BAB I PENDAHULUAN
Tuha Tuhan n menc mencip ipta taka kan n seti setiap ap makhl makhluk uk hidu hidup p denga dengan n kema kemamp mpua uan n untuk untuk memper mempertah tahanka ankan n diri diri terhada terhadap p ancaman ancaman dari dari luar luar diriny dirinya. a. Salah Salah satu satu ancaman ancaman terhad terhadap ap manusi manusiaa adalah adalah penyaki penyakit, t, teruta terutama ma penyaki penyakitt infeks infeksii yang yang dibawa dibawa oleh oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga sehingga dapat mengakibatkan mengakibatkan penyakit penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian. Apakah Apakah yang yang dimaks dimaksudka udkan n dengan dengan sistem sistem imun? imun? Kata Kata imun imun berasa berasall dari dari bahas bahasaa Latin Latin ‘immu ‘immunit nitas’ as’ yang yang berart berartii pembeba pembebasan san (kekeb (kekebala alan) n) yang yang diberi diberikan kan kepada kepada para para senato senatorr Romawi Romawi selama selama masa masa jabata jabatan n mereka mereka terhada terhadap p kewaji kewajiban ban seba sebaga gaii warg wargan anega egara ra bias biasaa dan dan terh terhad adap ap dakwa dakwaan an.. Dala Dalam m seja sejara rah, h, isti istila lah h ini ini kemudi kemudian an berkem berkemban bang g sehing sehingga ga pengert pengertian iannya nya beruba berubah h menjad menjadii perlin perlindung dungan an terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
1
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumla jumlah h yang yang lebih lebih banyak banyak.. Itulah Itulah sebabny sebabnya, a, pada pada bebera beberapa pa jenis jenis penyak penyakit it yang yang dian diangg ggap ap berb berbah ahay aya, a, dila dilaku kuka kan n tind tindak akan an imun imunis isas asii atau atau vaks vaksin inas asi. i. Hal Hal ini ini dimaks dimaksudka udkan n sebaga sebagaii tindak tindakan an pencega pencegahan han agar agar tubuh tubuh tidak tidak terjan terjangki gkitt penyaki penyakitt tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi imunisasi polio atau campak. campak. Sedangkan Sedangkan imunisasi imunisasi pasif adalah penyuntikan penyuntikan sejuml sejumlah ah antibo antibodi, di, sehing sehingga ga kadar kadar antibo antibodi di dalam dalam tubuh tubuh mening meningkat kat.. Contoh Contohnya nya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Pembahasan Masalah : 1. Peng Penger erti tian an Imuni Imunisa sasi si 2. Penyakit Penyakit – Penyaki Penyakitt Yang Ditimb Ditimbulkan ulkan Pada Pada Anak Yang Yang Tidak Tidak Di Imunisas Imunisasii 3. Imun Imuniiasi asi Mmr Mmr 4. Peny Penyak akit it – Penya enyaki kitt Yang Yang Kem Kemungk ungkiinan nan Akan Akan Di Alam Alamii Bil Bila Tida Tidak k Mendapat Imunisasi Mmr. 5. Jadw Jadwal al Pemb Pember eria ian n Imunis Imunisas asii
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewaba mewabah h atau atau berbah berbahaya aya bagi seseorang seseorang.. Imunis Imunisasi asi berasa berasall dari dari kata kata imun imun yang yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebal kekebalan an atau atau resist resistens ensii pada penyaki penyakitt itu saja, saja, sehing sehingga ga untuk untuk terhin terhindar dar dari dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan diberikan kepada anak-anak karena sistem sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
2.1.1 Tujuan Pemberian Imunisasi Tuju Tujuan an dari dari dibe diberi rika kann nnya ya suat suatu u imun imunit itas as dari dari imuni imunisa sasi si adal adalah ah untu untuk k mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bahkan bisa bisa menyeb menyebabk abkan an kemati kematian an pada pada penderi penderitan tanya. ya. Bebera Beberapa pa penyaki penyakitt yang yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
2.1.2 Jenis – Jenis Imunisasi 1 . B CG 2. Hepat patitis B 3. Polio 4 . DT P 5. Campak
3
1. Imun Imuniisas sasi BCG BCG Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarang yang hafal kepanjanganny kepanjangannya. a. Bacillus Bacillus Calmette-G Calmette-Guerin. uerin. BCG adalah adalah vaksin vaksin untuk mencegah mencegah penyakit penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya. Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseor seseorang ang pada pada penyaki penyakitt TBC setela setelah h diimun diimunisa isasi. si. Berbed Berbedaa dengan dengan imunis imunisasi asi hepatitis B, kita bisa memeriksa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, laboratotrium, bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B. Beber Beberap apaa
penel penelit itia ian n
menun menunju jukka kkan n
bahw bahwaa
kema kemamp mpua uan n
prot protek eksi si BCG BCG
berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten. Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBC sebelu sebelum m diimun diimunisa isasi, si, proses proses pembent pembentukan ukan antibb antibbodi odi setela setelah h diimun diimunisa isasi si kurang kurang memuaskan. Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan diturunkan dari ibu ke anak (imunitas (imunitas seluler), seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya Makanya ibu-ibu ibu-ibu harus segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya. Perlu Perlu diketahui diketahui juga, derajat derajat proteksi proteksi imunisasi imunisasi BCG tidak ada hubungannya hubungannya dengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan) dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinya dianggap gagal. Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
4
Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung. BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan. BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia (kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita infeksi HIV. (Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. Samik Wahab, Spa(K). Widya Medika) 2. Imuni Imunisa sasi si Hepat Hepatit itis is B Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari dari 100 100 nega negara ra mema memasu sukk kkan an vaks vaksin inas asii ini ini dalam dalam progr program am nasio nasiona naln lnya ya.. Jika Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati. Banyak Banyak jalan jalan masuk masuk virus virus hepati hepatitis tis B ke tubuh tubuh si kecil. kecil. Yang potemsia potemsiall melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melali alat-alat alat-alat medis yang sebelumnya sebelumnya telah terkontaminas terkontaminasii darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga. Malangnya, Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. sekalipun. Fungsi Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami mengalami sirosis. sirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah. Upaya pencegahan adalah langka langkah h terbai terbaik. k. Jika Jika ada salah salah satu satu anggot anggotaa
keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-an anak-anakny aknyaa untuk untuk menget mengetahui ahui apakah apakah membaw membawaa virus virus atau atau tidak. tidak. Selain Selain itu, itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
5
Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan
pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,
kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Lokasi Penyuntikan Penyuntikan: Pada Pada anak anak di leng lengan an denga dengan n cara cara intr intram amus usku kule ler. r.
Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, latera lateral= l= otot otot bagian bagian luar) luar).. Penyun Penyunti tikan kan di bokong bokong tidak tidak dianju dianjurka rkan n karena karena bisa bisa mengurangi efektivitas vaksin. Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan.
Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali
suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
3. Polio Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang seri sering ng dili diliha hatt dima dimana na mana mana yait yaitu u vaks vaksin in tete tetess mulu mulut. t. Sedan Sedangk gkan an yang yang kedua kedua inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati mendekati rute penyakit penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah
6
Poli Polio o atau atau lengk lengkap apny nyaa poli poliom omel elit itis is adal adalah ah suat suatu u peny penyaki akitt rada radang ng yang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Di wikipedia wikipedia dijelaskan dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal dikenal sejak zaman pra-sejara pra-sejarah. h. Lukisan Lukisan dinding dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan menggambarkan orang-orang orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya. Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan kelumpuhan permanen, permanen, biasanya biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita penderita meninggal meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup. Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi. 4 . DT P Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan teta tetanu nuss yang yang dimu dimurn rnik ikan an,, sert sertaa bakt bakter erii pert pertus usis is yang yang tela telah h diin diinak akti tiva vasi si yang yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan. Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toks Toksoi oid d teta tetanu nuss yang yang dimu dimurn rnik ikan an 15 Lf B, pert pertus ussi siss yang yang diin diinak akti tiva vasi si 24 OU Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg
7
Dosis
dan
Cara
Pemberian
Vaksin
harus
dikocok
dulu
untuk
menghomogenka menghomogenkan n suspensi. suspensi. Vaksin Vaksin harus disuntikkan disuntikkan secara secara intramusku intramuskuler ler atau secara secara subkutan subkutan yang dalam. Bagian anterolateral anterolateral paha atas merupakan merupakan bagian bagian yang direkomendasikan untuk tempat penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril. Di negaranegara-nega negara ra dimana dimana pertus pertussis sis merupa merupakan kan ancama ancaman n bagi bayi bayi muda, muda, imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. minggu. Vaksin Vaksin DTP dapat dapat diberi diberikan kan secara secara aman aman dan efekti efektiff pada pada waktu waktu yang yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib. dan vaksin Yellow Fever. Kontrai Kontraindi ndikas kasii Terdapa Terdapatt bebera beberapa pa kontrai kontraindi ndikas kasii yang yang berkai berkaitan tan dengan dengan suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejal gejala-gejalaa serius serius keabnormalan keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk indivi individu du penderi penderita ta virus virus human human immunod immunodeff effici icienc ency y (HIV) (HIV) baik baik dengan dengan gejala gejala maupun maupun tanpa tanpa gejala gejala harus harus diberi diberi imuni imunisas sasii DTP sesuai sesuai dengan dengan standa standarr jadual jadual tertentu. 5. Campak Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari dari ibunya ibunya.. Namun Namun seirin seiring g bertam bertambah bahnya nya usia, usia, antibo antibodi di dari dari ibunya ibunya semaki semakin n menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penya penyakit kit campak campak mudah mudah menula menular, r, dan mereka mereka yang yang daya daya tahan tahan tubuhn tubuhnya ya lemah lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya
8
campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) pen pender derit itaa yang yang terh terhir irup up mela melalu luii hidun hidung g atau atau mulu mulut. t. Pada Pada masa masa inku inkuba basi si yang yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius. Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas khas penyaki penyakitt ini. ini. Ukuran Ukurannya nya tidak tidak terlal terlalu u besar, besar, tapi tapi juga juga tidak tidak terlal terlalu u kecil. kecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak. Jika Jika berc bercak ak mera merah h suda sudah h kelu keluar ar,, umum umumny nyaa demam demam akan akan turu turun n deng dengan an sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan dengan sendir sendiriny inya. a. Umumny Umumnyaa dibutu dibutuhkan hkan waktu waktu hingga hingga 2 minggu minggu sampai sampai anak anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat bersifat simptomatis, simptomatis, yaitu yaitu mengobati mengobati berdasarkan berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komp kompli lika kasi si,, teru teruta tama ma pada pada camp campak ak yang yang bera berat. t. Ciri Ciri-ci -ciri ri camp campak ak berat berat,, sela selain in berca bercakny knyaa di sekuju sekujurr tubuh, tubuh, gejala gejalanya nya tidak tidak membai membaik k setela setelah h diobat diobatii 1-2 hari. hari. Komp Kompli lika kasi si yang yang terj terjad adii bias biasany anyaa berup berupaa rada radang ng paru paru-p -par aru u dan dan rada radang ng otak otak.. Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak. Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia usia 6 tahun. tahun. Dianju Dianjurka rkan, n, pember pemberian ian campak campak ke-1 sesuai sesuai jadwal jadwal.. Selain Selain karena karena anti antibo bodi di dari dari ibu ibu sudah sudah menu menuru run n di usia usia 9 bulan, bulan, peny penyaki akitt campa campak k umum umumny nyaa
9
menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
2.1.3 Efek Imunisasi - Efek Imunisasi Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi, orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si Kecil. Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian imun imunis isas asi, i, baik baik waji wajib b maup maupun un lanj lanjut utan an,, dian diangga ggap p pent pentin ing g bagi bagi mere mereka ka untuk untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya. Di lain lain pihak, pihak, pember pemberian ian imunis imunisasi asi kadang kadang menimb menimbukan ukan efek efek sampin samping. g. Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan membuktikan vaksin yang yang dimasu dimasukkan kkan ke dalam dalam tubuh tubuh tengah tengah bekerj bekerja. a. Namun, Namun, kita kita pun tidak tidak boleh boleh menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikut Ikutan an
Pasc Pascaa
Imun Imunis isas asi" i"(K (KIP IPI) I)..
