MAKALAH KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA, DAN LINDUNG LINGKUNGAN Menganalisis dan mengidentifikasi Fire Hazard
Nama : Jansen Novri NPM : 1406533011 Program Studi : Teknik Perkapalan
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kebakaran adalah salah satu peristiwa yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Peristiwa kebakaran tampak lazim kita temui baik melalui media cetak, elektronik, maupun secara langsung. Kebakaran dapat melanda banyak tempat seperti, pemukiman padat penduduk, gedung pabrik, perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah ketidakpahaman masyarakat terhadap bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Peristiwa kebakaran selalu merugikan korban secara material, fisik, dan psikis. Efek yang ditimbulkan oleh peristiwa ini, terutama untuk kebakaran besar dapat merugikan hingga jutaan atau miliaran rupiah, peralatan-peralatan menjadi rusak, kecacatan secara fisik maupun psikis yang menimbulkan dampak traumatis, sampai melayangnya nyawa manusia. Oleh sebab itu pemahaman masyarakat akan fire hazard adalah sesuatu yang penting supaya masyarakat dapat mencegah dan meminimalisasi intensitas kebakaran. b. Tujuan a. Menganalisis fire hazard yang dapat memicu terjadinya kebakaran. b. Mengidentifikasi cara untuk menanggulangi terjadinya kebakaran. c. Mengidentifikasi cara untuk mencegah terjadinya kebakaran. c. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah eksplorasi kajian-kajian maupun materi mengenai Fire Hazard melalui materi kuliah Bab 5 Keselamatan Kebakaran dan Ledakan, serta sumber-sumber yang tersedia secara online.
BAB 2 LANDASAN TEORI Kebakaran menurut Kamus Besar Bahsa Indonesia adalah peristiwa terbakarnya sesuatu (rumah, hutan, dan sebagainya). Kebakaran berdasarkan intensitasnya dibagi menjadi dua yaitu kebakaran kecil dan kebakaran besar. Kebakaran kecil adalah peristiwa kebakaran yang dapat ditangani menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). Sedangkan kebakaran besar adalah peristiwa kebakaran yang membutuhkan tim pemadam kebakaran untuk menangani kejadian tersebut. Kebakaran besar ini juga masuk dalam kategori bencana atau disaster. Pengertian bencana adalah sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan; kecelakaan; bahaya. Menurut The Johns Hopkins and the International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, bencana berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 3 kategori yaitu bencana yang disebabkan oleh alam, dan faktor manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor alam sebagai penyebab bencana diantara lain seperti gempa bumi, angin topan, curah hujan tinggi, dan temperatur ekstrem. Sedangkan faktor manusia diantara lain adalah pembalakan hutan secara liar, konflik sosial, dan kesalahan kerja. Bencana adalah peristiwa yang tidak dapat diduga (unforeseen), sehingga masyarakat hanya dapat mencegah peristiwa tersebut dengan usaha-usaha yang mendukung, atau menanggulangi keadaan lingkungan jika bencana tersebut sudah terjadi. Dalam mencegah terjadinya sebuah bencana, diperlukan pemahaman secara utuh dari masyarakat mengenai bahaya yang dapat memicu bencana, khususnya kebakaran. Bahaya adalah situasi fisik yang berpotensi menyebabkan kecelakaan pada manusia, kerusakan pada aset, kerusakan pada lingkungan, dan kombinasi yang terjadi diantaranya. Bahaya mempunyai hubungan yang erat dengan risiko, sebab risiko adalah probabilitas terjadinya bahaya menjadi suatu hal yang merugikan. Risiko = Efek Bahaya X Tingkat Kemungkinan Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal PUM pada tahun 2013, terdapat 44.100 insiden kebakaran yang terjadi di Indonesia selama rentang waktu tersebut, dimana Sumatera dan Jawa menjadi pulau dengan total kejadian terbanyak. Hal ini cukup mengkhawatirkan sebab di dua pulau ini banyak terdapat tempat-tempat penting, khususnya di Pulau Jawa seperti Istana Negara, Monumen Nasional, industri skala nasional dan
internasional, tempat wisata, pusat kegiatan ekonomi, dan gedung-gedung kementrian maupun perusahaan negara. Selain pulau dengan kasus kebakaran terbanyak, dapat diketahui juga bahwa peristiwa kebakaran paling banyak terjadi di kawasan pemukiman, hutan, dan gedung industri. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan sebab Indonesia, terutama di kotakota besar seperti Jakarta mempunyai banyak sekali kawasan pemukiman pada penduduk. Selain itu, Indonesia juga memiliki areal hutan yang sangat luas dan gedung-gedung perindustrian yang menjamur di berbagai daerah, sebagai upaya pemerintah menjadikan citra Indonesia sebagai negara industri. Hal ini tentu merupakan hal yang menggembirakan bagi rakyat Indonesia, tetapi di satu sisi, kita perlu menyadari bahwa kenyataan ini memberikan risiko yang sangat besar bagi bangsa kita mengenai bahaya terjadinya kebakaran. Dalam menghadapi fire hazard yang dapat memicu terjadinya kebakaran, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak seperti pemerintah, pemadam kebakaran, pemerintah daerah, sampai ke masyarakat setempat. Peran pemerintah terhadap potensi bencana kebakaran tertuang dalam berbagai undang-undang yang telah disahkan, seperti: 1. UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 2. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan 3. UU No. 30/2009 tentang Ketenagalistrikan 4. UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana 5. UU No 1/1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pemerintah sebagai pihak yang menjamin kesejahteraan rakyatnya juga harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan rakyat dalam hidupnya termasuk mencegah sedini mungkin potensi terjadinya kebakaran dengan bertanggung jawab terhadap perizinan yang diberikan dalam pengembangan wilayah, pemukiman, industri, bisnis dan jasa. Penanganan meliputi: Kelembagaan, SDM, Sarana/Prasarana, Manajemen dan SOP sesuai dengan jenis potensi kebakaran yang ada di wilayahnya perihal Pencegahan dan Penanganan Kebakaran. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah dalam mencegah atau mengurangi keberadaan fire hazard seperti yang telah diatur dalam Substansi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) 1. Pendahuluan (tujuan, sasaran, lingkup, metoda) 2. Kondisi geografis wilayah 3. Potensi bahaya di daerah 4. Pembentukan WMK
5. Penentuan pos pemadam, penentuan sumber air, SDM 6. Rencana induk pencegahan 7. Rencana induk penanggulangan 8. Program jangka panjang 5 –10 tahunan Selain Undang-Undang, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum juga mengeluarkan Peraturan Menteri no. 26 tahun 2008 mengenai jarak antar bangunan, dengan ketentuan sebagai berikut, No
Tinggi Bangunan
Jarak Minimum Antar Gedung
1
< 8 meter
3 meter
2
8 - 14 meter
3 - 6 meter
3
14 - 40 meter
6 - 8 meter
4
> 40 meter
> 8 meter
Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya kebakaran yang menyebar secara cepat, sehingga dapat menekan angka kerugian baik fisik maupun material. Selain pemerintah, masyarakat juga turut berperan aktif dalam mencegah terjadinya kebakaran di bangunan milik pribadi maupun kelompok seperti yang dijelaskan dalam Sistem Keselamatan dan Proteksi kebakaran bangunan.
1. Sarana Penyelamatan Jiwa a. Penyediaan tanda (signage) dan sarana /jalur evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang dan terjaga kondisinya, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi menuju tempat berhimpun (assembly point) dapat dilakukan dengan selamat dan tanpa hambatan b. Tersedia dan berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti public addess, telepon kebakaran 2. Proteksi pasif a. Rancangan fisik, material dan isi bangunan, serta operasi bangunan, sedemikian sehingga dalam periode penggunaannya, beban api dapat dijaga serendah mungkin. b. Prasarana penanggulangan bahaya kebakaran, termasuk struktur bangunan, kompartemenisasi yang tahan api 3. Proteksi aktif a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran
b. Sistem pemadam kebakaran terdiri dari APAR, sistem hydrant kebakaran, sistem Sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, instalasi Lift Kebakaran, Pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah dan Pusat Pengendali Kebakaran. c. Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan
BAB 3 PEMBAHASAN A. Fire Hazard yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Dalam setiap kasus kebakaran, pihak berwenang selalu berusaha mengidentifikasi penyebab terjadinya kejadian tersebut. Terkadang disebutkan bahwa kasus kebakaran disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek listrik, kompor meledak, obat nyamuk bakar yang tidak sengaja membakar benda lain, ledakan charger handphone, dan sebagainya. Melalui beberapa contoh di atas, masyarakat perlu menyadari bahwa begitu banyak fire hazard yang ada di sekeliling kita. Hal ini perlu ditangani secara serius sebab bila kebakaran telah terjadi, dapat merugikan pihak terkait dalam banyak sisi seperti ekonomi, psikologis, termasuk pendidikan dan politik. Fire hazard dapat diidentifikasi berdasarkan tempat atau lokasi yang berpotensi mengalami kebakaran. Berdasarkan survei yang dilakukan Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2013, beberapa tempat dengan kejadian kebakaran terbanyak adalah: 1. Kawasan tempat tinggal : 63%. 2. Hutan : 17%. 3. Bangunan publik : 4%. 4. Pabrik industri : 3% 1. Analisis fire hazard di kawasan tempat tinggal. a. Pencurian listrik oleh beberapa warga. Kegiatan pencurian listrik dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kebakaran karena arus listrik yang tidak sesuai dari tiang listrik menyebabkan sistem kelistrikan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga terjadi over capasity pada kabel-kabel oleh arus listrik dan dapat memancarkan percikan-percikan api.
