BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar-bangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung
berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Globalisasi telah merambah hampir di semua sektor kehidupan masyarakat, baik itu bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek),
budaya,
pendidikan,
dan
lain-lain.
Globalisasi
merupakan sesuatu proses alamiah yang timbul serta merta akibat kompleksitas dan heterogenitas hubungan antar- manusia sebagai makhluk sosial, akibat penemuan alat-alat teknologi modern. Walaupun istilah ‘globalisasi’ telah menjadi suatu kosakata yang klasik, tetapi suka atau tidak suka, masyarakat di seluruh pelosok dunia sekarang ini telah hidup dalam suatu habitat yang global, transparan, tanpa batas, saling kait mengkait (linkage), dan saling ketergantungan (interdependence). 1.1 Ciri globalisasi Berikut ini beberapa
ciri
yang
menandakan
semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia: a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet
menunjukkan
bahwa
komunikasi
global
terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal b.
dari budaya yang berbeda. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
c.
Organization (WTO). Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d.
Meningkatnya
masalah
bersama,
misalnya
pada
bidang
lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lainlain. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa
kita
pada
globalisme,
sebuah
kesadaran
dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah “dunia yang harus berubah tanpa terkendali” yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai “zaman transformasi social”. 1.2 Teori globalisasi Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu: a. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan
yang
memiliki
konsekuensi
nyata
terhadap
bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat
sama
mengenai
konsekuensi
terhadap
proses
tersebut. i. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang ii.
toleran dan bertanggung jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu
yang
benar
kemudian b.
dipermukaan.
membentuk
Beberapa
kelompok
dari
untuk
mereka
menentang
globalisasi (antiglobalisasi). Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesarbesarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap
c.
lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi
seharusnya
dipahami
sebagai
"seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika
hal
dikendalikan.
tersebut
negatif
atau,
setidaknya,
dapat
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Globalisasi 2.1.1 Sejarah Globalisasi Banyak
sejarawan
yang
menyebut
globalisasi
sebagai
fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya,
nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku
serta
pasar
juga
memunculkan
berbagai
perusahaan
multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka,
perusahaan-perusahaan
Eropa
membuka
berbagai
cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya
komunisme
seakan
memberi
pembenaran
bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai
pasar
yang
bebas.
Hal
ini
didukung
pula
dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur. 2.2 Menjadi Masyarakat Global Masyarakat luas termasuk para praktisi perubahan sosial untuk keadilan sosial dewasa ini tengah menunggu lahirnya paradigma baru
yang menjadi alternatif terhadap paradigma dominan perubahan sosial modernisasi dan pembangunan serta alternatif terhadap globalisasi. Paradigma modernisasi dan pembangunan sebagai suatu teori perubahan sosial dominan dewasa ini semakin tanpa kontrol yang berarti dari pesaing tradisional mereka yakni paham sosialisme dan mereka yang menganut tradisi pemikiran dan teori kritis. Belum lagi para teoritisi kritis berhasil menemukan alternatif teori terhadap dominasi paham modernisasi dan pembangunan, ternyata teori pembangunan dewasa ini seperti diduga orang sebelumnya tengah merubah diri menuju kepuncak kekuasaan mereka melalui bentuk baru dengan penciptaan system tata dunia ekonomi dan politik baru, yakni berupa apa yang dikenal dengan globalisasi, sebagai proses untuk mengintegrasikan ekonomi nasional kedalam ekonomi global, seperti yang
dikehendaki
TNCs
dengan
menggunakan
kesepakatan-
kesepakatan dalam WTO serta difasilitasi oleh lembaga keuangan global IMF dan Bank Dunia. Mengutip Till Bastian, dengan mengisahkan perjalanan Vasco da Gama dan Christopher Columbus dari dunia Barat (Eropa) ke dunia luar Barat
limaratus
tahun
lalu,
Sindhunata
mengungkapkan
bahwa
globalisasi dapat dipahami secara sinis sebagai “pembaratan dunia di luar Barat”, atau perdagangan dunia yang dikuasai Barat. Yang mana dimulai justru pada saat Vasco da Gama dan Christopher Columbus melakukan perjalanan tersebut. Dan bila pelayaran tersebut dianggap sebagai awal Globalisasi, maka terlihat sudah, bahwa secara historis globalisasi itu sudah berlangsung lama, jauh sebelum istilah globalisasi itu sendiri ditemukan. Sehingga Joe Arun secara ekstrim menyebut bahwa globalisasi adalah “a trendy term for an old process”. Sehingga dari sini nampak bahwa globalisasi bukanlah soal perdagangan bebas, tapi juga soal pandangan hidup yang meremehkan dari mereka yang kuat terhadap mereka yang lemah. Globalisasi bukan
soal yang perlu disoroti dari segi keadilan ekonomis semata. Lebih dari itu,
secara
historis
globalisasi
tampaknya
perlu
dikritik
sebagai
paradigma dari mereka yang kuat dan berkuasa (Barat), yang telah berabad-abad lamanya tak pernah bisa membebaskan diri dari nafsu untuk menjarah dan menjajah negara-negara miskin. Walaupun seringkali Era globalisasi ini dipahami sebagai era globalisasi
Kapitalisme
Liberal
atau
dengan
kata
lain
era
Neo
Kapitalisme, yang berbeda dengan era Kapitalisme yang merujuk pada suatu “mode Produksi” dimana kapital dalam berbagai bentuknya adalah sebagai sarana produksi yang prinsipil. Namun pemahaman tersebut tidaklah cukup. Apalagi bila perlawanan kritis terhadap globalisasi hanya datang dari segi politis atau ekonomis. Karena globalisasi telah menjadi paradigma, maka wacana tentang globalisasi juga harus bersifat paradigmatis. Dengan kata lain, kita dapat membela diri secara sepadan terhadap tekanan globalisasi bila kita juga mampu untuk kritis terhadap globalisasi di tingkatnya yang paradigmatis. Sebab perlu diingat pula bahwa di kalangan pemikir Barat dewasa ini, di samping sebagai realitas ekonomis, globalisasi juga dimengerti dan kemudian dikritisi sebagai paradigma. Sementara ini
kalangan teoritisi sosial kritis
belum mampu
melahirkan alternatif teori untuk menghadang globalisasi sebagai bentuk dari Neo kapitalisme ini. Akibatnya, gerakan sosial (social movement) dan gerakan masyarakat sipil (civil society) belum mampu secara
efektif melakukan praktik
perubahan sosial seperti yang
diharapkan. 1.
Gerakan Pro-Globalisasi Pendukung globalisasi (sering juga
disebut dengan pro-
globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan
dan
kemakmuran
ekonomi
masyarakat
dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan
oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan
negara
lain
saling
bergantung
dan
dapat
saling
menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan
transaksi
pertukaran
sesuai
dengan
keunggulan
komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien
dan
bermutu
tinggi)
sementara
Indonesia
memiliki
keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan
faktor-faktor
produksinya
untuk
memaksimalkan
produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya. Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan
biaya
produksi
barang
impor
sehingga
sulit
menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan sehingga permintaan
dilakukannya
harga akan
kebijakan
barang-barang meningkat.
perdagangan
dapat
Karena
ditekan,
permintaan
bebas
akibatnya meningkat,
kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya. Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya
dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan -- menurut mereka -- mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia. 2.
Gerakan Antiglobalisasi Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur
perdagangan
antar
negara
seperti
Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). "Antiglobalisasi"
dianggap
oleh
sebagian
orang
sebagai
gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya. Namun,
orang-orang
yang
dicap
"antiglobalisasi"
sering
menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya. 2.3 Manfaat dan Kerugian dari Organisasi yang meng-global 2.3.1 a.