Menur Menurut ut Komi Komite te Nasio Nasiona nall
Peng Pengkaj kajia ian n
dan dan
Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi. - Tidak Ada yang Bebas Efek Samping Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadi adanya KIPI (reaksi cepat). Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
10
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini. Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan keadaan terten tertentu tu lama lama pengam pengamata atan n KIPI KIPI dapat dapat mencapa mencapaii masa masa 42 hari hari (pasca (pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengad pengadaan aan,, distri distribus busii serta serta penyimp penyimpana anan n vaksin vaksin.. Kesala Kesalahan han prosed prosedur ur dan teknik teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri. Peneli Penelitia tian n Vaccin Vaccinee Safety Safety Commi Committe ttee, e, Insti Institut tutee of Medici Medicine ne (IOM), (IOM), AS, AS, melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang memang memang akibat akibat imunis imunisasi asi terser tersering ing adalah adalah akibat akibat kesala kesalahan han prosed prosedur ur dan teknik teknik pelaksanaan pelaksanaan atau pragmatic pragmatic errors)," errors)," tukas dokter yang berpraktek berpraktek di RSUPN RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memiliki sikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak adalah adalah pribad pribadii tersen tersendir diri, i, dengan dengan bangun bangun geneti genetika, ka, lingkun lingkungan gan sosial sosial,, riwaya riwayatt kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave. - Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi
11
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi: 1. Reak Reaksi si sunt suntik ikan an Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung langsung maupun tidak langsung harus dicatat dicatat sebagai sebagai reaksi reaksi KIPI. KIPI. Reaksi suntikan suntikan langs langsung ung misa misaln lnya ya rasa rasa saki sakit, t, beng bengkak kak dan dan keme kemera rahan han pada pada temp tempat at sunt suntik ikan an.. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan. 2. Reak Reakssi vaks vaksiin Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pascaimunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan kesulitan memusatkan memusatkan perhatian, nasalah perilaku perilaku seperti seperti autisme, autisme, hingga resiko kematian. 3. Fakt Faktor or kebe kebetu tula lan n Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadian sama di saat bersamaan pada kelompok kelompok populasi populasi setempat, setempat, dengan karakterisiti karakterisitik k serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi. 4. Peny Penyeb ebab ab tid tidak ak dike diketa tahu huii Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dala dalam m sala salah h satu satu peny penyeb ebab ab,, maka maka untu untuk k seme sement ntar araa dima dimasu sukk kkan an ke kelom kelompo pok k "penye "penyebab bab tidak tidak diketa diketahui hui"" sambil sambil menung menunggu gu inform informasi asi lebih lebih lanjut lanjut.. Biasan Biasanya, ya, dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
12
'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi? Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan pul puluh uhan an ribu ribu lain lainny nyaa yang yang tida tidak k dila dilapor porka kan. n. Pada Pada anakanak-an anak, ak, imuni imunisa sasi si (dan (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obatobat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat lainnya. Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, hipotesa, pendapat, keyakinan keyakinan perorangan, perorangan, atau pengamatan. pengamatan. Namun faktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, telah telah terjad terjadii pening peningkat katan an kasus kasus kelain kelainan an sistem sistem imun imun dan persar persarafa afan, n, termas termasuk uk kesuli kesulitan tan memusa memusatka tkan n perhat perhatian ian,, asma, asma, autism autisme, e, diabet diabetes es anak-an anak-anak, ak, sindro sindroma ma keleti keletihan han menahu menahun, n, kesuli kesulitan tan belaja belajar, r, remato rematoid id artrit artritis, is, multi multipel pel sklero sklerosis sis,, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya. Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan dan prof profes esio iona nall kedo kedokt kter eran, an, tela telah h menc mencet etus uska kan n suat suatu u gera gerakan kan yang yang menun menuntu tutt dilakukanny dilakukannyaa lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari imunisasi. Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut: 1. BCG: Setela Setelah h 2 minggu minggu akan terjadi terjadi pembengkak pembengkakan an kecil dan dan merah merah ditempat ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
13
2. DPT: DPT: Keba Kebany nyak akan an bayi bayi mend mender erit itaa pana panass pada pada wakt waktu u sore sore hari hari sete setela lah h mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat sunt suntik ikan an.. Keada Keadaan an ini ini tidak tidak berb berbah ahay ayaa dan dan tidak tidak perl perlu u menda mendapa patk tkan an pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang. 3. POLIO POLIO : Jarang Jarang timbuk timbuk efek efek samp samping ing.. 4. CAMPAK CAMPAK : Anak mungkin mungkin panas, panas, kadang kadang diserta disertaii dengan kemera kemerahan han 4–10 hari sesudah penyuntikan. 5. HEPATITIS HEPATITIS : Belum Belum pernah pernah dilapork dilaporkan an adanya adanya efek efek samping. samping. Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi. d iimunisasi.
2.2 Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengap mengapaa kadangk kadangkala ala orangt orangtua ua kerap kerap mengaba mengabaika ikan n tindak tindakan an pentin penting g terseb tersebut? ut? Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Sesuai Sesuai dengan dengan yang yang diprog diprogram ramkan kan oleh oleh organi organisas sasii keseha kesehatan tan dunia dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti : 1. Tube Tuberk rkul ulos osis is (TB (TBC) C) Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju
14
faktor faktor resiko resiko infeks infeksii dan faktor faktor resiko resiko progre progresi si infeks infeksii menjad menjadii penyaki penyakitt ( resiko penyakit ). Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat. 2. Hepatitis Hepatitis B yang yang disebabkan disebabkan virus virus hepati hepatitis tis B yang yang berakibat berakibat pada pada hati hati Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu. Ciri-ciri Ciri-ciri penderita penderita hepatitis hepatitis B umumnya umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus virus hepati hepatitis tis B, bahkan bahkan sudah sudah menula menularka rkanny nnyaa kepada kepada orang orang lain. lain. "Sebai "Sebaikny knya, a, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter. Virus Virus hepatit hepatitis is B diketa diketahui hui sebagai sebagai salah satu satu virus virus yang yang paling paling mudah mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab penyebab AIDS), dan diperkiraka diperkirakan n menginfeksi menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan gangguan sistem sistem kekebalan. kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapai tahap tahap hepatit hepatitis is akut, akut, sirosi sirosiss (penge (pengeras rasan an hati), hati), sampai sampai kemudi kemudian an mengak mengakibat ibatkan kan munculnya kanker hati. 3. Penyakit Penyakit polio. polio. Penyakit Penyakit ini disebab disebabkan kan virus, virus, menyebar menyebar melalui melalui tinja/koto tinja/kotoran ran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh. Poli Poliom omye yeli liti tiss atau atau Poli Polio, o, adal adalah ah peny penyak akit it para parali lisi siss atau atau lump lumpuh uh yang yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat dapat memasu memasuki ki aliran aliran darah darah dan mengal mengalir ir ke sistem sistem saraf saraf pusat pusat menyeb menyebabka abkan n melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa
15
Yuna Yunani ni
yait aitu
πολι πολιομ ομυ υελί ελίτις, τις,
atau atau
bent bentuk ukny nyaa
yang ang
lebi lebih h
mut mutakhi akhir r
πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul denga dengan n geno genome me RNA RNA sing single le stra strande nded d mess messen enge gerr mole molecu cule le.. Sing Single le RNA RNA ini ini membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1 (VP1-4 -4)) dan dan satu satu prot protei ein n keci kecill (Vpg) (Vpg).. Poli Polio o adal adalah ah peny penyak akit it menu menula larr yang yang dika dikate tego gori rika kan n
seba sebaga gaii
peny penyak akit it
pera perada daba ban. n.
