"LITERASI MEDIA"
Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Komunikasi Massa
Dosen Pembimbing :
Drs. A. M. Moefad. SH. M.Si
Disusun Oleh :
1. Danus Ardiansah (B06210003)
2. Abdulloh Mas'ud (B06210025)
3. Siti Samrotul Pancaningsih (B06210031)
4F3.1
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
April 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Literasi
Media
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan
semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Atas semua ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak
terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat
amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.
Surabaya, April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
............................................................................
..................... I
Daftar Isi
............................................................................
................................... II
BAB I : PENDAHULUAN ………………..………………………. .. 1
A. Latar Belakang …………………………...……………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 2
BAB II : PEMBAHASAN ………………………………...…...……... 3
A. Arti Penting Media Massa ………………………………... 3
B. Kultur Nilai
............................................................
............ 4
C. Konglomerasi Media ………..…………………………… 5
D. Ekonomi Media …………….……………………………. 7
E. Perpaduan Teknologi ………………….…………..….… 10
BAB III : PENUTUP ……...………………….………………………. 12
A. Kesimpulan ……………………………………….....…. 12
B. Saran ……………………………………………..……... 13
Daftar Pustaka …………………………………………………..……………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, pemahaman generasi muda tentang realitas
kehidupan sehari-hari bisa dicapai melalui media massa, termasuk informasi
atau pemahaman tentang konflik dalam masyarakat. Media massa memiliki
kemampuan untuk membangun pencitraan dalam benak generasi muda serta
membentuk pendapat dan persepsi mereka. Media melalui isi pesan
melaksanakan strategi pembingkaian, yang menyoroti aspek-aspek tertentu dan
mengabaikan aspek-aspek lain dalam memandang kenyataan. Isi pesan media
massa sangat tergantung pada ekonomi mereka serta kepentingan ideologis
mereka. Strategi media diimplementasikan secara halus agar tidak disadari
oleh publik khususnya generasi muda.
Kekuatan komunikasi media massa tidak ada tandingannya. Tidak seorang
pun di dunia ini mampu menghindar media, walau sesibuk apa pun individu
yang bersangkutan. Tak pelak lagi, media massa menjadi "soko guru" yang
patut digugu dan ditiru. Kehebatan lain dari media massa ini adalah
terjadinya pergeseran arus budaya massa dari proces society menjadi instant
society dalam pengambilan keputusan baik ideologi, politik maupun budaya.
Media massa mampu membangkitkan rasa duka sekaligus suka bagi seluruh
masyarakat dunia termasuk Indonesia dengan berbagai alasan yang jelas.
Media massa lahir atas kreativitas dan intelektualitas manusia. Salah satu
elemen penting yang mengiringi media massa adalah pesan komunikasi massa
budaya manusia.
Kenyataan bahwa isi pesan media massa sering begitu halus sehingga
tidak disadari khususnya oleh generasi muda, mendorong munculnya kebutuhan
akan Literasi Media sebagai metode atau langkah-langkah untuk memecahkan
masalah ini. Literasi Media adalah kemampuan untuk mengkritik isi media dan
memiliki pemahaman penuh tentang realitas.
Untuk mengembangkan keterampilan generasi muda agar menjadi kritis
terhadap isi media massa serta mengembangkan pemahaman tentang konsep
keberagaman dan toleransi dalam masyarakat.
Salah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media
adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan isi pesan media. Dari definisi itu dipahami bahwa fokus
utamanya berkaitan dengan isi pesan media.
Di Indonesia, kegiatan literasi media lebih didorong oleh kekhawatiran
bahwa media dapat menimbulkan pengaruh negatif. Mereka yang prihatin dengan
pola interaksi anak dengan media dan prihatin dengan isi media yang tidak
aman dan tidak sehat biasanya berasal dari kalangan orangtua, guru, tokoh
agama, LSM yang peduli dengan perlindungan anak, perguruan tinggi, kelompok
mahasiswa, dan sebagainya. Mereka berusaha keras menemukan cara-cara yang
bisa diterapkan dalam mengurangi jam anak menonton TV, memilih tayangan,
melakukan pendampingan yang benar, dan melakukan sosialisasi melalui
berbagai forum.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah, penulis mencoba
mempersempit uraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar
yang pada intinya membahas:
1. Arti Penting Media Massa
2. Kultur dan Nilai
3. Konglomerasi Media Massa
4. Ekonomi Media Massa
5. Perpaduan dengan Teknologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Penting Media Massa
Penggunaan media sebagai wahana komunikasi sudah dilakukan oleh
manusia sejak tahun 20.00 SM dalam bentuk pahatan di dinding gua atau asap
api sebagai sebagai simbol komunikasi. Revolusi media semakin pesat ketika
pada tahun 1500 M Johannes Gutenberg memperkenalkan mesin cetak. Revolusi
komunikasi pada puncaknya menciptakan masyarakat informasi.
