MAKALAH KEBUDAYAAN JEPANG
DISUSUN OLEH :
M. NUR HENDRA ALVIANTO
XI IPA 5/21
SMA NEGERI 1 KOTA CIREBON
ORIGAMI
Apakah Origami Itu?
Hingga abad 21 sekarang ini, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah Origami. Meskipun demikian, dalam tulisan kali ini akan dibahas dari awal lagi mengenai "Apakah Origami itu?" agar pemahaman kita lebih jelas lagi. Origami berasal dari kata 折る 'oru' yang berarti "melipat" dan kata 紙 'kami' yang berarti kertas. Sehingga jika kedua kata ini digabungkan akan menghasilkan arti "kertas lipat" atau "lipatan kertas".Origami merupakan seni melipat kertas yang berasal dari China pada sekitar abad ke-7 yang kemudian di populerkan di negara Jepang, sehingga, terkesan bahwa Origami memang betul-betul asli dari negara Jepang. Meskipun demikian, Origami sudah menjadi salah satu bagian budaya tradisional yang sudah mendarah daging di seluruh masyarakat Jepang. Hal ini bisa dilihat bahwa pda kenyataannya Origami sering diajarkan pada siswa-siswi mulai di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar. Selain itu, bukti bahwa masyarakat Jepang sangat mencintai Origami adalah, mereka selalu melakukan inovasi dan improvisasi yang kreatif dalam menghasilkan beragam bentuk lipatan Origami yang sangat tinggi nilai seninya.
Sejarah Origami
Kertas yang pertama kali digunakan untuk membuat Origami dinamakan kertas Washi. Kertas Washi yang lembut dan indah ini pertama kali diciptakan pada awal abad ke-7 dan merupakan hasil China dalam pengembangan metode pembuatan kertas yang masuk ke Jepang. Penemuan Washi menghasilkan berbagai benda kebudayaan dan salah satunya adalah Origami.
Terkadang ada pertanyaan tentang "Kapan Origami pertama kali dipraktekkan?" yang agak sulit dijawab berdasarkan dengan bukti-bukti peninggalan sejarah yang ada. Hingga saat ini, tidak cukup banyak dokumentasi yang ditemukan, sehingga sulit untuk mengatakan secara pasti kapan Origami pertama kali dipraktekkan oleh masyarakat. Namun, sebagaimana kertas Tatou, kertas origami dikatakan telah digunakan secara praktis untuk membungkus berbagai benda sejak abad ke-10.
Pada kenyataannya, memang ada yang menyatakan bahwa selain Jepang, Origami berasal dari China dan Spanyol. Di Eropa, teknik pembuatan kertas sudah ada di abad ke-12, dan mereka juga bermain Origami dengan cara sendiri. Tapi, bagaimanapun juga, kiranya cukup adil untuk mengatakan bahwa Jepanglah yang paling aktif mengembangkan seni Origami dan sekaligus menjaga nilai-nilai kesenian yang tradisional hingga sampai pada era modern. Itulah mengapa, jika disebut kata Origami maka secara otomatis kita akan mengidentikannya dengan negara Jepang sebagai asal kesenian ini.
Apakah Lem atau Gunting Tidak Digunakan Dalam Origami?
Menggunakan lem merupakan hal yang tidak aneh dalam Origami. Lem digunakan untuk menyatukan dua hal yang terpisah atau untuk menguatkan bagian-bagian tertentu. Seiring berjalannya waktu, bentuk dari satu karya Origami dapat menjadi hancur, sehingga untuk menjaga bentuknya diperlukan penggunaan lem untuk menguatkan bagian0bagian kertas yang digunakan.