b. Penggunaan alat masak yang teledor. Api yang terdapat pada alat masak juga sangat berpotensi untuk menyebabkan kebakaran. Bila di sekitar terdapat tumpahan-tumpahan minyak, api dapat bereaksi hebat dengan minyak tersebut sehingga menimbulkan kebakaran. Selain itu, hembusan angin yang relatif kencang saat memasak juga mengganggu keseimbangan api, sehingga api dapat miring dan menyentuh bahan yang mudaht terbakar. c. Penggunaan lilin api dan obat nyamuk bakar yang teledor. Lilin dan obat nyamuk bakar adalah hal yang cukup dekat dengan kehidupan masyarakat, terutama di kawasan padat penduduk. Benda-benda yang mudah terbakar seperti plastik, kertas, dan tisu, sangat berpotensi menyebabkan kebakaran jika terletak di dekat benda ini. Selain itu, pengawasan orang tua juga sangat diperlukan untuk mencegah anaknya yang masih kecil untuk tidak bermain-main dengan api. d. Penggunaan stop kontak yang tidak standar. Stop kontak terkadang digunakan untuk menyalurkan arus listrik kepada banyak alat sekaligus. Hal ini sangat berbahaya, terutama jika satu stop kontak disambungkan dengan stop kontak lain untuk menambah slot plug in, karena sama seperti nomor 1, hal ini menyebabkan stop kontak mengalami over capasity dan menimbulkan percikan-percikan api jika sudah melewati ambang batas, dan dapat meledakkan peralatan elektronik yang tercolok dan menimbulkan kebakaran. 2. Analisis fire hazard di hutan. a. Gesekan antar ranting pohon. Hal ini menjadi faktor kebakaran hutan yang cukup sering terdengar. Secara fisis, gesekan antar dua benda dapat menimbulkan kalor, dan dalam waktu yang panjang dapat menghasilkan api. Faktor ini menjadi bahaya jika terdapat banyak daun kering di bawah pohon. Daun kering, sama halnya seperti kertas sangat mudah untuk terbakar, sehingga jika percikan api dari gesekan ranting jatuh dan mengenai daun kering, api akan mudah untuk menyebar dan menghanguskan hutan, diperparah jika cukup kencangnya angin yang berhembus, karena dapat mempercepat laju api untuk menyebar.
b. Puntung rokok yang tidak padam saat dibuang di hutan Daun kering yang berserakan di hutan akan sangat berpotensi menyebabkan kebakaran bila bereaksi dengan puntung rokok yang belum padam. Terkadang ada pihakpihak yang tidak bertanggung jawab dengan membuang puntung rokoknya yang belum padam dan menganggap bahwa benda sekecil itu tidak mungkin membakar hutan yang luas. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran dan pengetahuan dari berbagai pihak mengenai hal ini. c. Tidak padamnya arang bekas api unggun. Sama halnya dengan puntung rokok yang belum padam, ada sebagian kelompok yang saat melakukan kegiatan api unggun tidak memastikan dengan teliti apakah kayu bekas bakaran sudah benar-benar padam. Hal ini sangat berbahaya, sebab jika masih ada bara api yang hidup, dapat membakar daun-daun yang berada di sekelilingnya dan membakar hutan. 3. Analisis fire hazard di bangunan publik. Pada dasarnya, fire hazard yang terdapat pada kawasan tempat tinggal hampi sama, akan tetapi tetap ada beberapa faktor pembeda penyebab kebakaran di bangunan publik seperti: a. Pencurian listrik dengan daya yang lebih besar. b. Kurangnya daya generator untuk mencukupi pasokan daya listrik. c.Ketidakmampuan teknisi listrik untuk menangani sistem kelistrikan yang bermasalah dengan capat. d. Penggunaan alat-alat listrik yang tidak sesuai standar seperti kabel yang sudah rusak, stop kontak yang mulai terlepas dari dinding, penggunaan kabel-kabel sambungan yang tidak aman, dan sebagainya. 4. Analisis fire hazard di pabrik industri. a. Mesin-mesin kerja yang tidak aman.