Poli Polio o
menu menula larr
mela melalu luii
kont kontak ak
antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat amat menula menular. r. Virus Virus akan menyer menyerang ang sistem sistem saraf saraf dan kelump kelumpuha uhan n dapat dapat terjad terjadii dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi. Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non paralisis paralisis menyebabkan menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. sensitif. Terjadi kram otot otot pada pada leher leher dan punggung punggung,, otot otot terasa terasa lembek lembek jika jika disent disentuh. uh. -Poli -Polio o Parali Paralisis sis Spinal Spinal Jenis Strain poliovirus poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita penderita akan mengalami mengalami kelumpuhan. kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poli Poliovi oviru russ meny menyer eran ang g sara saraff tula tulang ng bela belaka kang ng dan dan neuro neuron n moto motorr -- yang yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
16
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring deng dengan an berk berkem emba bang ng biak biakny nyaa
viru viruss
dala dalam m
sist sistem em sara saraff
pusa pusat, t, viru viruss
akan akan
menghancurkan neuron motor. Neu Neuro ron n moto motorr tida tidak k memi memili liki ki kema kemamp mpua uan n rege regene nera rasi si dan dan otot otot yang yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), (perut), disebut disebut quadripl quadriplegia. egia.
-Polio -Polio Bulbar Bulbar Polio Polio jenis ini ini disebabkan disebabkan oleh oleh tidak
adan adanya ya keke kekeba bala lan n alam alamii sehi sehing ngga ga bata batang ng otak otak ikut ikut ters terser eran ang. g. Bata Batang ng otak otak mengan mengandung dung neuron neuron motor motor yang yang mengat mengatur ur pernap pernapasa asan n dan saraf saraf krania kranial, l, yang yang mengir mengirim im sinyal sinyal ke berbaga berbagaii otot otot yang yang mengont mengontrol rol perger pergerakan akan bola bola mata; mata; saraf saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah bernapas'' ke paru-paru. Pender Penderit itaa juga juga dapat dapat mening meninggal gal karena karena kerusa kerusakan kan pada pada fungsi fungsi penela penelanan nan;; korban dapat ''tenggelam ''tenggelam'''' dalam sekresinya sekresinya sendiri sendiri kecuali kecuali dilakukan dilakukan penyedotan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru paru-paru akan mengembang. mengembang. Dengan demikian demikian udara terpompa terpompa keluar masuk paru-
17
par paru. u. Infe Infeks ksii yang yang jauh jauh lebi lebih h para parah h pada pada otak otak dapa dapatt meny menyeb ebab abkan kan koma koma dan kematian. Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan tenggo tenggorok rokan) an) atau atau dari dari tinja tinja penderi penderita ta yang yang telah telah terinf terinfeks eksii selain selain itu juga juga dapat dapat menular melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh. Penularan Penularan terutama terutama sering sering terjadi terjadi langsung langsung dari manusia ke manusia manusia melalui melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut). Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penu larannya. Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya. 4. Peny Penyak akit it cam campa pak k (tam (tampek pek)) Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus virus yang yang sangat sangat menula menular, r, yang yang ditand ditandai ai dengan dengan demam, demam, batuk, batuk, konjun konjungti gtivit vitis is (peradangan (peradangan selaput ikat mata/konjungtiv mata/konjungtiva) a) dan ruam kulit. Penyakit Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak campak). ). Penula Penularan ran terjad terjadii melalu melaluii percik percikan an ludah ludah dari dari hidung, hidung, mulut mulut maupun maupun
18
tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan Kekebalan terhadap terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, vaksinasi, infeksi infeksi aktif dan kekebal kekebalan an pasif pasif pada pada seoran seorang g bayi bayi yang yang lahir lahir ibu yang yang telah telah kebal kebal (berla (berlangs ngsung ung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis con juctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dala Dalam m wakt waktu u 1-2 1-2 hari hari,, ruam ruam meny menyeba ebarr ke bata batang ng tubu tubuh, h, leng lengan an dan dan tung tungkai kai,, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu suhu tubuhny tubuhnyaa mencap mencapai ai 40° Celsiu Celsius. s. 3-5 hari hari kemudi kemudian an suhu suhu tubuhn tubuhnya ya turun, turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari. 5. Dift Difter eri, i, pert pertus usis is dan dan teta tetanus nus.. Dift Difter erii dise disebab babka kan n bakt bakter erii yang yang meny menyer eran ang g tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Difteri Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya berbahaya pada anak anak. Penyak Penyakit it ini mudah mudah menula menularr dan menyer menyerang ang teruta terutama ma daerah daerah salura saluran n pernaf pernafasa asan n bagia bagian n atas. atas. Penula Penularan ran biasan biasanya ya terjad terjadii melalu melaluii percik percikan an ludah ludah dari dari orang orang yang yang memb membaw awaa kuma kuman n ke oran orang g lain lain yang yang seha sehat. t. Sela Selain in itu itu penya penyaki kitt ini ini bisa bisa juga juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
19
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala Gejala utama utama dari dari penyak penyakit it difter difterii yaitu yaitu adanya adanya bentukan bentukan pseudo pseudomem membra bran n yang yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. tenggorokan. Disamping menghasilkan menghasilkan pseudomembran pseudomembran,, kuman ini juga juga mengha menghasil silkan kan sebuah sebuah racun racun yang yang disebu disebutt eksoto eksotoxin xin yang yang sangat sangat berbah berbahaya aya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net (www.blogdokter.net). ). Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menega menegang. ng. Penyak Penyakit it ini adalah penyak penyakit it infeks infeksii di mana mana spasme spasme otot tonik tonik dan hiperrefl hiperrefleksia eksia menyebabkan menyebabkan trismus trismus (lockjaw), (lockjaw), spasme otot umum, melengkungny melengkungnyaa punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org). Penyakit Penyakit tetanus disebabkan disebabkan oleh bakteri bakteri Clostridi Clostridium um tetani yang terdapat terdapat di tanah, tanah, kotora kotoran n hewan, hewan, debu, debu, dan sebagai sebagainya nya.. Bakter Bakterii ini masuk ke dalam dalam tubuh tubuh manu manusi siaa mela melalu luii luka luka yang yang terc tercem emar ar koto kotora ran. n. Di dala dalam m luka luka bakt bakter erii ini ini akan akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf. UNICEF UNICEF (Unit (United ed Nation Nationss Childr Children’ en’ss Fund/D Fund/Dana ana PBB untuk untuk Anak-A Anak-Anak) nak) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril steril;; mereka mereka juga juga beresi beresiko ko ketika ketika alat-al alat-alat at yang yang tidak tidak bersih bersih digunak digunakan an untuk untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka luka bekas bekas potong potongan an (www.u (www.unic nicef. ef.org org). ). Angka Angka kemati kematian an yang yang diakib diakibatk atkan an oleh oleh tetanus berkisar antara 15-25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem sistem pernapasan pernapasan yang melibatkan melibatkan pita suara (larinks), (larinks), trakea dan bronkial. bronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan
20
batuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id (www.warmasif.co.id). ). Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
2.3 Imuisasi MMR
2.3.1 Defenisi Imunis Imunisasi asi MMR adalah adalah imunis imunisasi asi kombin kombinasi asi untuk untuk mencega mencegah h penyaki penyakitt Campak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. dilemahkan. Semula vaksin vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapa beberapa tahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri dari viru viruss hidu hidup p Camp Campak ak galu galurr Edmo Edmont nton on atau atau Schw Schwar arzz yang yang tela telah h dile dilema mahka hkan, n, Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan dan Antigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.
