MAKALAH PSIKOTROPIKA
PENGERTIAN,CONTOH,BAHAYA,PENCEGAHAN,DAN SANKSI
DISUSUN OLEH :
ASTRIT PRATAMASARI
DEDE RUSLAN
ELSI YULIYANUR
GRIYA MAULANA
LIA AMELIA
MINA TUTWURI
SHINTA IZMI
SITI ANITA
UPIT USWATUN
WIDI SUKMAWATI
SMAN 8 TASIKMALAYA
Jalan Mulyasari No. 03 Tamansari Tasikmalaya
BAB 1
Pendahuluan
Kata pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Zat Psikotropika.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PJKR, makalah ini berisi arti,contoh,hukuman,pencegahan dan penyalahgunaan zat psikotropika yang telah kami rangkum dari beberapa referensi baik buku maupun internet.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya, semoga dengan adanya makalah ini dapat menumbuhkan jiwa peduli akan pentinganya pengetahuan mengenai zat psikotropika, baik untuk pribadi maupun lingkungan sekitar.
Kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penyusun berharap agar pembaca tidak puas dan dapat memberikan kritik dan saran yang membagun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan.
Tasikmalaya, 09 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 2 pembahasan
Pengertian psikotropika
Contoh psikotropika
Bahaya psikotropika
Penyalahgunaan psikotropika
Sanksi
Pencegahan
BAB 3 penutup
Kesimpulan
Daftar pustaka
Kritik dan saran
BAB 2 PEMBAHASAN
PENGERTIAN PSIKOTROPIKA
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi. Zat psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine. Zat psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. . Zat psikotropika golongan III terdiri dari 9 macam.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ). . Zat psikotropika golongan IV terdiri dari 60 macam.
Manfaat psikotropika dalam dunia kesehatan:
Amfetamin Digunakan untuk mengatasi kegemukan.
NitrazepamDigunakan untuk mengatasi insomnia, kecemasan, dan stress.
DiazepamUntuk mengatasi kecemasan, insomnia, relaksasi otot, dan kondisi psikoneurotik lain.
FenobarbitalBanyak digunakan sebagai obat tidur.
CONTOH PSIKOTROPIKA
1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat. Contoh : LSD,MDMA, dan mascalin.
2. Psikotropika yang berkhasiat tetapi dapat menimbulkan ketergantungan seperti Amfetamin.
3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedative, seperti Barbiturat. Efek ketergantungan sedang.
4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan,seperti Diazepam,Nitrazepam.
BAHAYA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA
Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan peredaran narkotika dan psikotropika, 1988
Dewan Perserikatan Bangsa Bangsa telah mengadakan konvensi mengenai pemberantasan peredaran psikotropika (Convention on psychotropic substances) yang diselenggarakan di Vienna dari tanggal 11 Januari sampai 21 Februari 1971, yang diikuti oleh 71 negara ditambah dengan 4 negara sebagai peninjau.
Sebagai reaksi yang didorong oleh rasa keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya produksi, permintaan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika serta kenyataan bahwa anak-anak dan remaja digunakan sebagai pasar pemakai narkotika dan psikotropika secara gelap, serta sebagai sasaran produksi, distribusi, dan perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, telah mendorong lahirnya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988.
Konvensi tersebut secara keseluruhan berisi pokok-pokok pikiran, antara lain, sebagai berikut :
Masyarakat bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia perlu memberikan perhatian dan prioritas utama atas masalah pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika.
Pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika merupakan masalah semua negara yang perlu ditangani secara bersama pula.
Penyalahgunaan psikotropika
Sebagai contoh psykotropika yang sedang populer dan banyak disalahgunakan pada akhir-akhir ini adalah psykotropika golongon I, diantaranya yang dikenal dng nama Ecstasy dan psykotropika golonga II yang dikenal dengan nama sabu-sabu.
Ecstasy merupakan pil yang mempunyai reaksi relatif cepat yaiitu sekitar 40 menit setelah ditelan / dimakan efeknya akan terasa, yaitu pemakaianya terasa hangat, energik dan bahagia fisik maupun mental.
Ketahanan reaksi ecstasy tergantung dari toleransi pemakaianya. Perasaan-perasaan energik dan bahagia tersebut akan berakhir sekitar dua sampai empat jam. Sedangkan akibatnya buruknya setelah efek tersebut berakhir akan berubah seperti keracunan, tubuh mengalami kelelahan dan mulut terasa capai / kaku.
