. Blakiston's Son & Co., Philadelphia P.284,327. P .284,327. Anonim, 1993, Standard of ASEAN Herbal Medicine., Vol I., Published by ASEAN Countries., Jakarta, Indonesia., P.353-364. Backer, C.A., And Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen. Chang H.M., HW. Yeung, W.W. Tso, A. Koo, 1985, Advanced in Chinese Medicinal Materials Research : Crude Drugs Acting on Drug Metabolizing Enzyme Activity., World Scientific., Singapore., P.125-146. Duke, J.A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca Raton., P.382-383. Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.46 Osol A., GE. Farrar, 1955, The Dispensatory of the United States of America., 25th Ed. J.B. Lippincott Company., Philadelphia., P.1799-1800 Purseglove J.W., E.G. Brown, CL. Green & SRJ. Robbins, 1981, Spices., Vol.I., Longman Group Ltd., New York., P.1-99 Rismunandar, 1993, Lada: Budidaya dan Tata Niaganya., Panebar Swadaya., Jakarta Schneider, G; 1985. Pharmazeutische Biologie. 2.Aufl; B.I-Wissenschafts-verlag, Mannheim p.393. Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p. 456-457. Wagner, H; 1993, Pharmazeutische Biologie, 5.Aufl; Gustav Fisher Verlag; Stuttgart Stutt gart p.106.
68
Lengkuas Alpina galangal galangal Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Ordo: Zingiberales Famili: Zingiberaceae Upafamili: Alpinioideae Bangsa: Alpinieae Genus: Alpinia Spesies: A. galanga Nama binomial Alpinia binomial Alpinia galanga (L.) (L.) Willd. Sinonim A. galanga (L.) galanga (L.) Swartz A. pyramidata Bl. pyramidata Bl. Amomum medium Lour. medium Lour. Languas galanga (L.) galanga (L.) Merr. L. galanga (L.) galanga (L.) Stuntz. Maranta galanga L. galanga L.
69
Deskripsi Lengkuas adalah terna tegak terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya ini bertipe batang semu. Daunnya Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm cm × 7-15 cm. Pelepah daunnya berukuran 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau. Perbungaannya Perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya berwarna hijau. Buahnya termasuk buah buni, buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat, apabila sudah tua. Umbinya berbau Umbinya berbau harum, ada yang putih, juga ada yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya. Rimpangnya ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan. bulan.
Pemanfaatan Rimpang berkhasiat sebagai obat panu dan pelancar haid. Untuk obat panu dipakai 1 jari rimpang segar dipotong miring, ujungnya dipukul-pukul sehingga seperti kuas, digosokkan pada panu. Kandungan kimia Rimpang mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri
70