Jelaslah bahwa media merupakan wahana komunikasi massa dasar yang
telah terbukti efektivitasnya. Tanpa media komunikasi dasar, manusia tidak
mungkin mendistribusikan pesan ke banyak penerima secara global. Tanpa
perangkat seperti computer, mesin fotokopi, microfilm dan perangkat siar
digital lainnya manusia akan sangat terbatas dalam menyampaikan dan
menyampaikan pesan. Dengan demikian media memperluas komunikasi manusia
dalam hal (1) produksi dan distribusi pesan; (2) menerima, menyimpan, dan
menggunakan kembali informasi. Produksi meliputi penciptaan pesan
menggunakan media komunikasi, sedangkan distribusi meliputi (1) transmisi,
yakni memindahkan pesan; (2) reproduksi yang diikuti amplifikasi
(penjelasan) pesan; dan (3) display, membuat pesat tampak secara fisik
ketika sampai ke tujuan.
Pemilihan media komunikasi harus didasarkan pada isi pesan yang ingin
disampaikan, dan pemilikan media yang dimiliki oleh khalayak. Isi pesan
maksudnya ialah kemasan pesan yang ditujukan untuk masyarakat luas, dan
kemasan pesan untuk komunitas tertentu. Untuk masyarakat luas pesan
sebaiknya disalurkan melalui media massa misalnya surat kabar atau
televise, dan untuk komunitas tertentu digunakan media selebaran atau
saluran komunikasi kelompok.[1]
Selain itu media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir
rata-rata audiensnya. Bahkan ketika pola pikir seseorang sudah terpengaruh
oleh media, maka semakin lama pengaruh tersebut semakin besar. Rata-rata
orang yang terpengaruh oleh media, dikarenakan ia mengalami keterputusan
dengan institusi sosial yang yang sebelumnya justru melindungi dari efek
negative media. Relevan dengan hal tersebut John Dewey, seorang pemikir
pendidikan, misalnya pernah berkata bahwa efek negatif media dapat disaring
melalui media.[2]
Media massa juga sangat penting dan berarti bagi para politisi dan
pemerintahan. Hubungan ini sudah berjalan sekian lama, dan hubungan itu
boleh dikata tidak bisa dipisahkan antara keduanya, bukan saja karena
wartawan membutuhkan para politisi atau pejabat pemerintah sebagai sumber
informasi (maker of news), tetapi juga para politisi maupun pejabat
pemerintah memerlukan media untuk menyampaikan pikiran-pikirannya maupun
kebijakan yang mereka ambil untuk kepentingan orang banyak. Tidak heran
jika para wartawan sering tampak bergerombol di depan gedung istana,
parlemen, kantor kementrian, kantor gubernur atau bupati menunggu
kesempatan untuk mewawancarai para politisi atau para pejabat tersebut.
Selain dengan cara itu, para politisi atau pejabat sering kali mengundang
para wartawan untuk makan malam, berkunjung ke proyek atau dia sendiri yang
berkunjung ke kantor redaksi untuk diwawancarai dan dipublikasikan.
B. Kultur dan Nilai
Salah satu sumber acuan nilai dalam media massa adalah masyarakatnya.
Sebagaimana diketahui, setiap masyarakat memiliki nilai acuan yang mengatur
perilaku warganya.
Bagi masyarakat Indonesia, terutama masyarakat kelas menengah di
perkotaan, nilai acuan yang lebih dominan mempengaruhi masyarakat,
bersumber dari perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sedang
berkembang, khususnya kelas menengah, identik dengan gagasan kebarat-
baratan, artinya selama perubahan itu datangnnya dari barat, maka perubahan
itu diterima karena dianggap modern.
Gagasan tentang kemodernan itu identik pula dengan materi, karena itu
nilai tentang baik buruk, berarti atau tidak berarti, pantas atau tidak
pantas, semuanya diukur dengan materi dan itu bisa dipertukarkan dengan
uang. Siapa saja yang ingin modern, maka harus menggunakan simbol-simbol
materi kebendaan yang sesuai dengan nilai kebarat-baratan.
