BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi. Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada penderita trauma dan perawatan klinis pada semuausia dan jenis kelamin. Infeksi pasca trauma sangat bergantung pada usia penderita, waktu antara trauma dan penanggulangannya , kontaminasi luka, jenis dan sifat luka, kerusakan jaringan, syok, jenis tindakan, dan pemberian
antibiotik.
Makin
lama
tertunda
penanggulangannya, penanggulangannya,
makin
besarkemungkinan infeksi. Meskipun telah mengalami kemajuan teknologi penanganan dalam neonatologi dan perawatan kritis pediatrik dan meluasnya penggunaan spektrum luas agen anti mikroba, infeksi masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dananak-anak. Infeksi mikroba biasanya terjadi akibat kegagalan mekanisme pertahanan tubuh yang intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme. 1.2 Tujuan Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem perkemihan Tujuan Khusus :
1.
Mengetahui definisi urosepsis
2.
Untuk mengetahui infeksi traktus urinarius pada wanita dan pria
3.
Untuk mengetahui tanda dan gejala urosepsis
4.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada urosepsis
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Urosepsis
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari focus infeksi ditraktus urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaanadanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2001). Menurut Enggram, Barbara (1998), Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis ), tetapi uretra (uretritis ), prostat (prostatitis ) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril.bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urin ,infeksi setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun tanpa gejala.dua sampai empat persen pasien – pasien inni selanjutnya sel anjutnya mengalami sepsis akibat bakter gram – gram – negative. negative.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 2
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah : a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b. mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Fascia Renalis
Fascia renalis terdiri dari : a. fascia (fascia renalis), b. Jaringan lemak peri renal, dan c. kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 3
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses Pembentukan Urin 1. Proses Filtrasi, di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus. 2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. 3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 4
gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior. Persarafan Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari: 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) 2. Lapisan tengah lapisan otot polos 3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari: a) Lapisan sebelah luar (peritoneum). b) Tunika muskularis (lapisan berotot). c) Tunika submukosa. d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 5
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari: 1. Urethra pars Prostatica 2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa) 3. Urethra pars spongiosa. Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup. 2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf. 3. Lapisan mukosa. Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari: 1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya. 2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. 3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. 4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak. 5. Berat jenis 1,015-1,020. 6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 6
Komposisi air kemih, terdiri dari: 1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. 2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin. 3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat. 4. Pigmen (bilirubin dan urobilin). 5. Toksin. 6. Hormon. Mikturisi Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu: 1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2. 2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri). Ciri-Ciri Urin Normal 1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. 2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. 3. Baunya tajam. 4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 7
2.3 Etiologi
Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman penyebabnya sama dengan kumanpenyebab
infeksi
primer
di
traktus
urinarius
yaitu
golongan
kuman
coliformgramnegatif sepertiEschericia coli (50%), Proteus spp (15%), Klebsiella dan Enterobacter (15%), dan Pseudomonasaeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi frekuensinya lebih kecil yaitu sekitar 15%.Penelitian The European Study Group on Nosocomial Infections (ESGNI-004 study) denganmembandingkan antara pasien yang menggunakan kateter dan non-kateter ditemukan bahwa E.coli sebanyak 30,6% pada pasien dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida spp 12,9% padapasien dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien dengan kateterdan 4,1% pada non-kateter.Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes danimmunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien
dengan
AIDS,
pasien
yang
menerima
obat-obatan
antikanker
dan
imunosupresan.
2.4 Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. Naik nya bakte bakteri ri dar dar i kandung kemih kemih ke gin gin jal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 8
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering s ering ditemukan pada lakilaki diatas usia 60 tahun.
