ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA TABANAN
OLEH; EDISON STEVANUS F.
NIM. 1314031035
/TA: 2013
QO’IDUL UMAM
NIM. 1414031006
/TA: 2014
KOMANG ALIT ARIDANA
NIM. 1414031004
/TA: 2014
PUTU EKA SUPRIYATAMA
NIM. 1414031005
/TA: 2014
ARGA BAHANA AGUNG I.
NIM. 1414031008
/TA: 2014
NURUL FAHMI ROIHATIN
NIM. 1414031015
/TA: 2014
I KADEK IRIANTA WIJAYA
NIM. 1414031020
/TA: 2014
I GEDE IRVAN PALWAGUNA
NIM. 1414031021
/TA: 2014
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya tulisan dalam bentuk makalah ini dapat terselesaikan. Makalah yang membahas mengenai “Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan”. Tabanan” . Ruang Terbuka merupakan bagian terpenting dari sebuah kota. Pada UU No 26 tahun 2007 pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Tujuan pembentukan RTH di wilayah perkotaan adalah (1) Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan dan sebagai sarana pengamanan lingkungan perkotaan. (2) Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat. Maka dari itu, penting untuk menjadi kajian atau bahasan terkait dengan RTH khususnya di Kota Tabanan Makalah ini diharapkan dapat berguna untuk bidang pendidikan ataupun untuk umum yang sesuai dengan bidangnya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk dapat menjadi lebih baik, diharapkan kritik dan saran dari pembaca. Sehingga dalam penulisan makalah selanjutnya selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Singaraja, 1 Desember 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................ ...................................................................... ........................................ .................. ii DAFTAR ISI ............................................. ................................................................... ............................................ .................................... .............. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 1 1.1. Latar Belakang ........................................................... ................................................................................. ............................. ....... 2 1.2. Rumusan Masalah ............................................... ..................................................................... .................................... .............. 3 1.3. Tujuan............................................ .................................................................. ............................................ .................................... .............. 3 1.4. Manfaat ....................... ............................................. ............................................. ............................................. ................................ .......... 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................... .............................................. .............................................. ................................ ......... 4 2.1. Deskripsi Kota Tabanan ............................................ ................................................................... ............................. ...... 4 2.2. Ruang Terbuka Hijau ............................................. .................................................................... ................................ ......... 6 BAB III METODE PENULISAN ........................................................ ...................................................................... .............. 9 3.1. Pendekatan Pendekatan penulisan ............................................. .................................................................... ................................ ......... 9 3.2. Teknik pengumpulan data ......................................... ............................................................... ............................. ....... 9 3.3. Teknik analisis ............................................. ................................................................... ........................................... ..................... 9 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................. .................................................................................. ..................... 10 4.1. Kondisi Kondisi Ruang Terbuka Hijau .......................................... ............................................................... ..................... 11 4.2. Kendala yang dihadapi dalam menata Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan ........................................... .................................................................. ............................................. ................................ .......... 15 BAB V PENUTUP........................................... ................................................................. ............................................ ............................. ....... 17 5.1. Simpulan........................................... .................................................................. ............................................. ................................ .......... 