23
Diagnosa keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri telan Tujuan :Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB
normal. Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan. Tidak menunjukkan tanda malnutrisi Intervensi
Rasional
Kaji kebiasaan diet, input-output dan
Untuk
menentukan
timbang BB setiap hari.
menyusun
tujuan
kebutuhan BB
dan
kalori, evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan
Untuk
menjamin
nutrisi
dalam keadaan hangat.
adekuat/meningkatkan kalori total
Berikan oral sering, buang secret berikan
Nafsu makan dapat dirangsang pada
wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu
situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenangkan
Tingkatkan tirah baring
Untuk mengurangi kebutuhan metabolic
Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk
Metode makan dan kebutuhan kalori
memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu
untuk
memberikan
nutrisi
maksimal.
Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman: Nyeri telan berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : meningkatkan kenyamanan; nyeri terkontrol/teratasi Kriteria Hasil: klien mengikuti tindakan yang dianjurkan, nyeri berkurang atau hilang
24
Intervensi
Rasional
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
(skala 0 – 10 ), factor yang memperburuk
yang berhubungan berguna untuk memilih
atau
intervensi
meredakan,
lokasi,
durasi,
dan
karakteristiknya.
yang
cocok
dan
untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
Anjurkan
klien
untuk
menghindari
Mengurangi bertambah beratnya penyakit
alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak.
Anjurkan untuk melakukan kumur air
Peningkatan
sirkulasi
hangat
tenggorokan
serta
pada
daerah
mengurangi
nyeri
tenggorokan.
Berikan kompres hangat pada bagian nyeri
Untuk menghilagkan rasa nyeri
Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah
(steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
reaksi
alergi/menghambat
histamin
dalam
inflamasi
pengeluaran pernafasan.
Analgesik untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa keperawatan : Risiko penularan infeksi ke orang lain berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang infeksi kuman Tujuan : menurunkan risiko penyebaran infeksi, tidak terjadi komplikasi Kriteria Hasil : klien mengikuti tindakan yang dianjurkan, tidak terjadi penularan Intervensi
Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional
Menurunkan
potensial
penyakit infeksius.
terpalan
pada
25
Jaga keseimbangan antara istirahat dan
Menurunkan
konsumsi
aktifitas
keseimbangan
O2
pertahanan
klien
dan
/kebutuhan memperbaiki
terhadap
infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
Tutup mulut dan hidung jika hendak
Mencegah penyebaran pathogen melalui
bersin, jika ditutup dengan tisu buang
cairan
segera ketempat sampah
Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan
anak usia dibawah 2 tahun. konsumsi
umum dan menurunkan tahanan terhadap
vitamin C, A dan mineral seng atau anti
infeksi
oksidan
jika
kondisi
tubuh
menurun/
asupan makanan berkurang Kolaborasi : Pemberian obat sesuai hasil
Dapat diberikan untuk organisme khusus
kultur
yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilatik karena resiko tinggi
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder akibat proses inflamasi Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif Kriteria Hasil : frekuensi nafas normal 16-20x/menit, bunyi nafas hilang, kongesti
hilang, jalan nafas bersih. Intervensi
Kaji perubahan pola nafas
Rasional
Pola nafas berubah karena ada sumbatan jalan nafas
Tingkatkan masukan cairan
Hidrasi apat membantu mengencerkan cairan
26
Lakukan inhalasi 2x sehari
Dengan
menghirup
uap
dapat
mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi mukosa
Anjurkan klien memilih posisi semi fowler
Untuk meningkatkan drainase dari sinus yang terinfeksi
Kolaborasi dalam pemberian pengobatan
Untuk mambantu menghilangkan kongesti
sistemik atau topical
nasal atau tenggorok
Diagnosa keperawatan : Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan akibat diaphoresis (berkeringat banyak) berkaitan d engan demam Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria Hasil : intake cairan adekuat (1 tahun : 120-135 ml/hari), tidak terdapat tanda0
tanda dehidrasi, suhu normal 36,5-37,5 C Intervensi
Rasional
Anjurkan klien minum 120-135 ml perhari
Hal ini dapat memenuhi kebutuhan cairan
selama fase akut kecuali ada kontraindikasi
dalam tubuh
Observasi tanda-tanda dehidrasi
Dapat
mengetahui
kekurangan
cairan
sedini mungkin
Observasi tanda-tanda vital
Kekurangan cairan dapat meningkatkan suhu tubuh
Kolaborasi intravena
dalam
pemberian
cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan secara tepat, bila per oral tidak memungkinkan
27
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik, perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang. Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan. ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkhitis akut, brokhiolitis, dan pneumonia (Yuliastuti, 1992). Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan ISPA oleh masyarakat di antaranya adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemberian makanan bergizi, pentingnya pemberian imunisasi dan kebersihan lingkungan. 4.2 Saran
ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. Oleh karena itu sebagai manusia yaang ingin memiliki tubuh sehat maka selayaknya kita menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem tersebut. Salah satunya dengan menjaga sanitasi lingkungan. Maka dari itu perawat haruslah mengetahu tentang ISPA dan penatalaksanaan pada pasien dengan ISPA.
28
DAFTAR PUSTAKA
American Medical Association. (2007). Acute respiratory tract infection guideline summary. USA: Author.
Catzel, Pincus & Ian robets alih bahasa Yohanes Gunawan. (1990). Kapita Seleta Pediatri (ed 2). Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita .
Jakarta: Author.
Faris. (2010). Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Diakses 20
Mei 2012, dari
http://smartpatient.wordpress.com/2010/02/05/infeksi-saluran-napas-akutispa/
Gordon, et al. (2001). Nursing Diagnoses: definition & Classification 2001-2002. Philadelpia: Mosby.
Hidayat. (2009). Askep
ISPA
pada
Anak. Diakses
12
Mei
2012,
dari
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/24/askep-ispa-pada-anak/
Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Trans Info Media Satriya, Benny. (2010). ISPA pada Anak . Diakses 4 Mei 2012, dari http://askepbenny.blogspot.com/2010/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html. Suriadi, Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak . Jakarta: CV Sagung Seto.
29
Vietha. (2009). ASKEP Anak Preschool dengan ISPA. Diakses 12 Mei 2012, dari http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anakpreschool-dengan-ispa/. Woensel JBM, dkk. (2003). Viral lower respiratory tract infection in infants and young children. BMJ : 327 : 36-40 nd
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children (2 vol). USA: CV. Mosby-Year book. Inc Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.