2.5 Faktor – faktor faktor yang berperan
Sterilitas kandung kemih dipertahankan melauli beberapa mekanisme : barier fisik uretra , aliran urin, kompetensi sambungan uretrovesikal, berbagai enzim antribakteri dan antibodi, dan efek anti-lekat yang di perantai oleh sel-sel mukosa kandung kemih. Normalnya kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar bakteri dalam dua hari sejak masuknya bakteri ini kedalam kandung kemih. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitalium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih,
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 9
mekanisme pertahanan pejamu dan cetusan inflamasi. Infeksi traktus urinarius terutama berasal dari organisme feses yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Suatu factor anti-lekat, yaitu glikosaminoglikan (GAG), secara normal berlaku sebagai efek pelindung non spesifik melawan berbagai bakteri. Molekul GAG menarik molekul air, membentuk barier air yang berlaku sebagai lapisan pertahanan di antara kandung kemih dan urin. GAG dapat dirusak oleh agens tertentu (siglamat, sakarin, asparmat, dan metabolic triptopan). Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi agens yang dapat meningkatkan aktifitas anti-lengket. Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout), dan imunosubresi meningkatkan resiko UTI dengan cara menganggu mekanisme normal. Refluks uretrovesikal mengacu pada refluks (aliran balik) urin dari uretra kedalam kandug kemih. Batuk, bersin atau mengejan akan menimbulkan tekanan pada kandung kemih yang akan mendorong urin dari kandung kemih ke uretra. Ketika tekanan kembali normal, urin akan mengalir balik ke dalam kantung kemih, dengan membawa bakteri dari anterior uretra. ur etra. Refluks uretroversikal uretroversika l juga di sebabkan oleh disfungsi eher kandung kemih atau uretra. Sudut uretroversikal dan tekanan penutup uretra dapat terganggu pada kondisi seperti monopouse, dan peningkatan insidens infeksi pada wanita pasca monopouse. Uretroversikal atau refluks uretrovisikal mengacu pada aliran balik urin dari kandung kemih kedalam kedua ureter. Normalnya sambungan uretroversikal mencegah aliran balik urin kedalam ureter. Ureter menembus kedalam dinding kandung kemih sehingga sebagian kecil ureter ditekan oleh muskulatur kandung kemih selama berkemih normal. Ketika katup uretroversikal rusak akibat kelainan congenital atau abnormalitas uretral, bakreri dapat masuk dan akhirnya menghancurkan ginjal. Kontaminasi fekal pada meatus uretral merupakan rute masuk bakteri yang umum kedalam traktus urinarius. Hubungan seksual berperan dalam masuknya organisme dari perineum kedalam kandung kemih wanita. Pemasangan alat kedalam traktus urinarius (menggunakan kateter atau pemeriksaan sistoskopik) juga merupakan factor utama yang
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 10
menyebabkan infeksi traktus urinarius. Stasis urin dalam kandung kemih dapat menyebabkan infeksi, yang dapat menyebar ke seluruh system urinarius. Setiap obstruksi terhadap aliran urin meningkatkan kerentanan traktus urinarius terhadap infeksi. Penyebab umum obstruksi traktus urinarius adalah anomali congenital, struktur uretra, kontraktur leher kandung kemih, tumor kandung kemih, batu ureter atau batu ginjal, kompresi ureter, dan abnormalitas neurologis. Selain itu infeksi dapat menyebar kedalam traktus urinarius melalui aliran darah (penyebaran limfogenus).
2.6 Infeksi Traktus Urinarius Pada Wanita
Infeksi traktus urinarius adalah satu dari masalah paling umum yang ditemui oleh tenaga kesehatan, terhitung 6-7 juta dari kunjungan klinik pertahun. Mayoritas kasus di dominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami UTI selama kehidupan mereka. Meskipun kebanyakan episode UTI pada wanita adalah sederhana, infeksi non-komplikasi (90%), seperti infeksi selama kehamilan harus di tangani dengan tepat meskipun gejala tidak tampak, karena terdapat peningkatan resiko untuk terjadinya pielonepritis akut dan keliran premature. Wanita lebih beresiko terken infeksi kandung kemih karena uretra yang pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum. Organisme yang sering menyebabkan UTI pada wanita adalah oraginsme yang secara normal ditemukan dalam traktus gastrointestinal: Escherichia Coli, stafi lokokus saprofitikus, dan streptokokus faikalis. Organisme lain yang betanggung njawab dalam menyebakan infeksi traktus urinarius mencakup proteus mirabilis, satu atau lebih spesies klepsiela, enterobakteria dan pseudomonas. Tahap kritis pertama patogenesis UTI pada wanita adalah kolonisasi bakteri dari salah satu oragnisme diatas pada uretra distal dan vagina. Flora lemudian naik ke kandung kemih, tempat mikroorganisme melekat ke eputalium traktus urinarius. Pelekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit, fase tergantung-estrogen dalam siklus menstruasi, setelah histerektomi total, dan seiring proses penuaan yang memperlihatkan bahwa status hormone ikut berperan. Selain itu, atrofi epithelium
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 11
uretral akibat proses penuaan dapat mengurangi kekuatan pancaran urine, dan keefektifan pengeluaran bakteri melalui berkemih. Kebanyakan wanita yang mengalami infeksi traktus urinarius non-komplikasi berespon terhadap penanganan single course menggunakan agens antimicrobial yang tepay.