18 5.2. Saran ............................................. ................................................................... ............................................ .................................... .............. 18 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Tabanan adalah salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Bali. Luas Kabupaten Tabanan yaitu 839.33 km2 dan merupakan kabupaten terbesar kedua di Bali setelah Kabupaten Buleleng. Posisi yang berada di Bali bagian selatan mengakibatkan wilayah ini cukup strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Provinsi Bali yang hanya berjarak sekitar 25 km. Kabupaten Tabanan memiliki batas-batas administrasi dengan wilayah lainnya, yaitu disebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Buleleng, di wilayah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Badung, daerah selatan Tabanan berbatasan dengan Samudera Hindia dan wilayah bagian baratnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Jembrana. Secara fisiografis wilayah Kabupaten Tabanan terbagi menjadi dua bagian, wilayah utara merupakan dataran tinggi dan daerah bagian selatan adalah dataran rendah. Kenampakan fisik di wilayah bagian utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian tertinggi 2.276 meter dari permukaan laut di puncak Gunung Batukaru, sedangkan sedangkan di wilayah bagian selatan berupa daerah pantai. Topografi Kabupaten Tabanan yang mimiliki daerah pegunungan menyebabkan wilayahnya tiap tahun mendapatkan curah hujan yang tinggi. Letak geografis Kabupaten Tabanan adalah 8o 14’ 30’’ – 8o 30’ 07’’ LS dan 114o 54’ 52’’ – 115o 12’ 57’’ BT. Wilayah administrasi Tabanan terbagi menjadi sepuluh kecamatan dengan luas yang berbeda, kecamatan terluas adalah Kecamatan Pupuan dengan luas 179,02 km2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Kerambitan yang luasnya hanya 42,39. Delapan wilayah yang lain adalah Selemadeg, Selemadeg Timur, Selemadeg Barat, Tabanan, Kediri, Marga, Baturiti dan Penebel. Pusat kota Kabupaten Tabanan terdapat di Kecamatan Tabanan dan menjadikan lokasi daerah ini sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Menurut hasil proyeksi penduduk tahun 2015, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 435.900 jiwa dengan kepadatan 519 jiwa per per km2 (BPS Kabupaten Tabanan, Tabanan, 2016).
1
Kecamatan Tabanan merupakan sentral dan terletak tepat di jantung kota Tabanan dan memiliki luas wilayah 51,40 km2, serta garis pantai yang panjang. Letak wilayah yang berada di bawah ketinggian 500 meter berupa dataran rendah dengan curah hujan yang cukup menjadikan sektor pertanian berkembang dengan baik, bahkan menjadi mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Tabanan. Adiministrasi Kecamatan Tabanan terbagi menjadi 12 desa, yaitu Desa Sudimara, Bongan, Gubug, Dauh Peken, Delod Peken, Dajan Peken, Subamia, Denbantas, Buahan, Tunjuk, Wanasari dan Sesandan dengan potensi pertanian yang masih menjadi penggerak utama perekonomian terutapa pertanian padi sawah. Hanya satu desa yang tidak memiliki lahan persawahan yaitu Desa Delod Peken karena merupakan pusat pemerintahan. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kecamatan Tabanan atau Kota Tabanan tercatat 73.370 berdasarkan hasil proyeksi penduduk dengan tingkat kepadatan 1.418 jiwa per km2 (BPS ( BPS Kabupaten Tabanan, 2016). Sebagai kota yang memperoleh icon lumbung padi Pulau Dewata menjadikan Kabupaten Tabanan sebagai pemasok beras untuk kabupaten yang lain. Hal ini tentunya memperlihatkan bahwa kondisi lahan pertanian yang ada sangat subur. Tapi kondisi lahan seperti ini tiap tahun mengalami degradasi, termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kota Tabanan. Pada mulanya, sebagian besar lahan Kota Tabanan merupakan RTH. Fenomena tersebut terjadi dikarenakan adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, sehingga ruang hijau yang ada cenderung mengalami konservasi atau alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun.
1.2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut; 1.2.1. Bagaimana kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan? 1.2.2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam menata Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan?
2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari rumusan masalah tersebut yaitu; 1.3.1. Untuk mengetahui kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan 1.3.2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam menata Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan
1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat teoritis
Manfaat teoretis yang didapatkan dari penulisan karya tulis ini adalah penulis dapat mengaplikasikan teori-teori yang di dapatkan di satuan pendidikan, serta bermanfaat dalam menambah khazanah mengenai kondisi Ruang Terbuka Hijau yang ada di wilayahnya sendiri.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Bagi Penulis Bagi penulis, makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan berpikir kritis dalam mengidentifikasi potensi wilayah yang dituangkan dalam karya ilmiah. 1.4.2.2. Bagi Pemerintah Bagi mengambil
pemerintah,
dapat
digunakan
keputusan-keputusan
dalam
sebagai
pertimbangan
pemeliharaan
daerah
dalam dengan
mengoptimalkan Ruang Terbuka Hijau dengan baik.
