BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia. Syahadat adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat adalah salah satu syarat utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka tiada pula islam dalam kehidupan manusia. Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat ruh, sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh tersebut tidak ada atau mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang primer bagi umat islam. Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya mengimani salah satunya saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad saw, begitu juga sebaliknya. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya, maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam dua kalimat tersebut. B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi dihadapi sebagai berikut: 1.
Apakah definisi iman, tauhid, dan syahadat?
2.
Bagaimana posisi, pengaruh, dan aktualisasi syahadat dalam kehidupan?
3.
Apakah syarat syahadat syahadat dan penyebab batalnya batalnya syahadat?
4.
Bagaimana cara mempertahankan keimanan?
1
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apakah definisi iman, tauhid, dan syahadat. 2. Untuk memahami bagaimana posisi, pengaruh, dan aktualisasi syahadat dalam kehidupan. 3. Untuk mengetahui apakah syarat syhadat dan penyebab batalnya syahadat. 4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara mempertahankan keimanan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SYAHADAT 2.1.1 Iman dan Tauhid dalam Islam
Ú Menurut Lughat (bahasa) Iman berarti percaya. Iman dalam Islam berarti percaya secara sungguh – sungguh kepada Allah, Malaikat – Malaikat-Nya, Kitab – Kitab-Nya, Rasul – Rasul-Nya, dan Hari akhir, serta ketentuan dan takdir dari-Nya. Ú Beriman pada Allah berarti percaya dan yakin akan adanya Allah Yang Esa dan berusaha menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ú Tauhid berarti meng-Esa-kan Allah SWT. Ú Nabi saw. Diutus Allah untuk mengajari kita tentang tauhid yaitu agar kita menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain. Ú Nabi-nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim juga mengajarkan tauhid kepada ummatnya, yaitu agar hanya menyembah satu Tuhan, yaitu: Allah, dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang- orang yang mempersekutukan (Tuhan),” [An Nahl:120]
Ú Luqman yang saleh pun dalam Al Qur’an diceritakan menasehati agar anaknya tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar- benar kezaliman yang besar”.” [Luqman:13]
3
Ú Dalam Islam, mengesakan Allah adalah rukun yang pertama. Jika seorang masuk Islam, dia harus menyatakan bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya: “Hadis Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan di atas lima perkara yaitu menges akan
Allah, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan Haji “ [HR Bukhori-Muslim]
2.1.2 Definisi dan Syarat Syahadat
Ú Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Syahadat artinya mengaku tidak ada Tuhan yang wajib disembah, melainkan Allah, dan mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Ú Syahadat ini adalah syarat utama seseorang masuk Islam, dapat digambarkan bahwa Syahadat merupakan pintu masuk Islam. Ú Syahadat terdiri dari dua unsur, yakni Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. Kedua Syahadat itu merupakan Dua Kalimat Syahadat yang menjadi syarat mutlak bagi muallaf. Ú Lafadz kalimat syahadat :
”ASYHADU
AN
LAA
ILAAHA
ILLALLAH,
WA
ASYHADU
ANNA MUHAMMADAR
RASUULUULAH”
Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”.
Ú Dua Kalimat Syahadat ialah: 1. Syahadat Tauhid : artinya menyaksikan dan mengakui ke Esaan Allah. 2. Syahadat Rasul
: artinya menyaksikan dan mengakui ke Rasulan Nabi Muhammad saw.
