Pengaruh Kependudukan Militer Jepang Terhadap Penduduk Indonesia di Berbagai Bidang
Oleh Kelompok Dewi Kunti : Putu Feby Miswari Dewi
(01)
Luh Gde Sri Adnyani Suari
(02)
Putu Deva Ananda Diliani
(07)
Komang Osi Laksmani
(12)
SMP Negeri 2 Semarapura Jalan Dewi Sartika, No 7 Semarapura
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan
makalah
ini
berdasarkan tugas dalam mata pelajaran IPS yaitu untuk mendeskripsikan dampak pendudukan militer Jepang terhadap penduduk Indonesia yang akan dideskripsikan secara kualitatif dengan data studi yang telah ada. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih perlu banyak bimbingan, untuk itu penulis mohon agar dapat di beri bimbingan, saran serta masukan untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua belah pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga makalah ini memiliki manfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan kata. Sekian dan terimakasih.
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH.....................................................................................................................i KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................................2
BAB II HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2.1 Pembahasan…………………………………………………………………………...3
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………19 3.2 Saran……………………………………………………………………………… ...19 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………... 21
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Merdeka adalah salah satu kata yang ingin dipekikkan oleh setiap rakyat di seluruh
Negara di Dunia, setiap Negara di dunia menginginkan kemerdekaan, arti dari kata kemerdekaan adalah bebas dari segala hal yang disebut dengan penjajahan dari Negara lain yang lebih maju dari segi ekonomi maupun industri. Negara-negara yang dijajah atau dikuasai melakukan berbagai cara perlawanan untuk memerdekakan negaranya dan bebas dari penjajahan. Salah satunya Negara kita tercinta yakni Negara Indonesia, Indonesia adalah salah satu Negara yang pernah dijajah oleh beberapa Negara seperti Portugis,Spanyol, Inggris, Belanda, dan penjajahan terakhir menjelang kemerdekaan Indonesia adalah penjajahan Jepang. Jepang secara gamblang memanfaatkan seluruh tenaga pekerja Indonesia sebagai para pekerja paksa dan budak jepang, Jepang menjajah Indonesia hanya selama 3 tahun, sejak tahun 1942 hingga tahun 1945, 3 tahunlah sumber daya manusia di Indonesia diperas oleh para tentara dan pemimpin Jepang, belum lagi saat penjajahan Jepang mereka mengumpulkan kekuatan dari orang-orang Indonesia untuk diajak serta dalam ikut membela Jepang dalam perang dunia ke-II, perang asia pasifik atau perang asia timur raya. Saat itulah titik puncak Jepang dalam upayanya mengumpulkan bantuan dari orang-orang Indonesia, mulai dari membentuk organisasi yang kelihatannya mendukung dan memberikan keuntungan kepada orang Indonesia, hingga melakukan hal-hal kejam seperti pemerasan segala sumber daya alam yang ada di Indonesia, pemerasan sumber tenaga manusia. Namun ada beberapa cara yang dilakukan jepang untuk mendapat simpati dari orang Indonesia, seperti membentuk organisasi yakni organisasi semimiliter, organisasi militer, dan organisasi lainnya yang dibentuk setelah adanya organisasi semimiliter dan militer. Berbagai perlawanan dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap kependudukan militer jepang sebagai akibat dari kekejamannya mulai dari cara yang kooperatif melalui pemanfaatan organisasi-organisasi bentukan jepang hingga nonkooperatif seperti perlawanan-perlawanan di berbagai daerah. Akibat dari kependudukan jepang meninggalkan beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia, mulai dari dampak di bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama serta beberapa dampak lain yang hingga kini berpengaruh terhadap bangsa Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menuliskan sebuah makalah atau tulisan bersifat deskriptif melalui penjabaran pustaka (library research) mengenai dampak ataupun akibat dari kependudukan militer Jepang melalui sebuah makalah berjudul : “Pengaruh Kependudukan Militer Jepang Terhadap Penduduk Indonesia di Berbagai Bidang”. 1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana akibat dari kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia ? 2) Apa saja contoh-contoh di berbagai bidang kehidupan akibat kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia ? 1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana akibat dari kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia. 2) Untuk mendeskripsikan apa saja contoh-contoh di berbagai bidang kehidupan akibat kependudukan militer pemerintah jepang di Indonesia. 1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam makalah ini adalah : 1) Untuk Siswa, agar dapat meningkatkan kreatifitas dalam menuliskan makalah ilmiah. 2) Untuk Guru agar dapat membina siswa lebih lanjut dalam proses penulisan makalah ilmiah. 3) Untuk Masyarakat khususnya sebagai informasi mengenai bagaimana sejarah perjuangan masyarakat Indonesia demi mencapai kemerdekaan yang telah dinikmati hingga sekarang. 4) Untuk instansi terkait agar dapat membantu penulis dalam mempublikasikan kepada masyarakat informasi mengenai dampak kependudukan militer jepang yang kita rasakan secara tidak sadar hingga kini.