EFEK YANG DITIMBULKAN DENGAN MENGKONSUMSI PSIKITROPIKA
Efek farmakologi
Efek farmakologi dari ecstasi tidak hanya bersifat stimulant tetapi juga mempunyai sifat halusinogenik yaitu menimbulkan khayalan-khayalan yang nikmat dan menyenangkan. Secara rinci adalah:
Meningkatkan daya tahan tubuh
Meningkatkan kewaspadaan
Menimbulkan rasa nikmat dan bahagia semu
Menimbulkan khayalan yang menyenangkan
Menurunkan emosi
Efek Samping
Efek Samping yang berlebihan antara lain:
Muntah dan mual
Gelisah
Sakit kepala
Nafsu makan berkurang
Denyut jantung berkurang
Timbul khayalan yang menakutkan
Kejang-kejang
Efek terhadap organ tubuh
Efek atas penggunaan ecstasi terhadap organ tubuh manusia yaitu dapat menimbilkan ganguan pada otak, jantung, ginjal, hati, kulit dan kemaluan.
Efek-efek lainnya
Setelah pengaruh ecstasi habis beberapa jam atau beberapa hari, tergantung dengan dosis pemakaiannya, maka penguna akan mengalami :
Tidur berlama-lama dalam gelap
Depresi
Apatis
Kematian karena adanya payah jantung serta krisis hipertensi atau pendarahan pada otak
Sanksi undang-undang penyalahgunaan psikotropika
Pasal 59
(1) Barang siapa menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimport, memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika gol 1 dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit 150 juta rupiah dan paling banyak 750 juta rupiah.
(2) Jika ayat satu diatas dilakukan secara terorganisir dipidana mati atau seumur hidup atau 20 tahun dan denda 750 juta rupiah.
(3) Jika dilakukan dengan korporasi denda 5 miliar rupiah.
Pasal 62
(1) Barang siapa memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika dipidana penjara paling lam 5 tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah.
Pasal 64
(1) Barang siapa menghalangi penderita ketergantungan untuk berobat ke panti rehabilitasi, atau menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi tanpa izin dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 20 juta rupiah.
Pasal 65
(1) Barang siapa tidak melapor adanya penyalah gunaan dan kepemilikan psikotropika secara tidak sah dipidana 1 tahun dan denda 20 juta rupiah.
Pasal 71
(1) Barang siapa bersekongkol, bersepakat membantu, menyuruh, turut melakukan, menganjurkan atau mengorganisir tindak pidana psikotropika sesuai pasal 60, 61, 62, dan 63 dipidana pokok dan diatmbah sepertiganya.
Pasal 72
Barang siapa jika tindak pidana psikotropika dilakikan dengan menggunakan anak belum cukup umur, ancaman pidana hukuman pokok dan ditambah sepertiganya.
Upaya Pencegahan
Zat adiktif dan psikotropika akan memberikan manfaat jika dipakai untuk tujuan yang benar, misalnya untuk tujuan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam bidang kedokteran, misalnya satu jenis narkotika diberikan kepada pasien yang menderita rasa sakit luar biasa karena suatu penyakit atau setelah menjalani suatu operasi. Contoh lain, satu zat jenis psikotropika diberikan kepada pasien penderita gangguan jiwa yang sedang mengamuk dan tak dapat ditenangkan dengan caracara lain. Jika pemakaian zat adiktif dan psikotropika dipakai di luar tujuan yang benar, itu sudah termasuk penyalahgunaan dan harus diupayakan pencegahannya.
Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika sangat berbahaya bagi diri sendiri, keluarga, maupun kehidupan sosial di sekitar kita.Dampak negatif pemakaian zat adiktif dan psikotropika pada diri sendiri, yaitu rusaknya sel saraf, menimbulkan ketergantungan, perubahan tingkah laku, dan menimbulkan penyakit (jantung, radang lambung dan hati, merusak pankreas, dan berisiko mengidap HIV positif). Pada dosis yang tidak tepat akan mengakibatkan kematian.
Dalam kehidupan sosial, penyalahgunaan pemakaian zat adiktif dan psikotropika, di antaranya: sering membuat onar atau perkelahian (misalnya, perkelahian pelajar), melakukan kejahatan (pencurian dan pemerkosaan), kecelakaan, timbulnya masalah dalam keluarga, dan mengganggu ketertiban umum.
Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika.Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
a. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada anggota keluarga yang terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut.Oleh karena itu, setiap orang tua memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh untuk membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin datang dari lingkungan di luar rumah.
b. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.
c. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada
para siswa tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat adiktif dan psikotropika di lingkungan sekolah.Sekolah perlu memberikan sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau pengedar narkoba.
d. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain dari kesalahan yang sama
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika memiliki manfaat dalam bidang kedokteran, namun memiliki dampak negatif apabila disalah gunakan oleh orang tak bertanggung jawab.
Selain merusak fungsi organ, psikotropika juga mengganggu fungsi syaraf dan otak.
Untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan psikotropika dibutuhkan koordinasi antara pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat, tempat pendidikan serta pemerintah.