BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Berkembang pula beberapa aliran-aliran seni rupa, khususnya aliran seni lukis yang di pengaruhi oleh barat. Aliran seni lukis tersebut muncul di eropa pada abad ke-19 yang di pengaruhi oleh pesatnya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori-teori baru itu kemudian di jadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau paham dalam seni yaitu: aliran lukisan Klasisme, Neo Klasisme, Romantisme, Realisme, Naturalisme, Impresionisme, Pointilisme, Ekspresionisme, Kubisme, Futurisme, Abstrak, Dadaisme, Surealisme, Pop Art, Optical Art. Aliran lukisan ini masing-masing mempunyai cirri dan teknik yang berbeda sehingga dapat di bedakan dengan melihat contoh karyanya.
B. Rumusan Masalah 1.
Apa yang di maksud dengan lukisan aliran Surealisme?
2.
Bagaimanakah sejarah dari lukisan aliran Surealisme
3.
Apa ciri-ciri dari lukisan aliran Surealisme?
4.
Bagaimanakah teknik dari lukisan aliran Surealisme?
5.
Siapa sajakah tokoh-tokoh Surealis dan contohnya?
C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk : 1.
Untuk mengetahui pengertian dari lukisan aliran Surealisme
2.
Untuk mengetahui sejarah dari lukisan aliran surealisme
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari lukisan aliran surealisme
4.
Untuk mengetahui teknik-teknik melukis aliran Surealisme
5.
Untuk mengetahui pelukis Surelis
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Pelukis Surealisme Indonesia Amang Rahman Jubair
Nama : Amang Rahman Jubair Lahir : Ampel, Surabaya, Jawa Timur, 21 Nopember 1931 Kegiatan lainnya : Pengasuh Yayasan Pendidikan Kesenian Surabaya (sejak tahun 1967), Mendirikan Akademi Seni Rupa Surabaya (AKESERA), Sekretaris Dewan Kesenian Surabaya (1971), Ketua Dewan Kesenian Surabaya (1984) Pelukis Amang Rahman lahir dari pasangan seorang keturunan Arab dan ibunya berasal dari daerah Jambi Kemantren, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagai putra ke empat dari 13 bersaudara dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, Amang pada masa kecilnya mendapat pengaruh kuat kebudayaan Islam di Jawa yang diperoleh dari cerita maupun petuah dari kakek neneknya, keluarga, masyarakat, lingkungannya maupun kawan sebaya sepermainannya. Pengaruh ini berlanjut terus hingga usia remaja. Dia sangat akrab dengan Al Quran, berbagai surau, mesjid bahkan gemar pula mengunjungi berbagai makam. Karena tertarik untuk berziarah atau menyaksikan nisan antik yang bertuliskan huruf Arab maupun huruf Jawa yang pada saat itu dianggap menarik dan unik. Memasuki usia dewasa pengalaman hidup Amang terus berkembang serta bertambah. Dia menyenangi juga berbagai kesenian yang hidup dan
2
tumbuh di Jawa dan Madura seperti : wayang kulit, ludruk, berbagai ragam tari, musik maupun berbagai cerita rakyat setempat, termasuk pantun parikan serta syair daerah baik dalam bentuk penyampaian lisan maupun tulisan. Sejalan dengan usahanya memperdalam bidang seni rupa, Amang pun terus menekuni serta mengembangkan wawasannya dibidang kesenian lainnya. Antara lain dengan membaca di perpustakaan, berdiskusi dengan rekan seniman lainnya, dari Surabaya maupun dari kota lainnya di Indonesia, seniman tradisional maupun modern. Kecintaannya dalam dunia kesenian telah dibuktikan olehnya dalam bentuk puisi, penulisan kritik sastra serta karya lukisannya. Latar belakang yang diawali sejak masa kecil maupun pengalaman religi serta berbagai pengalaman hidupnya sehari-hari telah membangun secara bertahap dan terus memperkaya wawasan Amang Rahman dalam karya lukisannya. Penjelajahan dan pengembaraan ruang kehidupan manusia baik jasmani
maupun
rohani
membentuk
alam
kesadaran
Amang
yang
dimanifestasikan pada penguasaan ruang kanvas lukisan-lukisannya. Jejak ini dapat disaksikan pada setiap lukisan Amang, terutama didalam meletakkan obyek serta komposisinya yang esensial yaitu : alur horizontal, vertikal dan diagonal. Pilihan obyek utamanya sederhana. Sosok manusia, paling sedikit 2 dan paling banyak 9 figur dalam pola bentuk dan posisinya dilakukan pengulangan. Karya lukisan Amang Rahman didasari oleh keluasan wawasan, aneka ragam pengalaman hidup lahir bathin serta perenungan selaku insan yang beriman Islam telah melahirkan sikap hidup yang bersahaja, arif dan bijaksana dalam menghadapi dan mengatasi kehidupan di dunia fana ini. Beberapa unsur seperti keyakinan terhadap diri sendiri, pengalaman beragama yang kian mempertebal iman Islam, memahami hakekat hidup serta menghayati secara total dalam berkesenian telah diraih dan direfleksikan pada sebagian lukisan Amang Rahman Jubair, khususnya pada karyanya yang non-kaligrafis.
B. Pengertian Surealisme Surealisme berasal dari dua kata yaitu sur artinya bawah, dan realis artinya nyata, seperti kejadian didalam mimpi. Surealisme ialah gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang
3
tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme memengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo. Kata surealisme diciptakan tahun 1917 oleh Guillaume Apollinairedalam catatan program yang menjelaskan balet Parade, yang merupakan karya kolaboratif oleh Jean Cocteau, Erik Satie, Pablo Picasso dan Léonide Massine: "Dari persekutuan baru ini, hingga sekarang, perlengkapan dan kostum panggung di satu sisi dan koreografi di sisi lain hanya ada persekutuan pura-pura di antara mereka, terjadi sejenis super-realisme ('sur-réalisme') di Parade, di mana saya melihat titik mula serangkaian manifestasi semangat baru ini. 1.
Sejarah Dari Lukisan Surealisme Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni. Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan
ketidaksengajaan,
kemungkinan,
dan
apapun
yang
menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek
sehari-hari
sebagai
karya
seni.
Program
surealis
adalah
pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih banyak pandangan positif secara esensial pada pesan negatif Dada . Para surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis
dari
Austria.
Mereka
terutama
sangat
menerima
4
pembedaannya antara ego dan id-yaitu, antara naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita yang lebih beradab dan rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita secara berkala berjalan bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran sadar. Freud percaya bahwa – mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan hasrat-hasrat – yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil, terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses ke alam pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang radikal. 2.
Ciri-Ciri Lukisan Alran Surealisme Objek lukisan tampak aneh dan asing seolah-olah hanya terdapat di alam mimpi.
3.
Teknik-Teknik Melukis Aliran Surealisme Sebuah strategi yang digunakan para surealis untuk mengangkat gambarangambaran dari alam bawah sadar disebut “Exquisite Corpse”. Dalam bentuk seni kolaborasi ini, sehelai kertas dilipat menjadi empat bagian lipatan, dan empat
seniman
berbeda
memberi
kontribusi
berupa
representasi
gambarannya tanpa melihat kontribusi seniman-seniman lainnya. Yang pertama menggambar kepala, melipat lagi kertasnya lalu menyerahkannya kepada seniman lainnya, yang menggambar bagian atas tubuh; yang ketiga menggambar kedua kaki, dan yang keempat, menggambar bagian bawah tubuh. Para seniman itu lalu membuka lipatan kertas untuk mempelajari dan menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut. Max Ernst, surealis Jerman, menemukan teknik lain yang menggunakan kemungkinan dan ketidaksengajaan: frottage (bahasa Perancis untuk “menggosok”). Dengan menempatkan kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya melukis atau menggambar dengan pensil di atasnya, sang seniman mentransfer motif kasar dari permukaan tersebut ke dalam karya-jadi. Dalam “Laocoon, Father and Sons” (1926, Menil Collection, Houston, Texas), Ernst meracik motif kasar kemungkinan dengan cara menggosok, sambil merujuk juga pada tokoh
5