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pembahasan
2.1.2 Akibat Pendudukan Jepang Di Indonesia A. Pemerasan Sumber Daya Alam Cara-cara Jepang untuk mengeruk kekayaan alam / bahan mentah guna kepentingan industri perang diantaranya : 1. Semua harta peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda di Indonesia seperti pabrik, perkebunan, bank, dan perusahaan penting di sita dan dikuasai Jepang. 2. Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan. 3. Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar besaran. 4. Tanaman perkebunan yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan tanaman pangan. 5. Rakyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil pertaniannya, sedangkan yang 60 % bahkan seluruhnya harus diserahkan kepada Jepang. 6. Rakyat dibebani tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak pelumas senjata dan mesin perang. 7. Penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati untuk membuat tangkai senjata. 8. Penyerahan ternak sapi, kerbau, dan lain-lain bagi pemilik ternak. Ternak dipotong secara besar-besaran untuk keperluan konsumsi Jepang. B. Pemerasan Sumber Daya Manusia Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu kepentingan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah bala tentara Jepang melaksanakan : 1. Romusha Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha tidak
diketahui pasti - perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Dalam sidangnya yang pertama, Chuo Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain supaya dibentuk badan-badan yang memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengerahan tenaga kerja (buruh) sekarela di perusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam pelaksanaannya persyaratan yang disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja paksa. Seperti halnya di Yogyakarta, tepatnya di desa Timbul Harjo, Bantul, pengerahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara medatangi keluarga-keluarga yang memiliki tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka takut-takuti akan dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari ke sawah dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat pengerahan. Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang menyebut romusha sebagai “Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi” 2. Kinrohoshi Kinrohosi adalah kerja paksa atau wajib tanpa upah bagi tokoh masyarakat seperti para pamong desa dan kepala desa. C. Pembentukan Organisasi Oleh Jepang Perang Asia Pasifik sudah meluas di Asia Tenggara, Asia Timur, serta Pasifik. Untuk keperluan tersebut, Jepang memerlukan bantuan tenaga dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Jepang membentuk beberapa oganisasi semi militer sebagai berikut: 1. Organisasi Semimiliter a) Seinendan (Barisan Pemuda) Dibentuk pada 9 Maret 1943. Anggotanya terdiri atas pemuda usia 14-22 tahun. Mereka dilatih militer untuk mempertahankan diri maupun penyerangan. Tujuan pembentukan Seinendan yang sebenarnya adalah agar Jepang memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat pasukannya dalam Perang Asia Pasifik. b) Seinentai (Barisan Murid Murid Sekolah Dasar) c) Gakukotai (Barisan Murid Murid Sekolah Lanjutan) d) Hizbullah (Barisan Pemuda Islam)
e) Fujinkai (Barisan Wanita) Dibentuk pada Agustus 1943. Anggotanya terdiri dari wanita usia 15 tahun ke atas. Untuk mempersiapkan dapur umum bagi tentara Jepang sekaligus memberikan pendidikan dasar keperawatan bagi para gadis remaja Indonesia. Tugas Fujinkai adlah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, perhiasan, hewan ternak dan bahan makanan untuk kepentingan perang. f) Keibondan (Barisan Pembantu Polisi) Dibentuk pada 29 April 1943. Anggotanya terdiri
dari pemuda usia 23-25 tahun. Tugas
Keibodan adalah sebagai pembantu polisi dalam bertugas, antara lain, menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata, dll. Jadi, Keibodan selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin masyarakat, juga untuk politik pecah belah. Keibodan mendapat pengawasan ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatra disebut Bogodan seedangkan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan. 2. Organisasi Militer a.) Heiho (tentara pembantu) Pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943. Heiho pada awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, seiring semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke Morotai dan Burma. Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dengan lebih dari setengahnya terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia setelah Jepang menyerah pada Belanda dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR). (Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Heiho) b) PETA (Pembela Tanah Air)