2.3.2 Tujan Tuju Tujuan an dibe diberi rika kanny nnyaa imun imunis isas asii MMR MMR ini ini adal adalah ah untu untuk k menc mencega egah h atau atau mengur mengurang angii terjad terjadiny inyaa infeks infeksii pada pada anak yang yang diseba disebabkan bkan penyak penyakitit-pen penyak yakit, it, gondongan dan rubela.
2.3.3 Efek Samping Beberapa Beberapa ahli memang ada yang mengkhawatirka mengkhawatirkan n dengan pemberian pemberian MMR ini, ini, dapat dapat memb member erik ikan an auti autism smee yang yang dise disebab babka kan n pelar pelarut ut MMR MMR meng mengan andun dung g Tiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti. Seperti yang dikemukakan Andrew Wakefield tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampel yang diteliti hanya pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap
21
aman aman untuk untuk diberi diberikan kan pada pada anak anak mengin mengingat gat pentin pentingny gnyaa imuni imunisas sasii ini terhad terhadap ap perlindungan anak,” ungkapnya. Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian imunisasi rube rubela la.. Rubel Rubelaa adal adalah ah peny penyak akit it yang yang cuku cukup p berba berbahay hayaa apabi apabila la terj terjadi adi diaw diawal al kehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa, kelahiran prematur, dan cacat bawaan. Apabil Apabilaa cacat cacat dari dari lahir lahir,, bayi bayi dapat dapat mengal mengalami ami cacat cacat dalam dalam bentuk, bentuk, tuli, tuli, kelainan mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi mental. “Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubela sejak kecil, sehing sehingga ga dihara diharapkan pkan penyak penyakit it terseb tersebut ut tidak tidak akan akan terjad terjadii pada bayi bayi yang yang akan akan dilahirkan.
2.4 Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.
2.4.1 Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa? Campak biasa, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun. Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek pilek dan demam tinggi. tinggi. Yang membedakan, membedakan, bercak merah pada rubela rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3 hari hari.. Geja Gejala la lain lain,, umum umumny nyaa nafs nafsu u makan makan anak anak akan akan menu menuru run n kare karena na terj terjadi adi pembengkakan pada limpa. Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan dilahirkan akan mengalami mengalami sindrom sindrom rubela rubela kongenital kongenital dengan kelainan-kel kelainan-kelainan, ainan,
22
misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan. Setiap Setiap anak anak peremp perempuan uan harus harus mendapa mendapatt vaksina vaksinasi si rubela rubela.. Hal ini untuk untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.
2.4.2 Tidak Adanya Hubungan Antara Terjadinya Autisme Autisme Dengan Imunisasi Mmr 1. Akhir-akhir Akhir-akhir ini ini pada sebagian sebagian masyarak masyarakat at tersebar tersebar informas informasii tentang tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR (Measles, Mumps, Rubella). 2. Imunisasi Imunisasi adalah adalah pemberian pemberian vaksin vaksin pada pada tubuh tubuh seseorang seseorang dengan dengan tujuan tujuan untuk untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah berhas berhasil il menuru menurunka nkan n angka angka kesaki kesakitan tan dan angka angka kemati kematian an dari dari berbaga berbagaii penyak penyakit it menula menular. r. Progr Program am Imunis Imunisasi asi di Indones Indonesia ia mencaku mencakup p antara antara lain lain pember pemberian ian vaksin vaksin untuk untuk mening meningkat katkan kan kekebal kekebalan an bayi bayi terhad terhadap ap penyaki penyakitt tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), poliom poliomyel yeliti itiss (vaksi (vaksin n Polio) Polio),, campak campak (vaksi (vaksin n Campak) Campak),, dan hepati hepatitis tis B (vaksin Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksin TT) dan peningkatan peningkatan kekebalan anak sekolah sekolah dasar terhadap penyakit penyakit difteri difteri dan tetanus (vaksin DT). 3. Autisme Autisme adalah adalah gangguan gangguan petumbuhan petumbuhan anak anak yang yang kronik kronik dengan dengan gejala gejala utama utama ganggua gangguan n intera interaksi ksi sosial sosial,, komuni komunikas kasi, i, serta serta keterb keterbata atasan san perhat perhatian ian dan aktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun. 4. Vaksin Vaksin MMR merupak merupakan an vaksin vaksin yang diberika diberikan n kepada kepada anak dengan dengan maksud maksud untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan campak Jerman (German
23
measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis vaksin yang yang diguna digunakan kan dalam dalam Progra Program m Imunis Imunisasi asi Nasion Nasional. al. Vaksin Vaksin MMR yang yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah dilakukan evaluasi terhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju, vaksin MMR digunakan secara luas untuk imunisasi anak. 5. Keaman Keamanan an vaksin vaksin MMR telah telah dibuktik dibuktikan an dengan berbaga berbagaii peneli penelitia tian n di luar negeri. negeri. Penelitia Penelitian n yang dilakukan mencakup pengamatan pengamatan pasca pemasaran (post marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia. Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandia sejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR. Pemantauan dilakukan terhadap semua kejadian serius setelah imunisasi dan hasilnya menunjukkan tidak ada laporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR. Hasil tersebut sesuai dengan Specific hypothesis driven studies yang pernah dilakuk dilakukan an sebelu sebelumny mnya. a. Berdas Berdasark arkan an kajian kajian terseb tersebut ut diatas diatas,, Depart Departeme emen n Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada kait kaitan an anta antara ra keja kejadi dian an auti autism smee pada pada anak anak deng dengan an imun imunis isas asii MMR. MMR. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan Makanan Makanan,, dan Ikatan Ikatan Dokter Dokter Anak Indone Indonesia sia akan akan terus terus memant memantau au dan meng mengkaj kajii efek efekti tifi fita tass sert sertaa keam keaman anan an semu semuaa vaksi vaksin n yang yang digu digunak nakan an di Indonesia, termasuk vaksin MMR. Masyarakat dan segenap tenaga kesehatan di Indone Indonesia sia dihara diharapka pkan n tidak tidak perlu perlu khawati khawatirr mengena mengenaii keamanan keamanan vaksin vaksin MMR.