Seringkali pihak pabrik tidak melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan kerja seperti mesin, komputer, dan peralatan lain dalam kegiatan produksi. Alat-alat yang tidak diperiksa ini dapat berpotensi melakukan malfungsi, seperti munculnya percikanpercikan api. Hal ini tentu sangat membahayakan para pekerja, terutama di pabrik-pabrik kertas, plastik, tisu, dan percetakan, sebab benda-benda yang diproduksi sangat mudah terbakar jika terkena api, dan dapat membakar gedung pabrik. b. Prosedur kerja yang tidak sesuai. Hal ini sangat berpotensi untuk menyebabkan kebakaran, terutama di pabrik kimia. Reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan energi besar perlu ditangani dengan hati-hati, sebab jika tindakan yang dilakukan tidak tepat, dapat menimbulkan ledakan dan berpeluang besar untuk menyebabkan kebakaran di pabrik tersebut. B. Cara menanggulangi kebakaran. Penanggulangan kebakaran dibagi berdasarkan intensitas api yang membakar suatu tempat. 1. Kebakaran kecil. Kejadian kebakaran kecil dapat ditangani dengan alat pemadam api ringan. Alat pemadam api ringan ini mengandung air atau karbondioksida. Penggunaan air bertujuan untuk memadamkan api secara langsung dengan prinsip bahwa ikatan antar molekul pada api dapat terputus dengan wujud benda yang memiliki ikatan lebih kuat seperti air. Penggunaan karbondioksida berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen sebagai oksidator di udara, sehingga laju reaksi pembakaran dapat berkurang, dan pada akhirnya api dapat padam. 2. Kebakaran besar. Dalam menghadapi kebakaran besar, hal pertama yang harus dilakukan adalah berlari menuju tempat yang aman. Selanjutnya, korban kebakaran menghubungi petugas pemadam kebakaran sesegera mungkin untuk memadamkan api. Pemadam kebakaran adalah pihak yang berusaha mengontrol laju api dan memitigasi seluruh korban bencana kebakaran dan barang-barang berharga lain. Pemadam kebakaran mempunyai 5 misi yang tertuang dalam Panca Dharma Pemadam Kebakaran, yaitu:
1. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran 2. Pemadaman Kebakaran 3. Penyelamatan 4. Pemberdayaan masyarakat 5. Penanganan bahan berbahaya
C. Cara mencegah terjadinya kebakaran. Untuk mencegah kebakaran, masyarakat dapat menyediakan pemadam api ringan yang di service secara rutin atau menggunakan jasa staf pemadam kebakaran untuk gedung perkantoran atau pabrik dengan ketentuan sebagai berikut:
Luas lantai maksimum
Jumlah staf pemadam kebakaran
< 900 m2
1
900 - 2000 m2
2
> 2000 m2
2 + 1 setiap penambahan 1500 m2
Selain dua hal di atas, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menggunakan peralatan listrik yang sesuai standar, sebab banyak kejadian kebakaran disebabkan oleh disfungsi sistem kelistrikan. Di samping perihal listrik, diperlukan juga penggunaan bendabenda yang menghasilkan api seperti kompor, lilin, obat nyamuk bakar, dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya kebakaran. Untuk mencegah kebakaran yang terjadi di hutan, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan seperti puntung rokok, botol plastik, kertas tisu, dan berhati-hati ketika menyalakan api di tengah hutan.
BAB 4 PENUTUP A. Kesimpulan. Fire Hazard adalah sasuatu hal yang berpotensi menyebabkan kebakaran. Fire Hazard dapat dianalisis berdasarkan lokasinya, seperti di hutan, kawasan tempat tinggal, pabrik industri, dan bangunan publik. Pengidentifikasian fire hazard diperlukan untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian kebakaran. Kebakaran dapat berdampak pada berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, keamanan, pendidikan, dan politik. Banyaknya kejadian kebakaran dapat menurunkan minat investor dan turis asing untung datang ke Indonesia. Hal ini dapat berdampak pada kondisi perekonomian negara, dan juga dapat berimbas pada bidang sosial dan keamanan, sebab angka kemiskinan akibat kebakaran semakin meningkat, akan sejalan dengan meningkatnya kasus kriminalitas. Penanggulangan dan pencegahan kebakaran diperlukan untuk menekan angka kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran dan menjamin keamanan hidup setiap masyarakat. Penanggulangan kebakaran diidentifikasi berdasarkan intensitas api yang timbul, sedangkan pencegahan kebakaran diperlukan untuk memastikan kondisi lingkungan yang aman dalam aktivitas sehari-hari.
B. Saran. Pemahaman akan fire hazard secara utuh diperlukan masyarakat untuk mencegah dan mengurangi potensi-potensi kebakaran. Diperlukan kerja sama berbagai pihak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. Peran media sosial, cetak, dan elektronik dapat digunakan untuk mengembangkan hal ini, supaya angka atau intensitas kebakaran yang terjadi di Indonesia dapat ditekan semaksimal mungkin.
BAB 5 DAFTAR PUSTAKA
Power Point Kuliah K3LL Bab 5 Keselamatn Kebakaran dan Ledakan www.artikellingkunganhidup.com www.eprints.ui.ac.id www.jakartafire.net