Makan An dalam konteks budaya Para ahli antropologi memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak memasak, masalah kesukaan dan ketidak sukaan, kearifan rakyat rakyat,,
keper kepercay cayaan aan-k -kepe eperc rcaya ayaan, an,
pantan pantangan gan-pan -pantan tangan gan,,
taha tahayu yull
yang yang
prod produk uksi si,,
berk berkai aita tan n
deng dengan an
pers persia iapa pan, n,
dan dan dan
tahayu tahayullkonsu onsums msi, i,
makana makanann- pende pendekny knya, a, suatu suatu kateg kategori ori budaya budaya yang yang pentin penting, g, dan sebagai sebagai suatu suatu kateg kategori ori budaya budaya yang yang pentin penting, g, ahli-a ahli-ahli hli antro antropol pologi ogi telah telah melih melihat at makana makanan n mempen mempengar garuhi uhi dan berka berkaita itan n dengan dengan banyak banyak kateg kategor orii budaya budaya lainnya. Meskipun mereka mengakui bahwa makanan adalah yang utama bagi kehidupan, yaitu diatas segalanya merupakan gejala psiologi. Para ahli antro antropol pologi ogi budaya budaya paling paling sediki sedikitt menar menaruh uh perhat perhatian ian khusus khusus terhad terhadap ap peranan peranan makana makanan n dalam dalam kebud kebudaya ayaan an sebaga sebagaii kegia kegiatan tan ekspr ekspresi esiff yang yang mempe mperkuat uat
kembal mbalii
hubu hubung ngan an-h -hub ubun unga gan n
sosi sosial al,,
sank sanksi si-s -san anks ksii,
keper kepercayaa cayaan-k n-keper epercayaan cayaan dan agama, menentuk menentukan an banyak pola ekoniom ekoniomii dan menguasai sebagian besar dari kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, seba sebagai gai mana mana haln halnya ya deng dengan an sy syst stem em medi medis s yang yang mema memain inka kan n pera perana nan n dalam mengatasi kesehatan dan penyakit, demikian pula kebiasaan makan memainkan peranan sosial dasar yang jauh engatasi soal makanan untuk tubuh manusia semata-mata. Terhadap beberapa dari peranan tersebut dan terhadap ciri-ciri budaya dari makanan itulah pertama-tama kami tunjukan perhatian kami. . !ebuday !ebudayaan aan menentuk menentukan an makanan makanan "emula "emula terpik terpikir, ir, nampak nampaknya nya aneh aneh untuk untuk menany menanyaka akan n #apak #apakah ah makanan makanan itu$# makanan adalah tumbuh di lading-ladang, yang berasal dari laut, yang dijual di pasar dan muncul di meja kita pada waktu makan. Pertanyaan itu, bagaimana pun, adalah dasar dari pengertian tentang masalah gi%i. "ebagai sebu sebuah ah geja gejala la buday budaya, a, mak makanan anan buka bukanl nlah ah sema semata ta-m -mat ata a su suat atu u prod produk uk orga organi nic c
deng dengan an
orga organi nism sma a
yang yang
kuali ualita tass-k kuali ualita tas s hidu hidup, p,
biok biokim imia ia,,
ter termasu masuk k
yang ang
manu manusi sia, a,
dapa dapatt
untu untuk k
dipa dipaka kaii
oleh oleh
memp memper erta taha hank nkan an
hidupnya. &ebih tepat lagi bagi tiap anggota masyarakat, makanan dibentuk secara
budaya'
bagi
sesuatu
yang
akan
dimakan,
ia
memerlukan
pengesahan budaya, dan keaslian. Tidak ada kelompok pun, bahkan dalam keadaan kelaparan yang akut, akan mempergunakan semua %at gi%i yang ada sebagai makanan. !arena pantangan agama, tahayul kepercayaan tentang kesehatan , dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam sejarah, ada bahan-bahan makanan bergi%i baik yang tidak boleh dimakan, mereka di kla(sikasikan sebagai )bukan makanan#. Dengan kata lain, penting untuk membedakan nutriment *nutriment+ dengan makanan *food+.
utriment
adalah suatu bentuk biokimia, suatu %at yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya makanan adalah suatu konsep budaya, suatu peryataan yang sesungguhnya mengatakan )%at ini sesuai
dengan
kebutuhan
gi%i
kita#.