Manfaat globalisasi Produksi global dapat ditingkatkan Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih
efesien,
output
dunia
bertambah
dan
masyarakat
akan
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan. b.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
c.
Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
d.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman
kebanyakan
dihadapi
oleh
negara-negara
berkembang. e.
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta
domestik.
Perusahaan
domestik
ini
seringkali
memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
2.3.2 Kerugian globalisasi a.
Menghambat pertumbuhan sektor industri Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
b.
Memperburuk neraca pembayaran Globalisasi
cenderung
menaikkan
barang-barang
impor.
Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap
neraca
pendapatan
pembayaran
faktor
produksi
adalah
dari
luar
pembayaran negeri
neto
cenderung
mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi
ke
berkembangnya
luar
negeri
ekspor
semakin
dapat
meningkat.
berakibat
buruk
Tidak
terhadap
neraca pembayaran. c.
Sektor keuangan semakin tidak stabil Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang
akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar
negeri,
neraca
pembayaran
cenderung
menjadi
bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek
buruk
kepada
kestabilan
kegiatan
ekonomi
secara
keseluruhan. d.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosialekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
2.4 Melakukan Bisnis dalam Lingkungan Global 1.
Perkembangan Konsep dan Pandangan terhadap Mutu JM Juran melihat konsep mutu dari dua sudut pandang. Pertama adalah
dari
kekurangan
segi
penampilan
(defisiensi).
dan
Suatu
kedua
adalah
produk
yang
dari
segi
mempunyai
penampilan memuaskan (excellent), dinilai sebagai sebuah produk bermutu. Demikian juga jika memiliki sedikit defisiensi, maka produk tersebut dinilai sebagai produk bermutu. 2. Perkembangan Pemikiran, Paradigma, dan Pengawasan Mutu Konsep
dasar
yang
sangat
menentukan
perkembangan
dan
kemajuan mutu itu sendiri, yaitu Quality Thinking dan Quality
Paradigms. Quality Thinking atau cara berpikir tentang mutu, secara tradisional diartikan oleh mutu yang masih berbicara produk dan bersifat teknis, tergantung inspektor, dituntun oleh para ahli (Experts), membutuhkan pengawasan dan memerlukan biaya yang lebih tinggi. Sedangkan Quality paradigms (paradigma Mutu) secara konvensional berkisar pada melakukan pemeriksaan mutu, peningkatan mutu berarti peningkatan biaya, berorientasi prosedur, tanggung jawab secara departementalisasi, memenuhi kebutuhan pelanggan, fokus pada pabrik dan yang paling menonjol adalah peningkatan mutu dianggap merupakan pekerjaan orang lain dan memerlukan biaya tinggi. 3. ISO 9000 ISO 9000 adalah suatu standar sistem manajemen mutu yang memfokuskan pada penerimaan dunia internasional (world wide acceptance). ISO 9000 juga merupakan prasyarat untuk melakukan bisnis
dengan
Eropa.
ISO
9000
menyediakan
infrastruktur
manajemen mutu yang baku dan terpadu, serta dapat diaplikasikan dalam keadaan dan situasi bagaimanapun. ISO 9000 memuat konsep kegunaan yang meliputi ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, dan ISO 9004. 4. CE “Mark” Conformitee Europene “Mark” merupakan bagian dari kerangka penilaian kecocokan Uni Eropa yang komprehensif. Ini merupakan tanda bahwa suatu produk sudah disertifikasi dan memenuhi persyaratan lingkungan, kesehatan dan keselamatan (environment, health and safety requirement). Ada beberapa tahap yang harus dilalui agar suatu produk mendapat CE “Mark”: 1.
Produk
tersebut
harus
sesuai
ditetapkan dalam instruksi UE.
dengan
persyaratan
yang
2.
Telah mendapat sertifikasi ISO 9000 (ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, atau ISO 9004) apabila sistem manajemen mutu produk
3.
tersebut diwajibkan menurut instruksi UE. Dokumentasi setiap uji data harus sesuai dengan persyaratan
4.
UE. Sertifikat CE “Mark” yang dikeluarkan selama ini ada dua tipe yaitu pernyataan sepihak dan pernyataan pihak ketiga. Dalam pernyataan
sepihak,
perusahaan
yang
bersangkutan
mengumumkan sendiri yang belum tentu dapat diterima oleh orang lain. Pada pernyataan pihak ketiga, ada CE dan nomor 5.
identifikasi dari badan yang mensertifikasi. ISO 14000 ISO 14000 adalah suatu sistem standarisasi manajemen baik standarisasi produk maupun proses yang dikaitkan langsung dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup menjadi penting karena perhatian dunia terhadap lingkungan hidup sangat tinggi. ISO 14000 mencakup sistem pengelolaan lingkungan, investigasi dan auditing yang berkaitan dengan lingkungan, pelabelan produk ramah lingkungan, evaluasi untuk kerja lingkungan, pengkajian siklus hidup dan pendefinisian
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas
teritorial
negara.
Globalisasi
perekonomian
mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional
akan
semakin
erat.
Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga
membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: 1.
Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.
Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai
contoh,
PT
Telkom
dalam
memperbanyak
satuan
sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca negara. 3.
Globalisasi
tenaga
kerja.
Perusahaan
global
akan
mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. 4.
Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia
karena
TV,radio,media
kemajuan cetak
dll.
teknologi, Dengan
antara
jaringan
lain
melalui:
komunikasi
yang
semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global. 5.
Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi
sebuah
perdagangan
intensifikasi
internasional.
secara
cepat
Misalnya,
secara
dalam nyata
investasi
dan
perekonomian
nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia. 2.5 Peraturan dalam Organisasi Bisnis dalam Lingkungan Global Cara pengorganisasian dan pengelolaan perusahaan yang telah dilakukan oleh perusahan-perusahan yang cukup ternama antara lain adalah : a. b. c. d.
Pengubahan struktur organisasi. Pemberdayaan Pegawai. Organisasi yang datar makin menjadi norma umum. Kerja semakin dirancang dalam bentuk “teams”, ketimbang terspe-
e. f. g.
sialisasi dalam satu fungsi saja. Landasan kekuatan perusahaan berubah. Manajer masa kini harus mampu membangun komitmen. Orientasi pada “human-capital” Peranan hukum dalam pembangunan ekonomi dan modernisasi
masih saja diperdebatkan. Perdebatan ini merupakan sebagian dari perdebatan masyarakat.