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Kota Tabanan
Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten / Kota yang ada di Propinsi Bali. terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 KM² yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140 – 54’ 52” bujur timur dan 80 14’ 30” – 80 30’07” lintang selatan. Adapun batasbatas batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi : di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let. Wilayah Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 Kabupaten/ Kota dari luas wilayah sebesar 839,33 km2 atau 14,90% dari luas propinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah 0 – 0 – 2.276 2.276 m di atas permukaan air laut. Sebanyak 23.358 Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa potensi un ggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti), secara administrasi Kabupaten Tabanan Tahun 2006 memiliki 123 desa dinas, 345 desa pekraman, 784 banjar dinas dan 365 subak, dengan jumlah penduduk pada tahun 2006
4
sebanyak 410.162 jiwa yang terdiri dari 203.394 jiwa penduduk laki-laki dan 206.768 jiwa penduduk perempuan.
Gambar 1. Peta administrasi Kota Tabanan
Sumb Sumber: htt https:// s://petatematikind ik indo o.file .fi les.w s.wo ordpr rdpr ess.c ss.co om/2015 2015//03/ 03/admi nistr nistr asitabanan-a11.jpg Terdapat 25 obyek dan daya tarik wisata yang terdiri atas obyek wisata alam sebanyak 17 obyek, obyek wisata sejarah sebanyak 1 obyek dan obyek wisata budaya sebanyak 7 obyek, dan memiliki akomodasi pariwisata hotel berbintang sebanyak 2 buah dengan kapasitas 225 kamar, hotel melati sebanyak 28 buah dengan kapasitas 381 kamar dan pondok wisata sebanyak 40 buah dengan kapasitas 244 kamar. Jumlah rumah makan dan restoran sebanyak 45 buah dan bar sebanyak 2 buah. Kabupaten Tabanan berada di daerah tropis dengan dua musim yang berbeda antara musim kemarau dan musim penghujan dengan diselingi musim pancaroba. Temperatur udara bervariasi dan juga ditentukan oleh ketinggian tempat, rata-rata berkisar 27,60 C. Keadaan pengairan dipengaruhi oleh bentuk pantai dan curah
5
hujan yang menjadi sumber penyimpanan air dan sumber pengairan disamping danau yang luasnya 377 Ha terletak di Kecamatan Baturiti. Berdasarkan potensi dan kondisi masyarakat Kabupaten Tabanan, asumsi Makro Ekonomi sebagai landasan kebijakan dalam penyusunan Anggaran adalah tingkat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tabanan. Tujuan yang ingin diwujudkan adalah semakin tumbuh kembangnya industri pedesaan yang berbasis pertanian sebagai media strategi untuk memacu perekonomian masyarakat desa (petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan dan
pengolahan
pasca
panen
diaharapkan
akan
mampu
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2.2 Ruang Terbuka Hijau 2.2.1. Pengertian Ruang terbuka Hijau
Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya
pertanian. Selain untuk
meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan meningkatkan kualitas lansekap kota. Berdasarkan penjelasan Pasal 29 Ayat (1) UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa RTH publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan ruang terbuka hijau privat meliputi kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang Terbuka Hijau dikenal dengan istilah RTH, merupakan istilah yang telah lama diperkenalkan. Pedoman Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan (Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup di wilayah perkotaan yang mencakup bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya, maka diperlukan
6
upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan kawasan-kawasan hijau. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan dititikberatkan pada hijau sebagai unsur kota, baik produktif maupun non produktif, dapat berupa kawasan jalur hijau pertamanan kota, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau pesisir pantai, kawasan jalur hijau sungai dan bentuk ruang terbuka hijau lainnya. 2.2.2 Jenis-Jenis RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP)
Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, jenis RTHKP meliputi: a. Taman kota b. Taman wisata alam c. Taman rekreasi d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial f. Taman hutan raya g. Hutan kota h. Hutan lindung i.
Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
j.
Cagar alam
k. Kebun raya l.
