BAB I PENDAHULUAN I.
Latar Belakang Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam a lam seperti tanah, air, energi surya, mineral, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut ³lingkungan hidup³. Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (Wikipedia Ensiklopidia Bebas Indonesia, 2009). Dengan pemahaman lingkungan hidup diatas, maka upaya pelestarian lingkungan hidup adalah upaya pelestarian komponen-komponen lingkungan hidup beserta fungsi yang melekat dan interaksi yang terjadi diantara komponen tersebut. Adanya perbedaan fungsi antara komponen dan pemanfaatan dalam pembangunan, maka pelestarian tidak dipahami sebagai pemanfaatan yang dibatasi. Namun pelestarian hendaknya dipahami sebagai pemanfaatan yang memperhatikan fungsi masingmasing komponen dan interaksi antar komponen lingkungan hidup dan
pada akhirnya, diharapkan pelestarian lingkungan hidup akan memberikan jaminan eksistensi masing-masing komponen lingkungan hidup.
II.
Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengaruh kepadatan populasi tanaman pada suatu tempat/lahan terhadap respon tanaman jagung 2. Mengetahui pengaruh kepadatan populasi tanaman terhadap kandungan unsure hara dalam tanah 3. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan terhadap lahan yang mengalami degradasi karena kekurangan kandungan unsure hara dalam tanah
III.
Identifikasi Masalah 1. Respon tinggi tanaman jagung terhadap kepadatan populasi tanaman 2. Pengaruh kepadatan populasi tanaman terhadap kandungan unsure hara dalam tanah 3. solusi untuk memperbaiki kandungan unsure hara yang sudah terdegradasi pada lahan yang terbatas
MAKALAH ILMU LINGKUNGAN RESPON POPULASI TERHADAP TEKANAN LINGKUNGAN ³DAMPAK POPULASI TANAMAN TERHADAP UNSUR HARA´ Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Tekanan Lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam sepert i tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut ³lingkungan hidup³. Misalnya dalam UndangUndang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (Wikipedia Ensiklopidia Bebas Indonesia, 2009 ). Tekanan linkungan adalah suatu kondisi yang mempengaruhi lingkungan dan organismenya, Tanaman lingkungan (abiotik) stres merupakan batasan utama untuk produksi pertanian dan penghidupan petani. Pabrik utama tekanan lingkungan ekonomi penting di seluruh dunia kontemporer adalah kekeringan, dingin (dingin dan pembekuan), panas, salinitas, kekurangan tanah mineral dan mineral toksisitas tanah. Sementara " revolusi hijau "memang memiliki dampak yang sangat besar pada pertanian sejak tahun 1960-an, manfaat terbatas terutama untuk pertanian di bawah non-stres atau kondisi cukup stress. Untuk petani di stres
pertanian rawan yang serius kekurangan dalam air, kesuburan tanah, pasokan gizi, dan cuaca yang menguntungkan, revolusi hijau "" hanya memiliki dampak moderat dan di beberapa daerah tidak berdampak sama sekali. Tantangan utama di bidang pertanian praktek dan penelitian ini adalah bagaimana mengatasi stres dengan lingkungan pabrik dalam ekonomi dan pendekatan lingkungan yang berkelanjutan. 2. Kepadatan Populasi Populasi sering didefinisikan sebagai sekelompok organisme dari spesies yang sama yang secara ko lektif menempati suatu ruang atau tempat tertentu dan waktu tertentu. Oleh karena itu bila kita membicarakan populasi kita harus menyebutkan jenis individu (spesies) yang k ita bicarakan dan kita perlu juga menentukan batas-batas waktu dan tempat bahkan kuantitas. Kepadatan(densitas) populasi: jumlah individu suatu spesies per satuan luas atauvolume.Cara mengukur kepadatan populasi menghitung langsung tekniksampling (petak contoh) indikator tidak langsung (feses, sarang,jejak, dll
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran po pulasi: Distribusi sumberdaya Perilaku sosial (pada hewan) Faktorlain (interaksiorganisme, tempatberlindung,oksigen terlarut, dll)
Kepadatan dan pola penyebaran populasi merupakan faktor penting untuk analisis dinamika populasi
3. Unsur hara
Tanaman membutuhkan Dua Unsur Hara yaitu : Unsur Hara Makro dan Mikro. Unsur Hara makro maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun dalam fungsi pada tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digant ikan satu sama lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah kebutuhan ,roda dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi kepentinganya,roda tidak dapat mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur Hara yang diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti: NH,HPO,K,Mg,SO, dan lain-lain agar langsung dapat diserap tanaman
4. Tumpangsari Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran ( polyculture) berupa
pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping . Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir. Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatutanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok
masih
kecil
atau
belum
produktif.