4
4
2.1.3 Syarat Syahadat dan Posisi Syahadat
Ú Ketika mengucap dua kalimat syahadat haruslah dengan sungguh-sungguh, yakni membenarkan dengan hati apa yang ia ucapkan, serta mengerti apa yang diucapkan. Dengan begitu orang yang belum Islam masuk ke dalm Islam, dan wajiblah mengerjakan rukun Islam. Ú Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam. Ú Tanpa syahadah, rukun Islam lainnya akan runtuh. Begitu juga dengan rukun iman. Ú Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam; dan tegaknya rukun Islam mesti didahului oleh tegaknya syahadah. Ú Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan sebuah bangunan. Ú Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok, yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat, dan haji ke Baitulllah. 2.1.4 Aktualisasi Syahadat Dalam Ibadah Dan Muamalah
Ú Aktualisasi syahadat yakni sebagai berikut: 1. Syahadat sebagai inti ajaran Islam •
Apabila syahadat yang merupakan inti ajran Islam sudah menancap dalam dirinya sebagai akidah, maka berubah pula seluruh aspek kehidupannya.
2. Syahadatain sebagai Asas perubahan •
Syahadat inilah yang akan selalu memompa semangat ummat Islam untuk selalu membuat perubahan yang lebih baik .
3. Syahadat sebagai hakikat dakwah para rasul •
Syariat yang dibawa rosul dapat berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu beriman kepaada Allah dan menjauhi thogut.
4. Syahadat sebagai keutamaan yang agung •
Syahadat dapat menyelamatkan dari azab Allah di dunia dan akhirat. Juga menjadi sebab terhapusnya dosa dan maksiat sertta sebab masuknya seseorang kedalam surga dan tidak kekal di neraka.
5
2.1.5 Pengaruh Syahadat dalam Kehidupan Manusia
Ú Apabila syahadat telah menancap kuat pada diri kaum muslimin dan telah dia realisasikan melalui pemenuhan konsekuensinya maka kaum muslimin akan tumbuh sikap merdeka, mulia, tenang, aman, optimis, berani dan tawakkal. Selain itu akan turun barakah dari Allah dan akan mendapatkan kepemimpinan. 2.1.6 Rusaknya Syahadat
Ú Menyekutukan Allah SWT Ú Meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, namun juga menyembah dan meminta pada selain Allah. Ú Melakukan peribatan atau ritual di luar syariah Islam Ú Percaya pada benda pembawa keberuntungan (jimat) Ú Percaya pada kuasa selain kuasa Allah Ú Bersekutu dengan setan dan/atau jin 2.1.7 Yang Merusak Syahadat dan Iman 1. KUFUR
Ú Orang Kafir akan menerima nikmat sementara sebelum menerima azab Allah SWT
126. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali".(QS AL BAQARAH)
Ú Orang Kafir akan menerima istidraj (tipuan) sehingga mereka akan terlena dalam kekafiran dan Allah akan memberi mereka siksa secara tiba-tiba 6
2. SYIRIK
Ú Syirik dapat diartikan menyekutukan Allah dengan yang lain Ú QS MARYAM
81. Dan mereka Telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Ú Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut Musyrik. Orang musyrik tidak akan diampuni dosanya jika dia mati dan belum bertaubat Ú QS AN NISA’
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
3. NIFAK(KEMUNAFIKAN)
Ú Munafik dapat disebut bermuka dua. Maksudnya orang munafik, antara ucapan dan hatinya berbeda Ú Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat tentang orang munafik, diantaranya adalah: Ú QS AL BAQARAH
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. [22] Hari kemudian ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.
7
Ú Dari ayat di atas dapat di simpulkan bahwa orang munafik selalu berkata bohong dan tidak sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Ú Pada hakikatnya orang munafik adalah menipu diri sendiri. Ú Rasul saw. Telah bersabda bahwa ada 3 tanda-tanda orang munafik yaitu : 1. Jika berbicara dia berbohong 2. Jika berjanji dia ingkar 3. Jika dipercaya dia berkhianat Ú Setiap orang beriman harus mampu dan mau menjauhi sifat munafik agar imannya tetap terjaga dan bertambah kuat Ú Ada lagi hal-hal yang melemahkan keimanan antara lain 1. Bid’ah sesat 2. Sihir 3. Meramal nasib 2.1.8.Cara Mempertahankan Keimanan
Ú Untuk mempertahankan agar keimanan kita tetap terjaga: 1. Selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi dan menyertai kita dalam aktivitas apa pun. 2.