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA ( kyōdo bōei giyūgun) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai. Pada tanggal 14 Februari 1945, pasukan PETA di Blitar di bawah pimpinan Supriadi melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun Heiho. Supriadi, pimpinan pasukan pemberontak tersebut, menurut sejarah Indonesia dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Akan tetapi, pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarah, Muradi, tetap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan oleh Kempeitai (PM), diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Eevereld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para daidan batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimana sebagian besar dari mereka mematuhinya. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini ketimbang mengubah PETA menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang bila ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan. . Sehari kemudian, tanggal 19 Agustus1945, panglima terakhir Tentara Ke-16 di Jawa, Letnan Jendral Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan pada para anggota kesatuan PETA. (Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/PembelaTanahAir) 3) Organisasi Lain yang Dibentuk oleh Jepang a) Gerakan Tiga A Gerakan tiga A sendiri memiliki 3 arti, yakni Jepang pelindung Asia, jepang Pemimpin Asia dan Jepang cahaya Asia. berdiri pada tanggal 1 Juli 1942, diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Pada awal gerakan tiga A dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, terlihat bahwa pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tuanya ini dapat mencium aroma kemerdekaan.Pada awal-awal gerakannya, pemerintah militer jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia, tetapi akhirnya
sikap baik itu berubah. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan pemerintahan jepang yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Tetapi setelah pemerintahan jepang mengetahui betapa besar pengharapan akan sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat propaganda – propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang memihak pada kepentingan bangsa Indonesia. Dalam menjalankam aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa Indonesia ( bersikap Kooperatif ). Cara ini digunakan agar para pemimpin nasional dapat merekrut massa dengan mudah dan pemerintahan jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa.Tetapi gerakan Tiga A tidak bertahan lama, hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerjasama kepada tokoh – tokoh nasional bangsa Indonesia. Dengan kerjasama ini pemimpin – pemimpin Indonesia yang ditahan dapat dibebaskan, diantaranya Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Sutan Syahrir dan lainlain.
(dikutip
dari
http://www.katailmu.com/2011/04/gerakan-tiga-organisasi-bentukan-
jepang.html) b) Putera (Pusat Tenaga Rakyat) Pusat Tenaga Rakyat atau Putera adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Tiga Serangkai, yaitu M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan Kyai Haji Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini. Dalam tempo singkat Putera dapat berkembang sampai ke daerah dengan anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru Indonesia, perkumpulan pegawai pos, radio dan telegraf, perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng dan Badan Perantara Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia. Latar belakang gerakan putera berhubungan dengan gerakan BPUPKI dan kemerdekaan karena gerakan putera dan BPUPKI dibentuk oleh pemerintah jepang, dan orang orang yang ada di BPUPKI adalah orang orang yang ada di gerakan putera.hubungannya adalah tidak resmi,karna apabila hubungan itu resmi,maka jepang mengetahui rencana para pahlawan untuk memerdekakan indonesia. Propaganda Tiga A yang disebarluaskan oleh Jepang untuk mencari dukungan rakyat Indonesia ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan, karena rakyat justru merasakan tindakan tentara
Jepang yang kejam seperti dalam kerja paksa romusha. Oleh sebab itu pemerintah Jepang berupaya mencari dukungan dari para pimpinan rakyat Indonesia dengan cara membebaskan tokoh-tokoh pergerakan nasional antara lain Soekarno, Hatta dan Syahrir serta merangkul mereka dalam bentuk kerjasama. Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih menguntungkan dari pada melawan. Hal ini didukung oleh propaganda Jepang untuk tidak menghalangi kemerdekan Indonesia. Maka setelah terjadi kesepakatan, dibentuklah organisasi baru bernama Putera (Pusat Tenaga Rakyat).(Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Putera) c) C h u o S a n g i I n ( B a d a n P e r t i m b a n g a n ) C h u o S a n g i i n i a d a l a h s u a t u B a d a n P e n a s e h a t P u s a t ya n g d i d i r i k a n o l e h penguasa Jepang pada tahun 1943 yang dipimpin oleh Soekarno dan berkedudukan di Jakarta. Badan ini dimuat dalam Osamu Senrei No. 36/1943. Osamu Senrei adalah sebutan bagi undang-undang yang dikeluarkan oleh panglima Tentara Keenam belas).Chuo Sangi In merupakan badan yang bertugas mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai soal-soal politik dan menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah Militer Jepang di Indonesia. Akan tetapi dalam prakteknya dalam lembaga produk pemerintah pendudukan Jepang para a n g g o t a n ya
tidak
m e m p u n ya i o p s i s e l a i n m e n g u c a p k a n a p a ya n g s u d a h d i s e n s o r terlebih dahulu oleh pemerintah.
