LEBIH DEKAT MENGENAL IKAN LELE
Pendahuluan Nama ‘lele’ tidak dikenal di negara selain Indonesia.
Lele adalah nama
lokal untuk menyebut ikan yang tak bersisik, hidup di perairan tawar, mempunyai barbel (sungut), berwarna hitam, kecoklatan atau abu-abu, serta berkepala gepeng (depressed). Jika orang Indonesia menyebutnya dengan ‘lele’ maka penduduk dunia menamai dengan air breathing catfish (catfish yang dapat bernapas di udara), walking catfish (catfish yang dapat berjalan di daratan), atau labyrinth catfish (catfish yang mempunyai organ pernapasan tambahan). Ada pula yang menyebut dengan sharptooth catfish karena mempunyai gigi halus yang tajam dan sangat banyak. Catfish sendiri adalah julukan penduduk dunia untuk menyebut seluruh kerabat ikan lele yang tergolong dalam Ordo Siluriformes, termasuk ikan yang tak berkepala gepeng seperti ikan patin. Ordo Siluriformes tediri dari berbagai jenis ikan yang sangat bervariasi mulai dari ukuran yang sangat besar hingga yang terkecil 22 inch. Caftish terbesar dilaporkan hingga mencapai 290 kg dengan panjang 13m.
Dilaporkan terdapat 2200 species catfish di dunia ini, yang
tergolong dalam 34 famili (http://anglerfish.com) Ikan lele sendiri termasuk dalam family Clariidae, berkerabat dengan 34 famili lainnya dalam anggota Ordo Siluriformes. Masyarakat di beberapa daerah menyebut ikan lele dengan nama lain, seperti ikan kalang, ikan keli, atau ikan limbat (Sumatra Barat),
ikan maut
(Sumatra Utara), ikan pintet atau ikan kaleh (Kalimantan selatan), lele kembang atau wiru (Jawa Barat), ikan kalang putih (Padang), atau ikan penang (Kalimantan Timur). Namun jika ditelusuri, ternyata nama-nama di atas tidak semuanya identik dengan ikan lele yang dikenal secara umum, karena berbeda species atau jenis. Meskipun ikan lele telahmenjadi komoditas populer, namun pengetahuan manusia tentang ikan ini belum tergolong lengkap. Masih banyak aspek yang masih perlu digali, guna pemanfaatan yang lebih optimal. Untuk itu semua pihak,
Page 1 of 14
baik yang telah terjun dalam busi daya ikan maupun pihak yang berkeinginan menekuninya, disarankan selalu memeprbaharui pengetahuan, mengenali lebih jauh tentang ikan ini. Pengenalan ikan lele adalah kunci awal keberhasilan budi daya ikan lele. Pengenalan kita tidak cukup hanya tahu bahwa ikan lele adalah ikan yang berkumis, warnanya abu-abu kecoklatan, kulitnya tak bersisik dan licin karena berlendir banyak. Itu adalah pengetahuan umum yang tidak bisa dijadikan bahan pengambilan keputusan apa pun tanpa pendalaman lebih lanjut. Ada apa di balik absennya sisik pada ikan lele? Mengapa kulit ikan lele licin? Mengapa warna ikan lele dapat berubah? Apa yang terjadi ketika ikan tidak bernafsu makan? Kepala yang gepeng dan mata yang kecil, apa gunanya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seharusnya menggelitik kita untuk mengenal lebih dalam terhadap ikan berkumis ini. seperti kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang. Makin mengenal makan makin sayang. “ Berbekal rasa sayang kita akan menemukan lebih banyak rahasia tentang ikan lele sebagai bekal pendukung keberhasilan usaha budi daya kita. Anatomi (struktur tubuh) ikan lele dapat dibedakan menjadi dua yaitu anatomi eksternal dan anatomi internal. Anatomi eksternal meliputi bentuk tubuh, warna, morfologi, dan organ-organ tubuh bagian luar baik organ gerak, organ sensor, maupun organ reproduksi). Anatomi internal meliputi seluruh organ tubuh yang terbalut kulit,yang bekerja dalam suatu sistem fisiologis tertentu. Sistem tersebut meliputi sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem urogenitalia, sistem otot, sistem peredaran darah, dan sistem rangka. Selain anatomi aspek kebiasaan ikan lele juga harus dikenali untuk mencegah stress. Sama seperti manusia, ikan lele juga bisa stress. Ikan yang stress akan menunjukkan perilaku menggantung di lapisan permukaan air, nafsu makan menurun, gerak lambat, dan pada jenis-jenis tertentu warnanya berubah. Kondisi stress tersebut selain menghabiskan energi ikan juga menyebabkan pertumbuhan menjadi terhenti. Akibatnya ikan menjadi lemah, kurus, dan rentan terserang penyakit atau serangan parasit. Begitu pentingnya pengenalan terhadap kebiasaan ikan lele maka harus dilakukan oleh pembudi daya ikan lele sehingga dapat diberikan pemeliharaan
Page 2 of 14
yang tepat dan terhindar dari stress. Hasilnya energi yang kita berikan melalui pakan dapat dikonsentrasikan untuk tumbuh memperbanyak sel-sel otot tubuh, dan tidak terbuang sia-sia. Dengan bertambahnya sel-sel ikan maka peningkatan bobot tubuh ikan pun akan dicapai. Di bawah ini uraian lebih detil tentang aspek anatomi dan kebiasaan hidu ikan lele.