Menanamkan kesadaran dan pemikiran dalam diri kita bahwa kita ini sangat kecil dihadapan semua ciptaan Allah, apalagi di hadapan Allah.
3. Selalu berdoa semoga kita tetap berada dalam keimanan kepada-Nya. Dengan ini, insya Allah keimanan kita akan tetap terjaga.
8
2.2 IMPLEMENTASI SYAHADAT DALAM HIDUP 1. Syahadat; implementasi Iman, Islam dan Ihsan
Syahadat dalam Islam merupakan rukun pertama dan sebagai dasar atau asas bagi rukunrukun lainnya. Syahadat merupakan pernyataan atau ikrar seorang hamba atas apa yang diimaninya, atau juga sebagai ikrar dari persaksian seorang hamba atas ketuhanan Allah Swt dan Muhammad bin Abdullah sebagai utusan-Nya dan meniadakan sifat ketuhanan atas selain Allah. Oleh sebab itu pembahasan tentang syahadat sudah barang tentu didalamnya membahas tentang iman yang berarti membahas pula tentang aqidah. Berbicara tentang syahadat, berarti pula berbicara tentang dasar-dasar ajaran islam, tentang ketauhidan, dan tentang keimanan. Akan tetapi bukan berarti bahwa syahadat itu merupakan pekerjaan hati semata, karena syahadat tergolong dalam ketentuan syara’, yakni sebagai rukun Islam yang pertama, maka
konsekwensinya adalah dilakukan sebagaimana rukun-rukun islam yang lainnya. Adapun aqidah jelas merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Sebagai pernyataan keimanannya tentu harus mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai keabsahan bahwa ia telah memeluk islam. Konsekwensinya adalah bahwa setiap orang yang akan masuk Islam diwajibkan terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat syahadat. Tujuannya agar setiap muslim melakukan amalnya berdasarkan pada makna dua kalimat syahadat dan dalam setiap tindakannya akan disertai keikhlasan, kejujuran, rendah hati, dan berkeadilan. Dengan demikian orang yang mengamalkan rukun pertama adalah orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Sehingga semua amalan yang kita lakukan pada intinya bertujuan untuk menjaga agar tetap dalam kesaksian kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya. Keyakinan inilah yang harus kita pertahankan hingga mati menjemput raga kita semua, sedangkan amal kita masih terhalang oleh banyak hal yang berkaitan dengan kebendaan kita selama hidup di dunia.. Persaksian inilah yang akan ditanyakan nanti di alam kubur sebagai pintu pertama seseorang mempertanggungjawabkan keimanannya di depan Allah, yakni tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Pada hakikatnya hidup kita ini merupakan kesaksian diri kita pada adanya Allah sebagai pencipta alam raya dan sebagai Tuhan kita, kesaksian diri kita pada Dzat yang telah menunjukkan manusia pada jalan kebenaran melalui para rasulnya, kesaksian kita pada kebenaran para rasul dan dari semua yang datang dari diri mereka. Intinya, sebagai ummat Muhammad SAW kita hidup di dunia ini untuk kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai hamba dan utusan Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk tentang para nabi dan para rasul Allah yang terdahulu. Setiap tindakan dan amal kita sudah seharusnya bersandar pada prinsip syahadat tauhid dan
9
syahadat rasul. Karena semua amal yang kita lakukan adalah derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan kesaksian tadi dan tidak berdiri sendiri melainkan diatasnya. Syekh Abdullah bin Alwi al-Haddad menerangkan bahwa keyakinan terbagi dalam tiga kategori. Pertama, yaqin.Yakni yakin bahwa sesuatu itu ada, namun tidak disertai dengan bukti atas adanya sesuatu. Yakin yang semacam ini hanya diperoleh dari informasi yang dianggap benar dan bersumber dari informasi yang dianggap valid, namun ia tidak dapat membuktikan dan menjelaskan tentang keberadaan sesuatu yang diyakininya itu. Keyakinan semacam ini merupakan keyakinan kelompok