KHOTBAH MINGGU, 21 JANUARI 2016 JEMAAT GPI PAPUA SYALOM KAMPUNG BARU
PEMBACAAN : KOLOSE 2: 1-5 Introitus : KOLOSE 2: 5 TEMA : MAKNA KESENGSARAAN KRISTUS BAGI ORANG PERCAYA
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Melayani adalah sebuah panggilan hati dari setiap orang untuk bekerja melayani. Walaupun disadari di dalam melayani orang lain, terdapat beragam tantangan dan pergumulan yang datang silih berganti. Didalam melayani orang lain, keluarga kita sendiri mesti dipertaruhkan. Artinya kepentingan pribadi/ keluarga harus ditinggalkan demi menunaikan tugas dan tanggung jawab melayani orang banyak. Sehingga seorang pelayan itu ibarat, seorang yang sementara berjalan di rumah kaca, di lihat dari beragam segi. Setiap sikap, perilaku bahkan kata-katanya mesti mencerminkan dirinya. Pelayan itu ibarat seorang hamba, yang dituntut untuk setia dan taat dalam melayani. Sebuah Tantangan mesti ia mampu kelola menjadi berkat dan sukacita.. ia mampu dengan bijak untuk membaca setiap hal yang terjadi di dalam relaitas pelayanan yang dipercayakan di atas pundaknya. Ias harus berkorban demi orang banyak yang ia layani Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Jika membaca Kolose 2: 1-5, maka teks ini tidak bisa dilepaspisahkan dengan Kolose 1: 24: 29. Di mana dikisahkan tentang Paulus sebagai sosok/ figur pelayan. Paulus mengisahkan mengenai beratnya sebuah tanggung jawab pelayanan yang diemban di atas pundaknya. Paulus sadar bahwa dia hanyalah manusia biasa, terbatas, lemah dan tak berdaya tetapi tanggung jawab pelayanan itu mesti tetap ia lakukan dan kerjakan dengan sukacita.. Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Ada dua hal yang di tegaskan melalui teks bacaan ini, yaitu:
Dimensi Pelayanan [1:24-2:1]
Dalam jemaat Kolose, terdapat ajaran-ajaran filsafat yang menyesatkan yakni, ajaran menurut pikiran duniawi saja. Penulis surat Kolose dengan tandas memperingatkan jemaat untuk melawan “filsafat kosong dan palsu” [2:8]. ‘Filsafat’ seperti apakah yang dimaksud penulis tidak dapat dipastikan, namun pada umumnya diperkirakan bahwa yang dimaksud adalah unsur-unsur Hellenistis [Budaya Yunani]. Hal ini, antara lain, jelas dari penggunaan istilah ‘kepenuhan’ [plērōma, 1:19], ‘pengetahuan’ [gnōsis, 2:3], dan ‘menyiksa diri’ [apheidia sōmatos, 2:23], yang lazim digunakan dalam ibadah-ibadah misteri Gnostikisme abad kedua. Dalam suratnya ini, Paulus juga menggambarkan Kristus sebagai kepala jemaat, yang penuh dengan kehormatan dan kemuliaan. Ia juga memberi peringatan kepada jemaat terhadap guru-guru sesat atau Gnostik yang sudah mencampur-adukan antara kekristenan dengan agama-agama lain. Ia pun menasihatkan mereka untuk hidup baru [3:18-4:6] dalam bertingkah laku di antara sesamanya, baik dalam keluarga maupun di antara hamba-hamba dan tuannya. Menurut beberapa ahli penduduk kota Kolose kebanyakan orang-orang bukan Yahudi, sebagaimana kelihatan juga dalam keadaan jemaat. Dalam surat ini dikemukakan bahwa kebanyakan dari semua anggotanya berasal dari agama-agama lain [1:21; 2:13]. Jemaat di Kolose, menurut Kolose 2:1, belum dikunjungi oleh Paulus pada waktu ia menulis surat ini, namun ia banyak bergumul dalam doa bagi mereka. Jemaat inipun tidak dibangun oleh Paulus [bnd 1:4,9]. Eprafas, teman sekerja Paulus dari Kolose, dan mungkin dialah mula-mula membangun jemaat ini [4:12; 1: 7]. Dalam dimensi pelayanan Paulus menegaskan bahwa ‘ ia ingin agar jemaat mengetahui bahwa betapa beratnya perjuangan yang dilakukan untuk kamu [Jemaat Kolose] [2:1]’. Hal ini hendak menegaskan mengenai beratnya perjuangan di dalam medan pelayanan. Dalam bagian pengantar di tegaskan mengenai adanya pengaruh filsafat, jemaat yang memiliki latar belakang beragam budaya, tetapi juga muncul ajaran-ajaran Gnostik yang mencampur adukan pelayanan dan Kekristenan. Hal-hal dimaksud merupakan tantangan di dalam medan pelayanan, sehingga Pelayan
[Paulus] dituntut untuk bekerja secara keras dalam memaksimalkan setiap pelayanan yang ada, sehingga ada yang terhibur [merasakan sukacita] melalui pelayanan yang dilakukan.
