14. Jelaskan mekanisme kerja obat yang digunakan untuk HIV/AIDS. Jelaskan analisis SAR nya!
Jawab :
HIV merupakan singkatan dari Human dari Human Immunodeficiency Virus, Virus , yaitu virus penyebab AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome. Syndrome. HIV termasuk ke dalam genus Lentivirus, yang mana termasuk ke dalam famili Retroviridae.
AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah kumpulan infeksi oportunistik akibat semakin rendahnya jumlah sel T CD4 dalam jaringan limfoid yang melemahkan sistem imun pasien HIV. Pada pasien HIV dengan infeksi oportunistik, selain penggunaan ARV, pasien juga harus menggunakan obat-obat antiinfeksi/ antibakteri lainnya untuk mengatasi infeksi yang di derita pasien.
Terapi HIV/AIDS : Obat yang tersedia untuk penderita HIV/AIDS hingga saat ini adalah Anti Retroviral (ARV) yang berfungsi mengurangi viral load atau jumlah virus dalam tubuh penderita. Pengobatan ARV terbukti berperan dalam pencegahan penularan HIV, karena obat ARV memiliki mekanisme kerja mencegah replikasi virus vir us yang secara bertahap menurunkan jumlah virus dalam darah (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat ARV dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu Nucleoside
Reverse
Transcriptase
Inhibitor (NRTI), Nonnucleoside-Based
Reverse
Transcriptase Inhibitor (NNRTI), dan Protease dan Protease Inhibitor (PI).
ucleosid si de R ever ver se T r anscr anscr i ptase tase I nhib nhi bi tor tor (NRTI) 1. N ucleo (NRTI) Obat ARV golongan NRTI, seperti Zidovudine dan analog nukleosida lainnya, bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim reverse transcriptase pada HIV, sehingga
menghambat replikasi virus tersebut. Analog nukleosida ditangkap oleh sel yang rentan diserang HIV, kemudian terfosforilasi oleh kinase menjadi turunan trifosfat. Nukleotida (turunan trifosfat) tersebut kemudian dimasukkan sebagai template RNA dari HIV oleh enzim reverse transcriptase sehingga terbentuk DNA komplementer yang berbeda dari DNA HIV. DNA yang berbeda inilah yang menyebabkan penghentian proses transkripsi dan pencegahan terhadap proses elongasi. Pada jenis Tenofovir, zat aktif sudah dalam bentuk nukleotida, sehingga tidak perlu dilakukan fosforilasi. Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Zidovudine, Zalcitabine, Didanosine, Stavudin, Lamivudin, Abacavir dan Tenofovir (Schooley, 2004). a) Zidovudin Mekanisme
kerja:
Target
zidovudin
adalah
enzim reverse
transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptasevirus, transcriptasevirus, setelah gugus azidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’monofosfat 5’ monofosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase. Zidovudin (azidotimidin, AZT, Retrovir), adalah antimetabolit timidin, yang mengalami fosforilasi anabolic dalam sel T manusia menjadi nukleosida 5+- trifosfat kemudian berkompetisi dengan timidin -5+- trifosfat dan bergabung dengan rantai pertumbuhan ADN. Obat kemudian bekerja sebagai penghambatterminasi rantai HIV reverse transcriptase, mencegah trans lasikode ARN retrovirus kedalam double standed s tanded ADN sehingga menghentikan pembuatan rantai ADN baru dan menghentikan menghentikan replikasi virus. Zidovudin digunakan terutama untuk memperbaiki fungsi kekebalan dan lain-lain, ketidaknormalan yang berhubungan dengan AIDS. Obat ini dapat memperpanjang kemungkinan hidup penderita AIDS tetapi tidak dapat menghilangkan virus HIV dari organ penderita. Efek samping obat yang serius adalah penekanan fungsi sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan anemia dan neutropenia. Sesudah pemberian secara sec ara oral, zidovudin mempunyai ketersediaan hayati yang baik dan mampu menembus sawar darah -otak, dengan waktu paro ±1 jam Dosis : 200mg , setiap 4 jam.