yang
lebih
Lembaga
luas,
tentang
hukum
adalah
peranan salah
hukum di
dalam
satu
antara
di
lembaga/pranata-pranata sosial, seperti juga halnya keluarga, agama, ekonomi, perang atau lainnya. Hukum
bagaimanapun
sangat
dibutuhkan
untuk
mengatur
kehidupan bermasyarakat di dalam segala aspeknya, apakah itu kehidupan sosial, kehidupan politik, budaya, pendidikan apalagi yang
tak
kalah
pentingnya
adalah
fungsinya
atau
peranannya
dalam
mengatur kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi inilah justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain pihak sehingga konflik antara sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi. Namun demikian berdasarkan pengalaman umat manusia sendiri, peranan hukum tersebut haruslah terukur sehingga tidak mematikan inisiatif dan daya kreasi manusia yang menjadi daya dorong utama dalam pembangunan ekonomi. Oleh karenanya timbul pertanyaan sampai sejauh mana hukum harus berperan, dengan cara bagaiamana hukum
itu
harusnya
berperanan
dan
kepada
siapa
hukum
itu
mendelegasikan peranannya dalam kegiatan nyata dari peri kehidupan ekonomi warganya. Hal yang terakhir ini perlu diperjelas karena hukum itu sendiri merupakan adagium yang abstrak meskipun dinyatakan dalam simbolsimbol bahasa yang lebih dapat bersifat aktif dan nyata bila dilakukan oleh suatu institusi atau lembaga yang ditunjuknya. Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju menempuh
pembangunanannya
melalui
tiga
tingkat:
unifikasi,
industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integtarsi politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi politik. Akhirnya dalam tingkat ketiga, tugas negara yang terutama adalah melindungi
rakyat
dari
sisi
negatif
industrialisasi,
membetulkan
kesalahan pada tahap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat-tingkat
tersebut
dilalui
secara
berurutan
(consecutive) dan memakan waktu relatif lama. Persatuan Nasional
adalah prasyarat untuk memasuki tahap industrialisasi. Industrialisasi merupakan jalan untuk mencapai negara kesejahteraan. Revolusi industri terus berjalan tanpa henti berkat penemuanpenemuan yang ditunjang oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Mula-mula revolusi industri yang bersifat maknistis seperti penemuan mesin uap yang mengantarkan Inggris ke abad Revolusi industri, kemudian penemuan listrik, kemudian akhir-akhir ini mulai dengan revolusi bioteknologi yang dapat menciptakan produk-produk pertanian dan kloning pada hewan. Semua perubahan ini tidak mungkin terjadi bilamana manusia tidak mempunyai kesempatan dan keluasan untuk berpikir dan berkreasi. Karenanya diperlukan aturan yang mengatur bagaimana manusia agar bisa
melaksanakan
kegiatannya
dengan
aman,
tidak
saling
mengganggu atau bahkan saling menghancurkan sehingga kesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi terhambat. Dengan demikian kita kembali kepada peranan hukum untuk melindungi, mengatur dan merencanakan kehidupan ekonomi sehingga dinamika kegiatan ekonomi itu dapat diarahkan kepada kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Aquinas dalam Suma Theologica. Hukum bukan hanya bisa membatasi dan menekan saja, akan tetapi juga memberi kesempatan bahkan mendorong para warga untuk menemukan berbagai penemuan yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi negara. Berbagai penemuan dan kemajuan itu bahkan dilindungi dengan undang-undang negara tentang HAKI dengan tujuan untuk merangsang penemuan lebih canggih lagi. Fungsi hukum dan peranan ahli hukum biasanya berhubungan erat satu sama lain, sekalipun keduanya tidak perlu saling berkaitan atau saling tergantung. Hukum dapat dibuat -dan pada dekade belakangan ini kerapkali dibuat- oleh para pemimpin politik yang tidak terdidik
ataupun yang tidak menaruh perhatian terhadap bidang itu sebagai disiplin ilmu pengetahuan atau ideologi. Pada dasarnya setiap kegiatan atau aktivitas manusia perlu diatur oleh suatu instrumen yang disebut sebagai hukum. Hukum disini direduksi pengertiannya menjadi perundang-undangan yang dibuat dan dilaksanakan
oleh
negara.
Sepanjang
sejarah
terdapat
berbagai
pemikiran tentang seberapa jauh negara atas nama hukum harus terlibat dalam kegiatan ekonomi warganya. Peraturan perundang-undangan merupakan hukum modern yang hanya dikenal dalam masyarakat modern. Hukum modern sangat berbeda dengan aturan yang dikenal dalam masyarakat tradisional dimana aturan berkembang seolah tanpa tujuan tertentu dan tidak memerlukan lembaga formal untuk membuatnya. Perkembangan yang mandiri dari perusahaan multinasional, kerap kali diramalkan adalah perkembangan suatu badan yang benar-benar tanpa kebangsaan, dan benar-benar mandiri. Peradaban dunia yang kemudian
menjadi
hukum
internasional
turut
mempengaruhi
pembangunan hukum nasional dan sistem perekonomian negara berkembang, seperti halnya Indonesia. Ekonomi global sebenarnya sudah terjadi sejak lama, masa perdagangan rempah-rempah, masa tanaman paksa dan masa dimana modal swasta Belanda Zaman Kolonial dengan buruh paksa pada jaman Jepang. Pada ketiga periode tersebut hasil bumi Indonesia sudah sampai ke Eropah dan Amerika. Sebaliknya impor tekstil dan barang-barang manufaktur, betapun sederhananya telah berlangsung lama. Ekonomi global sekarang ini adalah manifestasi yang baru dari pembangunan kapitalisme sebagai sistem ekonomi internasional. Manakala
ekonomi
menjadi
terintegrasi,
harmonisasi
hukum
mengikutinya. Terbentuknya WTO (World Trade Organization) telah didahului
oleh
terbentuknya
blok-blok
ekonomi
regional
seperti
Masyarakat Eropah, APEC. Tidak ada kontradiksi antara regionalisasi dan
globalisasi
perdagangan.
Sebaliknya
integrasi
ekonomi
global
mengharuskan terciptanya blok-blok perdagangan baru. Berdagang dengan
WTO
dan
kerjasamanya
ekonomi
regional
berarti
mengembangkan institusi yang demokratis, memperbaharui mekanisme pasar, dan memfungsikan sistim hukum. Perkembangan
dalam
teknologi
dan
pola
kegiatan
ekonomi
membuat masyarakat di dunia semakin saling bersentuhan, saling membutuhkan, dan saling menentukan nasib satu sama lain, tetapi juga saling bersaing. Hal ini secara dramatis terutama terlihat dalam kegiatan perdagangan dunia, baik di bidang barang-barang (trade in goods), maupun di bidang jasa (trade in services). Saling keterkaitan ini memerlukan adanya kesepakatan mengenai aturan main yang berlaku. Aturan main yang diterapkan untuk perdagangan internasional adalah aturan main yang berkembang dalam sistem WTO. Bagaimanapun juga karakteristik dan hambatannya, globalisasi ekonomi menimbulkan akibat yang besar sekali pada bidang hukum. Globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi
hukum
tersebut
tidak
hanya
didasarkan
kesepakatan
internasional antar bangsa, tetapi juga pemahaman tradisi hukum dan budaya antara barat dan timur. Globalisasi di bidang kontrak-kontrak bisnis internasional sudah lama
terjadi.
Salah
satu
contoh
dalam
kontrak
PKP2B
dalan
pertambangan di Kalimantan Timur, KPC, Berau Coal dan Kideco Jaya Agung. Karena negara-negara maju membawa transaksi baru ke negara berkembang, maka partner mereka dari negara-negara berkembang menerima model-model kontrak bisnis internasional tersebut, bisa karena sebelumnya tidak mengenal model tersebut, dapat juga karena posisi tawar yang lemah. Oleh karena itu tidak mengherankan, perjanjian patungan (joint venture), perjanjian waralaba (franchise), perjanjian lisensi, perjanjian keagenan, hampir sama di semua negara.