Anatomi eksternal Ikan lele mudah dikenali dari bentuk tubuh yang bulat memanjang, tak bersisik dan licin. Warnanya bervariasi dari kelabu, kehijauan, kecoklatan, hingga hitam legam. Pada ikan lele dumbo, warna dapat berubah menjadi pudar bertotol loreng ketika sedang dalam keadaan stress. Jika kondisi telah membaik dan ikan tidak stress, maka warna akan kembali seperti sedia kala. Anatomi eksternal ikan sangat berguna dalam penentuan klasifikasi ikan terutama berdasarkan morfologinya melalui pengukuran morfometrik dan meristik.
Pengukuran
morfometrik adalah pengukuran karakter morfometri ikan dan meristik adalah penghitungan karakter morfologi pada bgian-bagian yang biasa dihitung seperti jumlah gill raker, jumlah jari-jari lunak sirip dorsal, dan lain sebagainya.
Gambar.
Secara umum ikan lele dapat dibagi menjadi tiga bagian tubuhnya, yaitu: kepala, badan, dan ekor (keterangan gambar: (a). Kepala (b) badan (c) ekor)
Guna mempermudah memahami anatomi eksternal ikan lele, mari kita bagi tubuh ikan lele menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala meluas hingga bagian akhir dari operculum. Bagian badan yaitu titik
Page 3 of 14
akhir dari kepala hingga lubang genitalia, sedangkan bagian ekor adalah daerah mulai titik lubang genital tersebut hingga akhir dari ekor (Stoskopf, 1986). Pada kepala ikan lele terdapat organ sensor berupa sepasang mata sebagai alat penglihatan dan sepasang lubang hidung (nostril) sebagai alat pembauan. Organ sensor berfungsi menerima rangsangan atau informasi yang diterima dan meneruskan rangsangan tersebut ke otak. Selanjutnya otak akan mengolah dan merespons rangsangan tersebut. Organ mata ikan sangat kecil dibanding ukuran total ikan itu sendiri. Pada Gambar. Tampak organ mata yang ukurannya kecil sekali, pada ikan lele dumbo seberat 3kg. Organ mata pada ikan lele kurang berfungsi karena secara alamiah mereka adalah binatang nokturnal yaitu binatang yang lebih aktif pada malam hari. Pada malam hari ketika tidak ada cahaya kuat sama sekali, dan perairan menjadi gulita, maka ikan lele mengandalkan organ pembauan untuk mengenali rangsangan. Organ lain yang berfungsi memperkuat daya pembauan nostril yaitu empat pasang barbel yang terletak di bagian maxilla (rahang atas), nasal (dekat lubang hidung), dan bagian dagu. Barbel adalah organ sensor yang berfunsgi untuk memperkuat kemampuan organ penciuman ikan lele, mengingat organ matanya sangat kecil dan kurang berfungsi. Mata ikan lele
Gambar. Ukuran organ sensor (mata) ikan lele relatif terhadap panjang total ikan lele seberat 3kg Pada bagian badan terdapat alat-alat gerak berupa lima jenis sirip yaitu sirip dorsal, sirip pektoral, sirip ventral, siri anal, dan sirip caudal. Ada yang berjumlah sepasang yaitu sirip pektoral (sirip dada) dan sirip ventral (sirip perut) sedangkan sirip lainnya tidak berpasangan.Kelima jenis sirip tersebut mempunyai
Page 4 of 14
peran berbeda-beda namun secara umum fungsi sirip tersebut adalah mengendalikan gerak ketika berenang di kolom air. Di saiping itu siri-sirip ikan juga dapat menjadi indikator kesehatan ikan secara umum. Sirip yang utuh adalah indicator pertama yang memebri tahu bahwa ikan sehat. Sebaliknya sirip yang sobek, atau gripis, kemungkinan ikan sedang terserang parasit atau penyakit. Sirip dorsal letaknya di punggung, memanjang hingga batang ekor. Sirip dorsal tidak mempunyai jari-jari sirip keras (duri) dan seluruh jari-jari berupa tulang lunak. Sirip pektoral jumlahnya sepasang yaitu bagian kanan dan kiri tubuh. Jari-jari sirip yang pertama berupa tulang keras yang tajam dan runcing yang biasa disebut dengan istilah patil.