Untuk pertama kalinya Chuo Sangi In bersidang pada
tanggal 16 hingga 20 O k t o b e r 1 9 4 3 . ( D i k u t i p d a r i http://blogbaru-demas.blogspot.com/2012/05/chuo-sangi-in.html) d) Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa (Jawa Hōkōkai) merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 1 Maret 1944 sebagai pengganti Putera. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pemimpin tertinggi perkumpulan ini adalah Gunseikan danSoekarno menjadi penasihat utamanya. Jawa Hokokai dibentuk sebagai organisasi pusat yang merupakan kumpulan dari Hokokai (Hokokai, secara
literal Himpunan Pengabdi Masyarakat) atau jenis pekerjaan (profesi), antara lain Himpunan Kebaktian Dokter (Izi Hokokai, modern: Ishi Hokokai), Himpunan Kebaktian Pendidik (Kyoiku Hokokai),Organisasi
Wanita (Fujinkai) dan Pusat
Budaya (Keimin
Bunko
Syidosyo).
Perkumpulan ini adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang. Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun. (Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/JawaHokokai e) Suisyintai (Barisan Pelopor) Suisyintai diresmikan pada tanggal 25 September 1944. Suisyintai ini dipimpin oleh Ir. Soekarno yang dibantu oleh Otto Iskandardinata, R.P Soeroso, dan Dr. Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor memiliki kekuatan satu batalyon di tiap kota atau kabupaten, menyiapkan pemudapemuda dewasa untuk gerakan perlawanan rakyat. Latihan-latihannya ditekankan pada semangat kemiliteran. (Dikutip dari Grahadi. LKS Simpati SMP Sarana Pasti Meraih Prestasi. (2009) f) MIAI Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 September 1937. KH Hasyim Asy'ari merupakan pencetus badan kerja
sama
ini,
sehingga
menarik
hati
kalangan
modernis
seperti KH
Mas
Mansur dari Muhammadiyah dan Wondoamiseno dari Syarekat Islam. MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat Islam menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang perkawinan dan wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy'ari menjadi ketua badan legislatif dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI. Setelah Jepang datang, MIAI dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi. (Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Majelis Islam A'la Indonesia) g) Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi adalah sebuah partai politik yang berdiri pada tanggal 7 November 1945di Yogyakarta. Partai ini didirikan melaluisebuah Kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945, dengan tujuan sebagai partai politik yang dimiliki oleh umat Islam dan sebagai partai penyatu umat Islam dalam bidang politik. Masyumi pada akhirnya dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 dikarenakan tokoh-tokohnya dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI).