Ada banyak beberapa contoh di mana gunting digunakan pada karya klasik atau tradisional. Kini, diantara para penggemar Origami, ada juga yang tetap mempertahankan pemikiran dimana penggunaan gunting tidak diperbolehkan, dan yang paling baik adalah menyeleseikan satu kreasi origami hanya dengan menggunakan selembar kertas bujur sangkar. Ha ini didasari oleh hakikat menjaga ketradisionalan Origami itu sendiri yang benar-benar hanya mengandalakan lipatan pada kertas tanpa menggunakan alat potong dan alat tempel. Namun seiring dengan perkembangan Origami dari waktu ke waktu yang dikembangkan dengan penuh inovasi dan kreasi oleh tangan-tangan modern hingga menghasilkan bentuk Origami yang mengagumkan, maka alat bantu gunting dan lem memiliki peran dalam proses penciptaannya.
Origami Bangau – Sebuah Simbol Perdamaian (Kisah 1000 Bangau)
Kisah 1000 bangau ini bermula dari kisah seorang gadis kecil benama Sadako Sasaki (1943-1955) berusia 10 tahun. Pada saat itu dan mengalami sakit akibat dari pemboman Hiroshima. Sadako percaya bahwa ia akan sembuh dengan doa yang ia selipkan pada Origami bangau yang dibuatnya hingga mencapai jumlah 1000 buah. Namun, Tuhan berkehendak lain karena Sadako akhirnya meninggal pada usia 12 tahun.
Kisah yang menyayat hati ini diceritakan dalam berbagai versi hingga menyebar ke seluruh dunia. Di Hiroshima Peace Memorial Park dibangun monumen Perdamaian Anak yang menggambarkan Sadako dihiasi dengan ribuan kalung bangau dari seluruh dunia. Kini, 1.000 bangau tidak hanya menjadi doa agar harapan seseorang terkabul, namun juga sebagai simbol doa untuk perdamaian.
Dalam kehidupan sehari-hari saat ini, kepercayaan tentang dengan membuat 1.000 buah Origami bangau bisa mewujudkan harapan masih bertahan di masyarakat. Biasanya 1.000 buah Origami yang dibuat diharapkan bisa mewujudkan harapan lulus ujian, keselamatan, mewujudkan cita-cita dan lain-lain. Namun pada intinya, mereka tidak hanya berdiam diri dalam usaha mewujudkan harapan dan keinginannya hanya dengan membuat 1.000 Origami bangau saja, mereka juga tekun berusaha. Sehingga dengan membuat 1.0000 Origami bangau mereka bisa menyelipkan doa dan membulatkan tekad berulang-ulang kali hingga menghasilkan 1.000 buah bangau, hingga keinginan dan harapannya terwujud.
Esensi Origami
Bagi orang yang baru mengenal istilah Origami atau baru saja belajar membentuk sebuah wujud dari pola Origami, kemungkinan besar hanya menganggap Origami hanya sebuah hiburan atau permainan dari kertas. Namun sebenarnya, ada banyak esensi yang dimiliki oleh Origami itu sendiri. Dengan penciptaan sebuah bentuk Origami , seseorang diharapkan belajar sikap yang luwes yang tercermin dalam keluwesan kertas yang dilipat sesuai pola yang ada, keterampilan yang tercermin dalam pembentukan wujud Origami yang beragam, kesabaran yang tercermin dalam tiap lekukan dan lipatan yang detail hingga membentuk sebuah wujud kreasi Origami yang indah. Dari sikap ini akan membentuk pola pikir manusia yang luwes dalam menyikapi permasalahan dalam hidup, terampil dalam menghasilkan ide-ide cemerlang dan tidak hanya memandang sebuah masalah kehidupan hanya dari satu sisi saja, serta kesabaran yang diperlukan manusia dalam menekuni suatu hal yang dilakukan dalam hidupnya hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya dan hidup orang lain.