Di alam patil berfungsi untuk
melumpuhkan mangsa uaitu melukai mangsa agar mudah dimangsa.
Pada
beberapa species, patil berhubungan dengan kelenjar venom yang berfungsi menghasilkan substansi semacam racun yang dapat membuat mangsanya tak berdaya. Di bagian ventral terdapat lubang anus dan tonjolan genitalia (papilla genitalia) yang berjajar. Struktur papilla genitalia tersebut berbeda antara ikan jantan dengan betina.
Linea lateralis atau gurat sisi terdapat di sepanjang sisi
tubuh ikan, baik kiri dan kanan. Fungsinya adalah sebagai organ sensor atau indera ikan. Ekor ikan lele bertipe rounded yaitu bentuknya membulat. Tipe tersebut cukup kuat untuk menunjang dalam pelumpuhan mangsa dan semakin memperkokoh kemampuannya sebagai predator aktif. Ekor dapat dikibaskan atau dipukulkan ke arah mangsa yang menjadi sasarannya. Ekor juga menjadi alat ikan jantan membantu merawat telur-telur yang terfertilisasi pasca pemijahan.
Anatomi internal Di balik kulitnya, terdapat serangkaian organ-organ yang saling bekerja sama membentuk sistem organ yang utuh. Dimulai dari bagian kepala, yaitu terdapat sepasang insang.
Setiap insang terdiri dari empat pasang lengkung
insang. Lengkung insang mempunyai bagian-bagian yang disebut gill filament, dan gill rakers. Keduanya menempel pada tulang yang disebut gill arch. Pada gill archs tersebut lele terdapat organ tambahan semacam bunga kol, yang
Page 5 of 14
dinamakan arborescent organ. Fungsi organ tambahan tersebut adalah membantu ikan lele menangkap oksigen yang terkandung di udara sembari menyembulkan mulutnya.
Organ tersebut memungkinkan ikan lele mampu bertahan pada
kondisi ekstrim dimana kualitas air rendah atau ketika air kering dan hanya tersisa lumpur saja.
Gambar: organ insang lengkap dengan asesorisnya, yaitu arborescent organ; dengan asesoris itu ikan lele mampu bertahan dalam perairan berkadar oksigen rendah Ikan lele memiliki tulang belakang (vertebrae) berupa tulang sejati yang tidak besar, memanjang mulai dari belakang kepala hingga pangkal ekor. Di sekitar rongga perutnya terdapat duri-duri yang tidak banyak. Rangka tersebut berfungsi memberi bentuk tubuh, melindungi organ-organ vital ikan, dan tempat melekatnya otot. Berfungsi juga membentuk sel-sel darah ikan. Sementara ini belum ada laporan tentang keistimewaan rangka ikan lele sehingga hanya menjadi limbah atau sampah bagi konsumen ikan ini.
Gambar. Vertebrae seekor ikan lele; memiliki 59 ruas tulang belakang Sistem otot ikan membalut rangka dan memberi isi pada tubuh ikan. Otot atau ‘daging’ Ikan lele agak berbeda dengan daging ikan lain karena strukturnya yang lembut dan tak berserat, berbeda dengan daging ikan-ikan perenang cepat seperti salmon atau tuna.