Masyumi
pada
awalnya
didirikan
24
Oktober
1943
sebagai
pengganti MIAI (Madjlisul Islamil A'laa Indonesia) karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada pada zaman Belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern, sehingga pada minggu-minggu pertama, Jepang telah melarang Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII). Selain itu Jepang juga berusaha memisahkan golongan cendekiawan Islam di perkotaan dengan para kyai di pedesaan. Para kyai di pedesaan memainkan peranan lebih penting bagi Jepang karena dapat menggerakkan masyarakat untuk mendukung Perang Pasifik, sebagai buruh maupun tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari kalangan nasionalis di dalam Putera (Pusat Tenaga Rakyat), akhirnya Jepang mendirikan Masyumi. D. Perlawanan Terhadap Pemerintahan Militer Jepang 1. Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang 1) PUTERA Kelompok bersedia bekerja sama dengan Jepang. Sebenarnya ini adalah sebagai bentuk perjuangan diplomasi. Mohammad
Hatta,
Tokoh-tokohnya adalah para pemimpin Putera seperti; Sukarno, Ki
Hajar
Dewantara,
dan
KH
Mas
Mansyur.
Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan rakyat. Putera justru dijadikannya sebagai ajang kampanye nasionalisme. Pemerintah Jepang menyadari hal tersebut, dan akhirnya membubarkan Putera digantikan Barisan Pelopor. 2) Barisan Pelopor Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidatopidatonya. 3) PETA (pembela tanah air) Dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa
Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya. 4) Jawa Hokokai Pada tahun 1944 dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Kegiatan ini langsung di bawah pengawasan para pejabat Jepang. 5) MIAI Pada masa penyerbuan balatentara Jepang ke Indonesia, organisasi MIAI melakukan kegiatankegiatan terutama dalam bidang agama, meskipun pada tahun-tahun terakhir menjelang jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang, perhatiannya ke bidang politik cukup besar. Hal ini dapt dilihat dari programnya yang berupaya mempersatukan organisasi-organisasi Islam untuk bekerja sama serta memperkokoh persaudaraan umat Islam di Indonesia dan di luar negeri. Untuk memperkuat kerja sama umat Islam tersebut maka MIAI mengadakan kongres yang berlangsung sampai tiga kali. Kegiatan MIAI yang sangat menonjol adalah membentuk baitul mal(Lembaga Perbendaharaan Negara) pusat. Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat) Tugas badan ini adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan. 2. Perlawanan Secara Non Kooperatif 1) Gerakan Bawah Tanah Gerakan bawah tanah adalah gerakan perlawanan dari rakyat Indonesia yang di lakukan secara diam diam tanpa sepengetahuan pemeintah jepang atau secara illegal, dengan cara non kooperatif. Gerakan bawah tanah memiliki tujuan untuk menanamkan semangat persatuan di kalangan masyarakat. Mereka pun memantau setiap perkembangan di luar negeri, khususnya situasi perang Asia Pasifik melalui radio gelap. Gerakan bawah tanah dilakukan oleh beberapa tokoh ialah Sutan Syahrir Gerakan yang dipimpin Sutan Syahrir atau juga yang lebih dikenal
sebagai ”Prapatan 10”, gerakan ini juga berkembang di berbagai kota di Indonesia. Gerakan bawah tanah Sutan Syahrir terbatas pada kontak-kontak pribadi dengan sejumlah tokoh nasionalis lainnya dan golongan pemuda. Salah satu kegiatannya adalah mendengarkan Radio Sekutu secara diam-diam dan menyebarluaskan informasi di antara mereka, serta melakukan diskusi. Kelompok Syahrir ini menyebar sampai di luar Jakarta, seperti di Cirebon, Garut, dan Semarang. Tokoh lain dalam jaringan bawah tanah ini adalah dr. Sudarsono dari Cirebon BPUPKI dan PPKI .Tujuan di bentuknya BPUPKI Agar rakyat Indonesia tidak melakukan perlawanan terhadap Jepang (karena Jepang sedang mengalami masalah logistik dan peralatan perang dalam menghadapi sekutu), Rakyat Indonesia bersedia membantu Jepang melawan sekutu tapi BPUPKI lebih memihak kepada Bangsa Indonesia daripada Jepang
dan telah
menyelesaikan tugasnya PPKI Tujuan PPKI adalah untuk mempersiapkan hal-hal yang berkenaan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. Kemudian PPKI dibubarkan Karena Pada sidang hari ketiga, presiden memutuskan berdirinya tiga badan baru yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dan dengan terbentuknya tiga badan ini, maka berarti pula PPKI dibubarkan 3. Perlawanan Bersenjata Kekejaman Jepang yang luar biasa kepada bangsa Indonesia, sikapnya yang angkuh, peraturan kerja paksanya (romusha) yang membuat rakyat Indonesia menjadi tersiksa dan perintahnya yang banyak melanggar hukum yang berlaku pada masyarakat baik pada hukum agama dan budaya, menyebabkan terjadinya perlawanan bersenjata di sebagian wilayah Indonesia. Untuk melaksanakan perlawanan itu rakyat