BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi seperti industri yang
mencemari dan rumahtangga yang menghasilkan berbagai limbah lingkungan
dan mengganggu kesehatan masyarakat.Jenis limbah yang paling berbahaya
bagi lingkungan maupun kesehatan adalah limbah yang dikategorikan
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pencemaran limbah B3
dapatmelalui tanah, air, maupun udara. Pencemaran tersebut menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan. Salah satu limbah B3 yang harus menjadi
perhatian adalah limbah-limbah yang mengandung logam berat yaitu Timbal
(Pb), Merkuri (Hg), dan Arsen (As). Limbah logam beratini bersifat
racun dan persisten, sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Salah satu dampak yang signifikan bagi kesehatan
manusia adalah penurunan IQ terutama bagi anak –anak dan balita, merusak
produksi haemoglobin darah, menyebabkanketidaksuburan bagi wanita/ pria,
keguguran, dan bayi meninggal dalam kandungan.
Belakangan ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah
tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa
cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi
kehidupan kita. Memang, limbah merupakan hal yang wajar dalam kehidupan
manusia.Tetapi diluar kewajaran itu, ada limbah yang lebih berbahaya
lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal
tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena
apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut dibiarkan
ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan
yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah
Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan
dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan
tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan makhluk hidup
baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak yang
akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan dating.
Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin
meningkat jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia
atau makhluk hidup lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan
menyimpan limbah dengan jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan
baik. Ternyata limbah-limbah tersebut termasuk limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan mengupas semua
tentang limbah B3 dan bagaimana system pembuangannya yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3?
3. Bagaimana solusi teknologi untuk pengolahan limbah B3?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah B3.
3. Mengetahui solusi teknologi untuk pengolahan limbah B3.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode pustaka. Yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi
di internet.
E. Manfaat Penulisan
Dari hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan
ilmu pengetahuan pembaca mengenai maksud, damapak terhadap manusia, dan
solusi pengolahan limbah B3 Pembaca juga dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari jika diperlukan.
BAB II
ISI
A. Definisi
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan
sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat
dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup
dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
Tujuan Pengelolaan Limbah B3 :
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali.
Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan
dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga
kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi
pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi
semula.
B. Teknologi Pengolahan Limbah B3
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses
untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak
berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum
ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur
ulang).
Ada berbagai cara/sistem yang dapat dipilih untuk mengolah limbah
B3 baik secara fisika, kimia biologi atau kombinasi dari itu. Pemilihan
sistem yang akan digunakan untuk mengola suatu limbah B3 disesuaikan
dengan karakteristik dan sifat-sifat limbah tersebut, yang mana
prosesnya harus aman dan tidak menimbulkan bahaya bagi pekerjanya,
diusahakan dengan biaya yang seefisien mungkin dan dapat memberikan
hasil olahan yang aman bagi manusia di sekitarnya maupun lingkungan,
tidak hanya memindahkan limbah dari suatu tempat/bentuk yang lain saja
tetapi dapat mencapa kestabilan materi.
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk
mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan sat/karakteristik
limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya.cara ini biasanya
menghasilkan produk olahan berupa cairan, gas, debu atau padatan. Produk-
produk hasil olahan tersebut harus memenuhi baku mutu yang berlaku
tentang pengendalian pencemaran sesuai dengan kelasnya.
Jenis-jenis proses pengolahan secara fisika dan kimia antara lan :
Proses pengolahan secara kimia :
Reduksi-oksidasi,
Elektrolisa ,
Netralisasi,
Presipitasi/pengendapan,
Solididifikasi/stabilisasi,
Absorpsi,
Penukar ion,
Pirolisa .
Proses pengolahan secara fisika :
Pembersihan gas
Elektrostatik presipitator
Penyaringan partikel
Wet scrubbing
Adsorpsi dengan karbon aktif
Pemisahan cairan dan padatan :
Sentrifugasi,
Klarifikasi,
Koagulasi
Filtrasi,
Flokulasi,
Flotasi,
Sedimentasi,
Thickening.