2.7 Infeksi Traktus Urinarius Pada Pria
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra, seperti juga wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak uretra dari rectum pada pria, dan adanya bakteri sidal dalam cairan prostatic, melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang tejadi ; namun ketika gangguan gangguan
ini terjadi, hal ini mengindikasikan adanya adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus genitourinarius. Telah di rekomendasikan bahwa pria yang mengalami meskipun hanya satu episode UTI harus menjalani serangkaan pemeriksaan urologi dan di periksa akan adanya obstruksi urinarius. Infeksi prostat, batu ginjal, atau penyakit sistemik. E. Coli adalah organisme utama yang menyebabkan adanya UTI pada pria. Banyak bakteri gram-negatif lain, seperti spesies proteus, mrnyrbakan infeksi yang menetap. Relaps biasanya disebakan oleh organism pengganggu yang sama yang menyebabkan infeksi wala yang dapat mengacu pada kegagalan penanganan untuk menghilangkan bakteri atau abnormalitas struktur fungsi traktus urinarius. Bakteri uria tidak mungkin di hilangkan sampai penyebab dapat di tangani. Infeksi traktus urinarius pada pria biasanya tidak berespon terhadap terapi jangka pendek (3-4 hari); sehingga antibiotic day-course 10-14 hari hari di rekomendasikan.
2.8 Pertimbangan Gerontologi
Insiden bakteri uria meningkat sei ring dengan penuaan dan ketidakmampuan, dan wanita mengalaminya lebih sering di banding pria. Infeksi traktus urinarius merupakan
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 12
kasus pali8g umum pada sepsis bacterial akut pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun. Sepsis bakteri gram-negatif akibat UTI pada lansia berhubungan dengan laju mortalitas lebih dari 50%. Abnormalitas struktur kandung kemih neurogenik akibat struk ata u neuropati otonom pada diabetes menyebakan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan mengacu pada peningkatan resiko terjadinya UTI. Ketika kateter indwelling digunakan, resiko terjadinya UTI meningkat secara drastic karena populasi bakteri dapat ditemukan dalam urine yang terdapat dalam kateter, urin itu se ndiri dan pada permukaan kateter. Wanita. Wanita Lansia sering s ering mrngalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan stasis urine. Wanita pasca monopuse rentan terhadap kolonisasi dan perlekatan bakteri pada vagina dan uretra akibat tidak adanya estrogen. Estrogen oral oral atau topical efektif pada banyak wanita pasca me nopause yang mengalami sistitis kambuhan karena agens ini menyimpan kandungan glikogen sel-sel epitel vagina dan mempertahankan keasaam pH. Pria. Aktifitas antibacterial yang terkadung dalam seksresi prostat melindungi pria dari kolonisasi bakteri uretra uret ra dan kandung kemih yang menurun seiring dengan penuaan. Meskipun UTI sangat jarang pada pria, prevalensi infeksi pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun hampir sama dengan wanita wanita dalam kelompok umur yang sama. Peningkatan UTI yang drastic pada lansia pria sangat berkaitan dengan hyperplasia prostat atau karsinoma, struktur uretra, dan kandung neuropatik. Penggunaan kateter atau sistoskopi pada tindakan evaluasi atau penangan berperan dalam menyebabkan UTI. Batu ginjal, pemakaian kateter indewelliing dan kelemahan akibat penyakit merupakan factor lain yang ikut berperan. Bakteri uria meningkat pada pria yang menderita konfusi atau demensia dan mereka yang yang mengalami inkontinensi usus besar dan kandung kemih. Penyebab aling u mum kambuhnya UTI pada lansia pria adalah prostatitis bakteri kronis. Reseksi transurethral (TUR) kelenjar prostat dapat membantu mengurangi insiden ini. Batu prostat yang terinfeksi merupakan penyebab
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 13
lain infeksi traktus urinarius pada lansia pria; terapi antimicrobial subresif kontinyu atau penanganan bedah mungkin mungkin di perlukan untuk menangani menangani infeksi ini. Lansia di institusi perawatan. Pasien di institusi perawatan merupakan sumber utama resistensi pathogen terhadap banyak antibiotic factor yang berperan menyebabkan UTI pada populasi lansia di idntitusi perawatan mencakup ;
Insiden penyakit kronis yang tinggi