Persamaan ketentuan-ketentuan hukum berbagai negara bisa juga terjadi karena suatu negara mengikuti model negara maju berkaitan dengan institusi-institusi hukum untuk mendapatkan akumulasi modal. Undang-undang Perseroan Terbatas berbagai negara, dari “Civil Law” maupun “Common Law” berisikan substansi yang serupa. Begitu juga dengan peraturan pasar modal, dimana saja tidak berbeda, satu sama lain hal karena dana yang mengalir ke pasar-pasar tersebut tidak lagi terikat benar dengan waktu dan batas-batas negara. Tuntutan
keterbukaan
yang
semakin
besar,
berkembangnya
kejahatan internasional dalam pencucian uang (money laundering) dan insider trading mendorong kerjasama internasional. Dibalik usaha keras menciptakan globalisasi hukum, tidak ada jaminan bahwa hukum tersebut akan memberikan hasil yang sama yang di semua tempat. Hal mana dikarenakan perbedaan politik, ekonomi dan budaya. Apa yang disebut hukum itu tergantung kepada persepsi masyarakatnya. Dalam masalah pengawasan dan Law Enforcement, dua hal yang merupakan komponen yang tak terpisahkan dari sistim rule of law. Tidak akan ada law enforcement kalau tidak ada sistim pengawasan dan tidak akan ada rule of law kalau tidak law enforcement yang memadai. 2.6 Kerjasama dalam Organisasi Bisnis Organisasi bisnis dituntut untuk melakukan suatu kerjasama yang sinergis menghadapi suatu iklim kompetisi. Adapun Bentuk Kerjasama Dalam Lingkungan Bisnis Adalah : 1.
Perusahaan Multinasional Perusahaan multinasional atau Multi National Corporation (MNC) adalah
perusahaan
perusahaannya
di
besar
berbagai
yang belahan
mengembangkan negara.
Ciri
khas
anak dari
perusahaan ini adalah di setiap negara perusahaan-perusahaan tersebut memiliki bentuk sebagai Perseroan Terbatas, akan tetapi kepemilikan sahamnya hampir seluruhnya dimiliki oleh perusahaan
induk. Selain itu saham dari perusahaan ini tidak dijual di pasar modal local sehingga kebijakan operasi perusahaan seluruhnya ditentukan oleh perusahaan induk. 2.
Joint Venture Joint Venture merupakan dua atau beberapa perusahaan, yang sepakat
untuk
mendirikan
suatu
perusahaan
baru
dengan
kepemilikan bersama sebagai perusahaan patungan. Biasanya perusahaan-perusahaan
tersebut
akan
menentukan
besarnya
modal yang akan ditanamkan oleh masing-masing pihak, dimana besaran komposisi modal ini menentukan besarnya kendali masingmasing perusahaan pada perusahaan patungan yang baru dibentuk ini. 3.
Akuisisi atau Pengambilalihan Pengambilalihan adalah suatu tindakan perusahaan yang membeli perusahaan lain dengan cara membeli saham perusahaan tersebut. Pengambilaalihan dapat dilakukan dengan cara membayar saham perusahaan yang dibeli secara tunai atau saham yang dibeli, dibayar dengan saham yang berasal dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan, sedangkan yang kedua perusahaan dibeli akan tetap beroperasi secara terpisah dari perusahaan yang melakukan pengambilalihan.
4.
Employee Stock Ownership Plan (ESOP) ESOP
merupakan
perusahaan
kesepakatan
menyediakan
yang
bagian
terjadi dari
di
mana
sahamnya
suatu untuk
didistribusikan kepada karyawannya. Saat ini terdapat beberapa kecenderungan
di
mana
terdapat
perusahaan
besar
yang
menyediakan proporsi sahamnya untuk dibeli oleh karyawan mereka sendiri. Karyawan secara berkala menerima kepemilikan, biasanya berdasarkan pertimbangan senioritas. 5.
Privatisasi
Tindakan
privatisasi
betujuan
untuk
mendorong
globalisasi.
Langkah pemerintah menjual perusahaan perusahaan milik negara kepada swasta, dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu sebagai berikut : Perusahaan menjadi sepenuhnya milik swasta dan menjual sebagian namun proporsi terbesar tetap dimiliki oleh pemerintah 6.
Investasi Langsung (Direct Investment) Investasi langsung berarti membeli atau mendirikan asset yang berwujud di negara lain berupa pendirian kantor-kantor cabang, pembukaan pabrik.
7.
Franchising Franchising adalah tindakan memberikan hak kepada seseorang atau suatu perusahaan untuk beroperasi dan melakuan kegiatan seperti yang dilakukan oleh perusahaan yang mengeluarkan frachise ini.
8.
Pemberian Lisensi (Licensing) Selain franchising dikenal pula kerja sama yang mirip, namun dalam bentuk lisensi, yaitu penggunaan suatu brand/merk produk yang telah terkenal yang memilikinya. Perbedaan yang tampak menonjol dari lisensi dan franchise yaitu pada lisensi pemegang lisensi hanya membeli merk dan produk, tetapi belum tentu beroperasi dan melakukan kegiatan, seperti perusahaan yang mengeluarkan franchise.
Pesatnya perubahan menyebabkan kiat-kiat bisnis di masa lalu menjadi usang untuk iterapkan di era persaingan global sekarang. Dewasa ini akibat pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi, transportasi, komunikasi, dunia usaha mendapatkan tantangan baru dalam bentuk dunia tanpa batas yang menyebabkan arus sumber daya bergerak dengan lebih bebas, yang juga berarti meningkatkan persaingan di antara para pelaku bisnis untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan.
Bagi pelaku bisnis yang dinamis dan proaktif, sejumlah tantangan dipandang sebagai peluang bagi peningkatan dan pengembangan usahanya
di masa
depan. Terbukanya
batas-batas negara
telah
mempermudah mobilitas dari suatu negara ke negara yang lain. Dalam tataran praktis, persaingan global tidak saja berarti pelaku bisnis dalam negeri mampu mengambil keuntungan di pasar global di luar negeri, tapi juga mampu bertahan dari para pelaku bisnis asing yang masuk pasar domestik. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, serta populasi penduduk terbanyak keempat di dunia, merupakan pasar yang menggiurkan bagi para pelaku bisnis di seluruh dunia. Tanpa direncanakan, kualitas produk dan proses bisnis kita harus sesuai dengan persyaratan kualitas para pemain global, meskipun kita melayani pasar dalam negeri! Pada saat itulah, menjadi pemain global bukan lagi menjadi pilihan, melainkan merupakan suatu keharusan bagi para pelaku bisnis dalam negeri untuk bisa tetap eksis di dunia bisnis. Mengambil keuntungan dari persaingan global yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing mau tidak mau harus kita pilih dalam perspektif yang lebih luas program menyelaraskan langkah memberikan kesempatan
kepada
diri
untuk
meningkatkan
serta
membenahi
terutama mutu, jadwal pengiriman dan harga bersaing. Dari upaya-upaya yang dilakukan memang tidak mudah, begitu banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan dibuktikan. sebagai contoh tentang bagaimana usaha untuk meraih keberhasilan dengan penuh perjuangan sekaligus pengorbanan didasarkan pada sikap yang dimiliki yang diwujudkan dalam nilai-nilai komitmen, kerja sama, kerja nyata, kerja keras, dan peningkatan secara berkelanjutan serta dibingkai dalam visi yang mampu memberikan dorongan dan kesatuan arah untuk menggapai suatu tujuan dapat menjadi bagian dari kelas dunia. Bila menyitir dari pengalaman keberhasilan perusahaan untuk menyamakan
derap
langkah
dengan
tuntutan
global,
memang
diperlukan visi global yang jelas. Visi yang memberikan semangat untuk menjadi yang terbaik tidak hanya di lingkungan domestik saja, tapi juga meluas ke lingkungan internasional sesuai dengan sifat globalisasi yang tak terbatas. Visi merupakan pernyataan yang menyiratkan impian yang ingin diciptakan dan untuk mengejawantah di dalam realitas operasional perusahaan dan terwujud dalam derap seluruh jajaran organisasi. Pada gilirannya memberikan nilai kontekstual serta makna bagi seluruh aktivitas yang dilakukan. Visi yang jelas dalam arti dapat dipahami dengan
baik
terjaminnya
oleh.