"edemikian
kuat
kepercayaan-
kepercayaan kita mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan sehingga terbukti sangat sukar untuk menyakini orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi kepentingan gi%i yang baik "elanjutnya, pilihan-pilihan pribadi lebih mengurangi lagi ariasi makanan yang disantap oleh setiap indiidu karena tidak seorang pun dari kita yang menikmati secara mutlak segala sesuatu yang diakui oleh kebudayaan kita sebagai makanan. Pengalaman-pengalaman masa kecil, sebaaimana yang kita catat, banyak mempengaruhi kegemaran kita pada waktu usia dewasa' makanan yang kita kenal sejak kanak-kanak masih menarikkita, sedangkan yang baru kita senal seteleah dewasa lebih muda untuk kita tolak. Meskipun sejumlah orang gemar mencoba-coba makanan baru, sebagian besar lagi lebih senangn dengan menu yang sudah dikenalnya. Dia amerika serikat, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan yang )paling tidak disukai#termasuk buttermilk *cairan asam dari mentega+ parsnip *jenis akarakaran+, terong, caiar *telur ikan, hominy *bagian dari jagung+, tiram, turnip*sejenis akar-akaran+, keju limburger, kaki babi, dan organ-organ dalam
seperti otak , hati, ginjal, jantung dan babat *lihat hall dan hall /0/ ' wallen /10+ 2. "emua masyarakat mengklari(kasi makanan Dalam setiap kelompok, makanan dikla(kasikan dengan cara-cara yang berariasi 3 apa yang layak bagi waktu-waktu makanan yang resmi, dan berbagai makanan ringan diantara waktu makan ' dan menurut pemikiran tentang status dan prestise ' menurut pertemuan sosial, usia, keadaan sakit dan sehat, dan menurut nilai-nilai simbolik serta ritual. 4rang Amerika misalnya mempunyai kepercayaan yang kuat mengenai apa yang wajar bagi setaip waktu makan. Meskipun beberapa orang yang suka makan dapat menikmati bistik ada waktu sarapan, mereka bahkan akan menganggap sup, selada, pudding coklat sebagai hal yang tidak wajar. 5alaupun telur adalah wajar untuk setiap waktu makan, cara memasak tidak demikian. Telur yang digoreng hanya dapat diterima pada waktu makan. "edemikian kuatnya pendapat
orang
amerika
tentang
sarapan,
sehingga
kita
barangkali
merupakan satu-satunya bangsa di dunia yang mempunyai ungkapan )makanan sarapan# *breakfast food+. Pertimbangan status memainkan peranan penting, terutama dalam merubah kebiasaan makanan. 4rang meksiko di pedesaan misalnya lebih suka 0. Peranan peranan simboloik dari makanan Makanan, nyatanya, merupakan sesuatu yang pokok dalam hidup. Makanan juga penting bagi pergaulan sosial. 6ika tidak ada cara-cara dimana makanan dimanipulasikan secara simbolis untuk menyatakan persepsi terhadap hubungan antara indiidu-indiidu dan kelompok kelompok juga dalam kelompok sukarlah ntuk meramalkan bagaimana kehidupan sosial dapat terjadi. P7M8ATA"A 89DA:A T7;
?@?
5alaupun sumber-semuber pangan yang tersedia bagi mereka mungkin tidak dide(nisikan sebagai )makanan# melalui uji coba mereka belajar mengenai apa yang mereka butuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan
mereka.
Dengan
mengkombinasikan
makanan
pokok
dan
makanan musiman seperti buah-buahan dan daun-daunan untuk jamu, buah berry, grub *akar-akaran+, dan serangga, mereka sering telah mencapai makanan
yang memuaskan.
Apa
yang belum
sering dipelajari oleh
masyarakat rumpun dan pendesaan adalah hubungan antara makanan dan kebutuhan
makanan
yang
baik
dengan
kehamilan,
juga
kebutuhan-
kebutuhan khusus bagi anak setelah penyapiannya. 5alaupun gi%i buruk di dunia ini banyak disebabkan oleh kekurangan pangan yang mutlak, masalahnya bertambah parah akibat berbagai kepercayaan budaya dan pantangan-pantangan yang sering membatasi pemanfaatan makanan yang tersedia. Maka dalam perencanaan kesehatan, masalahnya tidak terbatas pada pencarian cara-cara untuk menyediakan lebih banyak bahan makanan, melainkan
harus
pula
dicarikan
cara-cara
untuk
makanan yang tersedia digunakan secara efektif
memastikan
bahwa
. !egagalan untuk melihat hubungan antara makanan dan kesehatan Dasar kearifan konfesional mengenai makanan ditandai oleh kesenjagan yangbesar dalam pemahaman
tentang
bagaimana
makanan itu
bias
digunakan sebaik-baiknya. 8arang kali yang terpenting dari kesenjangan itu adalah kegagalan yang berulang kali yang terjadi untuk mengenal hubungan yang pasti antara mkanan dan kesehatan. "usunan makanan yang cukup cenderung ditafsirkan dalam rangka kuantitas, bukan kualitasnya mengenaoi makanan pokok yang cukup bukan pula dari keseimbangannya dalam hal berbagai makanan. !arena itu, gi%i buruk bias terjadi di tempat-tempat dimana sebenarnya makanan cukup. 5alaupun masyarakat tradisional sering gagal menilai kaitan yang positif antara susunan makanan yang baik dengan kesehatan yang baik, mereka sering melihat apa yang dapat disebut hubungan negatif antara makanan dan penyakit. Artinya, pada waktu seseorang sedang sakit, makananmakanan yang sangat dibutuhkan oleh si pasien tidak diberikan.