Penggunaan agen anti microbial yang sering
Adanya dekubitus yang terinfeksi
Imobilitas dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
Sering menggunakan badan daripada pispot atau pergi ke kamar kecil Mencuci tangan dengan cermat, perawatan perineal dengan hati-hati dan seiring
berkemih dapat menurunkan insiden infeksi traktus urinarius pada pasien di institusi perawatan. Organisme yang mnyebabkan unfeksi traktus urinarius pada pasien lanisa di indtitusi pearawatan berbeda dengan organism yang ditemukan pada pasien di komunitas; hal ini mungkin berkaitan dengan seringnya penggunaan antibiotic pada pasien di idntitusi perawatan. E. Coli adalah organism yang sering di jumpai pada lansia di komunitas atau rumah sakit. Namun demikian, pasien dengan ketetr indewellliing cenderung terinfeksi oleh proteus, klepsiela, fesiodomonas, atau streptokokus. Enterokokus mungkin di jumapi pad pasien yang telah di terapi dengan sejumlah antibiotic. Manisfestas. Pasien lansi sering tidak menunjukkan gejala UTI dan sepsis yang umum meskipun sering berkemih, urgensi, urgensi, dan disuria dapat terjadi, tetapi gejala non spesifik seperti gangguan sensori, letargi, anoreksia, hipoerpentilasi, dan demam ringan yang merupakan satu-satunya petunjuk adanya UTI tidak muncul. Infeksi kambuhan yang sering adalah wajar pada lansia. Protokol penanganan. Pasien di institusi pearawatan mungkin memerlukan penanganan dengan medikasi 7-10 hari utnuk mencapai keefektifannya.Perdebatan tentang kebutuhan penaganan bakteri uria asimtomatik pada pasien di institusi
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 14
pearwatan muncul karena adanay kemungkinan terbentuknya organisme resistenantibiotik akibat terapi yang merupakan ancaman terbesar bagi pasien jika terjassi sepsis. Penanganan pada lansi harus dilakukan sedini mungkin begitu infeksi terdeteksi karena angka mortalitas berhubungan dengan sepsis pada lansia sangat tinggi. Perubahan terkait-umur pada absorpsi obat di usus dan penurunan fungsi renal dan program penggunaan antimicrobial untuk menangani infeksi traktus urinarius. Fungsi renal harus di pantau dan dosis medikasi di ubah serta di sesuaikan.
2.9 Tanda dan Gejala
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi Kelemahan
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 15
2.10 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan UTI berpariasi. Separuh dari pasien yang ditemukan memiliki bakteri dalam urine (bakteri urine) tidak menunjukkan gejala. Tanda dan gejala UTI bagian bawah (sistitis) mencakup nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, kadang-kadang disertai spasme pada area kandung kemih dan supra pubis. Hematuria dan nyeri punggung juga dapat terjadi. Tanda dan gejala UTI bagian atas (pielonepritis) mencakup demam. Menggigil, nyeri panggul dan nyeri ketika berkemih. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri dan nyeri tekan di area sudut kostopertebral (CVA). Jika kerusakan ginjal yang luas terjadi, manisfesta si gagal ginjal dapat muncul dan mencakup mual, muntah, pruritus, kehilangan berat badan, edema, kelemahan nafas yang pendek.
2.11 Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Penanganan UTI yang ideal adalah agens antibakrerial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina, dengan demikian akan memperkecil insiden infeksi ragi vagina. Pada pasien yang di tangani dengan agen antimicrobial yang banyak mempengaruhi flora vagina; menyebabkan lebih banyak gejala dan semakin sulit dan mahal penanganannya di banding UTI. Selain itu, agen anti bacterial harus murah dan menyebabkan efek samping serta rendah resisten. Karena oragnisme pada infeksi traktus urinarius non komplikasi pada wanita adalah Escherichia Coli atau fl ora feka lain, maka agens yang di berikan harus efektif melawan organisme ini. Variasi program penanganan telah menangani infeksi traktus urinarius bawah non komlikasi pada wanita dari pemberian dosis tunggal program medikasi short course 3-4 hari atau long course 7-10 hari, upaya dilakukan untuk mempersingkat perajalan terapi antibiotic untuk UTI non komplikasi, sehingga 80% pasien akan sembuh dalam 3 hari penanganan (Childs et al 1993).