seluruh
komitmen
dan
jajaran
organisasi
akan
mendorong
kesatuan
tindakan
yang
mendukung
terealisasikannya visi tersebut. Setelah menetapkan visi yang selaras dengan tuntutan global, perlu
diejawantahkan
ke
dalam
nilai-nilai
yang
dibangun
dalam
perusahaan karena kesesuaian antara visi dan nilai-nilai menghasilkan suatu efek yang mendorong percepatan pencapaian tujuan. Nilai-nilai mendasar yang sering disebut prasyarat utama yang menunjang upaya perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia antara lain komitmen manajemen dan kerja sama tim. Kedua hal tersebut terbukti mampu membantu mengatasi permasalahan atau kesulitan yang pasti timbul dalam setiap aktivitas. Proses internalisasi visi global ke dalam jajaran organisasi menuntut perbaikan
menyeluruh
untuk
menjamin
keberlanjutan
dan
keberlangsungan pasokan yang memenuhi standar kualitas, harga dan waktu penyerahan yang telah disepakati. Proses internalisasi itu tampaknya
jauh
dari
mudah
setelah
organisasi
terlena
dalam
mekanisme rutin. Karena tidak hanya transparansi proses produksi yang harus diubah, tetapi juga akuntabilitas mekanisme harus disesuaikan dengan persyaratan pelanggan agar selaras dengan perkembangan global.
Tanpa bukti nyata, visi hanyalah menjadi suatu pernyataan belaka. Banyak perusahaan memiliki cita-cita, keinginan bahkan komitmen untuk menjadi perusahaan kelas dunia. Tapi banyak perusahaan tidak memiliki cukup kekuatan untuk membuktikannya dengan hasil kerja secara nyata. Padahal tuntutan global baik dari segi harga, kualitas dan penyerahan selalu meningkat setiap waktu. Untuk itu tekad saja tidak cukup, harus ada buah pikiran yang sungguh-sungguh ingin menjadi perusahaan kelas dunia. Peluang dan tantangan globalisasi menghadapkan kita pada pilihan untuk berubah. Perubahan yang diharapkan tentunya belum bisa dilakukan secara menyeluruh, tetapi paling tidak secara individual, sporadic, dan barangkali juga sektoral. Selain merupakan tuntutan, upaya bersama tersebut juga merupakan kewajiban kita semua untuk meningkatkan daya saing Indonesia terutama keberpihakan pada industri dalam negeri. 2.7 Hubungan antara Organisasi Bisnis Pemerintah 2.7.1 Aplikasi dan Peranan Pemerintah Peran pemerintah dalam tantangan globalisasi
dianggap
penting selain daripada peran swasta karena muncul asumsi peran pemerintah cenderung melemah oleh tuntutan globalisasi yang lebih mengandalkan swasta dan masyarakat. Di tengah hiruk-pikuk aktivitas perdagangan dan perekonomian global, peran pemerintah sebagai
regulator
justru
semakin
penting
dan
menentukan.
Kekacauan akan mudah terjadi jika tidak ada regulasi yang jelas. Fungsi regulasi pemerintah justru dibutuhkan untuk menjamin kompetisi yang lebih sehat di kalangan swasta yang bertarung keras dalam kegiatan ekonomi. Pebisnis perlu rambu jelas dalam kegiatannya sehingga tidak kehilangan arah dalam arus perubahan global yang berlangsung cepat. Proses globalisasi mempercepat pula langkah privatisasi dalam bidang ekonomi banyak negara. Kegiatan ekonomi di mana-mana
semakin berada dalam kendali dan kepemilikan swasta. Tuntutan percepatan privatisasi di banyak negara tidak hanya karena dampak langsung proses liberalisasi dan globalisasi ekonomi, tetapi juga karena badan usaha yang berada dalam pengelolaan negara cenderung kurang efisien dan efektif. Pergaulan antarbangsa dan negara masih berdasarkan kerangka negara dan pemerintahan. Sudah menjadi tuntutan umum tentang pentingnya pemerintahan baik dan bersih, good and clean governance. 1. Starting a business Untuk memulai suatu bisnis di Indonesia membutuhkan sembilan prosedur, memakan waktu 60 hari, dengan biaya 26% dari pendapatan per kapita,dan modal awal minimal 59,7% dari pendapatan per kapita. Ini artinya jauh lebih baik dari 2008 di mana untuk melakukan bisnis dibutuhkan 11 prosedur dan 76 hari, juga tahun 2007 di mana untuk melakukan bisnis dibutuhkan 12 prosedur dan 105 hari. 2. Registering property Untuk pendaftaran
properti
di
Indonesia
melalui
enam
prosedur, butuh waktu 22 hari, dengan biaya 10,7% dari nilai properti. 3. Protecting investors Upaya perlindungan kepada investor dinilai dengan sejumlah indeks,dengan rentang 0 (terendah) hingga 10 (terbaik). Yang terbaik adalah indeks transparansi (10), diikuti indeks proteksi investor (6). Sedangkan seberapa jauh director liability index dan ease of shareholder suit index masing-masing dinilai 5 dan 3. 2.7.2 Peraturan Pemerintah dalam Organisasi Bisnis Lokal dan Global Peran pemerintah diakui sangat penting dalam mendorong terciptanya kinerja lingkungan, dan lebih jauh lagi mendorong
perusahaan
go
lingkungannya.
publik Perusahaan
untuk
melaporkan
merupakan
salah
pengelolaan satu
pihak
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi suatu negara, sekaligus sebagai penyumbang dominan terhadap persoalan lingkungan akibat proses produksinya yang menggunakan sumber-sumber alam. Ini berarti pengungkapan laporan pengelolaan lingkungan dalam annual report merupakan bentuk pertanggungjawaban sosial untuk mengetahui dampak ekologi atas suatu prestasi ekonomi perusahaan.
Peran
pemerintah
menjadi
sentral
perhatian
pengelolaan lingkungan sebab pemerintah selaku pihak yang memiliki tanggungjawab dan kewenangan atas regulasi lingkungan Pengaruh Kebijakan Moneter. Pada saat ini sistem perekonomian global menganut sistem floating rate dimana nilai tukar mata uang masing-masing negara tergantung pada mekanisme pasar. Sistem ini menuntut para pelaku untuk menentukan strategi bisnis agar dapat bertahan dari persaingan baik dari sesama perusahaan domestik maupun dari perusahaan asing. Akan tetapi perubahan nilai mata uang dimana merupakan
fleksibilitas
mekanisme
pasar
pun
masih
dapat
dikendalikan oleh pemerintah. Sehingga secara tidak langsung kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kekuatan perusahaan. Apabila terjadi inflasi di negara lain maka negara tersebut pun juga ikut terkena pengaruh. Salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negara adalah dengan melakukan devaluasi, dimana pemerintah dengan sengaja menurunkan nilai mata uang negaranya. Harapannya adalah dengan menurunnya nilai mata uang maka perusahaan-perusahaan terpacu untuk meningkatkan komoditas ekspor mereka. Namun kebijakan ini memiliki potensi memperburuk kondisi ekonomi dalam negeri yang disebabkan harga jual produk di pasar domestik cenderung meningkat sehingga daya beli masyarakat cenderung turun. 1. Menjamurnya sejumlah pesaing baru;
2. Tekanan-tekanan 3. 4. 5. 6.
untuk
meningkatkan
kualitas
dan
produktivitas; Kesempatan-kesempatan baru; Deregulasi; Keragaman Tenaga Kerja; Sistem Sosial, Politik, Hukum Baru.
BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 KASUS: Tantangan Globalisasi Perbankan Globalisasi menuntut tindakan lebih efektif, lebih efisien, dan jauh lebih kompetitif. Globalisasi menuntut persyaratan etos kerja, kinerja, sistem
dan
proses,
serta
pemasaran
sesuai
dengan
standar
internasional. Hal itu berarti dibutuhkan kemampuan menghadapi dan melakukan perubahan besar dalam waktu sangat singkat. Contoh globalisasi paling ekstrem tetapi tidak kasatmata adalah perubahan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) di Amerika Serikat, yang langsung berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan industri perbankan di Tanah Air. Lainnya, kenaikan harga minyak dunia membuat negara kita harus menanggung beban defisit begitu besar sehingga pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM. Begitu besar pengaruh globalisasi, tetapi Indonesia belum siap menghadapi perubahan yang begitu cepat. Masih belum jelas terlihat upaya khusus yang serentak baik dalam skala nasional maupun skala industri. Globalisasi perbankan ditandai secara serius dengan ditetapkannya berbagai standar baku aktivitas bank komersial di seluruh dunia.
Standar-standar tersebut disusun oleh Basel Committee on Banking Supervision dan keputusannya di ambil secara bersama oleh para gubernur bank sentral dan pimpinan otoritas keuangan berbagai negara dalam rapat Bank for International Settlements di Basel, Swiss. Semuanya terjadi di luar Tanah Air kita. Standar baku yang dikenal dengan nama Basel Accord itu mengatur berbagai hal, seperti rasio kecukupan modal, giro wajib minimum, batas maksimum pemberian kredit,
evaluasi
permodalan
dan
proses
pengawasan
internal,
manajemen risiko, hingga persyaratan transparansi terhadap publik. Seluruhnya,
bertahap
namun
pasti,
mutlak
diterapkan
industri
perbankan nasional. Basel II adalah yang kedua dari Basel Accords, yang pada rekomendasi
undang-undang
perbankan
dan
peraturan
yang
dikeluarkan oleh Komite Basel pada Pengawasan Perbankan. Tujuan Basel II, yang awalnya diterbitkan pada bulan Juni 2004, adalah untuk menciptakan standar internasional yang dapat digunakan regulator perbankan saat membuat peraturan tentang berapa banyak modal bank harus menyisihkan untuk menjaga terhadap jenis keuangan dan operasional bank menghadapi risiko. Advokat Basel II percaya bahwa standar internasional dapat membantu melindungi sistem keuangan internasional dari jenis masalah yang mungkin timbul harus besar bank atau serangkaian bank runtuh. Dalam praktiknya, Basel II mencoba untuk melakukannya dengan membuat teliti modal manajemen risiko dan persyaratan yang dirancang untuk memastikan bahwa bank memiliki cadangan modal sesuai dengan risiko bank exposes sendiri untuk melalui pinjaman dan investasi praktek. Secara umum, aturan ini berarti semakin besar risiko untuk bank yang terkena, semakin besar jumlah modal bank perlu untuk terus menjaga dan daya larut dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Risiko kredit dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan
1. Pendekatan standar 2. Foundation IRB (Internal Rating Based) Approach 3. Pendekatan Advanced IRB Semakin besarnya kewenangan perbankan yang diatur secara global, serta perubahan dan persaingan di dalam dan dari luar negeri, menyebabkan bisnis perbankan semakin kompetitif. Pengendalian biaya, kualitas
layanan,
kemampuan
berubah,
dan
kredibilitas
sangat
menentukan mati-hidupnya suatu bank. Sebagai gambaran, rusaknya reputasi atau kredibilitas suatu bank dapat membuat cost of fund suatu bank meningkat tinggi. Sebaliknya, reputasi dan kredibilitas yang baik akan membuat cost of fund bank tersebut menjadi rendah. Survei Dana Moneter Internasional terhadap 2.893 bank di 152 negara di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia tahun 1987-2000
menunjukkan,
ketidakmampuan
dan
keterlambatan
menerapkan Basel Accord mengakibatkan negara-negara tersebut didera penurunan dan pelambatan bisnis yang serius. Namun, setelah Basel Accord dapat diterapkan dengan baik, kapitalisasi perbankan serta kegiatan kredit dan bisnis di negara itu meningkat signifikan.
3.2 Bagaimana Indonesia? Industri perbankan di Tanah Air mengalami beberapa kali evolusi yang telah mengubah peta kekuatan maupun strategi bisnis perbankan itu sendiri. Dari sisi peta kekuatan, banyak bank yang tidak semata mengejar besarnya aset, tetapi mendahulukan fokus dan spesifikasi layanan untuk mengatrol tingkat kepuasan segmen sasaran pasar mereka. Begitu pula dalam strategi bisnis, tidak hanya mengandalkan asset-based business atau penghasilan melalui kredit pinjaman, tetapi semakin beralih kepada fee-based business atau penghasilan melalui penyediaan jasa layanan. Terbukti dengan semakin banyaknya bank yang menjadi one-stop-service financial supermarket yang memberikan
jasa pelayanan nonpinjaman kepada nasabah, seperti pembayaran rekening telepon dan listrik, pembelian voucher prabayar untuk nasabah pengguna telepon genggam, sampai pembelian unit investasi reksa dana serta jasa keuangan korporasi yang kompleks. Kinerja dan reputasi bank-bank nasional masih tertatih-tatih menghadapi perubahan global yang cepat dan terus-menerus. Bahkan sempat memorakporandakan perbankan nasional tahun 1997. Muncul pertanyaan yang amat menggelitik. ”Apakah industri perbankan kita mampu
mengantisipasi
begitu
banyak
perubahan
yang
harus
diantisipasi secara cepat dan kontinu jika hanya berbekal pengalaman perbankan masa lampau yang semakin tidak relevan hari ini?” Menghadapi perubahan global berarti meningkatkan daya saing. Meningkatkan daya saing mensyaratkan berbagai hal penting, antara lain semangat melayani, pengendalian biaya, manajemen risiko, serta kinerja institusi yang efektif dan kredibel. Semangat melayani membutuhkan
sikap
untuk
selalu
mengutamakan nasabah, baik kreditor maupun debitor. Adalah tugas manajemen bank-bank nasional untuk semakin menciptakan semangat melayani dan meninggalkan semangat birokrasi yang feodalistis. Hal itu berarti mereformasi sistem kerja dari labor intensive menjadi costeffective untuk dapat semakin memenuhi kepentingan nasabah. Bank-bank nasional dituntut meningkatkan penggunaan teknologi untuk memenuhi tuntutan pelayanan nasabah. Mengubah struktur organisasi dari birokrasi yang hierarkis menjadi profit center yang efisien dengan tujuan akhir kinerja institusi yang efektif. Setiap personel maupun unit usaha harus dapat diukur dan dijustifikasi kontribusinya dalam penciptaan pendapatan. 3.2.1 Pengendalian biaya Jika kita tengok fasilitas serta ruangan kantor bank-bank nasional—terutama kantor-kantor pimpinannya yang masih amat luas dan mewah—sangat mungkin muncul kesan bahwa bank-bank nasional belum sepenuhnya menyadari, apalagi menerapkan,
semangat pelayanan dan pengendalian biaya yang menjadi jiwa setiap
bisnis
jasa.