Kebun binatang
m. Pemakaman umum n. Lapangan olahraga o. Lapangan upacara p. Parkir terbuka q. Lahan pertanian perkotaan r. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) s. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa t.
Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan Pedestrian
u. Kawasan dan jalur hijau v. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan zone) lapangan udara
7
Menurut Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Kawasan Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH Kawasan Perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa RTH terdiri dari RTH Publik dan Privat. RTH Privat paling sedikit 10 % dari luas wilayah dan RTH publik terdiri dari 20% dari luas wilayah. Sedangkan berdasarkan PP no. 26 Tahun 2008 2008 tentang RTRWN ditetapkan criteria RTH kota, yaitu lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2, berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur atau kombinasi dari bentuk satu bentuk hamparan dan jalur dan didominasi komunitas tumbuhan.
8
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan Pendekatan penulisan
Pendekatan penulisan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain penulisan deskriptif. Pemilihan diharapkan mampu memberikan gambaran secara cermat mengenai potensi dari objek kajian berdasarkan sumber empiric maupun sumber kepustakaan.
3.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan laporan ini adalah dengan: a.
Observasi Obeservasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung
dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Obeservasi dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai potret kondisi fisik maupun non fisik yang berada di Desa Wanagiri. b.
Studi Pustaka Pencarian sumber melalui studi pustaka diperoleh dari sumber-sumber pustaka
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya seperti jurnal ilmiah, buku, maupun informasi-informasi lainnya untuk mendukung melakukan analisis di pembahasan c.
Studi Dokumen Studi dokumen meliputi pencarian informasi-informasi empirik tentang
potensi Desa Wanagiri baik melalui surat kabar, internet maupun arsip-arsip arsip-ars ip yang dimiliki oleh pemerintah desa untuk melengkapi data dalam penyajian penulisan karya ilmiah.
3.2 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data dimana sebelum peneliti melakukan pengolahan data, maka data yang telah dikumpulkan terlebih
9
dahulu
direduksi
atau
melakukan
penyeleksian,
penyederhanaan,
dan
menghilangkan data-data yang tidak mendukung dari penulisan karya tulis dengan tujuan untuk mempertajam analisis.
10
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan
Kota mempunyai luas dan batas tertentu. Permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi. selain sering mengubah konfigurasi alami lahan, bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan l ahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di pihak lain, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemaran dan telah menimbulkan berbagai ketidak nyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai solusi yang aman, dan sehat. Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. pengertian ruang terbuka hija Ruang-ruang kota kota yang ditata ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya,
konsep
ruang
kota
selain
dikaitkan
dengan
permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga j uga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya. Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditetapkan bahwa RTH minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah. Penyediaan RTH diatur pula dalam peraturan menteri PU No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH perkotaan dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
11
Keberadaan ruang terbuka hijau di kota tabanan jika dilihat keberadaannya masih bagus dengan jumlah yang masih cukup luas, ada bebrapa pembagiaan dari jenis ruang terbuka t erbuka hijau di kota tabanan yaitu ruang terbuka te rbuka hijau untuk publik, ruang terbuka hijau privat, dan ada beberapa jalur hijaunya, banyak permasalahan yang terjadi di beberapa tempat rung terbuka hijau kususnya ruang terbuka hijau yang digunakan oleh pukblik atau oleh masyarakat umum. Dari beberapa tempat yang di observasi penggunaan dari ruang terbuka hijau berbeda-beda sesuai keadaan dari ruang terbuka hijau tersebut. Menurut (Yudi I gede 2013) Adapun ruang terbuka hijau yang ada di kabupaten tabanan berdasarkan komponen pembentuk RTH dalam Kota Tabanan yang pertama yaitu kawasan lindung/ hutan kota, hutan dalam wilayah perencanaan terdapat di 5 lokasi yaitu Hutan Kota Debes, Hutan Kota Pesiapan ( Yeh Nu), Hutan Kota Alit Saputra, Hutan Dalem Purwa Kubontingguh, Hutan Museum Subak Sanggulan. Komponen yang kedua yaitu lahan pertanian, RTH dalam Kota Tabanan sebagian besar dialokasikan pada lahan persawahan yang telah ada. Berdasarkan data dari observasi dari dinas kebersihan dan pertamanan ruang terbuka hijau di kota tabanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu hutan kota/jalur hijau jalan/jalur hijau sungai, taman di kota, Taman rekreasi/tempat bermain dan sarana olahraga. Keberadaan ruang terbuka hijau di kota tabanan yaitu masih kurang dari 30% dari luas kota tabanan yaitu 2,65 % atau 13675 hektar tahun 2015.