Ikan lele adalah perenang yang lambat, bahkan
cenderung diam apabila telah kenyang dan tak ada gangguan. Otot ikan lele dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Page 6 of 14
Otot polos adalah otot yang bekerja di luar kesadaran sistem saraf pusat sehingga tanpa rangsangan dari luar pun, otot ini terus bekerja.
Otot polos
menyusun seluruh organ internal tubuh ikan seperti kelenjar pencernaan, saluran pencernaan, kantung urin, saluran peredaran darah, bola mata, dan organ lainnya yang bekerja di luar kehendak ikan.
Ketika ikan lele bergerak, menangkap
makanan, bersembunyi, menghindari serangan, atau berkelahi, maka otot yang bekerja adalah otot lurik atau otot bergaris. Disebut otot lurik karena bentuknya akan tampak bergaris-garis jika diperbesar dengan mikroskop. Otot lurik bekerja karena adanya rangsangan atau bekerja dengan kendali sistem saraf pusat. Otot lurik menempel pada rangka (otot tubuh) dan otot penyusun sirip-sirip ikan. Otot tersebut bekerja menunggu perintah dari sistem saraf pusat, setelah organ-organ inderanya mengirimkan sinyal rangsangan ke otak. Jenis otot ketiga yaitu otot jantung. Otot ini bekerja tanpa kendali sistem saraf pusat namun strukturnya seperti otot lurik. Otot jantung hanya menyusun organ jantung saja, dan tidak ada organ selainnya. Adapun letak organ jantung adalah di bagian belakang, dasar lengkung insang terakhir. Bentuknya seperti kerucut, dan terdiri atas dua runag yaitu ruang atrium dan ventrikel. Fungsi utamanya adalah memompa menerima darah dari seluruh tubuh dan memompanya ke arah insang selanjutnya ke seluruh tubuh melalui saluran pembuluh darah. Jantung bekerja tanpa henti tanpa diperintah otak sepanjang umur ikan tersebut, memompa darah dari dan ke seluruh tubuh yang mengangkut nutrisi dan oksigen maupun CO2. Sistem peredaran darah ikan lele tersusun atas darah itu sendiri, organ jantung, pembuluh-pembuluh darah, dan limpa. Pembuluh darah ikan lele akan mengirim darah ke seluruh tubuh dan mengangkutnya kembali ke jantung. Adapun pembuluh darah tersebut ada yang bernama aorta, arteri, kapiler, dan vena.
Aorta adalah pembuluh darah besar, fungsinya memompa darah dari
jantung ke insang lalu meneruskan ke daerah dorsal dan ventral. Arteri adalah percabangan dari aorta, diameternya lebih kecil, fungsinya mengirim darah kaya oksigen ke seluruh organ tubuh. Kapiler adalah percabangan terkecil dari arteri, yang fungsinya sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida di jaringan tubuh. Sedangkan vena adalah saluran pembuluh darah yang mengurim darah
Page 7 of 14
kaya karbondioksida dari seluruh tubuh ke jantung kembali. Jika pembuluh darah ikan pecah, misalnya di bawah permukaan kulit,
karena benturan atau
penanganan yang kasar, maka darah ikan akan keluar. Untuk pulih kembali, maka ikan lele membutuhkan energi lebih banyak dari keadaan biasanya.
Gambar . Besar dan elastis, lambung ikan lele dumbo. Mampu menyimpan makanan dalam jumlah banyak dan mencernanya sedikit demi sedikit. Pada rongga perut terdapat sistem pencernaan, yang terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan berupa rongga mulut, faring, esophagus, lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan yang berperan ada dua yaitu hati dan pancreas. Saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan bekerja sama untuk mencerna makanan untuk diolah menjadi energi bagi tubuh ikan. Sistem urinaria ikan berupa organ ginjal. Letaknya menempel di tulang belakang, warnanya merah tua, bentuknya memanjang seperti tabung. Ginjal berfungsi menyaring darah ikan agar terbebas dari muatan racun berbahaya seperti ammonia dan kreatinin. Selanjutnya urin dikeluarkan melalui lubang urogenitalia. Organ terakhir dalam anatomi internal ikan lele yaitu organ reproduksi. Pada jantan, organ tersebut berupa testes dan pada betina berupa ovari. Keduanya berjumlah sepasang, dan bermuara ke lubang urogenitalia sebagai tempat pengeluaran sel telur maupun sperma.
Baik testes maupun ovary keduanya
berupa tabung memanjang menempel di bawah ginjal dan tulang vertebrae.