Kesan
tersebut
semakin
tampak
jika
dibandingkan dengan country manager di beberapa bank asing yang berkantor di Indonesia, tidak sedikit yang hanya menempati ruang kerja sekaligus ruang tamu yang besarnya hanya sekitar 20 meter persegi. Mereka percaya, dibutuhkan efisiensi biaya yang tinggi untuk menghasilkan daya saing. Bank Indonesia baru saja menerbitkan peraturan mengenai kewajiban penerapan manajemen risiko atas semua bank yang beroperasi di Indonesia, yang isinya mudah dipahami para praktisi perbankan tetapi memerlukan suatu semangat dan kemauan kuat untuk menerapkan secara sistematis dan sungguh-sungguh. Di sisi manajemen risiko, masih banyak bank domestik yang telah tertinggal jauh jika dibandingkan dengan bank-bank asing, baik dari sisi budaya penerapannya maupun kecanggihan sistemnya. Karena itu, masih terdengar adanya berbagai kebobolan akibat kurang ketatnya manajemen risiko. Sementara pihak mencemaskan
manajemen
risiko
yang
mensyaratkan transparansi, pembagian wewenang, dan evaluasi rutin yang independen mungkin sulit untuk diterima dan diterapkan para praktisi puncak perbankan nasional yang telah terbiasa memegang seluruh kekuasaan institusi di tangannya. Manajemen risiko harus dipahami dan diterima bukan hanya sebagai sistem atau prosedur, tetapi sebagai budaya yang benar-benar dijalankan. Kredibilitas adalah kunci untuk mendapatkan dana yang murah. Bank-bank asing di Jakarta relatif lebih mampu menyerap nasabah walaupun biasanya memberikan tingkat imbalan bunga yang lebih rendah. Akibatnya, cost of fund mereka menjadi lebih murah. Dengan cost of fund yang lebih murah, bank tersebut dapat memberikan pinjaman yang lebih murah pula sehingga dapat memilih dan memperoleh nasabah yang berkualitas lebih baik.
Sudah waktunya industri perbankan nasional menjadi industri yang dewasa dan semakin bermanfaat bagi perkembangan dunia usaha. Seperti diimplikasikan Jeremy Bentham dalam esainya, Law as It is (1792), ”penegak hukum yang baik akan lebih bermanfaat dalam penegakan hukum daripada hukum yang sempurna”. Analogi ini juga berlaku bahwa praktisi perbankan yang baik dan mampu menghadapi seluruh tantangan globalisasi di Tanah Air akan lebih bermanfaat daripada peraturan bank yang sempurna. 3.2.2 Implikasi Terhadap Profesi Akuntan Berdasarkan kasus tersebut diatas terdapat perubahan dalam peraturan dan pedoman akuntansi, diantaranya PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) serta Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang diatur oleh Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/4/DPNP - Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. 1. Surat Edaran ini menjadi dasar untuk pemberlakuan PAPI 2008 yang
menjadi
acuan
bagi
bank
dalam
menyusun
dan
menyajikan laporan keuangan, selain PSAK dan ketentuan lain yang berlaku. Dengan ini diharapkan dapat terjadi peningkatan transparansi kondisi keuangan bank dan laporan keuangan bank 2.
menjadi
relevan,
komprehensif,
andal,
dan
dapat
diperbandingkan. Secara teknis, PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi industri perbankan. PAPI juga mencakup penjabaran lebih lanjut dari PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran,
yang pemberlakuannya ditunda dari rencana 1 Januari 2009 3.
menjadi 1 Januari 2010. Sebagai petunjuk pelaksanaan dari PSAK maka untuk hal-hal yang tidak diatur dalam PAPI tetap mengacu kepada PSAK
4.
yang berlaku. Penerbitan PAPI dilakukan lebih awal untuk memberi waktu bagi bank dalam memahami dan mempersiapkan secara matang berbagai hal yang diperlukan, antara lain proses bisnis,
sistem
teknologi
dan
informasi
akuntansi,
serta
persiapan sumber daya manusia terkait. Beberapa perihal pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia: 1. Tujuan diterbitkannya Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 merupakan acuan bagi bank dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, selain PSAK dan ketentuan lain yang berlaku. Dengan ini diharapkan dapat terjadi peningkatan transparansi kondisi keuangan bank dan laporan keuangan bank 2.
menjadi
relevan,
komprehensif,
andal,
dan
dapat
diperbandingkan. PAPI yang saat ini berlaku perlu dilakukan penyesuaian, karena PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi industri perbankan. Dengan dilakukannya beberapa penyesuaian dalam PSAK oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), termasuk PSAK No. 50 (Revisi 2006)
tentang
Instrumen
Keuangan:
Penyajian
dan
Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PAPI, maka 3.
PAPI yang berlaku juga perlu disesuaikan. PAPI 2008 mencakup penjelasan mengenai laporan keuangan secara umum (mencakup kerangka dasar, komponen dan keterbatasan laporan keuangan, serta metode pencatatan transaksi mata uang asing), serta pembahasan mengenai
Kredit, Surat Berharga, Transaksi Derivatif, dan Transaksi 4.
Ekspor Impor. Perlakuan akuntansi untuk hal-hal yang tidak diatur dalam PAPI
5.
tetap mengacu kepada PSAK yang berlaku. PAPI 2008 akan diberlakukan pada saat yang sama dengan pemberlakuan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55, yaitu sejak 1 Januari 2010. Penerbitan PAPI dilakukan lebih awal untuk memberi
waktu
bagi
bank
dalam
memahami
dan
mempersiapkan secara matang berbagai hal yang diperlukan, antara lain proses bisnis, sistem teknologi dan informasi akuntansi, serta persiapan sumber daya manusia terkait. Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan bank juga bertujuan untuk pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan ti dak menyediakan semua informasi
yang
mungkin
dibutuhkan
oleh
pihak-pihak
yang
berkepenti ngan dengan bank, karena secara umum laporan keuangan
hanya
menggambarkan
pengaruh
keuangan
dari
kejadian masa lalu, dan ti dak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Walaupun demikian, dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi nonkeuangan yang mempunyai pengaruh keuangan di masa depan A. Tujuan dan Ruang Lingkup 1. Tujuan Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) antara lain adalah: a. Untuk membantu pengguna
dalam
menyusun
laporan keuangan agar sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk: 1) Pengambilan keputusan investasi dan kredit
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan
keputusan
yang
dalam
rasional.
pengambilan
Oleh
karena
itu,
informasinya harus dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi serta pihak-pihak lain yang
2)
berkepentingan antara lain meliputi: a) deposan; b) kreditur; c) pemegang saham; d) otoritas pengawasan; e) Bank Indonesia; f) pemerintah; g) lembaga penjamin simpanan; dan h) masyarakat. Menilai prospek arus kas Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
yang
dapat
mendukung
deposan,
investor, kreditur dan pihak-pihak lain dalam memper kirakan jumlah, saat, dan kepastian dalam penerimaan kas di masa depan. Prospek penerimaan
kas
sangat
tergantung
pada
kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan
operasional,
reinvestasi
dalam
operasi, dan pembayaran dividen. Persepsi dari pihak-pihak
yang
berkepentingan
atas
kemampuan bank tersebut akan mempengaruhi harga pasar efek bank yang bersangkutan. Persepsi mereka umumnya dipengaruhi oleh harapan atas tingkat pengembalian dan risiko dari dana yang mereka tanamkan. Deposan, investor, dan kreditur akan memaksimalkan pengembalian
dana
yang
telah
mereka
tanamkan dan akan melakukan penyesuaian terhadap risiko yang mereka perkirakan akan 3)
terjadi pada bank yang bersangkutan. Memberikan informasi atas sumber ekonomi Pelaporan
keuangan
bertujuan
daya
memberikan
informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan entitas
lain
sumber
daya
atau
pemilik
tersebut saham,
kepada serta
kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber b.
daya tersebut. Menciptakan keseragaman
dalam
perlakuan
penyajian
akuntansi
dan
penerapan laporan
keuangan, sehingga meningkatkan daya banding c.
diantara laporan keuangan bank. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh perbankan
dalam
menyusun
laporan
keuangan.