Untuk itu semua, uang memegang kendali utama. Dalam arti semua dapat
dibeli dengan uang. Dengan demikian, nilai kemodernan dan kebendaan
mendominasi acuan nilai di masyarakat kelas menengah. Acuan nilai yang
bersumber dari perubahan sosial semacam ini kemudian menebar kemana-mana di
segala kehidupan masyarakat.
Nilai perubahan sosial yang menekankan gaya hidup modern yang
menempatkan nilai materi sebagai puncak nilai tertinggi, memiliki kesamaan
nilai yang dijunjung tinggi oleh kapitalisme yang juga mengagumkan materi
dan secara beriringan mengkonstruksi jalan pikiran serta nilai-nilai yang
membimbing copywriter dan vizualizer dalam membuat acara-acara televisi
yang disiarkan melalui media televisi sebagai kaki tangan kapitalisme.[3]
C. Konglomerasi Media
Media sebagai sistem komunikasi telah tumbuh dan berkembang menjadi
suatu suatu sistem industri yang berpengaruh kuat terhadap masyarakat.
Selain itu, besarnya modal yang mereka miliki dan mereka kuasai membuat
mereka tampil sebagai kekuatan di luar jangkauan publik.
Secara politik, kalangan industriawan media dan komunikasi dapat
menentang dan bahkan sekeras mungkin berupaya mengurangi berbagai
intervensi Negara dalam aktivitas media. Kekuatan ini akan segera beraksi
apabila pemerintah berencana mengeluarkan suatu usulan atau kebijakan
terhadap sistem media dan komunikasi. Kebijakan pemerintah ini dipandang
sebagai kejahatan besar terhadap praktek bebas dalam industri media, tak
peduli apakah maksud dibalik kebijakan tersebut.
Memang sekarang ini mayoritas sistem komunikasi dan media massa
dikuasai oleh hanya beberapa perusahaan raksasa. Iklan telah menjadi salah
satu pemasukan terbesar mereka. Namun anehnya, pola kepemilikan dan
penguasaan terhadap media tidak pernah menjadi pembicaraan penting dalam
budaya intelektual. Masyarakat seakan-akan tidak ambil pusing terhadap
sosok raksasa industri komunikasi dan media yang berpengaruh besar dan
begitu menentukan bagi kehidupan sosial dan politik.
Praktek sistem media dan komunikasi menjadi sarana ampuh untuk
berkelit dari setiap kritik terhadap sepak terjang industri media dan
komunikasi. Pernyataan-pernyataan seperti "Sistem media yang kini hanya
mengejar keuntungan dilindungi oleh undang-undang yang dikemukakan para
Founding Fathers Amerika Serikat" : bahwa "jurnalisme professional dengan
sendirinya melindungi dan mewakili kepentingan masyarakat luas, termasuk
juga kepentingan komersial" : bahwa "sistem pasar sekarang ini adalah
pilihan terbaik yang memberikan masyarakat terhadap apa yang mereka
inginkan" bahwa : sistem media komersil sekarang ini adalah sistem terbaik
hasil seleksi sejarah dalam masyarakat demokratis atau seseungguhnya
penguasaan media sekarang tidak mutlak melayani kepentingan bisnis
perusahaan, melainkan sudah memiliki kecenderungan liberal atau tendensi
kecenderungan kiri yang anti bisnis.
Rangkaian pendapat seperti ini memang menjadi tameng ampuh bagi
pemilik modal untuk melindungi dirinya. Tetapi tetap saja perlu ditegaskan,
bahwa tugas pertama untuk melakukan reformasi sitem media adalah
mempermasalahkan penguasaan dan pemilikan pribadi terhadap sistem media dan
komunikasi.[4]
D. Ekonomi Media
Sebagai individu kita banyak dipengaruhi oleh media, misalnya media
membujuk kita untuk mendukung suatu ideologi politik, media membujuk kita
untuk membeli barang baru, bahkan mengubah selera budaya kita. Seberapa
jauh aspek-aspek turut berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Siaran-siaran
melalui forum media cukup efektif dalam menambah pengetahuan, pembentukan
dan perubahan sikap, serta mendorong pembaharuan.
Peningkatan jumlah radio, surat kabar dan film maupun media massa yang
lain diharapkan mampu meningkatkan perubahan perekonomian untuk masyarakat.
Pembangunan diharapkan terlaksana secara sukarela di mana setiap individu
mengambil bagian di dalamnya . Sikap paksaan diganti oleh sikap membujuk
dan memberikan kesempatan partisipasi pada setiap anggota masyarakat.
