MAKALAH
PENGOLAHAN SAMPAH BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
OLEH : ISNI FILIANDI SYAIFUL
D12112001
ANDI FAHDINA FITRIANTI ASLAM
D12112001
ANDI RAFIKA DWI RACHMA
D121121
NURUL MASYIAH RANI
D121121
ANDI WIDYA KHAIRUNNISA
D12112263
KHAIRA SAKIAH JUFRI
D12112272
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat-Nyalah maka kita masih di jalan yang lurus dan masih tetap berjihad untuk menuntut ilmu yang bermanfaat untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia. Shalawat
tetap
tercurah
kepada
Nabi
Muhammad
SAW.
yang
membimbing dan mengajak umat manusia ke jalan yang lurus, jalan yang penuh berkah dan rahmat untuk kehidupan kita yang penuh rintangan dan lika-liku kehidupan yang fana ini. Semoga kita umat-Nya berada di jalan-Nya yang penuh kebaikan dan rahmat. Dalam makalah ini penulis membahas secara mendalam mengenai Pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Dimana ini merupakan suatu wadah dimana masyarakat akan berperan aktif dalam proses pengelolaan sampah yang mereka hasilkan. Kami menyadari begitu banyak kekurangan dalam makalah ini. Olehnya itu, maka penyusun mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang konstrukif demi kesempurnaan makalah ini dan untuk makalah-makalah selanjutnya. Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai harapan. Sekian. Wassalam.
Makassar, Maret 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. .............................. ........
ii
DAFTAR ISI
iii
......................................... ............................................................... .................................. ............
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ........................
1
B. Rumusan Masalah ............................................ ............................................................. .................
2
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Pengolahan Sampah ........................................... ...........................................
3
B. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ……….………….
15
C. Pengertian Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat ......
20
D. Prinsip Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat ........... ...........
22
E. Manfaat dan Kendala Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
......................................... ...................................................... .............
25
F. Proses Pengolahan Sampah Berbasis masyaraka ..............
27
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................. .......
42
B. Saran ............................................... ..................................................................... ................................... .............
43
DAFTAR PUSTAKA ........................................... ................................................................. .................................. ............
iii
14
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkandaerah pemukiman semakin luas dan padat, serta perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau
kegiatan
penunjang
pertumbuhan
ekonomi
suatu
daerah
juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak menggunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan. Penanganan sampah yang selama ini dilakukan belum sampai pada tahapmemikirkan proses daur ulang atau menggunakan ulang sampah tetapi penanganan sampah dilakukanhanya mengangkutnya dari tempat sampah
di
permukiman
kota
dan
membuangnya
ke
tempat
pembuangansampah akhir. Cara seperti ini kurang bisa mengatasi masalah sampah karena masih dapat menimbulkanpencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah karena sampah merupakan sumber pencemaran.Permasalahan sampah timbul karenatidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya dan semakin menurun daya dukungalam sebagai tempat pembuangan sampah. Di satu pihak, jumlah sampah terus bertambah denganlaju yang cukup cepat, sedangkan
di
lain
pihak
kemampuan
pengolahan
sampah
masih
belummemadai. Pemerintah dapat mengatasi permasalahan sampah dengan bantuan masyarakat. Masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam proses pengolahan sampah. Tetapi sampai saat ini tingkat partisipasi masyarakat dalam 1
mengatasi masalah sampah masih kurang.Untuk itu diperlukan suatualternatif dalam mengurangi produksi sampah sehingga dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh sampah dapat dikurangi.Salah satu alternatif tersebut adalah dengan adanya kegiatan pengelolaan persampahan secara terpadu berbasis masyarakat.
I. 2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah: 1. Teori Dasar Pengolahan Sampah? 2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat? 3. Pengertian Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat? 4. Prinsip Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat? 5. Manfaat dan Kendala Pengolahan Sampah Berbasis Masyaraat 6. Proses Pengolahan Sampah Berbasis masyarakat
2
BAB II PEMBAHASAN
II. 1. Konsep Pengelolaan Sampah Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan
sampah
dimaksudkan
adalah
kegiatan
yang
sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan
sampah
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya.Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir. Pengelolaan sampah merupakan semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkanfaktor
kesehatan
lingkungan,
ekonomi,
teknologi,
konservasi, estetika, dan faktorfaktorlingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagaikegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputipengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
3
a. pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi : a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuaidengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah darisumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempatpengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahansampah terpadu; c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/ataudari tempat
penampungan
sampah
sementara
atau
dari
tempat
pengolahansampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempatpengolahan sampah terpadu (TPST); d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlahsampah; dan/atau e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampahdan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secaraaman.
ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat.
4
Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.Dari gambar tersebut terlihat bahwa dalam sistem pengelolaan sampah antara aspek teknis operasional, organisasi, hukum, pembiayaan dan peran serta masyarakat saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri.
Gambar 2.1
Skema Manajemen Pengelolaan Sampah 1. Aspek Teknik Operasional
Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkunganAspek Teknis Operasional dapat dibagi lagi atas 6 elemen fungsi (aspek) yaitu penimbulan (waste generation), penanganan yang terdiri dari pemisahan,penyimpanan dan prosesing di tempat (waste handling, separation, storage andprocessing at the source), pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan(transfer and transport), pemisahan, prosesing dan transformasi (separation andprocessing and transformation), dan pemrosesan akhir (disposal).
5
Gambar 2.2
Faktor-Faktor dalam pengelolaan sampah
Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh dinas-dinasterkait seperti Dinas Kebersihan.Pengelolaan oleh dinasdinas
terkait
ini
dimulai
daripengangkutan
sampah
sampai
pemrosesan akhir sampah. Untuk sumber sampah danpengumpulan di sumber sampah adalah menjadi tanggung jawab pengelola yaitu: 1)
Swasta/developer dan atau;
2)
Organisasi kemasyarakatan.