mitos Yunani, Laocoon, seorang imam Troya yang bergulat dengan pitonpiton raksasa. Barangkali teknik paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah sadar adalah “automatisme”. Dalam lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan tangan menjelajahi permukaan kanvas tanpa campur tangan dari pikiran sadar. Tanda-tanda yang dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak berarti, tapi akan dibimbing pada setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran bawah sadar sang seniman, dan bukan oleh pikiran rasional atau pelatihan keartistikan. Dalam “The Kill” (1944, Museum of Modern Art, New York City), pelukis Perancis Andre Mason menerapkan teknik ini, tapi kemudian ia menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi sebagai dasar untuk penguraiannya. Betapapun mengada-adanya penyerupaannya dengan objek nyata (dalam hal ini, wajah atau bagian tubuh), ia memperbaikinya untuk membuat hubungannya tampak lebih jelas. Karena Masson tidak menentukan sebelumnya hal yang menjadi subjek dari lukisannya, para surealis mengklaim bahwa uraian-uraiannya selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan emosionalnya selama pembuatannya.. Beberapa surealis, diantaranya Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan Roberto Matta dari Chili, menggunakan kombinasi teknik-teknik tersebut untuk menyiratkan keadaan alam mimpi atau untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak dari bentuk-bentuk. Mereka sesudahnya kesulitan untuk menyimpannya ke dalam sebuah kategori. Dalam karya Matta “The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art, Vienna, Austria) contohnya, sang seniman telah membuat ruang dan objek-objek tiga dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek tersebut, bagaimanapun juga, sangat ambigu sehingga penyimaknya bisa melihatnya dengan berbagai cara dan menyimpulkan interpretasi mereka sendiri-sendiri terhadap lukisan tersebut. 4.
Pelukis Surealis Pelukis surealis diantaranya : a. Salvador Dali ( Spanyol ) b. Max Ernst ( Jerman )
c. Joan Miro d. Sudiardjo e. Amang Rahman
6
C. Karya karya Lukisan Amang Rahman
Antara Kayu Tanam-Bukit Tinggi (1998), 145 X 195 cm
Penghianatan,1986
Mata Rembulan dan hari 1968
7
Undangan,1968
Bahtera Kehidupan,1970
Pohon Kehidupan,1970
8
Penampilan unsur warna pada setiap lukisan Amang didominasi oleh pilihan warna biru, hijau, kuning dan hitam dengan nuansa dari keempat warna pilihannya itu. Berlanjut pada efek warna yang menyiratkan cahaya merupakan esensi dari keutuhan tema sentral. Pada penggunaan unsur garis, hampir setiap lukisan Amang bersifat efisien berupa kontur yang fungsional malah pada kebanyakan karyanya penampilan unsur garis sebagai maksud bayangan dibangun dengan batas pertemuan kontras warna yang berbeda. Menurut pengakuannya, Amang lebih puas menggunakan jari-jarinya termasuk telapak atau punggung tangannya sebagai pengganti kuas dan pisau pallet untuk melukis, kadang-kadang menggunakan kain serbet untuk menghapus atau mencampur warna langsung keatas kanvas. Hasil produk kerja seperti itu, menjadikan wajah kanvas tidak kasar, perubahan nuansa warna menjadi halus dan bentuk obyeknya menjadi datar seperti halnya lukisan yang dekoratif dua dimensional.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.co.id http://malaikatcacat.wordpress.com/2008/02/18/surealisme/ http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/aliran-aliran-seni-rupa-modern.html http://eka.web.id/aliran-dalam-seni-lukis.html Sukma Aji, Denata. 2010. Buku Kerja Sekolah Menengah Atas. Surakarta: Suara Media Sejahtera Amang Rahman Jubair. By Ulfah Nurhazizah · October 5, https://m2indonesia.com/tokoh/sastrawan/amang-rahman-jubair.htm
2015
Ambang Cakrawala Karya Amang Rahman http://anakwayan9.blogspot.co.id/2013/06/ambang-cakrawala-karya-amangrahman.html
10