mempersiapkan diri dengan sangat sederhana, mereka akan hanya bermodalkan bambu runcing dan golok-golok dari bambu. Sedangkan para tentara Jepang sudah berperalatan lengkap dan teknologi canggih, salah satunya adalah senapan. Tetapi itu tidak membuat rakyat Indonesia menyerah, walaupun semua perlawanan itu berhasil dipadamkan dengan sangat kejam, perlawanan itu menunjukan bahwa bangsa Indonesia tidak takut dalam membela kebenaran dan tumpah darahnya. Kelemahan perlawanan ini adalah tidak adanya persatuan antara seluruh rakyat Indonesia, perlawanan rakyat cenderung bersifat kedaerahan (berjuang sendiri-sendiri di daerahnya masing-masing tanpa adanya persatuan dan kesatuan antara seluruh rakyat Indonesia) inilah yang menjadikan bangsa
Indonesia dianggap lemah dan mudah untuk ditaklukan oleh para penjajah, dan ini juga yang menyebabkan semua perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat dengan mudah dipadamkan oleh Jepang, dan rakyat yang mengadakan perlawanan atau ikut bersangkutan dalam pemberontakan tersebut banyak yang dikenai hukuman yang ringan sampai hukuman mati. 1) Perlawanan di Aceh Perlawanan Aceh terjadi di Cot Plieng, pada tanggal 10 November 1942. Perlawanan rakyat di Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami oleh akibat kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh dipaksa untuk Romusha. Rōmusha: "buruh", "pekerja") adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru mengaji. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga ini diawali dari serbuan Jepang terhadap masjid di Cot Plieng, Jepang berhasil menang, masjid terbakar dan pasukan Tengku Adbul Jalil banyak yang gugur. Karena kalah melawan tentara Jepang dan daerah Cot Plieng telah direbut rakyat semakin membenci Jepang, terlebih lagi kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan T.Hamid. 2) Perlawanan di Singaparna Terjadi pada bulan Februari 1944 di Singaparna (Tasikmalaya). Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Perlawanan ini lebih bersifat keagamaan. Disebabkan karena adanya perintah upacara Seikerei dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan dihukum mati pada tanggal 25 Oktober 1944. K.H.Zainal Mustofa KH Zainal Mustafa lahir di Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya pada tahun 1899 dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah. Pada 1927 KH Zainal Mustafa mendirikan
pesantren yang merupakan cita-citanya. Pesantren yang ia dirikan dinamai Persantren Sukamanah. Zainal Mustafa merupakan kiai muda yang berjiwa revolusioner. Ia menganut paham pendidikan yang sifatnya "Non Cooperation", tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Secara terang-terangan ia mengadakan kegiatan yang membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah. Melalui khutbah-khutbahnya ia selalu menyerang kebijakan politik kolonial Belanda. Akibatnya pada 17 November 1941, KH. Zaenal Mustafa bersama Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap pemerintah dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Pemerintah Jepang yang menggantikan kekuasaan Belanda di Indonesia Maret 1942 membebaskan Zainal Mustafa dengan harapan ia dapat membantu Jepang. Namun ia malah memperingatkan para pengikut dan santrinya bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda. Ia juga menolak melakukan seikerei, yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan diri 90 derajat kearah matahari terbit. Perbuatan tersebut dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.Dalam setiap dakwahnya KH Zainal Mustafa selalu menekankan pentingnya berjuang melawan penjajah kafir Jepang yang lebih kejam dari Belanda dengan mendengungkan perang jihad. Secara diam-diam santri Sukamanah telah merencanakan untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pemerintah Jepang. Peristiwa ini merupakan awal dari peristiwa bersejarah yaitu perlawanan terbuka santri Pesantren Sukamanah yang mengakibatkan gugurnya puluhan santri Sukamanah. Para santri yang gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang. Selain itu sekitar 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. KH. Zainal Mustafa sempat memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zainal Mustafa. Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH. Zainal Mustafa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu rimbanya. Ada yang mengabarkan Kiai Zainal Mustafa gugur saat bersembahyang. Faktor Pendorong Pemberontakan Singaparna
Peristiwa pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara islam dijunjung tinggi di dalam hati setiap rakyat sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan. Pada masa kolonial Belanda pun daerah ini mendapat pengawasan yang keras. Rakyat teguh beragama, tetapi teguh pula memegang kebangsaannya.