Penyisihan komponen-komponen yang spesifik :
Adsorpsi,
Kristalisasi,
Dialisa,
Elektrodialisa,
Evaporasi,
Leaching
Reserve osmosis,
Solvent extraction,
Stripping.
Teknik Pengolahan Limbah:
Netralisasi
Netralisasi limbah diperlukan jika kondisi limbah masih di luar range
pH baku mutu limbah (BML) yang diperlukan (pH 6-8), sebab limbah di luar
kondisi tersebut dapat bersifat racun atau korosif. Dalam beberapa hal
netralisasi dapat dilakukan dengan cara mencampur limbah yang bersifat
asam dengan limbah yang bersifat basa. Pencampuran dilakukan di dalam
suatu bak equalisasi (bak penstabil) pada level ketinggian tetap. Bak
ini juga sering disebut sebagai tangki netralisasi. Tangki reaksi
netralisasi dilengkapi dengan alat sensor pH untuk mengontrol kondisi
hasil reaksi. Secara umum reaksi netralisai tersebut sbagai berikut :
Asam + Basa Garam + Air (kondisi lebih netral)
Netralisasi menggunakan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan
yang bersifat asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam
umumnya dinetralkan dengan larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH)
atau natrium karbonat (Na2CO3). Karena larutan kapur harganya lebih
murah dari pada bahan kimia lainnya, maka larutan ini lebih sering
dipakai di berbagai industri.
Air limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti
H2SO4, HCL atau dengan gas CO2 dapat dilakukan dengan memasukkan gas C02
melalui bagian bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk gelembung-
gelembung gas yang akan bereaksi dengan basa yang ada sehingga
dihasilkan asam karbonat (H2CO3).
Gambar 1 : Tangki netralisasi
Pengendapan
Jika konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka
logam tersebut dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan.
Pengendapan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk logam yang ada ke
dalam bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan penambahan larutan
kapur (Ca(OH)2) atau soda kostik (NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH
akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH
dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara konsentrasi logam dengan kondisi Ph
dapat dilihat pada Gambar 4.2
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa kelarutan minimum krom dan seng terjadi
pH 7,5 dan 10,2. Gambar tersebu juga menunjukkan bahwa konsentrasi krom
maupu seng akan meningkat dengan tajam jika ondisi pH berubah dari nilai
7,5 atau 10,2. Jadi untuk mengendapkan logam yang ada secara optimal
kondisi pH memegang peran yang sangat penting.
Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi
dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut
lambat atau tidak efisien. Koagulasi dilakukan dengan menambahkan bahan
kimia koagulan ke dalam air limbah. Koagulan yang sering digunakan di
lingkungan industry antara lain larutan kapur Ca (OH)2 tawas (Al(SO4)3.
18 H2O; FeCl3; FeCl2; FeSO4. 7H2O dan lain-lain.
Oksidasi-Reduksi (Redoks)
Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi
materi yang bereaksi dengan melepaskan electron. Reaksi oksidasi selalu
diikuti dengan reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kima yang akan
menurunkan bilangan valensi materi yang bereaksi dengan menerima eektron
dari luar. Reaksi kimia yang melibatkan kedua reaksi oksidasi dan
reduksi ini dikenal dengan reaksi redok.
Reaksi kimia Oksidasi-Reduksi dapat merubah bahan pencemar yang
bersifat racun menjadi tidak berbahaya atau menurunkan tingkat/daya
racunnya.
Contoh pengolahan limbah B3 dengan reaksi redok :
Krom valensi enam (krom heksavalen) merupakan bahan kimia yang sangat
beracun, sehingga keberadaannya di dalam limbah harus ditangani dengan
sangat hati-hati. Untuk menurunkan tingkat racun dari krom heksavalen
ini dapat dilakukan dengan mengadakan reaksi redok. Krom heksavalen
dapat direduksi menggunakan sulfur dioksida (S02) menjadi krom trivalent
yang mempunyai tingkat/daya racun jauh lebih rendah daripada krom
heksavalen. Reaksi dasar dari krom ini adalah sebagai berikut :
SO2 + H2O H2SO3
2 CrO3 + 3 H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3 H2O
Cr2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 2 Cr(OH)3 ++ CaSO4
Krom trivalen lebih aman daripada krom heksavalen sehingga lebih dapat
diterima di lingkungan.