awam yang hanya bersandar pada ucapan seorang ulama. Kedua,‘ainul yaqin. Yakni yakin atas sesuatu melalui pandangan mata dan akal. Jika dikaitkan dengan syahadat tauhid, maka kesaksian adanya Allah baru sebatas dibuktikan melalui adanya alam dan diyakini dengan akal bahwa jika ada alam maka pasti ada yang menciptakannya. Dan yang menciptakannya pastilah Dzat yang paripurna, yakni Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketiga, haqqul yaqin. Yakni yakin bahwa sesuatu itu ada dan disertai bukti logis serta dapat dirasakan secara intuitif. Yakin semacam ini tidak hanya dapat menjelaskan atas bukti bukti adanya sesuatu itu, tetapi juga ia merasakannya. Syahadat yang merupakan pengejawantahan dari keyakinan, maka syahadat memiliki tahapan seperti di atas. Kesaksian tahap pertama bersifat dogmatis, merupakan kesaksian dari seseorang yang berdasarkan pada doktrin keagamaan belaka. Kesaksian semacam ini hanya karena ittiba’ pada orang lain dan tidak berdasar pada pemahaman keilmuan yang cukup.
Mengucapkan dan mengamalkannya pun tanpa didasari ilmu, apakah yang demikian sudah cukup? Sedangkan islam menganjurkan untuk terus belajar hingga akhir hayat (long live education), “carilah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”. Yakni ilmu yang haqqul
yaqin, ilmu yang dapat dirasakan kebenarannya. Seyogyanya, orang islam terus menggali dan mempelajari makna syahadat sampai ia benar-benar menjadi muslim yang sempurna, sebagai insane kamil, manusia yang sempurna seperti Nabi Muhammad SAW. Beliau pun menganjurkan kita untuk terus memperbaharui islam dan memperbaiki iman kita dengan dua kalimat Syahadat. Bahkan sekalipun Nabi SAW itu sebagai Rasul Allah, karena beliau merupakanuswah hasanah bagi setiap manusia, beliau tetap membaca dan mengulang-ulang kalimah thoyibah tersebut setelah usai sholat.
10
2. Syahadat sebagai implementasi iman
Orang yang beriman atau beraqidah (berkeyakinan) bahwa tidak ada tuhan selain Allah namun ia tidak menyatakan keimanannya maka dianggap belum memasuki agama manapun dan sudah pasti tidak dianggap beragama islam. Bagaimana mungkin ia beragama Islam sedangkan ia belum memasuki pintu gerbang agama tersebut. Namun ini tidak berlaku bagi orang yang terlahirkan dari orang tua yang telah memeluk Islam. Akan tetapi mempelajari dan memahami dua kalimat syahadat adalah suatu kewajiban bagi semua umat manusia, terlebih-lebih bagi umat muslim. Tujuannya adalah untuk menjaga dan memperbaharui keimanan dan keislaman kita sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh. Dalam hadits lain Rasulullah Saw mengisyaratkan bahwa di zaman akhir nanti umat islam bagaikan buih di lautan yang mudah hilang dan larut ketika riak dan gulungan ombak menerjang. Mungkin ini merupakan deskripsi dari hadits beliau yang menjelaskan bahwa nanti di zaman akhir banyak orang yang di pagi hari beriman namun ia kafir di sore harinya. Namun sangat jarang sekali orang yang menyadari akan pentingnya mempelajari dan mendalami makna dua kalimat syahadat. Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa syahadat tidak perlu kita pelajari karena telah islam sejak lahir dan sudah merasa cukup dengan mempelajari islam. Padahal, tidak sedikit dari tindakan, ucapan dan kehendak hati kita yang telah membawa diri kita pada rusaknya makna ketundukan kita kepada Allah dan rasulNya. Dan apa yang kita pelajari tentang syahadat mungkin hanya sebatas pada makna tekstualnya saja. Karena syahadat sebagai implementasi dari keyakinan maka setiap orang muslim yang belum baligh harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk memahami syahadat yang sudah barang tentu di dalamnya juga harus mempelajari aqidah atau unsur-unsur keimanan. Ini merupakan konsekwensi atas pemaknaan