Di atas dasar-dasar inilah tumbuh alasan-alasan untuk memberontak terhadap totiliter Jepang. Adanya “Seikrei” yaitu mebungkuk (menghormat kepada Kaisar Jepang) ke arah matahari terbit. Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh untuk menyembah matahari. Cara menyembah ini melukai hati umat yang beragama islam, seolah-olah merubah arah qiblat dari Tanah Suci ke Jepang. Cita-cita “Dairul Islam”, yang telah meluas dan mendalam di kalangan rakyat, tidaklah mungkin mengalah kepada gerakan “seikrei” ini yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada tiap upacara. Api perlawanan suci yang telah menyala sedemikian dalam hati penganut islam di daerah ini, ditumpahi pula oleh kekejaman romusha dan pengumpulan padi dan beras soal romusha sangat diderita oleh rakyat sebagai pekerja paksaan di bawah ancaman bayonet, yang amat mengganggu dalam kekeluargaan dan kedesaan. Demikian pula soal pengumpulan padi, Jepang sama sekali tidak memerhatikan kesengsaraan hidup rakyat desa. Akibat perintah keras dari militer Jepang terjadilah pemungutan dari syucokan melalui kenco (bupati), gunco bahan makanan kini menderita kekurangan. Para petani tidak dapat lagi merasakan hasil keringatnya, karena hampir seluruh hasilnya diangkut oleh pemerintah Jepang.
Adapun hal yang menjadi latar belakang terjadinya pemberontakan Singaparna diantaranya, yaitu :
Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh rakyat karena mereka harus menyembah matahari.
Adanya kewajiban menyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis
yang dijanjikan
akan disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur tentara-tentara Jepang. 3) Perlawanan di Indramayu Pemberontakan terjadi di Desa Kaplongan, pada bulan April 1944. Pada tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Lohbener. Pemberontakan dipimpin oleh H.Madriyas, Darini, Surat, Tasiah, H.Kartiwa. Perlawanan ini disebabkan oleh cara pengambilan padi milik rakyat yang dilakukan Jepang dengan kejam. Sehabis panen, padi langsung diangkut ke balai desa dan menjadi milik pemerintah Jepang, rakyat tak satupun mendapat hasil dari jerih payah mereka. Ada sumber lain yang mengatakan perlawanan ini berawal dari pengumuman kenaikan pungutan padi “panceng” oleh Kuncho Usman kepada rakyat Cidempet, yang menyatakan bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka sebanyak 25 kg. Selama ini, rakyat hanya diwajibkan menyerahkan panceng sebanyak 5-10 kg tergantung kemampuan rumah tangga. Banyak yang berkomentar, kenaikan panceng diakibatkan oleh naiknya kebutuhan pangan untuk persediaan tentara Jepang dalam perang Asia Pasifik. Rakyat menolak untuk kenaikan pungutan padi dan mereka menculik Kuncho Usman kemudian membawanya ke pekuburan. Usman berhasil melarikan diri hingga membuat rakyat marah, karena Kuncho Usman melaporkannya kepada atasannya (Jepang). Perlawanan rakyat dapat dipadamkan secara kejam dan para pemimpin perlawanan ditangkap dan dihukum oleh Jepang. 4) Perlawanan di Biak (Irian Jaya) Perlawanan di Biak (1944). Dipimpin oleh L.Rumkorem. Disebabkan oleh penderitaan rakyat. Perlawanan dilakukan dengan pasukan yang bernama Pasukan “Koreri”. Pada saat pertempuran, banyak korban berjatuhan, tapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya, Jepang kalah dan meninggalkan Pulau Biak. 5) Perlawanan PETA di Blitar Perlawanan oleh PETA (Pembela Tanah Air) terjadi di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945. Dipimpin oleh Supriyadi. Disebabkan karena kerja paksa (Romusha), persoalan pengambilan paksa padi, dan lain-lain. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa
pendudukan Jepang. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang melakukan tipu muslihat (berdasar ide dari Kolonel Katagiri), pasukan PETA pun kalah dan akhirnya dibubarkan. Berikut adalah penjelasan mendetail tentang PETA dan peranannya dalam kemerdekaan Indonesia. 4. Dampak Pendudukan Jepang terhadap Indonesia 1) Bidang Sosial Kemiskinan dan kelaparan terjadi di mana-mana. Tenaga kerja produktif yang ada di desa dipekerjakan pada beragam proyek. desa pun mengalami krisis karena tidak terurus. 2) Bidang Ekonomi Rakyat hidup dalam kesulitan. Sumber daya dan hasil-hasil pertanian dibawa untuk kepentingan perang Jepang. Rakyat makan ubi dan bonggol pisang. 3)Bidang Budaya Bahasa Indonesia berkembang luas. Hal ini sebagai dampak kebijakan Jepang yang melarang kebudayaan barat (Belanda). Karya sastra bermunculan dengan nuansa perang an kemerdekaan. 4)Bidang Politik Pergerakan dan perjuangan kemerdekaan justru mendekati puncak. para pemimpin dikibarkan dalam beragam organisasi. Mereka pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mempersiapkan kemerdekaan. 5) Bidang Agama Jepang memperbolehkan berkembangnya organisasi MIAI. Namun, rakyat bereaksi terhadap upacara penghormatan kaisar dengan membungkuk ke arah matahari terbit (seikerei).
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah ini didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Jepang yang mempunyai musuh sekutu terus berusaha untuk memperkuat pasukannya. Upayanya mengumpulkan bantuan dari orang-orang Indonesia, mulai dari membentuk organisasi yang kelihatannya saja mendukung dan memberikan keuntungan kepada orang Indonesia, hingga melakukan hal-hal kejam seperti pemerasan segala sumber daya alam yang ada di Indonesia, pemerasan sumber tenaga manusia. Namun, ada beberapa cara yang dilakukan Jepang untuk mendapat simpati dari orang Indonesia, seperti membentuk organisasi yakni organisasi semimiliter, organisasi militer, dan organisasi lainnya yang dibentuk setelah adanya organisasi semimiliter dan militer. Berbagai perlawanan dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap kependudukan militer Jepang sebagai akibat dari kekejamannya, mulai dari cara yang kooperatif melalui pemanfaatan organisasi-organisasi bentukan Jepang, kemudian perlawanan nonkooperatif seperti perlawanan-perlawanan di berbagai daerah dengan menggunakan bambu runcing dan lain-lain. 2. Akibat dari kependudukan Jepang meninggalkan beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia, mulai dari dampak di bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama serta beberapa dampak lain yang hingga kini berpengaruh terhadap bangsa Indonesia. 3.2
Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Kepada Siswa: Siswa diharapkan menambah wawasan tentang pengaruh pendudukan Jepang terhadap masyarakat Indonesia. 2. Kepada Guru : Guru diharapkan bisa membantu, dan membingbing proses belajar siswa mengenai materi terkait.
3. Kepada Masyarakat : Masyarakat diharapkan bisa mengetahui pengaruh kependudukan militer jepang yang merupakan salah satu proses menuju masa kemerdekaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Heiho http://id.wikipedia.org/wiki/PembelaTanahAir http://www.katailmu.com/2011/04/gerakan-tiga-organisasi-bentukan-jepang.html http://id.wikipedia.org/wiki/Putera http://blogbaru-demas.blogspot.com/2012/05/chuo-sangi-in.html http://id.wikipedia.org/wiki/JawaHokokai LKS Simpati SMP Sarana Pasti Meraih Prestasi http://id.wikipedia.org/wiki/ Majelis Islam A'la Indonesia