MAKALAH GANGGUAN PERNAFASAN PERNAFASAN DAN TERAPI MODALITAS MODALITAS
KEPERAWATAN GERONTIK
Oleh Kelompok 4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER MARET, 2017
i
MAKALAH
diajukan unutk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan dosen: Ns. Kholid Rosyidi MN., S.Kep.,MS
Oleh: Selly Puspita Sari
142310101026
Sofi Fitriyah S
142310101136
Efi Zuhratul K
142310101044
Dewi Melati S
142310101050
Widiyatus Sholehah
142310101056
Dutya Intan L
142310101101
Candra Widhi
142310101116
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER MARET, 2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan pernafasan dan terapi modalitasnya”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semuanya.
Jember, April 2017
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………ii Kata Pengantar …………………………………………………………………iii Daftar Isi ………………………………………………………………………..iv Bab 1. Pendahuluan .............................................................................................1 1.1 Latar Belakang........................................................................................1 1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................2 1.2.1 Tujuan Umum................................................................................2 1.2.2 Tujuan Khusus………………………………………………...…2 Bab 2. Tinjauan Pustaka .......................................................................................3 2.1 Perubahan Sistem Pernafasan Lansia…………………………………...3 2.2………………………………………………………………………………
Bab 3. Kasus ......................................................................................................11 3.1 Soal Kasus……………………….……...……………….…….......…...11 3.2 Pengkajian ……………………………...……………….…......……..11 3.3 Diagnosa Keperawatan………………………………………………….. 3.4 Intervensi Keperawatan…………………………………………………. Bab 4. Penutup 4.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 4.2 Saran Daftar Pustaka ……………………………………...……………….…….……..12
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada system pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan social ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomic-fisiologik dapat tumbuh pula penyakit-penyakit pada system pernafasan. Umumnya penyakit penyakit yang diderita kelompok usia lanjut meurpakan: (1). Kelanjutan penyakit yang diderita sejak usia muda, (2). Penyakit akibat kebiasaan merokok, minum alcohol dll, (3). Akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya dan (4). Penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut. Penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebaba atau kejadian tersebut (Marono, 1999). . 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gangguan pernafasan pada lansia dan terapi modalitasnya
1.2.2 Tujuan Khusus Untuk mengatasi masalah gangguan pernfasan pada lansia dan cara penanganannya menggunakan terapi modalitas
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sistem Pernafasan Lansia
Pada orang sehat perubahan anatomic fisiologik merupakan bagian dari proses menua. Usia lanjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stress atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut (Martono, 1999). Perubahan anatomic system pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomic yang mengenai hampir seluruh susunan anatomic tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ yang bersangkutan. Perubahan yang dialami pada lansia adalah: a. Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil b. Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi c. Saluran nafas: akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastic bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami perkapuran. d. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim mengurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus. Perubahan-perubahan fisilogis system pernafasan
Perubahan fisiologis (fungsi) pada system pernafasan yang terjadi anatara lain: 1. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, amupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitude pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas. 2. Distribusi gas: perubahan struktur anatomic saluran nafas akan menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang alvebronkus.
2
3. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts menurun, (3) resistensi saluran nafas menurun. Pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru. 4.
Gangguan transport gas: penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebablan adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
5. Gangguan perubahan ventilasi pain: gangguan pengaturan ventilasi paru, akibatnya adanya penurunan kepekaaan kemoreseptor perifer, kemoresptoe sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, perubahan PH darah arteri dan sebagainya. Perubahan fisik system pernafasan
a). Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, shingga pernafasan cepat dan dangkal b). Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan secret c). Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempis) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk kemparu mengalami penurunan, jika pada pernafasan yang tenang kira-kira 500 ml. d). Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50 m2), menyebabkan terganggunya proses difusi e). Penurunan oksigen (O2) Faktor Risiko
1. Merokok : merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada tingkat lanjut dapat terjadi penyakit paru obstruktof menahun (PPOM) 2. Obesitas: kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru. Obesitas biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan dinding perut yang dapat mengganggu compliance dinding dada. 3. Imobilitas: imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital atau volum paru akan berkurang 4. Operasi: pembedahan torak (jantung dan paru), pembedahan abdomen bagian atas dan anestesi atau jenis obat anestesi tertentu. Adanya perubahan patofisiologik paru atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian karena timbulnya gagal nafas. 3
Penyakit PPOK
Penyakit paru obstrukti kronis adalah penyakit obstruksi jalan nafas karena bronchitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible. Bronchitis kronis ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Emfiesema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara (Mansjoer, 2000). Faktor yang menyebabkan timbulnya PPOk menurut Mansjoer (2000) adalah: 1. Kebiasaan merokok 2. Polusi udara 3. Paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi akibat kerja 4. Riwayat infeksi saluran nafas 5. Bersifat genetic yaitu defisiensi alfa satu antitrypsin Manifestasi Klinis PPOK a. Batuk b. Adanya sputum putih atau mukoid c. Sesak samapai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan Komplikasi PPOK: a. Gagal nafas akut b. Corpulmunal c. Pneumothoraks Klasifikasi derajat PPOK : 1. Derajat 1 (PPOK ringan): gejala batuk kkronik dan produksi sptum ada tetapo tidak sering 2. Derajat II (PPOK sedang): gejala sesak mulai dirasakan saat akttivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum 3. Derajat III (PPOK berat): gejala sesak lebih berat, ppenurunan aktivitas dan rasa lelah semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup 4. Derajat IV (PPOK sangat berat): adanya gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. 4
Daftar Pustaka Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:EGC R.Boedi, Dharmojo dan H.Hadi, Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri (IlmuKesehatan usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC
5
6