Penyimpanan Ikan Hidup selama Transportasi
“
Oleh: Krisnaligya Mahesy
132130004
Sanji Rafhallasha
13213 0017
Tiara Sri Yunita
1321400006
Deppy Dwi L
1321400010
Teknologi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia Serpong, Tangerang Selatan 2016
”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pengemasan, penyimpanan, dan penggudangan yang berjudul Penyimpanan Ikan Hidup Selama Transportasi tepat pada waktunya. Makalah ini disusun agar pemsbaca dapat memperluas ilmu tentang cara/teknik penyimpanan/transportasi ikan konsumsi hidup yang kami sajikan berdasarkan referensi dan studi pustaka. Pembaca bisa mengenali lebih dalam lagi tentang pengemasan tersebut terutama untuk hal yang sebelumnya tidak diketahui oleh pembaca. Makalah ini terdiri atas tiga bab, kemudian dibagi lagi ke dalam beberapa sub judul. Bab pertama adalah pendahuluan. Sub judul yang ada di dalamnya antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, sumber data, serta metode dan teknik. Bab kedua adalah isi. Sub judul yang ada di dalamnya antara lain mengenai macam-macam cara/teknik penyimpanan/transportasi ikan konsumsi hidup dan bagaimana proses tersebut. Bab ketiga adalah penutup. Sub judul yang ada di dalamnya berupa rangkuman. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Darti Nurani selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan makalah ini, serta kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai materi yang menjadi topik dalam makalah ini kepada para pembaca, khususnya mahasiswamahasiswi Institut Teknologi Indonesia dan bagi kami sendiri.
Serpong, 11 Desember 2016
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................................. ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3 1.4. Sumber Data ....................................................................................................... 3 1.5. Metode dan Teknik............................................................................................. 3 BAB II. ISI 2.1. Transportasi Ikan Hidup ..................................................................................... 4 2.1.1. Transportasi Sistem Basah ........................................................................ 4 2.1.2. Transportasi Sistem Kering....................................................................... 7 BAB III. PENUTUP 3.1. Rangkuman......................................................................................................... 11 Daftar Pustaka ..................................................................................................................... iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km 2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Indonesia memiliki sumberdaya perikanan meliputi, perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun. Budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, dan budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan. Besaran potensi hasil laut dan perikanan Indonesia mencapai 3000 triliun per tahun, akan tetapi yang sudah dimanfaatkan hanya sekitar 225 triliun atau sekitar 7,5% saja. Potensi perikanan Indonesia berbeda-beda, sehingga diperlukan tindakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki potensi perikanan yang kurang. Pengangkutan benih maupun ikan konsumsi hidup antar lokasi, antar pulau bahkan antar negara sudah bia sa dilakukan oleh para pedagang. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan lokasi antara tempat produksi dengan konsumsi. Pengangkutan dimaksud untuk memindah dengan jumlah sebanyak-banyaknya, hidup dan sehat sampai tujuan. Alat transportasi jarak jauh digunakan: kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut ataupun pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan sarana transportasi ikan jarak jauh yang paling cepat, khususnya untuk induk, telur atau benih kecil dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Mengangkut berarti memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuan utamanya agar barang yang dibawa bisa sampai di tempat tujuan dalam keadaan utuh, atau tidak rusak atau tidak berubah. Perubahan bentuk, 1
perubahan rasa, dan ketidaklengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar tujuan itu bisa terwujud, maka alat yang digunakan dalam pengangkutan harus cocok, yaitu alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu. Selain itu, pengangkutan juga harus menggunakan cara yang baik. Bila keduanya tidak dilakukan, sudah pasti barang itu tidak akan sampai dalam keadaan utuh. Keadaan itu sangat merugikan. Seperti pengangkutan barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang sama. Namun alat, dan cara yang digunakan dalam pengangkutan ikan berbeda dengan alat, dan cara dalam pengangkutan buku. Karena buku benda mati yang tidak mudah rusak. Sedangkan ikan mahluk hidup yang kemungkinan besar bisa rusak, bahkan mati. Untuk menentukan alat dan alat pengangkutan sangat tergantung dari karakteristik, dan sifat-sifat hidup ikan, terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pernapasannya. Jangan sampai selama pengangkutan alat pernapasannya terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian total.memelihara wadahnya diam, sedangkan kalau mengangkut wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan memelihara. Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan berbeda dengan di kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan kotoran.Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikandengan baik, maka prinsip pengakutan bisa tercipta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apa saja macam-macam cara/teknik penyimpanan/transportasi pengangkutan ikan konsumsi hidup? 2) Bagaimana cara/teknik penyimpanan/transportasi pengangkutan ikan konsumsi hidup?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah: 1) Untuk mengetahui macam-macam cara/teknik penyimpanan/transportasi pengangkutan ikan konsumsi hidup 2) Untuk mengetahui bagaimana cara/teknik penyimpanan/transportasi pengangkutan ikan konsumsi hidup
1.4 Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan adalah beberapa literatur yang diperoleh dari internet.
1.5 Metode dan Teknik
Metode yang kami gunakan adalah deskripsi. Sedangkan, teknik yang kami gunakan adalah studi pustaka.
3
BAB II ISI 2.1 Transportasi Ikan Hidup
Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan disertai perubahan perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak (Hidayah 1998). Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Transportasi ikan hidup melibatkan pemindahan ikan jumlah banyak dalam volume air yang sedikit. Selama pengangkutan, ikan menjadi stres, terluka, kena penyakit, akibat penanganan dan perlakuan, pemasaran sehingga akibat yang paling jelek mengalami kematian. Prinsip pengangkutan adalah persiapan, pengepakan, perlakuan dan pengangkutan. Untuk menjamin keberhasilan pengangkutan ikan adalah menekan aktivitas metabolisme ikan (mempuasakan, anestesia, menurunkan suhu), menambah oksigen dan membuang gas-gas beracun. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.
2.1.1 Transportasi Sistem Basah
Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yaitu: a) Sistem Terbuka Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.
4
Pengangkutan ikan yang menggunakan wadah terbuka, seperti jerigen, drum, bak fiber, dan lainnya. Namun tetap pada kepadatan yang terukur sehingga ikan yang diangut tetap aman, tidak rusak. Pengangkutan sistem terbuka ini lebih cocok pada jenis ikan seperti lele, gurami ataupun patin. Karena jenis ikan ini mampu mengambil oksigen langsung dari udara dan juga pengangkutan sistem terbuka ini cocok juga untuk mengangkut induk ikan atau ikan yang berukuran besar, namun bila ikan tersebut bukan ikan labirin, maka sebaiknya menggunakan fiber atau bak besar dan ditambah dengan aerasi ataupun oksigen. Pengangkutan sistem terbuka ini mungkin lebih cocok untuk pengangkutan ikan jarak dekat, tetapi apabila menggunakan angkutan umum seperti bus, pesawat, dan lainnya tidak cocok.
b) Sistem Tertutup Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.
Pengangkutan ikan hidup pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Metode pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan : 1. Jerigen dan drum. Ikan konsumsi lele dan kaper dimasukkan ke dalam jerigen atau drum terbuka dengan air cukup membasahi diangkut dan produsen ke pendagang pengecer dan warung-warung. Pengangkutan dilakukan pada malam han dan bertujuan untuk menjaga kesegaran. 2. Keranjang “brokoh” atau jerigen. Benih ikan gurameh, lele, karper dan ikan lain yang relatif tahan dimasukkan ke wadah berisi air dalam kepadatan tertentu, diangkut dan dipasarkan, sewaktu-waktu air diganti. 3. Drum atau tangki (disuplai pengudaraan). Metode ini drum atau tangki terbuka yang dapat dipasang dan dilepas dari kendaraan pengangkut. Ikan hidup dimasukkan dalam wadah dan pengudaraan dihembuskan melalui agitasi permukaaan, gelembung-gelembung udara lewat pipa udara pada dasar atau dan pemompaan air keluar dan kembali ke wadah. 4. Tangki tertutup (suplai oksigen murni). Metode ini cukup populer pada pembudidaya ikan. Gelembung-gelembung oksigen murni dikeluarkan dari pipa-pipa plastik halus ke dalam
5
air dalam tangki yang berisi ikan angkutan. Meskipun metode ini cukup mahal, tetapi kerusakan mekanis dapat dihindarkan. 5. Kantong plastik. Pengangkutan ikan dengan kantong plastik adalah paling luas digunakan. Kantong plastik sepertiga bagian dilsi air dan ikan. Oksigen ditambahkan dan tabung untuk mengisi duapertiga bagian kantong dan dmikat dengan karet.
Alat pengangkutan yang digunakan bervariasi;
kayu, fiberglas, aluminium dan logam
dilapisi anti karat. Berbagai tipe unit pengangkutan secara komersial tersedia. Ukuran dan bentuk wadah berbeda-beda, tetapi metode penggantian oksigen agak stadar, yaitu menggunakan: agitator, blower, tekanan gas oksigen dan cairan oksigen.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO 2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986). a) Kualitas Ikan Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.
b) Oksigen Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO 2 dan hasil metabolisme seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O 2 oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O 2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O 2 meningkatkan akan mengkonsumsi O2 pada kondisi stabil dan ketika kadar O 2 menurun konsumsi O 2 oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O 2 yang tinggi.
c) Suhu Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah 6-8oC untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 1520oC untuk ikan di daerah tropis.
6
d) Nilai pH, CO2, dan ammonia Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO 2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.
e) Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama tr ansportasi tidak boleh lebih dari 1:3. Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1:2 sampai 1:3, tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1:100 atau 1:200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.
Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk buih yang disebabkan banyaknya lendir dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Kematian diduga
karena pada saat diangkut, walaupun sudah diberok selama satu hari, isi perut masih ada. Sehingga pada saat diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1:3 atau 1:4 bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan volume ikan yang diangkut. Selain itu, rawan kebocoran selama transportasi, dan kemungkinan terjadi kerusakan fisik ikan, stress dan lain-lain.
2.1.2 Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar . 7
Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan
ikan)
dapat
dilakukan
dengan
menggunkan
suhu
rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik .
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap. a) Pemingsanan Ikan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik. 1) Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
Penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100 – 150C. Sehingga ikan akan pingsan.
Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
2) Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah : No
BAHAN
DOSIS
1
MS-222
0.05 mg / l
2
Novacaine
50 mg / kg berat ikan
3
Barbitas sodium
50 mg / kg berat ikan
4
Ammobarbital sodium
85 mg / kg berat ikan
5
Methyl paraphynol (dormisol)
30 mg / l
6
Tertiary amyl alcohol
30 mg / l
8
7
Choral hydrate
3-3.5 g lt
8
Urethane
100 mg / l
9
Hydroksi quinaldine
1 mg / l
10
Thiouracil
10 mg / l
11
Quinaldine
0.025 mg / l
12
2-Thenoxy ethanol
30 – 40 ml / 100 lt
13
Sodium ammital
52 – 172 mg / l
Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
zat caulerpin dan
caulerpicin yang
berasal
dari
ekstrak
rumput
laut Caulerpa sp.
Pembiusan ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu : 1 Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani. 2 Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit. 3 Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran
Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu : 1. Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organism 2. Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah. 3. Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak.
3) Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik
Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.
9
b) Pengemasan Transportasi Kering
Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Menurut Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya. Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.
Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut , menururt Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :
Berongga
Mempunyai kapasitas dingin yang memada
Tidak beracun, dan
Memberikan RH tinggi.
Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan suhu
rendah
lebih
lama
yaitu
9
jam
tanpa
bantuan
es
dan
tanpa
beban
di
dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan lendir dan bau basi selama digunakan.
10
BAB III PENUTUP
3.1. Rangkuman
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering. Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik. Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji karena beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya, terutama pada suhu.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ambara, Satwika. 2014. “Potensi Kelautan dan Pe rikanan Indonesia”. http://kmip.faperta.ugm.ac.id/potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia/. Diakses pada tanggal 9 Desember 2016. Arsyad, Onhal. 2013. “Onhal Makalah”. http://rahmidarsyad.blogspot.co.id/2013/05/onhalmakalah.html . Diakses pada tanggal 8 Desember 2016. Elisa.” Pengangkutan Ikan Hidup”. http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50188/0da9d04dd2be94943796fc8f1d5 6eaf2. Diakses pada tanggal 8 Desember 2016 Pratisari, Dan. 2010. “Transportasi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Hidup Sistem Kering Dengan Menggunakan Pembiusan Suhu Rendah Secara Langsung ”. Tesis. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
iii