syahadat sebagai implementasi dari keimanan aqidah seseorang. Secara bahasa syahadat terambil dari kata syahida yasyhadu syahadatan yang berarti bersaksi. Oleh karenanya kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW sebagai utusan Allah harus tetap dijaga hingga maut menjemput kita, tidak hanya sekadar diucapkan tetapi juga ditanamkan dalam hati, karena jika syahadat tersebut hilang dari diri kita maka amal yang telah dilakukan selama hidup akan sia-sia. Dalam hal ini syahadat sebagai implementasi dari aqidah atau keyakinan kita adalah menjaga keyakinan kita bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad Saw adalah utusan Allah sepanjang hidup dan selama kita masih menghirup nafas. Syahadat yang dimaksud bukan berupa pernyataan verbal belaka, melainkan sebuah tindakan hati yang terus menerus mengingat Allah dengan tetap terjaganya keyakinan disertai dengan ketundukan bahwa Allahlah Tuhan semesta alam yang telah mengatur, menjaga, melindungi atas kehidupan kita. Ketundukan ini berupa tindakan-tindakan amaliyah syar’iyah secara ikhlas dan konsisten yang dihiasi dengan ketakwaan kepada Allah Swt.
11
Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatan yang dilakukannya selama hidup di dunia. Ketika belum mencapai aqil baligh maka semua tindakannya masih berada dibawah tanggung jawab orang tuanya, dan ketika mati sebelum baligh, mereka tidak akan dimintai pertanggung jawaban. Setelah mencapai aqil baligh maka segala konsekwensi taklif agama, segala kewajiban dan tanggung jawab amaliyah berada pada dirinya. Maka sebagai bukti kesiapan atas tanggung jawab amaliyahnya adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan ini merupakan tanggung jawab orang tua atas anaknya untuk memasuki agama islam secara kaffah. Namun dalam pelaksanaannya harus melalui tahapan-tahapan yang dilakukan secara menyeluruh. Aqidah secara syara’ berarti iman kepada Allah, para malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, dan kepada hari akhir serta qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai Rukun Iman. Jika kedapatan orang yang menyatakan dirinya beriman, namun ia belum menyatakannya, maka ia termasuk ke dalam golongan orang yang beriman namun belum menunjukkan diri bahwa ia telah tunduk kepada keimanannya. Atau dengan kata lain secara syar’i orang tersebut telah beriman (mukmin) namun belum islam (muslim). Demikian yang
telah dilakukan oleh Abu Thalib ayah kandung Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhah semasa hidupnya beliau mengimani bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah, namun secara lisan belum pernah menyatakan keislamannya dihadapan orang lain.
12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Iman dalam Islam berarti percaya secara sungguh – sungguh kepada Allah, Malaikat – Malaikat Nya, Kitab – Kitab-Nya, Rasul – Rasul-Nya, dan Hari akhir, serta ketentuan dan takdir dari-Nya. 2. Nabi saw. Diutus Allah untuk mengajari kita tentang tauhid yaitu agar kita menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain. 3. Syahadat artinya mengaku tidak ada Tuhan yang wajib disembah, melainkan Allah, dan mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. 4. Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam. 5. Yang membatalkan syahadat adalah: kufur, syirik, dan munafik.
3.2 Saran
1. Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya. 2. Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarok, Zaim,dkk. 2008. Mengenal Islam. Semarang: UPT MKU UNNES. Anonymous. 2009. Syahadat Cahaya Islam. (cahayaislam.blogspot.com) Ahmad, Abu. 2009.Serial Fiqh Kemenangan dan Kejayaan Dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta. Anurachman. 2008. Penyakit Hati dan Penangkalnya. (Andreas09.wordpress.com).
14