3)
Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu Pola
operasional
dalam
pengelolaan
konvensional dapatdilihat pada Gambar 2.3.
6
sampah
ini
secara
Gambar 2.3
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
a. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Penimbulan sampah meliputi aktifitas pembuangan sampah yang dikumpulkan disuatu tempat oleh pemiliknya.Penimbulan sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga, pertokoan, maupun perusahaan yang biasanya telah disediakan tempat pembuangan sampahnya. b. Penanganan : pemisahan, penyimpanan dan prosesing di tempat (waste handling, separation, storage and processing at the source)
Penanganan
sampah
pada
sumbernya
adalah
semua
perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan,
seringkali
masih
memiliki
nilai
ekonomis.Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
7
Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampahsendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola danatau swasta.spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkanoperasionalnya, tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila adapemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering.Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekalisedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari. c. Pengumpulan (collection)
Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung denganalat angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memilikikemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakangerobak (untuk daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri(untuk daerah tidak teratur).Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain. Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut : - Pola Individual Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.
8
Gambar 2.4
Pola pengambilan sampah individual tak langsung
- Pola Komunal Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
Gambar 2.5
Pola pengumpulan sampah komunal
d. Pemindahan dan Pengangkutan (transfer and transport)
Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali. Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari
9
tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir.Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres,
sehingga
sampah
dapat
dipadatkan
2-4
kali
lipat.Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman. e. Pemisahan, Prosesing dan Transformasi (separation and processing and transformation)
Pengolahan
sampah
dimaksudkan
untuk
mengurangi
volume sampah yangharus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan
prasaranadan
sarana
persampahan.Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah.Khusus pemanfaatana gasmetan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean development mechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kacayang berpengaruh pada iklim global. Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kotadan skala regional.Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan,dana, SDM dan kemudahan operasional. f.
Pemrosesan akhir (disposal).
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuangsampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut.Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir.Jadi
tempat
pembuangan
pengolahan sampah.
10
akhir
merupakan
tempat
2. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah kelembagaan yang sesuai dengan amanat PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi,
dan
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota,
PP41/2007 tentang Pemerintahan Daerah, PP 23/2004 tentang Pengelolaan KeuanganBadan Layanan Umum, serta Permendagri 61/2009 tentang Pola PengelolaanKeuangan Badan Layanan Umum Daerah. Perangkat peraturan tersebut di atasdigunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kelembagaan pengelolaan sampah,antara lain : a.
Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya membentuk UPTDatau kerjasama dengan swasta sebagai operator;
b.
Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk jangkapanjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemenkarena struktur organisasi mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang jelasdalam kegiatan-kegiatan penanganan sampah yang harus senantiasa ditunjangdengan kapasitas serta kualitas SDM yang memadai;
c.
Untuk
pengelolaan
sampah
lintas
kabupaten/kota,
dapat
dibentuk lembagapengelola di tingkat provinsi, sedangkan untuk pengelolaan sampah lintas provinsi,dapat dibentuk lembaga pengelola di tingkat nasional. Organisasi dan manajemen mempunyai peran pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi personalia serta manajemen. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horizontal dari badan pengelola.
11
Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai sesuaidengan lingkup tugasnya.Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani sedangkan sistem pengangkutan, system pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1.000 penduduk. 3. Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaansampah yang dimulai dari sumber sampah/penyapuan, pengumpulan,
transfer
dan
pengangkutan,
pengolahan
dan
pembuangan ahkir. Selama ini dalam pengelolaan sampah perkotaan memerlukan subsidi yang cukup besar, kemudian diharapkan sistem pengelolaan sampah ini dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari retribusi. Pembiayaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah : - Investasi yang lebih memadai yang didasarkan pada kebutuhan dan peningkatansarana prasarana, kapasitas SDM, serta kampanye dan edukasi bidangpersampahan; - Biaya
operasi
dan
pemeliharaan
yang
mencukupi
untuk
kebutuhan pengoperasiansarana prasarana persampahan yang perhitungannya
didasarkan
pada
kebutuhanalternatif
pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber sampaiTPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah untuk jangka panjang; - Tarif atau retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib retribusi(cross subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat
yang
dapatmencukupi
kebutuhan
operasional
pengelolaan sampah (mengarah pada pola costrecovery); - Penerapan pola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat dalampengelolaan persampahan;
12
- Pendapatan dari penarikan tarif atau retribusi harus terkoordinasi dan tercatatsecara baik dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk kepentinganpengelolaan sampah.
Menurut SNI – T-12-1991-03 tentang Operasional Pengelolaan SampahPerkotaan, biaya pengelolaan sampah dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan serta pergantian peralatan. Perbandingan biaya pengelolaan dari biaya total pengelolaan sampah sebagai berikut :
biaya pengumpulan 20 % - 40 %
biaya pengangkutan 40 % - 60 %
biaya pembuangan akhir 10% - 30 % Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari
masyarakat (80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan untuk pelayanan umum antara lain: penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan persampahan suatu kota besarnya disyaratkan. 4. Aspek Peraturan/ Hukum
Berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah sampai dengan Standar Nasional Indonesia sudah dikeluarkan termasuk Undang-Undang No. 18 Tahun2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dengan demikian diharapkan pengelolaan sampahdapat dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikanmanfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, sertadapat mengubah perilaku masyarakat; secara efektif dan efisien. Hukum dan peraturan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah : -
Pemerintah daerah memiliki Perda yang terdiri dari Perda Pembentukan
Institusi,Perda
Ketentuan
Penanganan
Persampahan dan Perda Retribusi, dimana substansimateri Perda
13
harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat diimplementasikan untukjangka panjang (20 tahun); -
Penerapan Perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasantertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapanaparat dari mulai kepolisian, kejaksaan
dan
kehakiman
untuk
penerapan
sanksiatas
pelanggaran yang terjadi; -
Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya. Prinsip aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa
peraturanperaturan daerah yang merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan yang meliputi:
Perda yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan.