24
2.4.3 Imunisasi Penyebab Autis ? Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr Widodo Judarwanto SpA Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakin meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan Autis terjadi pada 60.000 – 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang. Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan Auti Autiss denga dengan n imun imunis isas asii anak anak.. Bany Banyak ak oran orang g tua tua meno menola lak k imun imunis isas asii kare karena na mendap mendapatk atkan an inform informasi asi bahwa bahwa bebera beberapa pa jenis jenis imunis imunisasi asi khusus khususnya nya kandung kandungan an Thim Thimer eros osal al dapat dapat meng mengaki akiba batk tkan an Auti Autis. s. Akib Akibat atny nya, a, anak anak tida tidak k mend mendap apat atkan kan perli perlindun ndungan gan imuni imunisas sasii untuk untuk menghi menghindar ndarii penyaki penyakit-p t-peny enyaki akitt justru justru yang yang lebih lebih berbahaya. Penyakit tersebut adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dan sebagainya. sebagainya. Banyak penelitian penelitian yang dilakukan dilakukan secara luas ternyata ternyata membuktika membuktikan n bah bahwa wa Autis Autis tidak tidak berka berkait itan an deng dengan an thim thimer eros osal al.. Mema Memang ng terd terdap apat at teor teorii atau atau kesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan berhubungan dengan thimerosal. Thimerosal atau Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenal sebagai sodium etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan ini digunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalam vaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya. Thimerosal yang merupakan derivat dari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri dan jamur dan mencegah kontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telah terbuka. Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasi pada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau pertusis ”whole-cell”. Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan thimerosal sebagai sebagai bahan pengawet vaksin yang multidosis multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur. jamur. Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet. Pada dosis tinggi, merkuri dan
25
meta metabo boli litn tnya ya
seper seperti ti etil etilme merk rkur urii
dan dan
meti metilm lmer erkur kurii
bersi bersifa fatt
nefro nefroto toks ksis is dan
neurutoksis. Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak, dan dapat merusak otak. WHO (Worls Health Organization), FDA (Food and Drug Administration), EPA (US Enviromenta Enviromentall Protectio Protection n Agency), Agency), dan ATSDR Amerika Amerika Serikat Serikat (Agency for Toxis Toxis Substa Substances nces and Diseas Diseasee Regist Registry ry)) mengel mengeluar uarkan kan rekome rekomenda ndasi si tentan tentang g batasan paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg berat bad badan/ an/ha hari ri.. Kandu Kandunga ngan n yang yang ada di dala dalam m vaksi vaksin n adala adalah h etil etilme merk rkur urii bukan bukan metilmerkuri. Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh, seki sekita tarr 1,5 1,5 jam, jam, sela selanj njut utny nyaa akan akan dibua dibuang ng mela melalu luii salu salura ran n cerna cerna.. Seda Sedangk ngkan an metilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh. Pendapat Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal Thimerosal : Terdapat Terdapat beberapa beberapa teori, teori, penelitian penelitian dan kesaksian kesaksian yang mengungkapkan mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan berhubungan dengan imunisasi imunisasi yang mengandung mengandung Thimerosal Thimerosal.. Toksisita Toksisitass merkuri merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yang tercemari limbah industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebut mencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi sekitar 1 mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik etilmerkuri dan metil merkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil merkuri. Hal ini menunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah otak. Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua dari seorang penderita Autisme bersama beberapa orang tua penderita Autis lainnya melakukan pengamatan terhadap imunisasi merkuri. Mereka bersaksi di depan US House of Representatif (MPR Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengan gejala gejala keracu keracunan nan merkur merkuri. i. Bebera Beberapa pa orang orang tua penderi penderita ta Autis Autis di Indone Indonesia siapun, pun, berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah diberi imunisasi Penelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal menyebabkan Autis Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkan Autis juga lebih banyak lagi. Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi di denmark seperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology
26
and Social Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic Psychiatric Research, Department of Psychiatric Demography, Psychiatric Hospital in Aarhus, Rissko Risskov, v, Nation National al Centre Centre for Regist Registerer-Bas Based ed Resear Research, ch, Univer Universit sity y of Aarhus, Aarhus, Aarhus Aarhus,De ,Denma nmark, rk, State State Serum Serum Instit Institute ute,, Depart Departmen mentt of Medici Medicine, ne, Copenha Copenhagen, gen, Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000. Mengamati Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis. Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitis secara secara bermakna. bermakna. Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengan tidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita Autis malah meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian Thimerazol dengan Autis. Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Hea lth and Community Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003 melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan dengan imunis imunisasi asi Thimer Thimerosa osal. l. Peneli Penelitia tian n terseb tersebut ut menyi menyimpu mpulka lkan n bahwa bahwa inside insiden n pemberian pemberian Thimerosal pada Autisme Autisme tidak menunjukkan menunjukkan hubungan hubungan yang bermakna. Geier DA dalam Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003, menungkapkan bahwa bahwa Thimer Thimerosa osall tidak tidak terbuk terbukti ti mengaki mengakibat batkan kan ganggua gangguan n neurodev neurodevelo elopme pment nt (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung. Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamanan thim thimer eros osal al pada pada vaksi vaksin n dan dan tida tidak k berp berpen engar garuh uh terh terhad adap ap gangg ganggua uan n gangg gangguan uan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan). Hvii Hviid d A dkk dkk dala dalam m lapo lapora ran n di maja majala lah h JAMA JAMA 2004 2004 meng mengun ungk gkap apka kan n penelitian terhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerima thimerosal thimerosal.. Ternyata Ternyata tidak didapatkan perbedaan perbedaan bermakna. bermakna. Disimpulka Disimpulkan n bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
27
Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkan tidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis. Pichichero Pichichero melakukan penelitian penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi diberi vaksin vaksin yang mengandung thimerosal thimerosal dan dibandingkan dibandingkan pada kelompok kelompok kontrol kontrol tanpa diberi thimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah, karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih ban banya yak k lagi lagi pene peneli liti ti mela melapo pork rkan an hasi hasill yang yang sama sama,, yait yaitu u thim thimer eros osal al tida tidak k mengakibatkan Autis. Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapa klinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitan Autis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka, akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya pad padaa anak anak.. Pene Peneli liti tian an dala dalam m juml jumlah ah besa besarr dan luas luas tent tentan ang g Thim Thimer eros osal al tidak tidak mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukkan seba sebab b akib akibat at.. Lapor Laporan an beber beberap apaa penel penelit itia ian n dan kasu kasuss juml jumlah ahny nyaa rela relati tiff tida tidak k ber berma makna kna dan dala dalam m popul populas asii yang yang keci kecil. l. Hany Hanyaa menu menunj njuk ukan an kemun kemungki gkinan nan hubungan hubungan tidak menunjukkan menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi institusi atau badan kesehatan kesehatan dunia yang bergengsi bergengsi pun telah telah mengeluarkan mengeluarkan rekomendasi rekomendasi untuk tetap meneruskan meneruskan pembe pemberia rian n imunis imunisasi asi MMR. MMR. Hal ini juga juga menamb menambah ah keyaki keyakinan nan bahwa bahwa memang memang Thimerosal dalam vaksin memang benar aman. Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan berkaitan dengan teori Metalotion Metalotionin. in. Metalothio Metalothionein nein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya didapatkan didapatkan adanya gangguan metabolism metabolismee metalotioni metalotionin. n. Gangguan Gangguan metabolism metabolismee tersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri
28
dll) dari tubuh anak autis. Gangguan itu mengakibatkan peningkatan logam berat dalam dalam tubuh tubuh yang yang dapat dapat menggan mengganggu ggu otak, otak, meskip meskipun un anak anak terseb tersebut ut meneri menerima ma merkuri dalam batas yang masih ditoleransi. Pada Pada anak anak seha sehatt bila bila mene meneri rima ma merk merkur urii dala dalam m bata batass tole tolera rans nsi, i, tida tidak k mengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logam berat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadi gangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa imunisasi yang mengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresiko Autis, tetapi tidak perlu dikawatirkan pada anak normal lainnya. Pene Peneli liti tian an atau atau penda pendapa patt beber beberap apaa kasu kasuss yang yang mend menduku ukung ng kete keterk rkai aita tan n Autisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Sangatlah bijaksana untuk untuk lebih lebih waspad waspada, a, bila bila anak anak sudah sudah mulai mulai tampak tampak ditemu ditemukan kan penyimp penyimpanga angan n perkembangan atau perilaku sejak dini. Dalam kasus tersebut untuk mendapatkan imunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu dengan dokter anak. anak. Mungki Mungkin n harus harus menund menundaa dahulu dahulu imunis imunisasi asi yang yang mengan mengandung dung thimer thimerosa osall sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan. Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autis sejak dini. Bila anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini terjadinya Autis maka tidak perlu kawatir kawatir untuk mendapatkan mendapatkan imunisasi imunisasi tersebut. tersebut. Kekawatiran Kekawatiran terh terhad adap ap imun imunis isas asii tanp tanpaa dida didasa sari ri pema pemaha hama man n yang yang baik, baik, akan akan meni menimb mbul ulka kan n permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi, beresiko terjadi akibat berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Bila anak terkena infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi
1. Jadwal Jadwal pemberi pemberian an Vaksin Vaksin Hepati Hepatitis tis B diberi diberikan kan dalam dalam satu satu seri seri yang terdiri terdiri dari 3 kali suntik. •
Pertam Pertamaa : Bila Bila ibu adalah adalah pembawa pembawa virus dalam dalam darahn darahnya, ya, maka maka vaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu
29
bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertama atau kedua. •
Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua dibe diberi rika kan n antar antaraa bula bulan n pert pertam amaa dan dan kedua kedua.. Bila Bila yang yang pert pertam amaa diberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
•
Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin per perta tama ma sebe sebelu lum m usia usia 1 bulan bulan.. Untu Untuk k yang yang mend mendapa apatk tkan an vaks vaksin in pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
•
Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.
•
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.
•
Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik, dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.
2. Jadwal Jadwal pemberi pemberian an Diberika Diberikan n sebaga sebagaii satu seri yang terdir terdirii dari 5 kali kali suntik. suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelu sebelum m masuk masuk sekola sekolah h (4 s/d 6 tahun) tahun).. Dianju Dianjurka rkan n untuk untuk mendap mendapatk atkan an vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahun atau atau pali paling ng lamb lambat at 5 tahu tahun n sete setela lah h imun imunis isas asii DTP DTP tera terakhi khir. r. Sete Setela lah h itu itu direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun. •
Resi Resiko ko yang yang mung mungki kin n timb timbul ul Seri Seringk ngkal alii pembe pemberi rian an vaksi vaksin n ini ini menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
•
Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh
30
secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak dibe diberi rika kan n danh danhan anya ya DT (dif (difte teri ri & teta tetanu nus) s) saja saja.. Bila Bila sete setela lah h mendapa mendapatka tkan n vaksin vaksin DTP (DTaP) (DTaP) timbu timbull gejala gejala sepert sepertii dibawa dibawah h kons konsul ulta tasi sika kan n denga dengan n dokt dokter er anak anak sebe sebelu lum m mend mendapa apatk tkan an vaksi vaksin n lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejangkejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah mengal mengalami aminya nya reaksi reaksi alergi alergi kesuli kesulitan tan makan makan atau atau gangguan gangguan pada pada mulut, mulut, tenggorok tenggorokan an atau atau muka muka panas panas badan badan lebih lebih dari dari 40 deraja derajatt Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelah imunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi •
Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak memberikan memberikan resep obat sebelum sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejalagejala seperti diatas.
3. HIB (Haemoph (Haemophilus ilus Influen Influenza za Tipe B) B) Jadwal Jadwal pemberian pemberian Diberik Diberikan an pada usia usia 2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan. •
Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampingan yang yang pernah pernah ditemu ditemukan, kan, kecuali kecuali kemera kemerah-m h-mera erahan han dan nyeri nyeri pada bagian bekas suntikan atau panas badan ringan.
•
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan ringan.. Bila Bila ada reaksi reaksi alergi alergi setela setelah h imunis imunisasi asi,, maka maka pember pemberian ian vaksin Hib berikutnya harus dihentikan.
•
Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badan ringan.
4. POLIO POLIO Jadwal Jadwal pember pemberian ian Diberi Diberikan kan pada usia usia 3 bulan, 4 bulan, bulan, 5 bulan, bulan, 12 s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang dua terakhir dengan OPV. Namun
31
apabila apabila tidak ada gangguan gangguan dianjurkan dianjurkan untuk mendapatkan mendapatkan vaksin semuanya semuanya secara IPV. Untuk itu konsultasikan dengan dokter anak anda mana yang terbaik untuk kasus anak anda. •
Resik esiko o yang ang mung mungki kin n timbu imbull Bagi Bagi anda anda yang ang bel belum per pernah nah menda mendapa patk tkan an imuni imunisa sasi si poli polio o pada pada saat saat bali balita ta dian dianju jurk rkan an untuk untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang terkandung dalam vaksin OPV ke anda.
•
Menund Menundaa pember pemberian ian Apabil Apabilaa anak memili memiliki ki ganggua gangguan n kekeba kekebalan lan tubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi. Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius serius terhadap terhadap antibiotika antibiotika neomycin atau streptomycin. streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
•
Setela Setelah h pember pemberian ian Untuk Untuk IPV, IPV, sering sering menimb menimbulk ulkan an panas panas badan badan ringan ringan dan nyeri nyeri atau atau kemera kemerah-m h-mera erahan han di sekita sekitarr bekas bekas suntik suntikan. an. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.
5. BCG Jadwal pemberian pemberian Diberikan Diberikan satu kali pada usia 2 bulan. bulan. •
Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin ini.
•
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan.
•
Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
6. MMR / CAMPAK CAMPAK Jadwal Jadwal pemberi pemberian an Diberikan Diberikan sebagai sebagai satu satu seri yang terdir terdirii dari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
32
•
Resiko Resiko yang yang mungki mungkin n timbul timbul Jarang Jarang sekali sekali timbu timbull masala masalah h serius serius akibat vaksin ini.