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 16
2.12 PATOFLOW Mikroorganisme patogenik
Manula
Traktus Urinarius
Infeksi saluran kemih
Hematogen, limfogen
Asending
Hematgen
Wanita memiliki ureter yang
Sistem imun rendah
lebih pendek
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Tekanan urine saat miksi
Kontaminasi Kontaminasi fekal
Pemasangan alat kedalam
Hambatan pada saluran urine
Hilangnya efek
traktus urinarius
bakterisid dan
Adanya dekubitus yang
sekresi prostat
terinfeksi Distensi
Peningkatan produksi urine
Refluks utrovesikel Nyeri Akut Men ebarn ebarn a infeks infeksii dar darii uretra uretra
Melemahnya otot detrusor
Hiperglikemia
Perpindahan cairan intraselular secara osmotik
Spasme pada area kandung kemih
Defisit volume cairan
Spingter & otot dasar panggul terganggu
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 17
Pengosongan kandung kemih tidak sempurna
Inkontinensia Urine
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA UROSEPSIS
3.1. Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius di dapatkan dari pasien yang di duga mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih, urgensi dan hesistancy serta perubahan dalam urine di kaji di dokumentasikan, dan di laporkan. Pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidka teratur, hubungan antara gejala infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, praktik kontraseptik dan hygiene personal di kaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi antimicrobial dan tindakan pencegahan juga di kaji. Selain itu, urine pasien di kaji dalam volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan bauk yang semuanya itu akan berubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius.
3.2. Analisa Data
No
Diagnosa
Etiologi
Masalah
Keperawatan 1.
Ds : - Pasien menyatakan nyeri ketika berkemih - Pasien merasa tubuhnya selalu kedinginan - Pasien merasa nyeri panggul dan pinggang - Pasien menyatakan pusing
Manula
Nyeri Akut
Traktus urinarius Infeksi saluran kemih Hematogen, limfogen Hematgen
Sistem imun rendah
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 19
Do : - Pasien merasa badannya panas - Pasien terlihat sering mual dan muntah
Hambatan pada saluran urine Hilangnya efek bakterisid dan sekresi prostat Distensi Nyeri akut
2.
ISK
Ds :
Inkontinensia Urine
- Pasien merasa spasme pada
Refluks utrovesikal
kandung kemih - Pasien mengatakan
Menyebarnya infeksi dari uretra
nyeri ketika Melemahnya otot detrusor
berkemih - Pasien merasa nyeri panggul dan
Sfingter dan otot dasar panggul terganggu
pinggang
Pengosongan kandung kemih tidak sempurna
Inkontinensia Urine 3.
Do : - Pasien
Peningkatan produksi urine terlihat
lemah - Pasien demam
terlihat
Hiperglikemia
Kekurangan
volume
cairan
Perpindahan cairan intraseluler secara osmotik Defisit volume cairan
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 20
3.3. Diagnosa Keperawatan Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan dapat mencakup yang berikut: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis) seperti inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain 2. Inkontinensia urine berhubungan berhubungan dengan dengan infeksi kandung kandung kemih ditandai dengan menyatakan keluarnya urine involunter dengan spasme kandung kemih 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan dan peningkatan suhu tubuh.
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 21
INTERVENSI No
1.
D(x) Keperawatan Keperawatan
PERENCANAAN NOC
Kriteria Hasil
NIC
Nyeri akut b.d agens
NOC :
Kriteria Hasil :
NIC :
cedera (biologis) seperti
Pain Level
Mampu
Pain
komprehensif termasuk lokasi,
inflamasi dan infeksi
Pain
mengontrol nyeri
Management
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
control
(tahu penyebab
Comfort
nyeri, mampu
level
menggunakan
uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain
tehnik
Aktifitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi
untuk mengetahui pengalaman nyeri
untuk mengurangi
pasien
nyeri, mencari
bantuan)
Lakukan pengkajian nyeri secara
Melaporkan bahwa
nyeri
nyeri berkurang dengan
Kaji kultur yang mempengaruhi respon
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
menggunakan
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
manajemen nyeri
kontrol nyeri masa lampau
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 22
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan
mempengaruhi nyeri seperti suhu
tanda nyeri)
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa
Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang
(farmakologi, non farmakologi dan
Tanda vital dalam rentang normal
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 23
Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan
mempengaruhi nyeri seperti suhu
tanda nyeri)
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa
Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang
(farmakologi, non farmakologi dan
Tanda vital dalam rentang normal
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 23
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 24
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 24
pemberian analgesik pertama kali kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
2.