Hal
ini
dikenal
sebagai tumpang
sela(intercropping ). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.
BAB III PEMBAHASAN Tanaman jagung adalah tanaman gramineae yang mempunyai manfaat ganda. Hasil biji adalah sumber pangan yang penting disamping menjadi andalan sumber energi dalam ransum unggas. Tanaman jagung juga banyak dibudidayakan untuk sumber hijauan pakan baik seluruh bagian atas tanaman yang dipanen muda atau dimanfaatkan jeraminya setelah diambil buahnya. Ruang adalah salah satu unsur sumberdaya lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Kepadatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kepadatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat. Peningkatan kepadatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan kepadatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan kering tanaman (Donald, 1963 dan Bunting, 1972) Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas ³leibig´, materi esensial yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan (Odum, 1959 dan Boughey, 1968). Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi
antara
tanaman.
Setiap
jenis
tanaman
mempunyai
kepadatan
populasi tanaman yang optimum untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (Andrews dan Newman, 1970). Para peneliti menggunakan reciprocal hasil per individu tanaman untuk evaluasi terhadap pengaruh
peningkatan kepadatan populasi tanaman (Holliday, 1960; Farazdaghi dan Haris, 1968; Willey dan Rao, 1981)
1. Pengaruh Kepadatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan JagunG Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kepadatan populasi tidak nyata berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi berpengaruh linier nyata terhadap indeks luas daun (ILD) dan bobot biji pipilan kering baik perindividu tanaman maupun per satuan luas. Kepadatan populasi tanaman tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman jagung, walaupun demikian ada kecenderungan bahwa makin tinggi kepadatan populasi maka tinggi tanaman juga makin tinggi. Pada umumnya makin tinggi kepadatan populasi tanaman, individu tanaman makin bersaing untuk memperebutkan cahaya, sehingga individu tanaman makin memperlihatkan gejala etiolasi. Nampaknya tanaman jagung dapat beradaptasi terhadap kepadatan populasi yang tinggi, sehingga pertumbuhan individu tanaman tidak tertekan pada kepadatan populasi tinggi. 2. Pengaruh Kepadatan Tanaman Terhadap Kandungan Unsur Hara Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan
yang
sangat
menentukan
lajunya
pertumbuhan,
perkembangan da produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah.
Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna. Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial:
a. Unsur tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal (biji - -- biji). b. Unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain. c. Peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman adalah secara langsung dan bukan secara tidak langsung. Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH. N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 - 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Pelajaran penting yang perlu kita ingat dari ketersediaan unsur esensial dalam hubungannya dengan pH yaitu bahwa untuk melakukan percobaan-percobaan lapang disarankan agar dilakukan pada area dengan pH tanah kurang lebih 7. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman. (ARNON dan STOUT). Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,67,5. 3. Solusi Memulihkan kandungan unsure hara pada suatu lahan Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal. Kesuburan tanah sangat mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persaingan antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsari. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sentesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan. Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.
KESIMPULAN Tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh kepadatan. Makin tinggi kepadatan populasi tanaman maka indeks luas daun (ILD) tanaman jagung juga makin tinggi. Tanaman jagung dapat beradaptasi terhadap kepadatan populasi yang tinggi, sehingga pertumbuhan individu tanaman tidak tertekan pada kepadatan populasi tinggi. Cara Memperbaiki kandungan unsure hara pada suatu lahan adalah dengan menggunakan metode tumpangsari.
DAFTAR PUSTAKA http://pasarkambing.com/artikel/meningkatkan-produktivitas-lahan-marginal-melaluiintegrasi-tanaman-pakan-dan-ternak-ruminansia/ http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/suplementasi-seng-bagi-ternak.html http://www.tanindo.com/abdi4/hal2701.htm http://ditjennak.go.id/regulasi%5CPermentan54_2006.pdf Djaenudin. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan. Laporan Teknis. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2003. Pedoman Umum Pelaksanaan Pendayagunaan
Sumberdaya
Kawasan
Sumberdaya Kawasan Transmigrasi. Jakarta.
Transmigrasi.
Ditjen
Pemberdayaan