Namun keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam PAPI tidak menghalangi masing-masing bank untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai kondisi masingmasing bank. 2.
Ruang Lingkup PAPI berlaku untuk bank umum konvensional. Dalam hal bank umum konvensional mempunyai unit usaha syariah, maka unit usaha syariah tersebut menggunakan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, kecuali untuk halhal
yang
tidak
diatur
dalam
Pedoman
Perbankan Syariah Indonesia tersebut. B.
Acuan Penyusunan
Akuntansi
Penyusunan PAPI didasarkan pada acuan yang relevan, yaitu: 1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK),
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Pernyataan Standar 2. 3.
Akuntansi Keuangan (ISAK). Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. International Accounting Standard (IAS) atau International
4.
Financial Reporting Standards (IFRS). Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
5.
laporan keuangan. Praktik-praktik akuntansi
yang
berlaku
umum,
kesepakatan antar negara dan standar akuntansi negara lain. Jika PSAK memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi, maka diwajibkan untuk mengikuti ketentuan Bank Indonesia. C.
Bangun Prinsip Akuntansi Umum 1. Perlakuan akuntansi atas suatu transaksi yang terjadi dalam bank
harus
dilakukan
sesuai
dengan
prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Rerangka prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia adalah sebagai berikut:
2.
Rerangka ini digambarkan seperti suatu bangunan rumah ‘Prinsip-prinsip
Akuntansi
yang
Berlaku
Umum
di
Indonesia’. Seti ap lapisan di bawahnya menjadi landasan bagi lapisan yang berada di atasnya. Dalam hal terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi dari berbagai sumber
tersebut,
maka
harus
mengikuti
perlakukan
akuntansi yang diatur di dalam kelompok yang posisinya menjadi landasan atau pada lapisan yang terletak lebih di bawah. 3.
PAPI merupakan bagian dari Pedoman atau Kodifi kasi Prakti k Akuntansi Industri dalam struktur Rerangka Prinsip-prinsip
Akuntansi
yang
Berlaku
Umum
di
Indonesia.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar-bangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Ciri globalisasi Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia: a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang c. Peningkatan interaksi kultural d. Meningkatnya masalah bersama. Teori globalisasi Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu: a. globalis i. globalis positif ii. globalis pesimis b. tradisionalis c. transformasionalis Globalisasi terbentuk melalui beberapa fase yang secara kontinyu diadaptasi
oleh
masyarakat
kita
khususnya
masyarakat
dunia
umumnya. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaanperusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Terdapat dua macam gerakan yang terpengaruh oleh globalisasi, yakni: 1. Gerakan pro-globalisasi Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada 2.
teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Gerakan antiglobalisasi Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan
sikap
politis
orang-orang
dan
kelompok
yang
menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang
mengatur
perdagangan
antar
negara
seperti
Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Manfaat dan kerugian globalisasi, diantaranya: Manfaat globalisasi a. Produksi global dapat ditingkatkan b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi Kerugian globalisasi a. Menghambat pertumbuhan sektor industry b. Memperburuk neraca pembayaran c. Sektor keuangan semakin tidak stabil d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang Melakukan Bisnis dalam Lingkungan Global Globalisasi
perekonomian
merupakan
suatu
proses
kegiatan
ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan
batas
teritorial
negara.
Globalisasi
perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional
akan
semakin
erat.
Globalisasi
perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: a. Globalisasi produksi b. Globalisasi pembiayaan. c. Globalisasi tenaga kerja. d. Globalisasi jaringan informasi. e. Globalisasi Perdagangan. Peraturan dalam Organisasi Bisnis dalam Lingkungan Global
Peranan hukum dalam pembangunan ekonomi dan modernisasi masih saja diperdebatkan. Perdebatan ini merupakan sebagian dari perdebatan masyarakat.
yang
lebih
luas,
Lembaga
tentang
hukum
peranan
adalah
salah
hukum di
dalam
satu
antara
di
lembaga/pranata-pranata sosial, seperti juga halnya keluarga, agama, ekonomi, perang atau lainnya. Hukum bagaimanapun sangat
dibutuhkan
untuk
mengatur
kehidupan bermasyarakat di dalam segala aspeknya, apakah itu kehidupan sosial, kehidupan politik, budaya, pendidikan apalagi yang tak
kalah
pentingnya
adalah
fungsinya
atau
peranannya
dalam
mengatur kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi inilah justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain pihak sehingga konflik antara sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi. Kerjasama dalam Organisasi Bisnis Pesatnya perubahan menyebabkan kiat-kiat bisnis di masa lalu menjadi usang untuk iterapkan di era persaingan global sekarang. Dewasa ini akibat pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi, transportasi, komunikasi, dunia usaha mendapatkan tantangan baru dalam bentuk dunia tanpa batas yang menyebabkan arus sumber daya bergerak
dengan
lebih
bebas,
yang
juga
berarti
meningkatkan
persaingan di antara para pelaku bisnis untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan. Mengambil keuntungan dari persaingan global yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing mau tidak mau harus kita pilih dalam perspektif yang lebih luas program menyelaraskan langkah memberikan kesempatan
kepada
diri
untuk
meningkatkan
serta
membenahi
terutama mutu, jadwal pengiriman dan harga bersaing. Contoh globalisasi paling ekstrem tetapi tidak kasatmata adalah perubahan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) di Amerika Serikat, yang langsung berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
dan industri perbankan di Tanah Air. Lainnya, kenaikan harga minyak dunia membuat negara kita harus menanggung beban defisit begitu besar sehingga pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM. Berdasarkan kasus tersebut diatas implikasi terhadap profesi akuntan adalah
terdapatnya
perubahan
dalam
peraturan
dan
pedoman
akuntansi, diantaranya PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) serta Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang diatur oleh Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/4/DPNP - Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA http://scholar.google.co.id/scholar? start=50&q=jurnal+globalization&hl=id&as_sdt=0umrefjournal.um.edu. my/filebank/published_article/670/JPMM%202006%20HASMAH %20ZANUDDIN.pdf http://scholar.google.co.id/scholar? start=30&q=jurnals+moral&hl=id&as_sdt=0 business.illinois.edu/ba/seminars/2011%5CSpring%5Creed_paper.pdf http://eprints.uny.ac.id/3644/ http://en.wikipedia.org/wiki/Globalization http://en.wikipedia.org/wiki/Morality http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html http://grms.multiply.com/journal/item/26 http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/ http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0CFAQFjAF &url=http%3A%2F%2Fbhupalaka.files.wordpress.com %2F2010%2F05%2Ftugas-makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-
15308026.doc&ei=1NS6UMLCFcTVrQfG_4H4Dg&usg=AFQjCNEtlhDjoQD gTqJSGwzm8DEJDO18XA&sig2=1_S_qv1NaL8mXaRuqV8jCQ http://kurniapanduwibowo.blogspot.com/2011/04/pengertian-eraglobalisasi.html http://nurafifahharahap.blogspot.com/2012/03/makalah-globalisasiiptek-ilmu.html http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2011/05/09/contoh-makalahglobalisasi-full/ http://randinurzaman.blogspot.com/2012/04/makalah-dampakglobalisasi-dalam-bidang. html http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertianglobalisasi.html http://sro.web.id/makalah-globalisasi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/globalisasi-mauditerima-atau-ditolak.html http://www.anneahira.com/globalisasiekonomi.htmhrcak.srce.hr/index.ph p?show=clanak_download&id_clanak_jezik=15830