Keseluruhan sikap yang dituntut dikuasai oleh seseorang yang sedang ber Origami ini bisa dirangkum dalam satu wadah konsep yang disebut dengan 和 'wa' yang memiliki arti "harmoni". Harmoni juga bisa diartikan sebagai keselarasan dan keserasian. Coba kita perhatikan dari awal pembentukan sebuah karya Origami yang diawali dengan penggunaan kertas bujur sangkar yang pasti panjang setiap sisinya berukuran sama. Kemudian setiap lipatan didasarkan pada pedoman pembagian garis lipatan horizontal dan vertikal serta pola-pola lipatan lain yang harus seimbang. Jika keseimbanagan lipatan diabaikan, maka sebuah bentuk Origami yang indah tidak akan terwujud.
Oleh karena itu, sangat benar jika Origami memiliki esensi menjaga keharmonian. Inilah yang terdapat dalam konsep kehidupan orang Jepang yang selalu menjaga keharmonian dalam kehidupannya. Meskipun pada kenyataannya orang Jepang banyak yang tidak mematuhi peraturan agama serta lebih mengedapankan rasional daripada keputusan Tuhan. Mereka berusaha menciptakan hidup yang harmoni, selaras dan serasi dalam kehidupan sehari-hari. hal ini bisa kita lihat dalam kebiasaan hidupnya yang disiplin, mampu menghargai karya orang lain dengan baik, menghargai waktu dengan seksama, memiliki toleransi yang tinggi dalam kesehariannya, mampu menghormati orang lain pada tempatnya yang diwujudkan dalam budaya Ojigi,penggunaan bahasa sopan keigo, sonkeigo dan kenjogo, konsentrasi penuh dengan apa yang dikerjakannya hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, tekun dan terampil dalam bekerja, cenderung dinamis dalam mengembangkan pola pikir ke arah yang positif, serta menjaga sisi ketradisonalan negara Jepang meskipun di tengah era modernisasi yang kian memuncak misalnya pengadaan festival atau matsuri, seni minum teh chanoyu, seni merangkai bunga ikebana dan masih banyak lagi ketradisionalan yang mereka jaga hingga saat ini. Dengan mewujudkan semua aspek kehidupan ini, masyarakat Jepang yakin keharmonian hidup yang tercipta akan semakin indah adanya.
Filosofi Sadō 茶道
Upacara minum teh yang di Jepang dikenal dengan istilah sadō atau chanoyu, telah dihargai sebagai sebuah seni yang lebih disukai oleh wanita. Namun, dalam perkembangan trendnya, sejumlah kaum pria mampir di sebuah salon upacara minum teh dalam perjalanan mereka sepulang dari kantor. Kelas-kelas yang mengajarkan kebudayaan Jepang lainnya seperi ikebana (seni merangkai bunga) dan instrumen musik tradisional seperti samisen kini juga menarik lebih banyak perhatian pria. Gambaran keseluruhannya adalah para pria ini kembali mendatangi seni tradisional yang telah mendukung Jepang secara spirit sekian lama.
Dasar dari Sadō (yang artinya the way of tea) terletak pada kebiasaan sederhana merebus air, menyiapkan bubuk teh hijau, menyajikannya kepada tamu dan meminumnya sendiri. Dalam sejarahnya lebih dari 5 abad, the way of tea itu sendiri tergabung dalam filosofi Budha Zen dan diilhami dalam sebuah semnagat yang halus. Sadō juga telah mengambil sebuah karakter seni yang tinggi, bersyukur pada pengejaran akan keindahan dan peralatan yang tua dihargai dan ditangani dengan sangat hati-hati sehingga mereka tidak akan kehilangan kilaunya sepanjang masa. Etika dari sadō adalah rinci dan pasti, namun dalam dan tidak mudah dipahami.
Filosofi sadō digambarkan dalam istilah yang disebut dengan wakei-seijaku. Wa menandakan membuka hati satu dengan yang lainnya dan kemudian menjadi ramah. Kei mewakili saling menghormati, Sei menggambarkan kebersihan dan kemurnian, tidak hanya pada hal-hal yang dapat dilihat mata namun juga pada spirit. Jaku menunjukkan tetap tenang dalam situasi apapun. Wabi dan sabi adalah dua kata yang terkenal dan setara dengan the way of tea. Wabi menyatakan ide daripada kemurnian jiwa dibandingkan dipenuhi dengan kesenangan jasmani. Sabi merujuk pada keluruhan masyarakat dunia dimana seseorang mencari kesederhanaan, kemurnian dan jalan-jalan keluhuran hidup.