Inkontinensia urine
NOC:
berhubungan dengan
Bowel
infeksi kandung kemih
Elimination
Kriteria Hasil :
Kontinensia
ditandai dengan menyatakan keluarnya
Menunjukkan
Urine
Keadekuatan
urine involunter dengan
waktu untuk
spasme kandung kemih
mencapai kamar
NIC : Bowel Incontinence
Lakukan latihan otot dasar panggul
Lakukan perawatan inkontinensia urine
Urine
Identifikasi penyebab inkontinensia urine
kecil antara urgensi dan
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
Jaga tempat tidur dan pakaian tetap bersih
Pantau efek samping pemberian obat
pengeluaran urine
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 25
pemberian analgesik pertama kali kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
2.
Inkontinensia urine
NOC:
berhubungan dengan
Bowel
infeksi kandung kemih
Elimination
Kriteria Hasil :
Kontinensia
ditandai dengan menyatakan keluarnya
Menunjukkan
Urine
Keadekuatan
urine involunter dengan
waktu untuk
spasme kandung kemih
mencapai kamar
NIC : Bowel Incontinence
Lakukan latihan otot dasar panggul
Lakukan perawatan inkontinensia urine
Urine
Identifikasi penyebab inkontinensia urine
kecil antara urgensi dan
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
Jaga tempat tidur dan pakaian tetap bersih
Pantau efek samping pemberian obat
pengeluaran urine
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 25
Pakaian dalam tetap kering sepanjang hari
Mampu berkemih secara mandiri
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 26
Pakaian dalam tetap kering sepanjang hari
Mampu berkemih secara mandiri
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 26
Kekurangan Volume Cairan berhubungan
NOC:
dengan kehilangan cairan
Fluid
Kriteria Hasil :
Mempertahankan
balance
urine output
NIC :
diperlukan
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika
Pertahankan catatan intake dan output
aktif ditandai dengan
Hydration
sesuai dengan
kelemahan dan
Nutritiona
usia dan BB, BJ
l Status :
urine normal, HT
membran mukosa, nadi adekuat,
Food and
normal
tekanan darah ortostatik ), jika
Tekanan darah,
diperlukan
peningkatan suhu tubuh.
Fluid
Intake
nadi, suhu tubuh dalam batas
yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan
normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
membran mukosa lembab,
output
tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Monitor status hidrasi ( kelembaban
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 27
Kekurangan Volume Cairan berhubungan
NOC:
dengan kehilangan cairan
Fluid
Kriteria Hasil :
Mempertahankan
balance
urine output
NIC :
diperlukan
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika
Pertahankan catatan intake dan output
aktif ditandai dengan
Hydration
sesuai dengan
kelemahan dan
Nutritiona
usia dan BB, BJ
l Status :
urine normal, HT
membran mukosa, nadi adekuat,
Food and
normal
tekanan darah ortostatik ), jika
Tekanan darah,
diperlukan
peningkatan suhu tubuh.
Fluid
Intake
nadi, suhu tubuh dalam batas
yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan
normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
Monitor status hidrasi ( kelembaban
dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
membran mukosa lembab,
output
tidak ada rasa
haus yang
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
berlebihan
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 27
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 28
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 28
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi ditraktus urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic. Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis), tetapi uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril.bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urin ,infeksi setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun tanpa gejala.dua sampai empat persen pasien – pasien – pasien inni selanjutnya sela njutnya mengalami sepsis akibat bakter gram – negative. negative.
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi ditraktus urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic. Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering mengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis), tetapi uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril.bakteriuria mengacu pada adanya bakteri dalam urin ,infeksi setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun tanpa gejala.dua sampai empat persen pasien – pasien – pasien inni selanjutnya sela njutnya mengalami sepsis akibat bakter gram – negative. negative.
4.2. Saran
Melalui makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dengan cara mengetahui penyebab penyakit urosepsis serta cara pencegahan maupun pengobatannya. pengobatannya. Kami sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat berharap dengan adanya askep ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang pentingnya menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita, karena penyakit urosepsis ini yang berasal dari infeksi traktus urinarius ini sering sekali terjadi pada wanita dan laki laki bisa juga pada lansia, oleh sebab itu tetap jaga kebersihan itu sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.
Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Urosepsis 29