Dimensi Penderitaan [ayat 2-5]
Di dalam realitas medan pelayanan yang sedemikian, maka penulis menasihatkan jemaat untuk tetap teguh dan tabah. Jangan mudah terombang-ambingkan dengan beragam pengajaran. Tetapi tetap teguh di dalam Tuhan Yesus. Jemaat dituntut untuk memaknai Salib, di mana belajar dari Kristus melalui pengorbanannya, yaitu mati, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Kristus [Kol 2: 12-13]. Sehingga setiap orang percaya dilibatkan secara bersama-sama dalam memaknai peristiwa Salib. Konsep ini ditegaskan supaya jemaat tidak dengan dengan mudah untuk diperdaya dengan beragam ajaran filsafat kosong yang sangat bertentangan dengan ajaran Kristus [ayat 4]. Jemaat dituntut untuk tetap ‘Teguh iman di dalam Kristus’. Walaupun Paulus tidak ada bersama-sama dengan mereka [ayat 5]. Paulus ingin membimbing mereka pada pengertian yang lebih kokoh dan dalam yakni hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Di dalam Kristus ada segala kekayaan, harta hikmat dan pengetahuan tersembunyi, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi. Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Berdasarkan teks bacaan ini, maka apa yang kita mesti maknai dan berlakukan dalam memasuki Minggu Sengsara Kristus yang ketiga.., dan Ada beberapa hal yang ditegaskan, yaitu: Bidang IAI BPS GPI Papua memilih tema ‘Makna Kesengsaraan Kristus Bagi Orang Percaya”. Itu berarti dalam menghayati Minggu Sengsara ini, seluruh umat dituntut untuk memaknai karya dan pengorbanan Kristus serta maknanya dalam keberagaman hidup setiap hari. Apa yang menjadi harga yang mesti di bayar dan dilakukan oleh segenap orang percaya dalam memaknai kesengsaraan Kristus itu? Apakah salib Kristus tetap menjadi bagian terpenting yang di maknai dalam realitas hidup dan persekutuan? Oleh sebab itu, teks ini membantu kita untuk memaknai bacaan ini dari perspektif Pelayanan dan Penderitaan. Minggu Sengsara ke III [Reminiscere: Ingatlah ya Tuhan]. Di Minggu Sengsara ini mengingatkan setiap umat percaya di tuntut untuk tetap taat dan tekun di dalam menunaikan beragam tugas dan tanggung jawab pelayanan. Jika kita harin ini akan melakukan Sidang Presbiter, maka beragam pelayanan yang telah dilakukan pada taon lalu akan menjadi berkat untuk bekerja di medan pelayanan yang baru. Maka dengan kepala yang dingin, hati yang tenang, mari kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan. Minggu Sengsara Kristus memiliki makna bahwa Tuhan Yesus menempuh jalan penderitaan sebagai konsekuensi dari ketaatan Tuhan Yesus kepada Allah Bapa dalam menjalankan misi pembebebasan manusia dari kuasa dosa dalam berbagai bentuknya. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk memaknai beragam tugas dan tanggung jawab pelayanan yang telah di emban di atas pundak kita. Selamat hari Minggu. AMIN