-
Resistensi: Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse transcriptase. Terdapat laporan resistensi silang dengan analog nukleosida lainnya.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya (seperti lamivudin dan abakavir)
-
Dosis: zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg. tablet 300 mg dan sirup 5mg/ 5ml. Dosis peroral 600 mg per hari.
-
Efek samping: Anemia, neutropenia, sakit kepala, mual.
b) Didanosin Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. -
Resistensi: resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada reserve transoriptase.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya.
-
Dosis: tablet dan kapsul salut enteric per oral 400 mg per hari dalam dosis tunggal atau terbagi.
-
Efek samping: Diare, Pankreatitis, Neuropati perifer.
c) Zalsitabin Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
-
Resistensi: resistensi terhadap zaisitabin disebabkan oleh mutasi pada reserve transoriptase. Dilaporkan ada resistensi silang dengan lamivudin.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang tidak responsif terhadap zidovudin, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (bukan didanosin)
-
Dosis: diberikan per oral 2.25 mg per hari (satu tablet 0,75 mg setiap 8 jam).
-
Efek samping: Neuropati perifer, stomatitis, ruam, dan pancreatitis.
d) Stavudin Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. -
Resisten: resisten terhadap terhada p stavudin disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan kodon 50.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan anti-HIV lainnya
-
Dosis: per oral 80 mg per hari (satu kapsul 40 mg set iap 12 jam)
-
Efek samping: Neuropati perifer. Pernah terjadi asidosis laktat, peningkatan enzim transminase sementara. Efek samping lain yang sering terjadi adalah sakit kepala, mual dan ruam.
e) Lamivudin Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. -
Resistensi: mutasi terhadap lamivudin disebkan karena mutasi pada RT kodon 184. Terdapat laporan adanya resistensi silang dengan didanosin dan zalcitabin.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV
-
Indikasi: infeksi HIV dan HBV,: untuk infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (seperti zidovudin dan abkavir)
-
Dosis: per oral 300 mg per hari (1 tablet 150 mg dua kali sehari, atau satu tablet 300 mg sekali sehari). Untuk terapi HIV, lamivudin dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau dengan zidovudin dan abakavir.
-
Efek samping: sakit kepala dan mual
f) Emtrisitabin Merupakan derivat 5-fluorinated lamivudin. lamivudin. Obat ini diubah ke bentuk trifosfat oleh enzim selular. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan lamivudin. -
Resistensi: terdapat laporan resistensi silang antara lamivudin dan emtrisitabin.
-
Indikasi: infeksi HIV dan HBV
-
Dosis: per oral sekali sehari 200 mg kapsul
-
Efek samping: efek samping yang paling sering adalah nyeri abdomen dengan rasa keram, diare, kelemahan otot, sakit kepala, lipodistropi, mual, rhinitis, pruritus dan ruam. Yang lebih jarang terjadi adalah reaksi alergi, asidosis laktat, mimpi buruk, parestesia, pneumonia, steatosis hati.
g) Abakavir Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai DNA virus. -
Resistensi: resistensi terhadap abakavir
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti zidovudin dan lamivudin.
-
Dosis: per oral 600 mg per hari (2 tablet 300 mg)
-
Efek samping: mual, muntah, diare, reaksi hipersensitif (demam, malaise, ruam), dan gangguan gastrointestinal.
onnucleosid si de-B ased sed R ever ver se T r anscr anscr i ptase tase I nhib nhi bi tor tor (NNRTI) 2. N onnucleo Mekansme kerja golongan NNRTI tidak begitu berbeda dengan golongan NRTI. Kombinasi antara NNRTI dan NRTI memberikan aktivitas antiretroviral yang sinergis. Obat ARV yang masuk pada golongan ini antara lain Nevirapine, Delavirdine, dan Efavirenz. a) Nevirapin Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT. -
Resisten terhadap nevirapin
-
Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
-
Indikasi: infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya, terutama NRTI.