Perda mengenai bentuk institusi formal pengelolaan kebersihan.
Perda yang khusus menentukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan kebersihan Peraturan – peraturan
tersebut
melibatkan
wewenang
dan
tanggung jawab pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pembayaran retribusi. 5. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat sangat mendukung program pengelolaan sampah suatu wilayah. Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah proses dimana orang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan persampahan dan sebagai warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran prasarana yang tersedia untuk mereka. Peran serta masyarakat penting karena peran serta merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, masyarakat lebih mempercayai proyek/program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan.
14
Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau pembuangan
sampah
antara
lain:
pengetahuan
tentang
sampah/kebersihan, rutinitas pembayaran retribusi sampah, adanya iuran sampah RT/RW/Kelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah.
II. 2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat a.
Pengertian pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki
situasi
dan
kondisi
diri
sendiri
dan
lingkungannya.Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat. Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife (1995) mengemukakan
bahwa
pemberdayaan
mengacu
pada
kata
“empowerment,” yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.
15
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orangorang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya,
bahkan
merupakan
“keharusan”
untuk
lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal. Permendagri
RI
Nomor
7
Tahhun
2007
tentang
Kader
Pemberdayaan Masyarakat, menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. b.
Proses Pemberdayaan
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung
pemberdayaan
yang
dua
menekankan
kecenderungan. pada
proses
Pertama,
proses
memberikan
atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan kecenderungan
primer
pertama dari
tersebut makna
dapat
disebut
pemberdayaan.
sebagai
Sedangkan
kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses
menstimulasi,
mendorong
atau
memotivasi
individu
agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”. Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
16
1.
Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2.
Mampu mengarahkan dirinya sendiri
3.
Memiliki kekuatan untuk berunding
4.
Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan
5.
Bertanggungjawab atas tindakannya. Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab. Suatu
usaha
hanya
berhasil
dinilai
sebagai
"pemberdayaan
masyarakat" apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan hanya penerima manfaat atau obyek saja. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002). Proses pemberdayaan bukan suatu yang instant, namun membutuhkan waktu dan energi dalam pendekatannya, produk dari proses pemberdayaan adalah penyadaran akan bakat/kemampuan, kemandirian, dan komit men.
c.
Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat
17
Jamasy
(2004)
mengemukakan
bahwa
konsekuensi
dan
tanggungjawab utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Terkait
dengan
tujuan
pemberdayaan,
Sulistiyani
(2004)
menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan mengikutkan mereka
dalam
perencanaan
program-program
pembangunan,
dan
menyertakan mereka sebagai pelaku aktif proses perubahan yang
18
dilakukan. Untuk itu mereka perlu mempunyai akses terhadap informasi tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan mereka, mendorong mereka mengorganisasikan diri dalam kelompok-kelompok yang mampu menyuarakan kepentingan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara mandiri. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didukung oleh pelaku-pelaku yang profesional, yang mempunyai kemampuan, komitmen dan perhatian pada masyarakat terutama bagi masyarakat yang relatif kurang pendidikan. Berbagai teknik dan bentuk-bentuk prasarana dan sarana serta pola-pola pelayanan khusus perlu diciptakan. Perubahan-perubahan
yang
dihasilkan
oleh
upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat lambat laun diharapkan akan meningkatkan kualitas kehidupan mereka, menjadikan mereka lebih berdaya, mampu melepaskan diri dari keterbelakangannya, dan menjadi masyarakat yang maju dan mandiri Dengan
demikian
tujuan
akhirnya
masyarakat,
memampukan,
dan
memajukan
diri
kehidupan
ke
arah
adalah
membangun yang
memandirikan
kemampuan
untuk
lebih
secara
baik
berkesinambungan. Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktor- aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati (Sutoro Eko, 2002)
19
II.3. Pengertian Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat PSBM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat.Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yangramah lingkungan. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan penanganan sampah yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengatasi sampah secara terorganisir, pada tahap penimbulan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir terhadap sampah yang dihasilkannya. Masyarakat dapat mengambil peransebagai: 1. Pengelolaan dalam mengurangi dan menangani sampah disumber; 2. Pengawas yaitu mengawasi tahapan pengelolaan agar berjalan dengan benar; 3. Pemanfaat yaitu dengan memanfaatkan sampah secara individu, kelompok atau kerjasama dengan dunia usaha; 4. Pengolah yaitu dengan mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana pengolah sampah; dan 5. Penyedia biaya pengelolaan sampah. Peran masyarakat menurut pasal 28: 1. Masyarakat
dapat
berperan
dalam
pengelolaan
sampah
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. 2. Peran masyarakat dapat melalui:
Pemberian usul, pertimbangan, dan saran;
Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
Pemberian
saran
dan
pendapat
persampahan. Bentuk peran serta masyarakat:
Pemilahan sampah di sumber
Pengolahansampahdengan 3R
20
dalam
penyelesaian
sengketa
Wajibmembayariuran/retribusi
Mematuhi aturan yang ditetapkan
Menjaga kebersihan
Aktif sosialisasi pengolahan sampah
Langkah-langkah mewujudkan PSBM adalah: 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan gerakan penyadaran melalui kegiatansosialisasi, rembug warga, pertemuan ibu-ibu dll. 2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dariberbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah darirumah tangga, termasuk pengelolaan yang dilakukan maupun keterlibatanpihak lain seperti pemerintah, swasta dan sebagainya. 3. Pendekatan
kepada
pemuka
masyarakat
setempat
dan
izin
dari
pemimpinwilayah (RW, Lurah), 4. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dankemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak dilingkungannya, 5. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencanakerja, dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun nonmateri, 6. Pelatihan
dan
kampanye
untuk
meningkatkan
pemahaman
dan
kesadaranpenghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakaulang, daur ulang), 7. Studi banding (kalau memungkinkan) 8. Pendampingan, terusmenerus
sosialisasi, sampai
penyebaran
menghasilkan
informasi
kompos,
dan
produk
pemantauan daur
ulang,
penghijauan, dantanaman produktif, 9. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan,Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan system pengelolaan sampah skala kota
21
10. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yangberminat menambah penghasilan, 11. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daurulang, dan pameran foto lingkungan.
II. 4. Prinsip Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) dicirikan sebagai suatu system pengelolaan sampah kawasan permukiman yang dikembangkan dan dioperasikan sesuai dengan keputusan-keputusan yang diambil oleh masyarakat penggunanya sendiri. Dalam suatu PSBM, masyarakat perlu memiliki tingkat kesadaran, komitmen, kemauan, dan kemampuan yang memadai agar dapat mengambil keputusan dengan benar. Upaya penyiapan masyarakat merupakan tahap paling penting dalam pengembangan PSBM. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong masyarakat ikut berperan aktif di dalam PSBM, yaitu : a. Membentuk Kelompok Penggerak Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) di suatu kawasan permukiman tidak akan berkembang jika tidak ada pihak-pihak yang mau menggerakkan masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan PSBM harus melibatkan sekelompok anggota masyarakat sebagai kelompok penggerak yang mau bekerja keras untuk memotori masyarakat calon pengguna agar mau dan mampu terlibat dalam perencanaan PSBM, kelompok ini akan mengkoordinir
keterlibatan
masyarakat
dalam
pembangunan
dan
pengoperasian seluruh fasilitas PSBM. Anggota kelompok penggerak sebaiknya diambil dari masyarakat penghuni kawasan permukiman itu sendiri. Proses pencarian para calon anggota kelompok penggerak dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
Berbagai
kelompok
masyarakat
yang
aktif
melakukan
kegiatan
kemasyarakatan seperti kelompok keagamaan, karang taruna, kader
22
posyandu, kelompok pemuda, dan arisan. Umumnya anggota kelompokkelompok ini sudah dikenal dan terbiasa bekerjasama dengan masyarakat.
Riwayat kegiatan kolektif yang pernah dilakukan masyarakat seperti kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan kerja bakti bersama, perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, dan kegiatan keagamaan. Lebih baik lagi jika pernah ada kegiatan yang terkait dengan peningkatan kondisi sanitasi kawasan permukiman itu.
Saran dan masukan dari tokoh masyarakat setempat. Individu yang disarankan oleh tokoh masyarakat sebaiknya merupakan individu yang reputasinya sudah dikenal baik oleh masyarakat penghuni kawasan tersebut. Sebelum menjalankan tugasnya, tiap anggota kelompok penggerak harus sudah memahami prinsip dasar PSBM dan tahapan pengembangannya.
b. Membangkitkan Kesadaran dan Minat Masyarakat Pengembangan
PSBM
harus
didasari
oleh
kebutuhan
(demand)
masyarakat untuk meningkatkan kebersihan permukimannya. Sebelum kebutuhan itu tumbuh, masyarakat perlu menyadari bahwa:
Kawasan permukimannya memiliki masalah kebersihan akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik.
Kawasan permukiman yang sehat dan bersih akan memberi banyak manfaat kepada para penghuninya.
Masyarakat harus berupaya sendiri mengatasi sampahnya di saat instansi kebersihan setempat tidak mampu menangani sampah di kawasan permukimannya.
Keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengembangkan PSBM yang sesuai dengan kebutuhan permukiman tersebut. Kelompok penggerak perlu membangkitkan kesadaran dari seluruh masyarakat penghuni kawasan permukiman. Keberadaan PSBM di suatu kawasan permukiman perlu didukung oleh seluruh masyarakat penghuninya dari kesadaran yang baik nantinya akan timbul minat masyarakat untuk bersama-sama
23
mengembangkan PSBM. Pemilihan teknik pembangkitan kesadaran dan minat masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan ketersediaan waktu masyarakat, tingkat pendidikan, sumber daya manusia yang ada, pengetahuan masyarakat tentang isu-isu sanitasi lingkungan, dan anggaran biaya yang tersedia. Ada beberapa teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kesadaran dan minat masyarakat: 1. Diskusi Informal; Kegiatan ini dapat diselenggarakan secara umum maupun secara terbatas dengan kelompokkelompok tertentu saja. Acara dapat dilakukan dimana saja termasuk di rumahrumah warga atau diselasela kegiatan warga lainnya. Sebelum tanya-jawab dimulai, sebaiknya masyarakat diberi penjelasan secukupnya tentang permasalahan sampah di lingkungan permukimannya. 2. Simulasi dan Peragaan; Kegiatan
ini
sebaiknya
diselenggarakan
di
sela-sela
acara
kemasyarakatan atau di lokasi-lokasi yang sering mereka kunjungi. Beberapa contoh simulasi dan peragaan ini antara lain adalah pemilahan sampah, pembuatan kompos, dan pembuatan kertas daur ulang. Simulasi dapat mengundang praktisi persampahan yang bersedia membantu. 3. Poster dan Pamflet; Kegiatan ini berisi pesan-pesan pendek yang ditampilkan bersama foto atau ilustrasi menarik. Poster sebaiknya dipasang di tempat-tempat umum, sedangkan pamflet dapat dibagikan langsung ke tiap anggota masyarakat. 4. Lomba Tematik; Umumnya merupakan kegiatan yang disenangi masyarakat apapun bentuk lombanya. Beberapa contoh lomba tematik ini antara lain adalah lomba melukis antar anak, lomba disain poster atau pamf et, lomba pemilahan sampah, lomba kebersihan halaman, dan lain sebagainya.
24
5. Jajak-Pendapat; Kegiatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan mengenai isu-isu kebersihan dan persampahan di kawasan permukimannya. Dengan mengisi kuesioner, masyarakat secara tidak langsung sudah diajak memperhatikan permasalahan sampah di kawasannya. 6. Wisata Banding; Kegiatan dimana mengunjungi suatu daerah dimana merupakan daerah yang telah berhasil mengembangkan PSBM. Kunjungan dapat optimal jika dapat menjalin komunikasi yang baik dengan
pengelola
permukiman percontohan di daerah tersebut.
c. Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Keterlibatan
masyarakat
dalam
perencanaan
PSB
nantinya
akan
berlangsung lebih efektif jika didukung dengan bekal pengetahan yang baik. Pengetahuan yang ada dapat mempermudah masyarakat dalam bertindak dengan lebih terarah dan tepat sehingga komitmen juga umumnya akan lebih kuat. Kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat berbeda dengan kegiatan pembangkitan kesadaran dan minat masyarakat dimana pada tahapan ini, masyarakat akan diberikan pengetahuan yang terkait dengan sistem PSBM dan peran-peran yang dapat mereka jalankan. Namun, kegiatan peningkaatan ini sebaiknya dilengkapi dengan peragaan, simulasi, diskusi interaktif dan kunjungan ke suatu PSBM yang sudah berjalan lebih baik. Adapun peran peran masyarakat dalam PSBM : 1.
Masyarakat sebagai Pelanggan dimana menerima layanan PSBM dan membayar iuran sebagai kompensasi terhadap layanan yang diterimanya.
2.
Masyarakat sebagai Pengembang yakni terlibat dalam perencanaan dan pembangunan PSBM.
3.
Masyarakat yang akan melakukan pengawasan dan penilaian kinerja dari PSBM dan tenaga pelaksananya.
25
4.
Masyarakat sebagai Operator PSBM yang nantinya akan terlibat langsung
dalam
pengoperasian,
pemeliharaan,
dan
pengaturan
administrasi PSBM. 5.
Masyarakat sebagai bagian Pelaksana Operasi PSBM yang akan terlibat dalam minimisasi, pengolahan, dan pemilahan sampah di rumahnya masing-masing, pewadahan dan pengumpulan sampah, dan pemeliharaan fungsi fasilitas komunal.
II. 5. Manfaat dan Kendala Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Layanan pengumpulan sampah yangdiselenggarakan oleh organisasi masyarakat
membuka
kesempatan
kerja
dan
aktifitas
menghasilkan
pendapatan (income-generat ing), yang kemudian berkontribusi pada perbaikan kebersihan lingkungan.Efisiensi yang membaik dalam layanan pengelolaan
sampah
telah
menyumbang
signifikan
pada
kebersihan
lingkungan, karenanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa melalui kesempatan kerja yang ditawarkan melalui pengumpulan sampah dan aktifitas daur ulang menawarkan
peluang
besar
untuk
memperbaiki
kondisi
lingkungan,
mengurangi kemiskinan, khususnya bagi wanita dan kaum muda, yang merupakan kelompok penduduk dengan tingkat pengangguran tinggi. Manfaat PSBM sebaiknya menyangkut manfaat jangka pendek dengan mempertimbangkan masyarakat yang bergulat dengan kebutuhan jangka sangat pendek seperti rumah, lapangan kerja, dan 'secure tenure'. Tantangan/Kendala
Kelompok
masyarakat
khususnyapendapatan
rendah
mempunyai
keterbatasan terhadap akses pada sumber pembiayaan.Pembiayaan seringkali bergantung pada sumber luar untuk penyediaan peralatan dasar untuk menyelenggarakan pelayanan persampahan. Bank dan fasilitas kredit formal lainnya menolak menyediakan pinjaman karenaketidaktersediaan aset. Syarat Keberhasilan Dari berbagai 26
literatur ditemukan bahwa PSBM sering mengalami kegagalan disebabkan oleh rendahnya partisipasi rumah tangga. Jika pengelolaan sampah tidak menjadi sebuah kebutuhan, ini akan berdampak pada tingkat partisipasidan keinginan membayar .Disepakatibahwa kebutuhan menjadi persyaratan utama keberhasilan pelaksanaan PSBM, sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat
adalah
langkah
awal
mendorong
timbulnya
kebutuhan
masyarakat. Selain itu, dari studi yang dilakukanoleh Mockler (1998) terhadap 15 kegiatan daur ulang oleh komunitas di Jakarta, ditemukan hanya 4 (empat) yang tetap berjalan.Kegagalan ini disebabkan tidak cukup memadainya jumlah sampah organik yang dapat didaur ulang menjadi kompos, sehingga pendapatan yang diperoleh juga kurang memadai.Insentif finansial dari kegiatan daur ulang kemudian dianggap tidak menarik bagi masyarakat. Sentuhan dari pihak luar juga dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan PSBM.Pelatihan baik informal maupun formal oleh institusi
eksternal
mempengaruhi
keinginan
masyarakat
untuk
membayar.Pelatihan ini mencakup pemahaman menyeluruh tentang manfaat dan keuntungan pengelolaan sampah bagi masyarakat. Namun demikian perlu disadari bahwa intervensi dari pihak luar hanya sebagai pemicu dan bersifat sementara, sehingga rasa memiliki dari masyarakat menjadi persyaratan penting lainnya. Menyadar i bahwa komunitas beragam, karenanya tidak tersedia satu jawaban yang dapat mengatasi masalah persampahan. Mengabaikan perbedaan mungkin akan mengakibatkan pemberdayaan masyarakat kurang berhasil. Perlu dicatat juga bahwa partisipasi sendiri bukan merupakan sebuah panacea (obat bagi semua penyakit) bagi pencapaian pengelolaan sampah berkelanjutan. Memelihara dan mendorong partisipasimemerlukan kerja terus menerus melalui peningkatan kesadaran dan kapasitas. Lebih jauh, kemitraan antara beragam aktor diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dari sistem pengelolaan persampahan.PSBM tidak berkelanjutan tanpa hubungan yang kuat antara organisasi masyarakat dan pemerintah daerah.