Ichigo-ichie adalah ekspresi terkenal lainnya dalam sadō. Itu berarti baik yang menjamu dan tamu yang jamu, harus mengambil bagian dalam upacara dengan sepenuh hati, mengingat bahwa hidup selalu berubah dan tidak pasti. Upacara jamuan teh yang dilakukan pada suatu hari yang khusus, merupakan peristiwa yang unik dan tidak akan pernah terjadi lagi.
Diwariskan dari generasi ke generasi lewat praktek beragam sekolah teh di Jepang, prinsip-prinsip tersebut telah lama menjadi pilar penting dalam semangat Jepang. Ketertarikan yang ditunjukkan para businessman di abad 21 terhadap jamuan teh mendemonstrasikan hubungan prinsip-prinsip ini tanpa mengenal waktu.Seperti sadō berkembang di bawah perlindungan samurai yang mencari kesembuhan spiritual dan latihan ketika mereka cemas karena peperangan atau saat kehilangan arah, maka tidaklah mengejutkan jika pria Jepang kembali ke ruang teh untuk mendapatkan semangat yang sama.
Upacara sado dilakukan secara lembut dan seksama pada setiap gerakan dalam keheningan. Inilah esensi dari sado, dimana penemuan ketenangan jiwa adalah tujuan utamanya.
清らかな静寂のなかで、一碗の茶を味わうとき、心は広くて自由な世界へ解き放たれる
Di antara keheningan murni, ketika Anda mencicipi semangkuk teh, pikiran akan dicurahkan ke dunia luas bebas.
Festival Musim Panas di Jepang
Di Jepang, terdapat banyak jenis festival musim panas yang terkait dengan budaya dan adat tradisional, jumlahnya tidak terhitung. Di postingan kali ini, kami akan memperkenalkan beberapa festival besar dan terkenal untuk pariwisata Jepang.
Bagi teman-teman Jepang: Silahkan saling berbagi informasi kepada teman-teman Indonesia mengenai festival-festival lokal yang menarik dari daerah kalian.
Tiga festival musim panas terbesar di Tohoku
Festival musim panas diselenggarakan di berbagai daerah di perfektur Aomori pada awal bulan Agustus. Festival ini pertama kali diselenggarakan pada abad ke 18.
Dua festival yang terkenal adalah Aomori Nebuta dan Hirosaki Neputa yang juga tercatat sebagai "Important Intangible Cultural Heritage" pada tahun 1980.
Aomori Nebuta
Nebuta adalah 3 dimensi sedangkan Neputa berbentuk kipas dimana bagian depan disebut dengan Kagami-E dan bagian belakang disebut Miokuri-E yang dihias dengan lukisan.
Festival Akita Kantou diselenggarakan di kota Akita, Perfektur Akita pada tanggal 3-6 Agustus. Festival ini memiliki sejarah lebih dari 250 tahun yang lalu.
Bentuk dari Kantou menyerupai batang padi dimana lentera-lentera dirangkai seperti jerami dengan serangkaian padi. Orang-orang membawa Kantou di dahi, di pundak atau pinggang sambil berdoa untuk panen yang melimpah. Jenis Kantou Owaka adalah yang terbesar dengan 46 lentera dan beratnya kira-kira 50kg.
Festival Tanabata di Sendai
Festival budaya Tanabata di kota Sendai, Perfektur Miyagi adalah festival Tanabata terbesar di Jepang. Festival ini diselenggarakan pada awal bulan Agustus (bulan Juli pada kalender Qamariyah).