-
Dosis: per oral 200 mg per hari selama 14 hari pertama (satu tablet 200 mg per hari), kemudian 400 mg per hari (dua kali 200 mg tablet)
-
Efek samping: ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens, mual dan peningkatan enzim hati.
b) Delavirdin Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT. -
Resisten terhadap delavirdin disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan nevirapin dan evavirens.
-
Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
-
Indikasi: infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI.
-
Dosis: per oral 1200 mg per hari (2 tablet 200 mg 3 kali sehari). Obat ini juga tersedia dalam bentuk tablet 100 mg.
-
Efek samping: Ruam, peningkatan tes fungsi hati, juga pernah terjadi neutropenia.
c) Efaviren Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT. -
Resisten terhadap efavirens
-
Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya, terutama NRTI dan NtRTI.
-
Dosis: per oral 600 mg per hari (sekali sehari tablet 600 mg) sebaiknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping SSPnya.
-
Efek samping: sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsntrasi dan ruam.
tease I nhib nhi bi tor tor (PI) 3. Pr otea ARV golongan Protease Inhibitor (PI) bekerja dengan menghambat enzim protease yang berfungsi dalam proses cleavage (pembelahan) sel virus. Contoh obat yang masuk golongan ini antara lain Saquinavir, Ritonavir, Indinavir, Nelfinavir, Amprenavir, Lopinavir, dan Atazanavir (Schooley, 2004). a) Sakuinavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor .
-
Resistensi terhadap sakuinavir disebkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi resistensi silang dengan PI lainnya.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI dan beberapa PI seperti ritonavir).
-
Dosis: per oral 3600 mg per hari (6 kapsul 200 mg soft kapsul 3 kali sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan dua jam setelah makan lengkap.
-
Efek samping: diare, mual, nyeri abdomen.
b) Ritonavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor . -
Resistensi terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan ant i HIV lainnya (NRTI dan PI seperti sakuinavir)
-
Dosis: per oral 1200 mg per hari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari bersama dengan makanan)
-
Efek samping: mual, muntah, diare.
c) Indinavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor . -
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
-
Dosis: per oral 2400 mg per hari (2 kapsul 400 mg setiap 8 jam, dimakan dalam keadaan perut kososng, ditambah dengan dehidrasi) sedikitnya 1,5 L air per hari. Obat ini tersedia dalam kapsul 100, 200, 333, dan 400 mg.
-
Efek samping; mual, hiperbilirubinemia, dan batu ginjal.
d) Nelvinavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor . -
Resisten terhadap nelfinavir disebabkan terutama oleh mutasi pada protease kodon 30.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
-
Dosis: per oral 2250 mg per hari (3 tablet 250 mg 3 kali sehari) atau 2500 mg per hari (5 tablet 250 mg 2 kali sehari), bersama dengan makanan.
-
Efek samping: Diare, mual, muntah.
e) Amprenavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor -
Resistensi terhadap amprenavir terutama disebabkan oleh mutasi pada protease kodon 50.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
-
Dosis: per oral 2400 mg per hari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari, diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan)
-
Efek samping: mual, diare, ruam, parestesia perioral/oral.
f) Loponavir Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease HIV protease peptidomimetic inhibitor . -
Resistensi: mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lopinavir belum diketahui hingga saat ini.
-
Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
-
Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
-
Dosis: per oral 1000 mg per hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari, setiap kapsul mengandung 133,3 mg lopinavir + 33,3 ritonavir), diberikan bersamaan dengan makanan.
-
Efek samping: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan t rigliserida, peningkatan y-GT.
file:///C:/Users/cut%20ulfa/Downloads/S1-2014-301607-chapter1.pdf https://www.academia.edu/8817573/Makalah_Kimia_Medisinal http://cika-cut.blogspot.co.id/2014/03/farmakologi-hiv.html