•
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atau sedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
•
Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius. Tabel jadwal imunisasi umum JADWAL PEMBERIAN
JENIS VAKSIN
Waktu Lahir
BCG, HEPATITIS B (DOSIS I)
Umur 1 bulan
HEPATITIS B (DOSIS II)
Umur 2 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS I)
Umur 3 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS II)
Umur 4 bulan
DPT dan POLIO (DOSIS III)
Umur 5 bulan
POLIO (DOSIS IV)
Umur 6 bulan
HEPATITIS (DOSIS III)
Umur 9 bulan
CAMPAK
Umur 15 bulan
MMR
Umur 18 bulan
DPT (DOSIS IV), POLIO (DOSIS V)
Kelas 1 SD
DT (DOSIS I dan II)
33
BAB III PENUTUP
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuh yang yang akan melind melindung ungii anak anda dari dari penyak penyakit it-pen -penyak yakit it sebaga sebagaii beriku berikut: t: polio, polio, campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan). Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian kematian anak-anak anak-anak yang ditimbulkan ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.
3.1 kesimpulan
Imuni Imunisa sasi si bert bertuj ujuan uan untu untuk k mera merang ngsa sang ng syst system em imun imunol olog ogii tubu tubuh h untu untuk k membent membentuk uk antibo antibody dy spesif spesifik ik sehing sehingga ga dapat dapat melind melindung ungii tubuh tubuh dari dari serang serangan an penyakit. (Musa, 1985). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”. Berd Berdas asar arkan kan hasil hasil penel penelit itia ian n Ibra Ibrahi him m (199 (1991) 1),, meny menyat ataka akan n bahw bahwaa bila bila imunis imunisasi asi dasar dasar dilaks dilaksana anakan kan dengan dengan lengka lengkap p dan teratu teratur, r, maka maka imunis imunisasi asi dapat dapat menguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali) pada waktu waktu anak berusia berusia kurang kurang dari dari 11 bulan. bulan. Imunis Imunisasi asi dasar dasar yang yang tidak tidak lengka lengkap, p, maksimal maksimal hanya dapat memberikan memberikan perlindungan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi.
34
Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan pertusis dimulai sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan memberikan perli perlindun ndungan gan mendeka mendekati ti 100% sampai sampai anak berusi berusiaa 1 tahun. tahun. Imunis Imunisasi asi campak campak dibe diberi rika kan n 1 kali kali akan akan memb member erik ikan an perl perlin indu dung ngan an seum seumur ur hidu hidup. p. Imun Imunis isas asii poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan 4 kali. (Ibrahim, 1991). Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu satu denga dengan n pene peneri rima ma lain lainny nya. a. Efek Efek samp sampin ing g imun imunis isas asii yang yang diken dikenal al sebag sebagai ai Keja Kejadi dian an
Ikut Ikutan an
Pasc Pascaa
Imun Imunis isas asii
(KIPI KIPI))
atau atau
Adve Advers rsee
Even Events ts Foll Follow owin ing g
Immunizati Immunization on (AEFI) (AEFI) adalah adalah suatu suatu kejadian kejadian sakit yang terjadi terjadi setelah setelah menerima menerima imunisasi imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. imunisasi. Penyebab kejadian ikutan ikutan pas pasca ca imun imunis isas asii terb terbag agii atas atas empa empatt maca macam, m, yait yaitu u kesal kesalah ahan an prog progra ram/ m/te tehn hnik ik pel pelak aksa sana naan an imuni imunisa sasi si,, induk induksi si vaksi vaksin, n, fakt faktor or kebet kebetul ulan an dan peny penyeba ebab b tidak tidak diketa diketahui hui.. Gejala Gejala klinis klinis KIPI KIPI dapat dapat dibagi dibagi menjad menjadii dua yaitu yaitu gejala gejala lokal lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.
3.2 Saran
1. Tingka Tingkatt pendid pendidika ikan n ibu tidak tidak mempuny mempunyai ai pengaruh pengaruh yang yang signif signifika ikan n terhad terhadap ap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. 2. Jarak rumah rumah ke Puskesa Puskesamas mas tidak tidak mempunyai mempunyai pengaru pengaruh h terhadap terhadap kelengkapa kelengkapan n imunisasi dasar pada bayi. 3. Peng Penget etah ahua uan n
ibu ibu
memp mempun unya yaii peng pengar aruh uh posi positi tip p terh terhad adap ap kele keleng ngka kapa pan n
imunisasi dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat manfaat imunisasi imunisasi akan berpengaruh berpengaruh meningkatka meningkatkan n kelengkapan kelengkapan imunisasi imunisasi dasar pada bayi.
35
4. Motiva Motivasi si ibu mempun mempunyai yai pengaruh pengaruh positip positip terhadap terhadap kelengkapa kelengkapan n imunis imunisasi asi dasar. Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
5. Tenaga Tenaga Keseh Kesehata atan n
Berupay Berupayaa untuk untuk mening meningkat katan an pengeta pengetahuan huan ibu ibu tentan tentang g
manf manfaat aat imun imunis isas asii dasa dasarr bagi bagi bayi bayi sehi sehingg nggaa ibu ibu yang yang memp mempuny unyai ai bayi bayi beru erusaha
meningkatkan
kel kelengka gkapan
imuni unisasi
bayi
melalui alui
penyuluhanpenyuluhan di masyarakat. 6. Beru Berupa paya ya untuk untuk meni mening ngkat katan an moti motivas vasii ibu ibu denga dengan n memb member erik ikan an info inform rmas asii tentan tentang g imuni imunisas sasii dengan dengan tujuan tujuan untuk untuk mening meningkat katkan kan keseha kesehatan tan bayi bayi dan meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi. 7. Ibu Ibu yang yang memp mempun unya yaii bayi bayi Agar Agar lebi lebih h meni meningk ngkat atkan kan penge pengeta tahua huan n tent tentang ang manfaat imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalam meningkatkan kesehatan bayi dan keluarganya 8. Peneli Peneliti ti selanjut selanjutnya nya Diharapk Diharapkan an dapat dapat menambah menambah jumlah jumlah responde responden, n, lebih lebih mespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan variabel bebas yang baru, dsb. 9. Dihara Diharapkan pkan peneliti peneliti selanju selanjutny tnyaa agar agar meneli meneliti ti dengan dengan menggunak menggunakan an metode metode eksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan. 10. Dapat menjadi informasi informasi dan data sekunder sekunder dalam pengembangan penelitian penelitian selanjutnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Agun Agung, g, I Gus Gusti Ngur Ngurah ah,, 2001 2001.. Stati atisti stika Anal Analis isis is Hubu Hubung ngan an Kaus Kausal al Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. 2. http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n1-02.pdf 3. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4 4. http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yangmempengaruhinya/ 5. http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm 6. http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yangdiawajibkan-dan-dianjurkan/ 7. http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13 8. http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imuni sasi.pdf 9. www.google.com
37