Festival ini mulai terkenal pada abad ke 16 yang dipelopori oleh raja feudal Date Masamune. Hiasan yang dipakai saat ini berasal dari gaya Edo. Festival ini diselenggarakan untuk memanggil arwah Dewa Ladang Padi.
Dalam sejarah festival Tanabata, terdapat legenda sebuah cerita cinta antara Ori-hime dan Kengyu, mereka hanya bisa bertemu sekali dalam setahun yaitu pada hari Tanabata.
Tokyo
Hal yang paling menarik di Tokyo adalah menara penyiaran tertinggi di dunia "Tokyo Sky Tree" dan pesta kembang api di sungai Sumida.
Kyoto
Gion Matsuri adalah festival musim panas kuil Yasaka yang merupakan salah satu festival terbesar di Jepang selain Osaka Tenjin Matsuri dan Tokyo Kanda Matsuri. Festival ini memiliki sejarah yang panjang dari 1,100 tahun yang lalu dan pastinya sangat mengagumkan.
Osaka
Tenjin Matsuri telah menyebar luas dari Kuil Tenjin atau TenmanGu ke seluruh Jepang. Festival ini dirayakan untuk Sugawara Michizane yang dinobatkan sebagai Dewa Pengetahuan (God of Studies).
Osaka Tenman-gu adalah kuil ternama dan menyelenggarakan festival ini sekitar tanggal 25 Juli bertepatan dengan hari kematiannya. Festival ini juga memiliki sejarah yang panjang kira-kira lebih dari 1,000 tahun yang lalu.
from Osaka Tenmangu's Website
Shikoku
Pulau Shikoku terdiri dari 4 perfektur yaitu Tokushima, Kagawa, Ehime dan Kochi. Terdapat banyak sekali festival musim panas di Pulau Shikoku ini dan hampir semua festival ini memiliki potensi yang bagus untuk pariwisata.
Tokushima Perfektur (dulu disebut Awa) adalah tempat lahirnya tari Awa "Awa Odori" yang termasuk dalam festival BON. Sejarah festival ini ada sejak 400 tahun yang lalu biasanya diselenggarakan pada bulan Agustus, khususnya di kota Tokushima, penyelenggara Awa Odori terbesar kemudian menyebar ke seluruh area di Jepang.
Tim Odori (tim tarian) disebut sebagai Ren. Ada banyak sekali tim Ren, baik penonton maupun penari sama-sama bersemangat dan menyukai festival Awa Odori ini.
Yosakoi Matsuri adalah festival musim panas yang diselenggarakan di Perfektur Kochi (dulu disebut Tosa) pada tanggal 9-13 Agustus di kota Kochi.
Kota Kochi adalah sister city Surabaya, Indonesia. Pada akhir bulan Juni, diselenggarakan festival Yosakoi di Surabaya.
Kyushu & Okinawa
Di Kyushu juga terdapat banyak fesitval musim panas. Berikut kami perkenalkan satu festival yang paling membangkitkan semangat yaitu Kokura Gion Daiko. Festival ini diselenggarakan pada bulan Juli di Kota Kita Kyusyu, Perfektur Fukuoka. Festival ini pertama kali digelar pada tahun 1618 kira-kira 390 tahun yang lalu. Festival besar lainnya di Fukuoka yaitu Hakata Gion Yamagasa dan Tobata Gion Ooyamagasa.
Festival untuk menyambut pulangnya roh nenek moyang pada bulan Juli di Okinawa. Anak-anak muda menari dan memukul drum sambil meneriakkan "Ei-Sa-". Festival semacam ini juga diselenggarakan di negara lain di Asia.
Uniknya Budaya Perayaan Tahun Baru di Jepang
お正月 'Oshougatsu'
Perayaan tahun baru di Jepang tidak hanya dilakukan dengan pesta-pesta, tetapi juga dengan melakukan kegiatan atau ritual-ritual yang bersifat religius sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa.