Efesiensi penggunaan media bagi pembangunan sosial ekonomi menuntut
sifat " lokal" bagi acara-acara siarannya. Acara-acara tersebut hendaknya
dekat dengan kebutuhan audiance, serta dipersiapkan oleh orang yang benar-
benar mengerti budaya setempat disertai sarana bagi audience untuk
memberikan saran kembali pada media.
1. Acara Televisi dalam Ekonomi Bisnis
Peran televisi semakin meningkat seiring dengan perkembangan
munculnya TV swasta di Indonesia. Kehadiran TV swasta di Indonesia
sebenarnya merupakan refleksi dari dinamika masyarakat, termasuk masyarakat
bisnis.
Peran televisi mengalami pergeseran ketika pembangunan bidang ekonomi
dan bisnis sedang menjadi trend. Jenis informasi yang diharapkan dan
dibutuhkan oleh pemirsa lebih berorientasi pada masalah-masalah ekonomi
bisnis.
Ekonom Robert Wagner meramalkan bahwa tren ekonomi ditandai dengan
berkurangnya peran pemerintah dalam sektor perekonomian. Justru pihak
swasta yang akan menjadi andalan.[5]
Dalam perkembangan yang semakin pesat, media televisi diharapkan mampu
berperan dalam mengimbangi arus kemajuan yang ada. Sebagai Institusi
bisnis, TV swasta tidak ingin di tinggalkan oleh pemirsanya, bahkan kalau
perlu harus selalu selangkah lebih maju dari penonton TV. Hal inilah yang
akan menjadi pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan pemirsa. Beberapa peran
yang harus dilakukan oleh media TV dalam memajukan perekonomian masyarakat.
a) Porsi Berita
Porsi berita media TV di Indonesia, semakin banyak mengarah pada
masalah-masalah ekonomi dan bisnis. Pemberitaan media televisi akan lebih
banyak menyoroti ekonomi makro. Misalnya berita tentang harga minyak
dunia,dll.
Pemberitaan seputar ekonomi politik dan ekonomi sosial di TV lama kelamaan
akan bergeser dari aspek makro ke mikro ekonomi seperti kiat-kiat
manajemen,dll.
Baik informasi ekonomi makro maupun mikro, keduanya saling melengkapi
dan dibutuhkan masyarakat untuk mengambil keputusan bisnis. Dengan demikian
, sajian berita ekonomi dan bisnis di TV sangat diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan pemirsa.
Dengan sifatnya yang lebih cepat, data dari sebuah berita TV
seringkali digunakan para pengambil keputusan bisnis yang menuntut
kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.
b). Enterpreneurship
Salah satu aspek ideal yang harus dijalankan media TV adalah meningkatkan
enterpreneurship dan mampu memunculkan pelaku-pelaku bisnis baru. Tanpa
pelaku bisnis, maka tidak ada landasan yang kuat bagi perkembangan dunia
usaha, lapangan kerja dan perekonomian umumnya.
c). Untuk meningkatkan peran media TV bagi kemajuan ekonomi, khususnya
dunia bisnis, maka dunia televisi harus mengenal apa yang dibutuhkan oleh
para pengusaha. Ada empat faktor yang menjadi lingkup manajerial bagi
dunia usaha yaitu:
1) Pasar dan peluang usaha. Acara TV harus bisa menginformasikan
adanya pasar dan peluang usaha yang bisa dimanfaatkan oleh peluang
dunia usaha.
2) Finansial termasuk di dalamnya lembaga permodalan. Saat ini modal yang
ada di pasar uang dan pasar modal domestik maupun internasional
sangat langka. TV bisa menginformasikan tentang hal tersebut untuk
membantu pengusaha kecil dan menengah dalam mengatasi kesulitan
pencarian modal.
3) Menginformasikan sesuatu yang menyangkut SDM dan Manajemen, dalam arti
pengetahuan maupun pengalaman praktik.
4) Informasi yang menyangkut SDA maupun bahan baku.
d). Sifat praktis
Peran media TV dalam pembangunan ekonomi dan bisnis amat menentukan,
untuk itu informasinya harus lebih bersifat praktis, karena menyangkut data
dan analisis. Hal itu bisa dibuat dalam bentuk feature dan wawancara
mendalam untuk mengetahui pola manajemen dan kunci sukses seorang
pengusaha.