No
Lokasi
Luas M/Ha
1
Hutan Kota Yeh Nu
2
Hutan Debes
3
Hutan Alit Saputra
4
Hutan Abian Tuwung
5
Hutan Pura Kebontinguh
6
Jalur Hijau Jln
1,89 Ha
7
Jalur Hijau Sungai
1,54 Ha
8,23 Ha
Table 1. Data RTH Tahun 2015 Hutan Kota/Jalur Hijau Jalan/ Jalur Hijau Sungai
Sumb Sumber Data Data D inas inas K ebersiha rsi han n dan Perta Pertam manan nan kot kota tabanan nan
12
No
Lokasi
Luas M/Ha
1 Taman Bouverd Dan Sekitar Kantor Bupaten 1682,49 M 2 2 Taman Patung Membajak 958,8 M 2 3 Taman Monumen Adiputra Kencana 4 Taman Patung Wagimin 5 Taman Sri Wedari 6 Taman Dewi Sri 7 Taman Patung Bekisar 8 Taman Patung Ir Sukarno 9 Taman Terminal Pesiapan 112m2 10 Taman Terminal Kediri 107,74 M 2 11 Taman Terminal Tuakilang 12 Taman Yeh Nu 324,21 M 2 13 Taman Dakdakkan 324,12 M 2 14 Taman Yeh Sungi 433,12 M 2 15 Taman Jln Ngurah Rai Banjar Anyar 1153,12 M 2 16 Taman Depan Mapindo Sanggulan 1024,36 M 2 17 Taman Eks Senggoljambe Baleran 732,45 M 2 Table 2. Data RTH Tahun 2015 Taman Rekreasi/Tempat Rekreasi/Tempat Bermain Dan Sarana Olahraga Olahraga Di Kota Tabanan
Sumb Sumber da data D inas inas K eber sihan sihan dan Per Per tamanan nan kot kota Tab Tabanan nan
No
Lokasi
Luas M/Ha
1
Gedung Keseniaan I Ketut Maria
6800 M2
2
Lap. Alit Saputra
9531 M2
3
Stadion Debes
11050 M2
4
Sasana Budaya Sanggulan
5
Lapangan Wagimin
2000 M2
6
Tmp Pancakatirta
3600 M2
7
Taman Kota
7615 M 2
Table 3. Data RTH Tahun 2015 Taman Rekreasi/Tempat Bermain Bermain Dan Sarana Olahraga Di Kota Tabanan
Sumb Sumber da data D i nas nas K eber sihan sihan dan Per Per tamanan nan kot kota Tab Tabanan nan
13
Gambar 4. Ruang Ruang terbuka hijau di Lapangan Alit Saputra Saputra
Sumb Sumber: D okume kumenta ntasi rian fot fotogra gr afi Lapangan Alit Saputra merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang dimiliki pemerintah kabupaten tabanan yang berada di kota dimana lapangan alit saputra ini termasuk taman rekreasi/tempat bermain dan sarana olahraga, keadaan lapangan ini secara keseluruhan cukup bagus kusunya di daerah hutan yang berasa di sebelah utara dari lapangan ini. Permasalahan lingkungan yang ada di tuang terbuka hijau lapangan Alit Saputra ini yaitu kurangnya penataan taman dan mengenai sampah yang berasal dari pengunjung itu sendiri.
Gambar 5. Ruang Terbuka hijau Taman Kota Tabanan.