27
II. 6. Proses Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Sebelum kita mengolah tentulah terebih dahulu ada proses pengelolaan sampah
itu
sendiri.
Pengelolaan
sampah
adalah
pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat. Berikut tahapan pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yang
tidak
berbahaya
dari
pemukiman
dan
institusi
di
area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. PSBM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan penanganan sampah yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengatasi sampah secara terorganisir, pada tahap penimbulan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir terhadap sampah yang dihasilkannya. Pada tahap proses pngelolaan, sampah-sampah yang masih dapat di daur ulang mengalami proses lanjutan yaiu proses pengolahan sampah dimana
28
proses ini masih dalam lingkup Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM). Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksud untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain dan energi).
Pengolahan
sampah
pengomposan, recycling /daur
ulang,
dapat
dilakukan
pembakaran
berupa
:
(insinerasi),pembuatan
biogas dan lain-lain. Ada dua jenis pengolahan bergantung dari jenis sampahnya yaitu. 1. Sampah Organik Sampah Organik atau sering disebut sampah basah adalah
jenis
berasal
dari
sampah
yang
jasad
hidup
sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Ada beberapa contoh jenis sampah
yang
dapat
dikomposkan yaitu sayuran, daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan potongan rumput /daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metoda pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah melalui
pembusukan
yang
dikendalikan,
yang
dikenal
dengan
pengomposan atau komposting. Adapun beberapa proses pengomposan yaitu :
29
TAKAKURA
Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing. Caranya: sampah organic dicampurkan dengan mikroorganisme padat dari campuran bekatul, sekam padi, pupuk kompos, dan air. Kemudian dimasukkan kedalam keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Cara ini diterapkan oleh Pusdakota – Universitas Surabaya. Penemu metoda Pengelolaan sampah skala RT sistem aerob, membutuhkan aliran udara untuk memaksimalkan fungsi bakteri, metoda ini ditemukan oleh Prof Koji Takakura dari JPEC Jepang.
Gambar Alat dan bahan untuk komposter Takakura Fungsi Alat dan Bahan Takakura
1. keranjang yang berlubang, dan lapisi dengan kardus. Fungsi kardus adalah: mengatur kelembaban, dan berpori-pori, sehingga dapat menyerap serta membuang udara & air. 2. bantal sekam di bawah dan di atas keranjang. Fungsi bantal sekam adalah mempercepat pembusukan sampah organic, menyerap air dan bau sampah, dan memudahkan pengontrolan kelembaban sampah yang akan menjadi kompos. 3. Media kompos jadi yang berasal dari sampah rumah tangga diisikan ½ sampai 2/3 bagian keranjang. Kompos yang ada dalam keranjang berfungsi sebagai aktivator/ragi bagi sampah baru.
30
4. Tutupkan kain di atas bantal sekam, agar lalat tidak dapat bertelur dalam keranjang, serta mencegah metamorfosis (perubahan) dari belatung menjadi lalat, 5.
Tutup keranjang bagian atas sebagai pemberat agar tidak diganggu oleh predator (kucing/anjing). Pilih tutup yang berlubang agar udara dapat keluar masuk.
a. Skala Rumah Tangga -Takakura dan Modifikasinya Takakura (kiri) dan Bambookura (kanan). Metoda Takakura sangat dikenal di Surabaya, karena murah dan sederhana. Menggunakan prinsip aerob (dengan udara), Takakura terdiri dari keranjang berpori, bantal sekam, kardus tebal, kain penutup, dan kompos jadi - Doskura Doskura menggunakan kardus
sebagai
pengganti Cukup
keranjang.
kardus
yang
dilapisi
dengan
gelangsing dan diberi aktivator doskura mengubah menjadi
(kompos), dapat
juga
sampah kompos.
Hanya saja, karena kardus mudah lapuk maka kardus harus diganti secara kontinyu setiap 6-8 minggu sekali. - Komposter Gentong Gentong dari tanah liat ini dapat dijadikan komposter karena sirkulasi udara yang cukup dan juga kelembabannya. Pembalikan dan pengadukan juga tetap perlu dilakukan.
31
Gambar Komposter dari Gentong - Ember Berlubang Ember bekas cat seperti ini dapat dijadikan komposter sederhana dengan memberi lubang yang cukup untuk aerasi. Mirip dengan Takakura, digunakan
bantal
sekam
mengontrol
kelembaban
dan
dan
kardus
untuk
mengurangi
bau.
Komposter model ini digunakan di Penjaringan, Jakarta Utara. b. Skala Komunal Komposter dan Takakura dapat dibuat komunal dari bahan plastic, kayu, pasangan bata sebagaimana dilihat pada gambar berikut. Metoda ini
menggunakan
konstruksi
sederhana
pasangan
bata
yang
dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang pengomposan. Cara ini digunakan di Kebun Karinda Lebak Bulus, Jakarta.