5). Presentasi tayangan bisnis
Apakah benar tayangan acara televisi mengandung sisi bisnis? Dalam hal
ini iklan. Jawabnya bisa ya dan tidak, tergantung dari sisi mana kita
melihatnya. Jangan sampai sisi bisnis tayangan acara merusak paket acara
televisi.
Efek masuknya iklan dalam acara televisi yaitu:
a. Dana iklan mendukung kelancaran produksi acara televisi.
b. Acara televisi dapat mensosialisasikan barang jasa atau produk terbaru
kepada pemirsa.
Hingga saat ini para produsen barang atau jasa memburu media televisi
untuk menjadi partner bisnis dalam mempromosikan barang hasil produksi
mereka.[6]
E. Perpaduan Teknologi
Kata Teknologi berasal dari bahasa Latin yang berakar dari kata
texere, yang artinya menyusun atau membangun. Pengertian teknologi tidak
dapat dibatasi hanya pada penggunaan peralatan mesin, meskipun dalam arti
sempit dalam percakapan sehari-hari istilah tersebut sering digunakan.
Teknologi adalah "a design for instrumental action that reduces the
uncertainty in cause-effect relationships involve in achieving a desired
outcome" (Roger, 1983). Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu
aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh
hubungan sebab-akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan.[7]
Bagaimana dengan pengertian teknologi komunikasi? Teknologi Komunikasi
merupakan aspek yang sangat menentukan dalam masyarakat modern seperti USA,
Jerman, Jepang dan sebagainya. Teknologi Komunikasi diartikan sebagai
perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana
individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-menukar informasi
dengan individu-individu lain. (Roger, 1986)
Penggunaan teknologi komunikasi mempunyai peranan penting untuk
memperlancar masuknya umpan balik dari masyarakat atau public. Sebagi
contoh bisa bersandar pada sistem pemerintahan di Indonesia. Pemerintah
pusat dan pemerintah daerah harus merancang suatu mekanisme peroleh umpan
balik yang baru, dengan menggunakan teknologi komunikasi, yang ditandai
dengan sifat-sifat terbuka, adil (egaliter), dan terutama dialogis (dua-
arah). Ssitem komunikasi berbasis teknologi (computer) ini dapat membantu
memajukan Negara kita yang sekarang ini dalam masa transisi.
Pengembangan sistem komunikasi daerah, yang dapat ditangani oleh unit
(humasnya). Unit ini seyogyanya ditempatkan pada posisi yang punya
akses/komunikasi langsung terhadap pimpinan daerah, bukan sekedar pelengkap
penderita, juga punya akses terhadap informasi dari pemerintah pusat, dan
lembaga-lembaga penting (pemerintah dan swasta) di seluruh dunia. Unit
inilah yang menerima, mengelola dan menyediakan informasi bagi para
pengambil keputusan. Unit yang berbasis computer ini, termasuk internet
seyogyanya memiliki database yang lengkap tentang potensi daerah-daerah
(sumber daya manusia, sumber daya alam, pariwisata) yang berada dalam
kewenangannya dan karakteristik sosiobudaya masyarakatnya.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media. Dari definisi itu
dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan media. Literasi
media bertujuan untuk mengembangkan keterampilan generasi muda agar menjadi
kritis terhadap isi media massa serta mengembangkan pemahaman tentang
konsep keberagaman dan toleransi dalam masyarakat.
Media massa berfungsi untuk mengefektifkan kegiatan distribusi pesan
kepada khalayak secara global, serempak dan serentak. Media memperluas
komunikasi manusia dalam hal produksi dan distribusi pesan dan menerima,
menyimpan, dan menggunakan kembali informasi. Media massa memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi pola pikir rata-rata audiensnya. Bahkan ketika pola
pikir seseorang sudah terpengaruh oleh media, maka semakin lama pengaruh
tersebut semakin besar. Media massa juga sangat penting dan berarti bagi
para politisi dan pemerintahan. Para politisi dan pemerintah memerlukan
media untuk menyampaikan pikiran-pikirannya maupun kebijakan yang mereka
ambil untuk kepentingan orang banyak.
Acuan nilai dalam media massa adalah masyarakatnya. Sebagaimana
diketahui, setiap masyarakat memiliki nilai acuan yang mengatur perilaku
warganya. Bagi masyarakat Indonesia, terutama masyarakat kelas menengah di
perkotaan, nilai acuan yang lebih dominan mempengaruhi masyarakat,
bersumber dari perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sedang
berkembang, khususnya kelas menengah, identik dengan gagasan kebarat-
baratan, artinya selama perubahan itu datangnnya dari barat, maka perubahan
itu diterima karena dianggap modern.