Limbah yang mengandung sianida juga mempunyai sifat racun yang sangat
kuat, sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah
tersebut di-landfill. Sianida yang sangat beracun tersebut dapat
dioksidasi ke dalam bentuk sianat yang daya racunnya jauh lebih rendah.
reaksi oksidasinya sebagai berikut :
NaCN + Cl2 + 2 NaOH NaCNO + 2 NaCl + H2O
2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH 2 CO2 + N2 + 6 NaCl + 2 H2O
Kedua reaksi tersebut sangat sensitive terhadap perubahan kondisi pH.
Reaksi pertama membutuhkan pH lebih besar dari pada 10 untuk memproduksi
natrium sianida, sedangkan reaksi kedua akan terjadi lebih cepat pada
kondisi pH sekitar 8. Proses klorinasi alkalin akan lebih baik dilakukan
dengan pemutih hipoklorid seperti menggunakan peroksida ozon untuk lebih
menyempurnakan hasil reaksi penghancuran sianida.
Insenerasi
Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering
digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis
pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat
menghilangkan sifat bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar,
insenerator harus dioperasikan pada kondisi diatas temperature destruksi
dari bahan yang dibakar.
Pengolahan secara insenerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3
yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Ukuran, disaint dan spesifikasi insenerator yang digunakan disesuaikan
dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insenerator
dilengkapi dngan alat penceah pencemar udara untuk memenuhi standar
emisi.
Insenerator sudah banyak dipakai oleh industry, usaha pengolahan
limbah B3, rumah sakit, pengelola sampah kota serta sampah pasar. Abu
dan asap dari insenerator harus aman untuk dibuang ke lingkungan.
Kualitas hasil buangan (asap dan abu) banyak dipengaruhi oleh jenis dan
karakteristik bahan yang dibakar serta kinerja dari insenerator yang
digunakan. Untuk mencapai kondisi yang diuakan, diperlukan suatu
insenerator yang apat bekerja dengan baik yang dilenkapi dengan suatu
sistem control pengendalian proses pembakaran agar dapat dipastikan
bahwa semua bahan dapat terbakar pada titik optimum pembakarannya dan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian teknlogi
insenerator yang akan digunakan harus dapat mengatasi semua permasalahan
dalam pembuangan dan pemusahan limbah B3 (sampah padat).
Gambar 3 sampai 7 menunjukan insenerator yang sudah di produksi di dalam
negeri.
Gambar 3 : insenerator dan bagian-bagiannya
Gambar 4 : insenerator yang telah terpasang
Gambar 5 : insenerator yang telah diisi sampah siap untuk dibakar.
Gambar 6 : insenerator pada saat dioperasikan
Gambar 7 : asap yang timbul pada saat pembakaran
(jika pembakaran sampa sempurna, asap hamper tak terlihat)
Pengolahan dengan cara stabilisasi/solidifikasi
Pengolahan secara stabilsasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah
siat fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat
(aditif) B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan
membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar (massive). Pada
proses ini limbah B3 harus dapat diikat dan stabilkan sehingga sifat
racun dan sifat bahannya dapat diturunkan sampai ambang batas yang
ditentukan.
Proses stabilisasi/solidifikasi adalah suatu tahapan proses pengolahan
limbah B3 untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 melalui
upaya memperkecil/membatasi daya larut, pergerakan/penyebaran dan daya
racunnya (immobilisasi unsure yang bersifat racun) sebelum limah B3
tersebut dibuang ke tempat penimbunan akhir (landfill).
Bahan-bahan yang umum digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi
(bahan aditif) antara lain :
Bahan pencampur: gypsum, pasir, lempung, abu terbang; &
Bahan perekat/pengikat : semen, kapur, tanah liat, dll.