Gambar Komposter Tanam komunal (10 KK) - Komposter Aerob /Komposter Vent Menggunakan tong plastik berukuran 120 Liter yang dilengkapi pipa vertikal dan horisontal agar proses berlangsung secara aerob
32
(dengan udara). Salah satu pengguna komposter jenis ini adalah masyarakat di Jambangan, Surabaya.
Gambar Komposter Vent - Komposter Ayun Komposter ayun ini merupakan komposter yang tidak ditanam mengolah sampah organik rumah tangga yang berupa sisa-sisa makanan melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong bekas dengan pengoperasian secara diayun. Kapasitas: 30 liter untuk 2- 3 bulan dan 60 liter untuk 4-6 bulan. Satu rumah tangga membutuhkan
2
komposter
putar,
digunakan
secara
bergantian.Wadah penampungan air sampah diletakkan dibawah komposter.
G a m b a r Komposter Ayun - Takura Susu dan Takura Kotak Takura Susun Metoda ini menggunakan keranjang berlubang dan kemudian dilapisi dengan gelangsing. Caranya: sampah
33
organic dicampurkan dengan mikroorganisme padat dari campuran bekatul,
sekam
padi,
pupuk kompos, dan
air.
Kemudian
dimasukkan kedalam keranjang dan ditutup dengan keset dari sabut kelapa. Takura Kotak Metoda ini menggunakan konstruksi sederhana pasangan bata yang dikombinasikan dengan bilik kayu sebagai pintu untuk ruang pengomposan. Cara ini digunakan di Lebak Bulus, Jakarta.
G a m bar Takakura susun dan komposter kotak a. Sampah Anorganik Sampah Anorganik atau sampah kering adalah sampah yang terususun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Contohnya adalah botol gelas, plastik, tas plastik, kaleng, dan logam. Sebagian sampah non- organik tidak dapat diuraikan oleh alam sama sekali, dan sebagian lain dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
Mengolah
sampah
non-organik
erat
hubungannya
dengan
penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik. Cara pengolahan sampah-sampah yang tergolong anorganik yaitu :
34
1. Sampah kertas Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Entah selanjutnya dibuang ke tempat sampah atau dijual ke tukang loak, minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola sampah untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti topeng, patung, dan kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang jauh lebih tinggi dari sekadar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai bahan pembuat kerajinan tangan, atau Anda sendiri yang membuat karya seni yang menghasilkan. 2. Sampah kaleng Banyak sekali kemasan kaleng yang digunakan untuk barang-barang keperluan sehari-hari. Sementara sumber daya tambang tidak dapat diperbaharui, jika bisa pun butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk membentuknya. Suatu saat bahan tambang tersebut akan habis dieksplorasi. Oleh karena itu, akan bijak jika kita ikut andil dalam gerakan menyukseskan daur ulang. Kaleng baja 100% dapat didaur ulang
karena
siklus
hidupnya
tidak
akan
pernah
berakhir.
Membuat baja dari kaleng bekas hanya memerlukan 75% energi yang digunakan untuk membuat baja dari bijih besi. Itu berarti, setiap kita mendaur ulang 1 ton baja, akan dihemat 1.131 kg bijih besi, 633 kg batu bara, dan 54 kg kapur.
3. Sampah kain Sampah kain bisa digunakan untuk cuci motor atau sebagai bahan baku kerajinan. Pakaian yang sudah tidak terpakai, tapi masih layak pakai bisa disumbangkan kepada yang membutuhkan, atau dijual dengan harga miring. Sisa kain atau kain perca juga dimanfaatkan untuk banyak aplikasi bisa selimut, tutup dispenser, magic jar,danlainnya. 4. Sampah botol
35
Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi masih utuh. Jika sudah tidak utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca lainnya untuk dicetak menjadi botol baru. Harga sampah botol bekas minuman lebih
rendah
karena
bentuknya
khusus
sehingga pembelinya terbatas perusahaan minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bisa dike mas dengan botol itu. Usaha botol bekas juga memberi peluang kerja bagi ibu-ibu sebagai pencuci botol. 5. Sampah Plastik Pemanfaatan sampah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju. - Sampah plastik menjasi Tas Sampah plastik ini biasa menjadi aneka ragam tas dompet dll yang bernilaii ekonomis. Berikut cara-cara pembuatan tas plastic menggunakan sampah plastik. Pertama:
Siapkan satu bekas bungkus kopi instan merek apa saja. Potong menjadi dua bagian selebar 4 cm.
Ke dua:
Potongan bekas bungkus kopi selebar 4 cm tersebut di lipat ke arah dalam sepanjang 1 cm di kedua
36
sisinya sehingga menghasilkan pita plastik selebar 2 cm. Buat pita seperti ini sebanyak minimal 1000 buah dari 500 bungkus bekas kopi instan. Ke tiga:
Ambil 4 buah pita dan anyam seperti membuat baling-baling.
Ke empat:
Pada baling-baling yang sudah terbentuk selanjutnya tambahkan pita lainnya satu persatu
dan
jangan lupa membuat
sudut
tegak vertikal agar bisa dianyam ke arah atas.
Bila
proses
ini
diabaikan
maka
anyaman hanya akan berbentuk seperti tikar saja dan tidak berupa keranjang. Atur lebar dan tinggi anyaman sesuai kebutuhan. Ke lima:
Setelah keranjang atau tas cantik Anda selesai, bagian dalam tas dapat ada beri lapis dari kain perca agar tidak bolong-bolong atau biarkan seperti itu supaya tetap orsinil dan antik.