Media sebagai sistem komunikasi telah tumbuh dan berkembang menjadi
suatu sistem industri yang berpengaruh kuat terhadap masyarakat. Selain
itu, besarnya modal yang mereka miliki dan mereka kuasai membuat mereka
tampil sebagai kekuatan di luar jangkauan publik. Memang sekarang ini
mayoritas sistem komunikasi dan media massa dikuasai oleh hanya beberapa
perusahaan raksasa. Iklan telah menjadi salah satu pemasukan terbesar
mereka. Praktek sistem media dan komunikasi menjadi sarana ampuh untuk
berkelit dari setiap kritik terhadap sepak terjang industri media dan
komunikasi.
Media dapat membujuk kita untuk membeli barang baru, bahkan mengubah
selera budaya kita. Seberapa jauh aspek-aspek turut berperan dalam
pertumbuhan ekonomi. Siaran-siaran melalui forum media cukup efektif dalam
menambah pengetahuan, pembentukan dan perubahan sikap, serta mendorong
pembaharuan. Peningkatan jumlah radio, surat kabar dan film maupun media
massa yang lain diharapkan mampu meningkatkan perubahan perekonomian untuk
masyarakat. Pembangunan diharapkan terlaksana secara sukarela di mana
setiap individu mengambil bagian di dalamnya . Sikap paksaan diganti oleh
sikap membujuk dan memberikan kesempatan partisipasi pada setiap anggota
masyarakat.
Teknologi merupakan sebuah perangkat untuk membantu aktivitas kita dan
dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab-akibat
yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan. Teknologi Komunikasi merupakan
aspek yang sangat menentukan dalam masyarakat modern. Teknologi Komunikasi
diartikan sebagai perlengkapan hardware, struktur organisasi, dan nilai-
nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan, memproses dan tukar-
menukar informasi dengan individu-individu lain. Penggunaan teknologi
komunikasi mempunyai peranan penting untuk memperlancar masuknya umpan
balik dari masyarakat atau public.
B. SARAN
Setelah mendeskripsikan pengertian literasi media, dengan berbagai
macam penjelasan tentang poin-poin permasalahan yang telah diambil dari
berbagai literature referensi, diharapkan makalah ini mampu menjadi acuan
bagi mahasiswa agar mampu mengenal, memahami, dan memiliki sikap yang
kritis terhadap isi pesan yang disampaikan oleh media.
Selain itu, diharapkan dengan makalah ini Mahasiswa akan lebih cermat,
selektif dan evaluatif dalam mengkonsumsi tayangan-tayangan dari media agar
tidak terjurumus dan terdorong oleh dampak negative dari rekonstruksi pihak-
pihak media untuk mengubah ideologi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik – Konsep, Teori dan strategi.
Jakarta : RajaGrafindo Persada
Depari, Eduard dan Colin Macandrews. 1991. Peranan Komunikasi Massa dalam
pembangunan. Yogyakarta : Gadjah Mada University.
Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa. Jakarta: Rineka Cipta.
Mc. Chesney, Robert. 1998. Konglomerasi Media Massa Ancaman Terhadap
Demokrasi. Jakarta : Aliansi Jurnalistik Independen.
Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi & Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada
Media.
Noegroho, Agoeng. 2010. Teknologi Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
-----------------------
[1] Hafied Cangara. Komunikasi Politik – Konsep, Teori dan strategi.
(Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2011) hal. 303.
[2] Muhammad Mufid. Komunikasi & Regulasi Penyiaran. (Jakarta: Prenada
Media. 2005) hal, 19-21
[3] Burhan Bungin. Konstruksi Sosial Media Massa. (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group. 2008). Hal. 166-167
[4] Robert Mc. Chesney. Konglomerasi Media Massa Ancaman Terhadap
Demokrasi. (Jakarta : Aliansi Jurnalistik Independen. 1998). Hal 3-6
[5] Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008). hal
[6] Eduard Depari dan Colin Macandrews. Peranan Komunikasi Massa dalam
pembangunan. (Yogyakarta : Gadjah Mada University. 1991) hal.
[7] Agoeng Noegroho. Teknologi Komunikasi. (Yogyakarta : Graha Ilmu.
2010). Hal. 2-3
[8] Deddy Mulyana. Komunikasi Massa – Kontroversi, Teori, dan Aplikasi.
(Bandung : Widya Padjajaran. 2008). Hal 173.
-----------------------
I
II
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
6