Kegiatan penyambutan tahun baru dimulai sejak dua minggu sebelum pergantian tahun:
大掃除 'Ousouji' atau pembersihan, Pemasangan 飾り 'Kazari' atau hiasan, Mempersiapkan makanan khas tahun baru 御節料理 'Osechi Ryouri' , Berkirim 年賀状 'Nengajou' atau kartu ucapan tahun baru serta beberapa Ritual religius
Di kalangan masyarakat Jepang お正月 'Oshougatsu' lebih dikenal sebagai periode liburan tiga hari di awal tahun, yaitu tanggal 1, 2, dan 3 Januari.
{jcomments on}
Ritual Pembersihan:
1.Oharai
Oharai yang ditujukan untuk mengusir kekuatan jahat dipimpin oleh pendeta Shinto. Dilakukan dengan cara melambaikanbatang pohon sakaki yang dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir kekuatan jahat.
2. Misogi
Disebut juga dengan ritual kessai, yaitu pembersihan diri yang dilakukan dengan air. Ritual ini biasanya dilakukan dengan cara mandi di sungai, di laut, dan di bawah air terjun.
3. Imi
Imi sangat berbeda dengan oharai dan misogi. Imi merupakan pembersihan yang dilakukan secara tidak nyata.
大掃除 'Oosouji"
Dilakukan oleh semua anggota keluarga dilakukan dengan pembersihan besar-besaran pada lingkungan rumah. Hal ini dikarenakan orang Jepang percaya bahwa para dewa akan datang ke dunia dengan membawa berkah berlimpah. Dewa hanya bersedia datang jika diundang oleh orang yang berhati bersih dan juga bersedia datang di tempat yang bersih.
飾り 'Kazari'
Hiasan Tahun Baru
1. Shimenawa
Shimenawa merupakan hiasan tahun baru yang pertama kali diciptakan di Jepang sekitar abad 12 yang dibuat dari dua buah untaian jerami yang dililitkan.
Hal ini memiliki makna suatu pemisahan hal baik dari hal yang buruk. Shimenawa yang dipasang dalam perayaan Ōshōgatsu dijadikan sebagai simbol pengusir kekuatan jahat atau jimat untuk penolak bala. Tujuannya supaya setiap orang mendapatkan keselamatan dan perayaan Ōshōgatsu dapat berjalan dengan lancar.
2. Kadomatsu
Kadomatsu berasal dari kata kado berarti pintu masuk dan matsu berarti pohon pinus. Orang Jepang percaya bahwa arwah leluhur pada saat tahun baru akan kembali ke rumah yang dulu mereka tinggali dalam bentuk Toshigami (dewa tahun baru) dan mereka akan bersemayam dalam kadomatsu selama perayaan Ōshōgatsu. Setiap bahan yang digunakan untuk membuat kadomatsu memiliki makna yang berbeda. Pohon pinus yang selalu hijau dianggap sebagai lambang hidup yang panjang. Pohon bambu yang tumbuh meruncing ke atas melambangkan suatu kekuatan dan kesabaran. Pohon prem yang bisa tetap tumbuh pada cuaca yang dingin melambangkan panjang umur dan kemakmuran.
3. Kagami mochi
Kagami mochi adalah hiasan Ōshōgatsu yang terdiri dari tumpukan dua buah mochi berbentuk bulat pipih yang melambangkan tahun lama dan tahun baru, yang diletakkan pada sebuah nampan kayu. Di atas tumpukan mochi biasanya diberi hiasan jeruk.
4. Kirigami
Dalam perayaan Ōshōgatsu, kirigami dijadikan sebagai tempat tinggal para dewa. Kirigami terdiri dari berbagai bentuk dan tiap-tiap bentuk ditempati oleh dewa yang berbeda. Sebagai contoh,
bentuk gohei yaitu guntingan atau lipatan berbentuk zigzag yang diselipkan pada celah tongkat bambu. Bentuk ini dipercaya sebagai tempat tinggal Toshigami. Selain itu ada kirigami yang berbentuk ikan dan kura-kura yang dijadikan sebagai tempat tinggal dewa keberuntungan yaitu Ebisu dan Daikoku. Ebisu dan Daikoku adalah dewa laut yang dipercaya akan memberikan berkah kepada para nelayan berupa hasil laut yang berlimpah pada saat Ōshōgatsu.