Gambar Model tas dari daur ulang sampah plastic
37
-
Sampah Plastik Menjadi Biji Plastik Proses daur ulang tampaknya sudah menjadi harga mati untuk menanggulangi krisis sampah plastik ini. Sebelum membahas proses daur ulang plastik secara lebih mendalam, akan lebih baik jika kita mengetahui tahapan-tahapan pendaurulangan
sampah
plastik
menjadi
biji
plastik/bahan
bakusetengah jadi, yaitu: 1.
Pemisahan: sampah plastik harus dipisahkan dari material sampah lainnya, misalnya memisahkannya dari material sampah organik atau keras.
2.
Pemotongan: sampah plastik yang sudah dipisahkan kemudian dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan. Jika akan diolah menjadi biji plastik, sampah plastik ini harus dipotong kecilkecil untuk mempermudah proses pengolahannya.
3.
Pencucian; sampah plastik yang suadah menjdi potongan potongan ini harus dicuci untuk membersihkannya dari zat-zat tertentu yang tidak dibutuhkan atau dapat mengganggu proses pengolahan. Contoh zat tersebut adalah besi
4.
Penggilingan; setelah dicuci, sampah plastik kemudian digiling agar menjadi biji plastik. Tanda bahwa biji plastik yang dihasilkan melalui penggilingan memiliki kualitas bagus adalah dari mengapung tidaknya biji plastik tersebut di atas air.
5.
Biji plastik yang telah diolah inilah yang akan dikirim ke pabrik pengolahan produk-produk daur ulang.
- Plastik Menjadi Suvenir
38
1
Modal
Modal awal dari usaha ini adalah Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000, Dana tersebut digunakan untuk sewa tempat usaha, pembelian alat dan perlengkapan, serta bahan baku. Berikut ini adalah estimasi dana yang Keterangan
Nilai (Rp)
Sewa tempat usaha untuk satu tahun
5.000.000
Pembelian
-
Gergaji manual 4 buah @ Rp 50.000
200.000
-
Mesin amplas
300.000
-
Alat press matras
5.000.000
-
Alat semprot
75.000
-
Kompresor listrik
950.000
-
Alat pendingin
300.000
Pembelian perlengkapan
-
Thinner
7.000
-
Cat
20.000
-
Pernis
25.000
-
Amplas
10.000
Pembelian bahan baku 100 kg (Rp 2.500 per
250.000
kg) Total Biaya
12.137.000
harus kita keluarkan ketika pertama kali mendirikan usaha ini. 2
Pembiayaan
Dalam sebulan, kita harus menyipkan dana rutin agar usaha daur ulang plastik yang kita dirikan dapat terus berjalan. Yang termasuk ke dalam dana/ biaya rutin tersebut adalah biaya sewa tempat usaha, depresiasi peralatan, pembelian perlengkapan, biaya listrik dan telepon, usaha
39
pekerja, dan pembelian bahan baku. Berikut ini adalah perkiraan estimasi dana yang harus dikeluarkan per bulan: Keterangan
Nilai (Rp)
Biaya tetap
Sewa tempat usaha Rp 5.000.000 : 12 =
420.000
Depresiasi
- Gergaji manual 4 x @Rp 50.000 = Rp
250.000
200.000: 12 bulan= - Mesin amplas Rp 300.000: 24 bulan =
13.000
- Alat press matras Rp 5.000.000: 24 bulan
209.000
= - Alat semprot Rp 75.000 : 12 bulan =
5.000
- Kompresor listrik Rp 950.000: 24 bulan =
40000
- Alat pendingin Rp 300.000: 24 bulan =
12.500
Biaya variabel
Biaya listrik
1.500.000
Biaya telepon
300.000
Biaya pekerja (12 orang)
9.000.000
Beli perlengkapan
- Thiner 50 liter (50 x Rp 7.000)
350.000
- Cat 50 kilogram (50 x Rp 20.000)
1.000.000
- Pernis 50 liter (50 x Rp 25.000)
1.250.000
- Amplas 60 meter (60 x Rp 10.000)
600.000
Biaya bahan baku (4 kwintal)
4.000.000
Total biaya
18.951.000
40
Jika dalam sebulan kita bisa memproduksi 300.000 item souvenir pernikahan dalam berbagai bentuk dengan harga rat a-rata Rp 250 per buah maka kita akan mendapatkan pemasukan Rp 75.000.000,-. Setelah dikurangi biaya rutin, kita akan mendapatkan keuntungan bersih Rp 56.049.000,-. Dengan modal awal yang tidak lebih dari Rp 15.000.000, kita sudah bisa balik modal dalam rangka waktu satu bulan.
41
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah Pada tingkat individu, partisipasi minimalberarti hanya dalam bentuk pengumpulan sederhana berupa menaruh sampah di tempat sampah, memisahkan sampah organik dan anorganik, menaruh sampah pada waktu dan tempat yang tepat, membawa sampah ke titik pengumpulan sementara, dan membersihkan halaman rumah. Pada tingkat komunal,partisipasi berarti aktifitas yang lebih terorganisasi seperti pertemuan, pembersihan saluran dan taman, dan kampanye peningkatan kesadaran. Lebih jauh, partisipasi dapat berarti memulai proyek sampah atau terlibat dalam kegiatan bersama pihak luar.Partisipasi juga dapat berarti telibat dalam pengelolaan pengumpulan sampah, bernegosiasi dengan pemerintah daerah, termasuk mobilisasi komunitas mendorong pemerintah menyediakan layanan memadai dan sesuai kebutuhan masyarakat.
B.
Saran Adapun saran yang dapat kami berikan dari makalah ini adalah : 1.
Sebagai mahasiswa seharusnya lebih memperdalam ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya sehingga mempunyai skill.
2.
Mahasiswa harus menjadi center learning student dalam perkuliahan sehingga mahasiswa yang lebih kreatif.
42