Pengolahan dengan cara penimbun
Pengolahan dengan cara ini memerlukan lokasi yang luas, jauh dari
pemukiman penduduk dan aktivitasnya. Lokasi penimbunan juga tidak boleh
berhubungan dengan factor-faktor pendukung pendukung kehidupan seperti,
tempat sumber air atau lokasi serapan air tanah.
Lokasi penimbunan yang sudah penuh harus ditutup dan tidak dapat
digunakan sebagai lokasi pemukiman.
Kualitas limbah B3 yang akan ditimbun harus dianalisis di laboratorium
terlebih dahulu dan lolos dari persyaratan yang diperlukan, antara lain
:
Memenuhi baku mutu uji Toxity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)
sesuai table 3 Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995;
lolos uji Plain Filter Test da uji kuat tekan (compressive strength);
Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau
pengolahan secara fisika atau kimia;
Tidak bersifat :
Mudah meledak.
Mudah terbakar.
Reaktif.
Menyebabkan infeksi.
Tidak mengandung zat organic lebih besar dari 10 persen;
Tidak mengandung PCB;
Tidak mengandung dioxin;
Tidak mengandung radioaktif;
Tidak berbentuk cair atau lumpur.
Pada saat penimbunan limbah B3 harus dilakukan pencatatan yang memuat
informasi dokumentasi (dokumen limbah B3 / waste tracking form) mengenai
asal penghasil limbah B3, karakteristik awal limbah B3, volume, tangal,
dan lokasi (koordinat) penimbunan.
Pemilihan proses Pengolahan Limbah B3
Setiap orang atau badan usaha yang kegiatannya menghasilkan
limbah/sampah, baik cair, padat maupun gas diwajibkan untuk mengolah
limbahnya sampai pada ambang batas yang diberlakukan sebelum dibuang ke
lingkungan. Penerapan sistem pengolahan limba harus disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik dari limbah yang akan diolah dengan
mempertimbangkan 5 hal sebagai berikut :
Biaya pengolahan murah,
Pengoperasian dan perawata alat mudah,
Harga alat murah dan tersedia suku cadang,
Bisa mengatasi permasalahan limbah/sampah yang dihadapi tanpa
menimbulkan efek samping terhadap lingkungan.
Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya juga
didasarkan atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan,
kehandalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan
pertimbangan lingkungan. Timbulan limbah B3 yag sudah tidak dapat diola
atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill)
yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Sebelum melakukan pegolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji
analisa kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau bologi guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam proses pengolahan limbah B3
tersebut. Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau
biologi yang terkandung dalam limba B3 tersebut diketahui, maka tahapan
selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang
dapat memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan
yang ditetapkan.
Pemilihan teknologi alternative proses pengolahan limbah B3 dapat
dilihat pada gambar 4.8.
Keterangan :
Baku mutu limah cair wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kep-men 03/1991 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.
Baku mutu emisi udara wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Kep-men 13/1995 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.
Penimbunan wajib memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam PP
19/1994 dan ketentuan lain yang ditetapkan.
Gambar 8 : diagram Alir Alternatif Pemilihan Proses Pengolahan Limbah B3
Gambar 9 : Proses Pengolahan Limbah Industri B3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
2. Proses teknologi untuk pengolahan limbah B3, meliputi secara fisika,
kimia biologi atau kombinasi. Itu semua dilakukan dengan menggunakan
teknik pengolahan tertentu. Berikut ini macam-macam teknik pengolahan
limbah B3:
a. Netralisasi
b. Pengendapan
c. Koagulasi dan flokulasi
d. Oksidasi-Reduksi (Redoks)
e. Insenerasi
B. Saran
Penulis menyarankan agar limbah B3 dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya sebelum dibuang ke
lingkungan, hendaknya diolah terlebih dahulu agar tidak menimbulkan
dampak buruk khususnya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetiawan, Agung.(2014).Makalah Pengelolaan Limbah B3.(Online).Tersedia:
https://www.academia.edu/6745548/Makalah_Pengelolaan_Limbah_B3.
(11 September 2014)
Ir. Setiyono, M. Si.2002.Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia.Jakarta: