KATA PENGANTAR
Salam sejahtera Puji syukur yang sebesar-besarnya kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kasih, rahmat dan karuniaNya sehingga makalah dengan judul “Penanganan “Penanganan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD), High (IGD), High Care Unit (ICU), Intensive (ICU), Intensive Care Unit (ICU) (ICU) ” ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu Anestesiologi dan Rawat Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang di RSUD Kota Semarang periode 16 Juni – Juni – 12Juli 2014. Melalui makalah ini, penulis ingin mencoba menyajikan informasi mengenai “Penanganan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD), High (IGD), High Care Unit (ICU), Intensive (ICU), Intensive Care Unit (ICU) (ICU) ” bagi paRa pembaca, khususnya kalangan kal angan medis dan paramedis, parame dis, dengan harapan agar menambah pengetahuan mengenai hal tersebut. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengahadapi berbagai hambatan dalam memperoleh informasi, seperti sulitnya memperoleh keakuratan data dengan melakukan seleksi dari berbagai sumber, serta kurangnya pengalaman pengalaman penulis dalam menyusun karya karya ilmiah. Pada kesempatan ini, tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Susi Herawati, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
2. Dr. Purwito Nugroho, Sp.An. M.M, selaku Koordinator SMF Anestesiologi RSUD Kota Semarang dan pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif. 3. Dr. Donni Indra Kusuma, Sp.An, Msi.Med, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi RSUD Kota Semarang. 4. Dr. Satrio, Sp.An , selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi RSUD Kota Semarang. 5. Dr. Aditya selaku residen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 6. Dr. Bambang S, selaku residen Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 7. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Anestesiologi RSUD Kota Semarang Periode 16 Juni – 12 Juli 2014. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan pengalaman penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya makalah ini dapat menjadi lebih baik, dan dapat berguna bagi yang membacanya. Penulis mohon maaf yang sebesar besarnya apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Juli 2014
Penulis
ii
PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD), HIGH CARE UNIT (ICU), INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Dedi Yulianto* Purwito Nugroho ** ABSTRACT
Emergency patientsshouldbe evaluatedquicklyandthenmadea priorityrighttotreatmentinthe ER, the HighCare Unit, Intensive Care Unit, it isaimed atsaving livesandlimitingdisabilitiesprevent, alleviatesuffering ofpatients, includingintensivemonitoring andsupervisionisdoneTheHCUandICUpatientsbased onconditionsorcircumstances of the patient. Situation requiresskillanda good knowledgeof thehelperandadequate facilitiesandperfectorganization. Emergency Room, High Care Unit, Intensive Care Unitspecially preparedformenaganiandprovideservaccordancewiththe patient'sconditionandindications. Handled bya reliablemedicaldoctor is. PatientER,Emergency Room, High Care Unit, Intensive Care Unit, doctors. Keywords:
ABSTRAK
Pasien gawat darurat harus dilakukan evaluasi dengan cepat dan tepat untuk kemudian dilakukan prioritas terapi di Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit, Intensive Care Unit , hal tersebut ditujukan untuk menyelamatkan jiwa mencegah dan membatasi cacat, meringankan penderitaan pasien, termasuk monitoring dan pengawasan intensif yang dilakukan di HCU serta ICU kepada pasien berdasarkan kondisi atau keadaan penderita. Keadaan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang baik dari penolong dan sarana yang memadai serta pengorganisasian yang sempurna. Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit, Intensive Care Unit dipersiapkan secara khusus untuk menagani dan memberikan pelayanan sesuai dengan kondisi dan indikasi pasien. Ditangani oleh para medis yang dapat diandalkan yaitu dokter. Kata kunci : Pasien gawat darurat, Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit, Intensive Care Unit , dokter.