5. Miki no kuchi
Miki no kuchi merupakan salah satu jenis hiasan tahun baru yang terbuat dari bahan kertas, bambu, dan tatal kayu. Dirangkai menjadi sebuah bentuk hiasan kemudian diletakkan ke dalam botol yang berisi sake (minuman tradisional Jepang yang mengandung alkohol dibuat dari bahan beras).
Beras dipercaya sebagai lambang kesuburan yang sangat disukai oleh para dewa dan sake dianggap sebagai minuman suci yang digunakan untuk persembahan para dewa. Oleh karena itu, miki no kuchi dalam perayaan Ōshōgatsu dijadikan sebagai lambang minuman yang digunakan untuk menyambut kedatangan para dewa.
Menurut orang Jepang, hiasan Ōshōgatsu harus dipasang pada hari yang baik. Hiasan tahun baru tidak boleh dipasang pada tanggal 29 Desember. Orang Jepang menganggap angka 29 sebagai angka yang tabu, karena jika dilafalkan.
dalam bahasa Jepang angka 29 berbunyi nijūku (二十九) sementara, nijūku juga memiliki arti yang berbeda yaitu kesengsaraan yang berlipat dua jika ditulis denganKanji 二重苦.
Biasanya awal pemasangan hiasan pada tanggal 27, 28, dan 30. Sementara pada tanggal 31 Desember tidak diperbolehkan memulai pemasangan hiasan. Hal ini dikarenakan ada kepercayaan bahwaToshigami akan marah jika hiasan dipasang pada saat satu hari sebelum Tahun Baru. Hiasan-hiasan Ōshōgatsu tersebut dipasang hingga tanggal 7 Januari.
おせち料理 'Osechi Ryouri'
Masakan Khas Tahun Baru
Makanan tahun baru ditata rapi di dalam kotak kayu bersusun yang disebut jūbako 重箱 . Pada umumnya hanya lauk yang ditata di dalam kotak kayu bersusun yang bisa disebut masakan osechi.
Kotak kayu bersusun untuk masakan osechi dipercaya sebagai perlambang keberuntungan yang berlipat.
Secara tradisional, Osechi terdiri dari:
O-toso (お屠蘇): sake untuk kesehatan yang diminum di pagi hari awal tahun
Iwaizakana (祝い肴): tiga macam makanan untuk teman minum sake
Zōni: sup berisi mochi dimasak
menggunakan kaldu dan sayuran.
Dengan memakan ozoni pada saat
perayaan tahun baru dipercaya akan
mendapatkan keberuntungan.
Nishime: sayur-sayuran dimasak dengan kuah dashi, kecap asin, dan mirin (gula pasir).
Ragam masakaninti:
1. Tatsukuri, Tazukuri (田作り, pembuat padi)
Sejenis ikan teri yang disebut gomame digongseng dengan bumbu kecap asin dan mirin. Masakan ini merupakan perlambang hasil panen yang melimpah, karena di zaman dulu ikan ini digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi.
2. Kazunoko (数の子)
Telur ikan berwarna kuning yang digunakan sebagai harapan dikaruniai banyak anak di tahun yang baru.
3. Kuromame (黒豆)
Kacang berwarna hitam yang dipercaya bisa menangkal roh jahat. Selain itu, mame dalam bahasa Jepang bisa berarti "bekerja sekuat tenaga" dan "kesehatan", dan dimakan sebagai harapan agar sehat sepanjang tahun.
5. Tataki-gobō (たたき牛蒡)
Akar gobo yang berwarna hitam terlihat seperti burung dalam mitologi yang terbang ketika ada panen yang berlimpah.