Page 8 of 14
(a)
(b)
Gambar. Organ reproduksi ikan lele (a) testes pada jantan, penghasil sel sperma (b) ovary pada betina, penghasil sel telur Para Kerabat Ikan lele Taksonomi ikan lele disusun berdasarkan kesamaan morfologi, anatomi, dan studi biogeografinya.
Taksonomi dapat memberikan gambaran sistematika
kekerabatan sehingga dapat diketahui jenis ikan-ikan apa saja yang mirip dengan ikan lele. Dengan mengetahui kerabatnya, kita dapat memperoleh gambaran lebih detil tentang cara pembudidayaannya. Adapun taksonominya sebagai berikut.
Kerajaan (Kingdom) Filum (Phylum) kelas (Class) bangsa (ordo) suku (family) marga (genus) species (jenis)
Animalia Chordata Octaryophysi Siluriformes Clariidae Clarias Clarias sp
Ikan lele masuk dalam kerajaan binatang (Animalia) filum Chordata atau binatang mempunyai saraf tulang belakang (notochord), kelas Ostaryophysii. Famili atau suku adalah takson yang penting untuk diketahui karena dapat memberikan gambaran lebih banyak tentang sifat biologis ikan. Ikan lele berada dalam family Clariidae. Page 9 of 14
Famili Clariidae mempunyai anggota 13 genus yang terdiri dari 100 species.
Seluruhnya mempunyai persamaan ciri fisik yang menonjol yaitu
mempunyai 4 pasang barbel (sungut peraba), bentuk tubuh bulat memanjang, sirip dorsal dan sirip anal memanjang hingga menutup seluruh panjang ikan, sementara ekornya bertipe rounded.
Daerah penyebaran aslinya yaitu Afrika, Syiria, dan
Asia (Pilipina hingga Jawa) namun saat ini ikan ini telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Seluruhnya anggota family Clariidae hidup di perairan tawar, dan tidak ada laporan ikan dapat menghuni air payau maupun air laut (Nelson, 1984 dalam Fishbase.org)
Gambar . Ikan lele bersifat nokturnal, empat pasang barbel ikan lele adalah indera pembauan yang sensitive untuk mengimbangi peran mata yang relatif kecil dan kurang kurang berfungsi Hanssen
(2007)
menemukan
enam
subgenus
Clarias
yaitu
Dinotopteroides, Clarias, Platycephaloides, Clarioides, Anguilloclarias dan Brevicephaloides.
Dari sub genus mayoritas anggotanya
endemik di benua
Afrika. Sebagian kecil ditemukan di India, Asia, dan negara-negara lain. Di Asia Tenggara ditemukan tak kurang dari 18 species menghuni perairannya (Ferraris, 2007). Banyak diantaranya menjadi ikan ekonomis penting baik dalam bidang penangkapan maupun dalam akuakultur. Di Indonesia dapat ditemukan beberapa species ikan lele. Salah satu yang endemic di Pulau Jawa yaitu ikan lele lokal (C. batrachus) (Ng & Kottelat, (2008).
Selain C. batrachusmasih ada empat species lain yaitu C. lazera, C.
teysmani, C. niehoufii, dan C. melanoderma. Seluruh jenis tersebut mempunyai nama daerah (local name) yang berbeda-beda dan telah lama dikembangkan di
Page 10 of 14
beberapa kawasan endemik ikan lele sebagai ikan konsumsi. Namun semuanya telah tergusur sejak kehadiran ikan lele dumbo di Indonesia pada tahun 1985 yang berasal dari Afrika
Biologi ikan lele Ikan lele mudah dikenal dari bentuk badan yang membulat dan memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi.
Fungsi mata tergantikan dengan
kemampuan membau yang sangat baik, dengan bantuan barbel. Bukaan insang cukup lebar, organ pernapasan tambahan (arborescent organ) muncul dari gill arch.
Mulut bertipe terminal, artinya berada tepat di moncong depan dan
ukurannya cukup lebar.
Terdapat empat pasang barbel
(sungut) yang tiap
pasangan tidak sama panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang sebagai organ sensor. Sirip-sirip dorsal dan analnya memanjang hingga batang ekor. Pada sirip pektoral terdapat jari-jari sirip keras (patil) yang beracun, tetapi pada Clarias gariepinus atau lele dumbo patilnya tak beracun. Sirip ekor membulat bertipe rounded. Ikan ini akan terus tumbuh sepanjang tersedia pakan yang cukup dan kualitas perairannya mendukung, hingga bobotnya mencapai puluhan kilogram. Mayoritas jenis ikan lele adalah penghuni perairan tawar.
Ikan lele
menyukai perairan tenang berarus lemah, cerug-cerug yang gelap, air tenang yang kaya tanaman air, danau, sungai, rawa, atau waduk.
Sangat toleran dengan
perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti deplesi oksigen dalam air atau kekurangan air dalam jangka panjang. Sifatnya omnivore dan termasuk bottom feeder yaitu memakan makanan yang tersedia di dasar perairan. Ikan ini gemar makan insekta, kepiting, plankton, siput air, ikan-ikan kecil, sisa-sisa tanaman atau buah-buahan. Memijah pada periode Juli hingga Desember setiap tahunnya, khususnya pada musim penghujan.
Page 11 of 14
Kebiasaan makan di alam Telah banyak studi untuk mengidentifikasi kebiasaan makan ikan lele di alam. Berdasarkan hasil studi disimpulkan bahwa ikan lele adalah omnivora. Ikan ini sangat adaptif dengan beragam makanan yang tersedia di sekitarnya. Ditemukan bahwa ikan lele dapat memakan berbagai jenis makanan baik dari jenis
nabati maupun hewani.
Ukurannya pun bervariasi, mulai dari zooplankton hingga ikan berukuran setengah dari panjang tubuhnya.
Pembedahan
lambung
ditemukan
berbagai jenis makanan antara lain insekta daratan maupun air, telur burung, telur ikan, ikan kecil, anak burung,
bangkai
unggas,
detritus,
biji-bijian,
tanaman air, limbah sayuran, dan anak ikan. Ditemukan pula moluska kecil, debris, dan buahbuahan. Ikan lele juga cenderung bersifat predator aktif. Ukuran mulut yang lebar dapat menelan mangsa sekali telan. Sederet gigi di langit-langit mulutnya (pharyngeal teeth) difungsikan untuk mencegah mangsa lolos dari sergapan. Empat pasang barbel menjadi sarana efektif menemukan mangsa meski berada di tempat gelap.
Pada
beberapa species juga dilengkapi senjata berupa duri keras (patil) di sirip pektoralnya yang mampu menghasilkan racun untuk melumpuhkan mangsa.
Reproduksi alamiah Reproduksi atau perkawinan (fertilization)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59.
JENIS-JENIS IKAN LELE DI DUNIA
species Clarias abbreviatus Valenciennes, 1840 species Clarias agboyiensis Sydenham, 1980 species Clarias albopunctatus Nichols & La Monte, 1953 species Clarias alluaudi Boulenger, 1906 - Alluaud's Catfish species Clarias anfractus Ng, 1999 species Clarias angolensis Steindachner, 1866 species Clarias anguillaris (Linnaeus, 1758) - Catfish species Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) - Clarias Catfish species Clarias batu Lim & Ng, 1999 species Clarias brachysoma Günther, 1864 - Walking Catfish species Clarias buettikoferi Steindachner, 1894 species Clarias buthupogon Sauvage, 1879 species Clarias camerunensis Lönnberg, 1895 species Clarias cataractus (Fowler, 1939) species Clarias cavernicola Trewavas, 1936 - Cave Catfish species Clarias dayi Hora, 1936 species Clarias dhonti (Boulenger, 1920) species Clarias dumerilii Steindachner, 1866 species Clarias dussumieri Valenciennes, 1840 - Valenciennes Clariid species Clarias ebriensis Pellegrin, 1920 species Clarias engelseni (Johnsen, 1926) species Clarias fuscus (Lacépède, 1803) - Cat-fish species Clarias gabonensis Günther, 1867 species Clarias gariepinus (Burchell, 1822) - North African Catfish species Clarias hilli Fowler, 1936 species Clarias insolitus Ng, 2003 species Clarias intermedius Teugels, Sudarto & Pouyaud, 2001 species Clarias jaensis Boulenger, 1909 species Clarias kapuasensis Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003 species Clarias laeviceps Gill, 1862 species Clarias lamottei Daget & Planquette, 1967 species Clarias leiacanthus Bleeker, 1851 species Clarias liocephalus Boulenger, 1898 species Clarias longior Boulenger, 1907 species Clarias maclareni Trewavas, 1962 species Clarias macrocephalus Günther, 1864 - Broadhead Catfish species Clarias macromystax Günther, 1864 species Clarias meladerma Bleeker, 1846 - Blackskin Catfish species Clarias microstomus Ng, 2001 species Clarias nebulosus Deraniyagala, 1958 species Clarias ngamensis Castelnau, 1861 - Blunt-toothed African Catfish species Clarias nieuhofii Valenciennes, 1840 species Clarias nigricans Ng, 2003 species Clarias nigromarmoratus Poll, 1967 species Clarias olivaceus Fowler, 1904 species Clarias pachynema Boulenger, 1903 species Clarias planiceps Ng, 1999 species Clarias platycephalus Boulenger, 1902 species Clarias pseudoleiacanthus Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003 species Clarias pseudonieuhofii Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2004 species Clarias salae Hubrecht, 1881 species Clarias sauteri Regan, 1908 species Clarias stappersii Boulenger, 1915 - Blotched Catfish species Clarias submarginatus Peters, 1882 - Blotched Catfish species Clarias sulcatus Ng, 2004 pecies Clarias teijsmanni Bleeker, 1857 species Clarias tenuis Güntert, 1938 species Clarias theodorae Weber, 1897 species Clarias werneri Boulenger, 1906
pada ikan pada umumnya adalah proses yang sangat kompleks, termasuk pada ikan lele. Proses perkawinan ditandai oleh bertemunya
Page 12 of 14
sel telur dengan sel sperma.
Tidak seperti pada mamalia, pada ikan lele
pertemuan tersebut terjadi di air, sehingga dinamakan perkawinan di luar tubuh (external fertilization). Proses tersebut dapat terjadi hanya jika ada interaksi yang saling mendukung antara faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal adalah kesiapan ikan secara fisiologis, sedangkan faktor eskternal yaitu faktor lingkungan. Ikan lele yang siap kawin ditandai dari ciri-ciri fisiknya, disamping faktor usia.
Ciri fisik yang menonjol adalah perut yang sangat buncit pada betina
sedangkan jantan tampak sangat agresif mengejar betina. Ikan mulai mencapai kematangan seksual ketika berumur 1 tahun dengan panjang tubuh berkisar 150 hingga 750 mm. Pematangan gonad terjadi pada musim hujan, dimana suhu perairan yang ideal di atas 220C. Fekunditas induk betina berdasarkan laporan berbagai sumber berlainan, mencapai 20.000-25.000telur/kg induk (Rural Fisheries Program, 2010), namun Abdulraheem et al., (2012) melaporkan fekunditasnya mencapai 66.000 butir/kg induk. Di alam, ikan biasanya memijah malam hari. Mereka memilih perairan yang dangkal dan bervegetasi.
Bagian dasarnya ditumbuhi rerumputan atau
tanaman air untuk menempelkan telur-telur yang terbuahi. Sang betina akan berenang tenang di perairan, sedangkan jantan akan terus mengejar dan merapat. Pada waktu yang tepat, ikan betina akan melepaskan telur-telurnya diiringi dengan pejantan juga akan melepaskan spermanya di atas telur-telur yang dikeluarkan dari tubuh betina. Bersamaan dengan itu, sang betina akan mengibas-ngibaskan ekornya agar telur yang telah terfertilisasi tersebut bisa menyebar rata di dasar perairan atau menempel di rumput serta vegetasi sekitar. Selang 15-36 jam telurtelur terfertilisasi yang menempel di dasar dan tanaman akan menetas menjadi larva.
Laju penetasan tersebut sangat berkaitan dengan temperatur perairan.
Semakin tinggi temperatur, semakin cepat laju penetasan telur-telur tersebut. Ikan yang dipelihara di laboratorium pun, dapat memijah dengan normal pada usia 295 hari pasca penetasan.
Pemijahan di laboratorium atau bak
terkontrol dapat dilakukan dengan mudah, yaitu secara alamiah tanpa rangsangan atau induksi hormonal kapan pun, tanpa mengenal musim.
Namun perlu
disediakan sarana-dan prasana yang memadai sebagaimana pola pemijahan di
Page 13 of 14
alam bebas misalnya kolam yang cukup luas, air yang jernih, dan ketersediaan kakaban yang memadai.
Page 14 of 14