PENDAHULUAN INSTALASI GAWAT DARURAT Instalasi Gawat Darurat adalah suatu instalasi dirumah sakit yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan kecacatan dengan cara memberikan pelayanan pertama secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi disiplin keilmuan medis terutama pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan. (1)Azas pelayanan gawat darurat adalah
memberikan pertolongan secara cepat dan tepat. Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan no. 159b/1988 tentang rumah sakit dimana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam perhari. (2)
Ketentuan Umum Instalasi Gawat Darurat. Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan: a. Melakukan pemeriksaan awal kasus kasus gawat darurat. b. Melakukan resusitasi dan stabilisasi. Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD harus mempunyai alur pelayanan sebagai berikut: a. Pelayana triase ( screening ) b. Pelayanan resusitasi / stabilisasi c. Ruang observasi sesuai fasilitas dan kemampuan yang tersediadidukung kemampuan terapi definitif d. Pelayanan rekam medik 24 jam Dalam pelayanan IGD tidak diperkenankan menolak pasien gawat darurat karena alasan pembiayaan. IGD wajib menerima pasien gawat darurat dengan menangani sesuai klasifikasinya. IGD harus memiliki sarana penunjang sebagai berikut: a. Penunjang medis : Radiologi, Laboratorium klinik, depo farmasi, dan instalasi transfuse darah/ bank darah b. Penunjang non medis : komunikasi khusus (telepon, radiomedik) dan ambulans. Tujuan Instalasi Gawat Darurat : Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian. (To save life and limb). (3)
2
Penatalaksanaan Pasien di IGD Setiap IGD rumah sakit harus mempunyai standar Operasional prosedur (SOP) mengenai penatalaksanaan pasien di IGD. Penanganan penderita gawat darurat harus mengikuti prinsip dasar yang sudah berlaku umum yaitu berdasarkan prioritas A, B, C. untuk langkah berikutnya yaitu D-E dan seterusnya dapar berlainan sesuai kasus yang dihadapi.(2,3) Pengelolaan penderita gawat darurat memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita gawat waktu sangat penting karena itu diperlukan adanya suatu carayang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai initial assasment (penilaian awal).(4)
(Penilaian Awal) I ni ti al Assasment
1.
Persiapan i. Fase Pra Rumah sakit
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakut dengan petugas di lapangan Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelumpasien mulai diangkut dari tempat kejadian sehingga rumah sakit dapatmempersiapkan peralatan dan tim trauma pada saat penderita tiba di rumah sakit.
Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan dirumah sakitseperti waktu kejadian, mekanisme, dan riwayat penderita.
ii. Fase rumah sakit
Perencanaan sebelum penderita tiba
Perlengkapan airway sudah disiapkan , dicoba dan diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan disiapkan dan diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewatuwaktu dibutuhkan.
2.
Pemakaian alat-alat proteksi diri.
Triase Triase berasal dari Bahasa Prancis, trier yang berarti menseleksi, yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban saat sumber daya terbatas. Prinsip dasarnya adalah melakukan yang terbaik untuk sebanyak-banyaknya
3
korban.(4) Perhatian dititikberatkan pada pasien atau korban dangan kondisi medis yang paling urgent dan paling besar kemungkinanya untuk diselamatkan. Metode yang digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and rapid Treatment . Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori:
(2,4)
1. Segera – MERAH Pasien mengalami cideramengancam jiwa yang kemungkinan dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : tension pneumothorax, cardiac arrest, distress pernafasan, dan perdarahan hebat. 2. Tunda – KUNING Pasien perlu tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Pasien dapat enunggu giliran pengobatan tanpa bahaya. Misalnya : fraktur tertutup pada ekstremitas (perdarahan terkontrol), trauma tulang belakang, trauma kepala tanpa gangguan kesadaran. 3. Minimal – HIJAU Pasien mendapat cedera minimal dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya: laserasi minor, memar, lecet. 4. Morque – HITAM 5. Pasien mengalami cidera mematikan dan akan meninggal meski mendapatkan pertolongan. Misalnya : cidera kepala berat, luka bakar derajad 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital.
Pelaksanaan Triase Metode S.T.A.R.T
Untuk memudahkan pelaksanaan triase maka dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : 1. Kumpulkan semua penderita yang dapat/ mampu berjalan sendiri kearea yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU. 2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa : a. Pernafasan i. Bila pernafasan lebih dari 30 kali permenit beri label MERAH ii. Bila penderita tidak bernafas maka umembuka jalan nafas dan bersihkan jalan nafas 1 kali bila pernafasan spontan beli label MERAH, Bila tidak beri HITAM. iii. Bila pernafasan kurang dari 30 kali permenit nilai waktu pengisian kapiler 4
b. Waktu pengisian kapiler i. Lebih dari 2 detik, beri MERAH, hentikan perdarahan ii. Kurang 2 detik nilai status mentalnya iii. Bila penerangan kurang makan periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada, tekanan darah penderita rendah dan perfusi jaringan menurun. c. Pemeriksaan status mental i. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah – perintah sederhana ii. Bila tidak bisa maka beri Label MERAH iii. Bila mampu Beri KUNING
HIGH CARE UNIT (HCU) High care unit (HCU) adalah unit pelayanan dirumah sakit bagi pasien Dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran Namun masih memerluka pengobatan, perawatan dan pemantauan secara Ketat.(5) Tujuannya ialah agar bisa diketahui perubahan yang membahayakan sehingga bisa dengan segera dipindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi.(6)
Ada3 (tiga) tipe HCU,yaitu: a. Separated/ conventionarf / reestanding HCU adalah HCU yang berdiri sendiri (independent) terpisah dari lCU. b. Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU. c. Paralel HCU adarah HCU yang terletak berdekatan (berseberangan) dengan ICU. ALUR PELAYANAN Pasien yang memerlukan pelayana HCU sesuai Indikasi adalah: 1. Pasien dari ICU 2. Pasien dari IGD 3. Pasien . dari Kamar operasi atau kamar tindakan lain, seperti: kamarBersalin, ruang endoskopi dan sebagainya. 4. Pasien dari bangsal. (Ruang Rawat Inap)
5
Bagan 1. Alur pelayanan HCU di Rumah sakit.
(6)
Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan tim multidisipli yang dipimpin oleh dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan dasar-dasar lCU. Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat menganalisis hasil pemantauan dan melakukan tindakan dan asuhan yang diperlukan. (7) Ruang lingkup pemantauan yang harus dilaksanakan Antara lain : 1.Tingkat Kesadaran. 2.Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4 jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien 3.oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus 4.Keseimbangan cairan dengan waktu interval minimal 8 jam atau disesuaikan dengan keadaan pasien. Tindakan medik yang dilakukan adalah: 1. Bantuan Hidup Dasar/ Basic Life support (BHD/ BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut / Advanced Life Support ( BHD/ALS) a. Jalan nafas ( Airway) : Membebaskan jalan nafas bila perlu menggunakan alat bantu jalan nafas, pipa orophartingeal atau pipa nasopharingeal . dokter HCU juga harus mampu melakukan tindakan Intubasi bila diindikasikan segera dan dipindahkan/ dirujuk ke ICU b. Pernafasan
/ventilasi
( Breathing ),
Mampu
melakukan
bantuan
nafas
(breathing support ) dengan bag-mask-valve c. Sirkulasi (Circulation) resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan kompresi jantung luar 6
2. Terapi oksigen. 3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan berbagai alat pengalir Oksigen seperti : kanul, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan.reservoir, sungkup muka dengan katup dan sebagainya. 4. Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan stabilisasi (obat inotropik,Obat anti nyeri, obat aritmia jantung, obat-obat yang bersifat vasoaktif danlain-lain). 5. Nutrisi enteral dan parenteral campuran 6. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien 7. evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien.
(8)
Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang
merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan standar perawatan yang tinggi membutuhkan manajemen ICU dan peralatan teknologi tinggi yang menunjang. (8) Perawatan Intensif Care Unit merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada pasien yang memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis.
TUJUAN PELAYANAN ICU Adapun tujuan pelayanan yang dilakukan di ruang Intensive Care Unit antara lain sebagai berikut : a. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat. b. Mencegah terjadinya penyulit c. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level yang lebih tinggi d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
7
e. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien
JENIS-JENIS ICU Menurut fungsinya Intensive Care Unit (ICU) dibagi menjadi beberapa unsur yaitu : a. ICU KhususDimana pasien dirawat dengan payah dan akut dari satu jenis penyakit. Adapun contohnya yaitu : a. ICCU ( Intensive Coronary Care Unit ) yaitu ruang untuk pasien yang dirawat dengan gangguan pembuluh darah Coroner. b. Respiratory Unit yaitu ruang untuk pasien yang dirawat dengan mengalami gangguan pernafasan. c. Renal Unit yaitu ruang untuk pasien yag dirawat dengan gangguan gagal ginjal. b. ICU Umum Dimana pasien dirawat dengan sakit payah akut di semua bagian RS. Menurut umur, ICU anak & neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.
SYARAT - SYARAT RUANG ICU 1. Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar ( Recovery Room) 2. Suhu ruangan diusahakan 22-25 oC, nyaman , energi tidak banyak keluar. 3. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar 4. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca. 5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus 6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi. 7. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan isolasi. 8. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi pasien
8
INDIKASI MASUK ICU a. Prioritas 1 Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan agresif seperti Gangguan atau gagal nafas akut , Gangguan atau gagal sirkulasi, Gangguan atau gagal susunan syaraf , Gangguan atau gagal ginjal . b. Prioritas 2 Pemantauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital Misalnya Observasi intensif pasca bedah operasi : post
trepanasi, post open heart, post laparatomy dengan
komplikasi, Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil , dan Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung. c. Prioritas 3 Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio Pulmoner. NB : Pasien prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3.
INDIKASI KELUAR ICU Adapun indikasi keluar ICU antara lain sebagai berikut : a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil. b. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien. c. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator. d. Pasien mengalami mati batang otak. e. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir) f.
Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pulang paksa)
g. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat
penuh.
STANDAR KUALIFIKASI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Ruangan ICU merupakan suatu unit di RS yang dibandingkan dengan ruagan lain, banyak perbedaan ,tingkat pelayanannya. Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf,
9
fasilitas, pelayanan penunjang ,jumlah dan macam pasien yang dirawat, untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang memenuhi kualifikasi standart ICU. (9) Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut : a. Resusitasi jantung paru b. Pengelolaan jalan nafas termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator sederhana c. Terapi oksigenasi d. Pemamtauan EKG ,pulse oximetri terus menerus e. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral f.
Pelaksanaan terapi secara titrasi
g. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai kondisi pasien h. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat – alat portabel selama transportasi pasien gawat i.
Kemampuan melakukan fisioterapi dada
SARANA DAN PRASARANA 1. Lokasi Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih sadar dan berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke unit gawat darurat,laboratorium dan radiologi. 2. Desain Standart ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Adapun bangunan ICU Sebaiknya terisolasi dan mempunyai standart terte ntu terhadap Bahaya Api, Ventilasi, AC, Pipa air, Komunikasi, Bakteorologis, Exhausts fan, Kabel monitor, dan Lantai mudah dibersihkan ,keras dan rata. 3. Area pasien a. Unit terbuka 12-16 M 2/pertempat tidur b. Unit tertutup 16 – 20 m2 pertempat tidur c. Jarak antara TT : 2 m d. Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan, setiap 2 TT e. Unit tertutup 1 ruangan terdiri 1 tempat tidur dan 1 tempat cuci tangan. f. Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ICU g. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi khusus dengan lampu TL 10 watt / m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan petugas, desain dari unit memperhatikan privasi pasien.
10
4. Area Kerja meliputi : a. Ruang yang cukup untuk staf dan menjaga kontak visual perawat dengan pasien. b. Ruang yang cukup untuk memonitor pasien peralatan resusitasi dan penyimpanan obat dan alat (lemari pendingin) c. Ruang yang cukup untuk X-Ray mobil dan mempunyai tekanan negatif. d. Ruang untuk telpon dan sistem komunikasi lain seperti komputer, koleksi data, alat untuk penyimpanan alat tulis. 5. Lingkungan Mempunyai pendingin / AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas ruangan . Suhu 22 0 – 250C. 6. Ruang Isolasi Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri. 7. Ruang Penyimpanan Peralatan dan Barang Bersih. Untuk penyimpanan monitor, ventilator, pompa infus dan pompa syringe, peralatan dialisi, alat-alat hisap, linen dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih. 8. Ruang Tempat Pembuangan Alat atau Bahan Kotor. a. Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan pembersihan pispot dan botol urine. b. Desain untuk menjamin tidak ada kontaminasi 9. Ruang Perawat Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang bertugas dan kepala ruangan. 10. Ruang Staf Dokter. 11. Ruang Tunggu Keluarga Pasien. 12. Laboratorium yang terpusat.
PERALATAN YANG HARUS TERSEDIA 1. Jumlah dan macam peralatan yang ada, sesuai dengan tipe ICU sekunder. 2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat yaitu ada program kalibrasi dan pemeliharaan alat , ada buku pemakaian alat serta pemeliharaan alat, ada protap protap pemakaian kalibrasi dan pemeliharaan alat-alat. 3. Untuk di ICU sendiri sekarang terdapat peralatan dasar, yang meliputi : a. Ventilator. b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas seperti : 11
Alat hisap atau suction.
Peralatan akses vaskuler.
Peralatan monitor unvasif dan non invasif
Defibrilator dan alat pacu jantung
Alat pengatur suhu pasien.
Peralatan drain thorak.
Pompa infus dan pompa syringe
Peralatan portabel untuk transportasi.
Tempat tidur khusus
Lampu untuk tindakan.
Ruang Hemodialisa juga tersedia untuk mendukung fungsi ICU
4. Monitoring Peralatan. Hal-hal yang sangat vital sangat ditekankan pada pemantauannya termasuk peralatan yang digunakan untuk transportasi pasien yaitu :
Mengerti dan tahu tentang tanda bahaya kegagalan pasokan gas
Mengerti trentang kegagalan pasokan oksigen ,maka alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen yang selalu terpasang di ventilator
Pemantauan konsentrasi oksigen :Semua petugas diruang ICU diharapkan mengetahui tentang bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem pernafasan.Pada pengguna ventilator otomatis,harus ada alat yang didapat segera mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus menerus
Volume dan tekanan ventilator terpantau secara akurat dan berkesinambungan.
Harus memantau suhu alat pelembab (humidifier) apabila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.
Terpasang alat elektro kardiograf pada setiap pasien dan dapat dipantau terus menerus
Harus tersedia pulse oksimetri pada setiap pasien ICU
Apabila ICU memungkinkan apabila ada indikasi klinis harus tersedia per alatan untuk mengukur variabel fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan pulmunalis, curah jantung, tekanan intra karnial, suhu, transmisi neuromuskular,kadar CO2 respirasi.
12
PENCATATAN DAN PELAPORAN Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangi oleh dokter yang melakukan pelayanan di lcu dan dokter tersebut harus bertanggung jawab atas semua yang dicatat dandikerjakan pencatatan menggunakan status khusus yang meliputi diagnosislengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus(jantung, paru, ginjal dan sebagainya)secara berkala,Jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien. (10) Pencatatannilai-nilai pengukuranta davital secara berkala dilakukanoleh perawat ICU minima1 l jam sekali denganinterval sesuai dengan kondisi pasien.Pemantauan secara umum dan khusus setiap hari oleh dokter jaga dan perawat ICU dan dikoordinasikan dengan dokter intensivist. (9) Pemantuanumum meliputi: a. Pemeriksaan tanda – tanda meliputi pemeriksaan tensi, nadi, suhu , respirasi, saturasi oksigen. b. Pemeriksaan fisik meliputi system syaraf, system kardiovaskuler, system respirasi, system gastrointestinal, sistem systems urinarius dan system lokomotif. c. Balans cairan dilakukan setiap 3-6 jam, diperhitungkan intake dan output cairan. d. Evaluasi CVP(Central Venous Pressure), dengan melakukan Fluidchallenge Test (FCT) e. Pemeriksaan Laboratorium meliputi: a. Analisa Gas darah b. Gula darah c. Darah rutin d. Elektrolit e. Ureumk, Creatinin f. Keton darah sesuaiindikasi g. Keton urine sesuai indikasi h. Hemostase lengkap sesuaiindikasi i.
SGOT / GPT sesuaiin dikasi
j.
Pemeriksaan lain bila dibutuhkan Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu, lama rawat dan keluaran dari ICU.
13
KESIMPULAN Penatalaksanaan pasien gawat darurat harus dilakukan evaluasi dengan cepat dan tepat untuk kemudian dilakukan prioritas terapi di Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit, Intensive Care Unit agar pasien tidak mengalami kecacatan bahkan kematian. Seorang dokter dituntut harus memiliki kemampuan dalam mengevaluasi dan menangani penderita gawat darurat. Di IGD pasien gawat darurat harus segera dievaluasi dengan cepat dan tepat untuk kemudian dilakukan prioritas terapi,baik primary survey atau secondary survey yang harus dilakukan secara berulang – ulang agar dapat mengenali perubahankeadaan pasien dan pemberian terapi yang sesuai. Apabila pasien memerlukan pemantauan intensif
pada keadaan – keadaanyang
menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital, makan akan dirujuk ke Intensive Care Unit (ICU), apabila pasien dengan kondisi stabil, dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan kecara ketat, maka pasien akan dirujuk ke High Care Unit (HCU) Pelayanan pertama secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi disiplin keilmuan medis akan menyelamatkan pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Herkuanto. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat darurat, Majalah Kedokteran Indonesia, Volime:57, No:2, Februaru 2007. 2. Glarum J, Birov D, Cetaruk E, MD. Hospital emergency Respone Teams. United states of America : Elsevier, 2010. 3. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Pelayanan HCU. Jakarta; DepKes RI, 2011. 4. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Pelayanan ICU. Jakarta; DepKes RI, 2011. 5. America college of Surgeons. Advandcenve Trauma Life support for doctors, 7 th edition. Chicago; America college of surgeon, 2004
14
6. Penanganan
pasien
pengawasan
pada
High
Care
Unit.
Available
from
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter%20II.pdf Diundu h pada tanggal 6 Juli 2014 7. Perhimpunan dokter spesialis anestesi dan terapi intensif cabang Kalimantan selatan. Ass : penanganan pasien di ICU dan HCU. Diunduh dari : http://www.scribd.com/doc/53170429/2010. Diunduh tanggal 6 Juli 2014. 8. Triase. Available from : http://www.irwanashari.com/8/triase/html:2011. Diunduh pada tanggal 6 Juli 2014 9. Mangku G., Senapathi TGA., Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reaminasi. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang; 2010 10. Sukoco B., Penentuan rute Optimal menuju lokasi pelayanan gawat darurat, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Surakarta.EGC. `
15
2010.