Sumb Sumber: D okume kumenta ntasi R i an fot fotogra gr afi Taman kota tabanan merupakan ruang terbuka hijau yang ada di tengahtengah kota tabanan sarana yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten tabanan sebagai fasilitas rekreasi untuk masyarakat umum seharusnya memiliki tampilan yang bagus agar menarik untuk di kunjungi, untuk kerindangan di taman kota
14
sudah cukup baik dikarenakan sudah banyak ada pohon perindang di sekitaran taman kota tabanan , fungsi dari taman kota tabanan yaitu dilihat dari pembagian dari dinas DKP iyalah sebagai taman rekreasi / tempat bermain dan sarana olahraga, kondisi dari taman kota tabanan sangatlah kurang terawat mulai dari kebersihan, penataaan taman, dan saluran sanitasi yang tidak ada. Kondisi jalur hijau di kota tabanan dari dua sampel yang di gunakan mengenai jalur hijau di kota tabanan dilihat dari gambar diatas keberadaan jalur hijau sudah bagus dengan penataan yang rapi. Dan perawatan taman yang dilakukan secara berkala yang menghasilkan penataan yang indah pada jalur hijau yang ada di kota tabanan. Ruang terbuka hijau stadion debes merupakan area rekreasi yang digunakan oleh masyarakat umum sebagai sarana rekreasi dan olahraga. Konsisin ruang terbuka hijau di stadion debes sangatlah memprihatinkan dikarenakan cara penggunaan dari ruang terbuka hijau yang tidak bagus ,menyebabkan kerusakn pada tempat ini, seperti kerusakan pada tanamandan kebersihan dari ruang terbuka hijau di stadion debes.
4.2. Kendala yang dihadapi dalam menata Ruang Terbuka Hijau di Kota Tabanan
Perencanaan tata ruang wilayah menjadi salah satu problematika pada perkembangan Kota dewasa ini, perkembangan kota yang cukup cepat dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat juga, maka masalah lingkungan mejadi suatu masalah yang cukup urgen dalam pembahasan mengenai keberlanjutan lingkungan untuk masa depan generasi. Perencanaan tata ruang menjadi hal yang penting maka setiap wilayah Provinsi, Kota/Kabupaten harus mempunyai aturan yang akan menjadi pedoman dalam penataan ruang dan menjadi acuan dalam pelaksaanaan pembangunan (Darmawati dkk, 2015). 2015). Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu bagian penting di dalam kota, termasuk di Kota Tabanan. Perencanaan Kota Tabanan dalam menata Ruang Terbuka Hijau mengalami beberapa kendala, diantaranya ialah; a. Sampah
15
Penataan Ruang Terbuka Hijau menjadi penting mengingat salah satu tujuan dari adanya Ruang Terbuka Hijau digunakan untuk rekreasi dan interaksi sosial. Namun, dari Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kota Tabanan dari hasil peneliti observasi memperlihatkan adanya sampah yang berceceran di Ruang terbuka Hijau seperti di sekitar lapangan Alit Saputra, taman kota, dan stadion Debes. Kondisi tersebut memperburuk keadaan Ruang Terbuka Hijau yang pada dasarnya digunakan untuk memperbaiki kondisi udara dan iklim yang ada di daerah tersebut. Sumber sampah tersebut dihasilkan dari para pengunjung serta pedagang kaki lima yang membuang sampah tidak teratur. Dalam hal ini, kesadaran publik pengguna RTH masih rendah sehingga akan membuat RTH tidak berfungsi secara maksimal.
Gambar 2. Sampah yang ada di Taman Kota Tabanan
Sumb Sumber: dokume kumen pri badi b. Sanitasi
Pada dasarnya sanitasi yang berada di daerah Ruang Terbuka Hijau merupakan pelengkap dari penataan Ruang Terbuka Hijau dan bertujuan untuk memberi arah aliran air secara teratur. Namun, sanitasi pada Ruang Terbuka Hijau yang berada di Kota Tabanan dari hasil observasi memperlihatkan bahwa kondisi sanitasinya belum berfungsi secara baik. Di sisi lain, kondisi sanitasi yang tersumbat oleh
16
sampah juga memperburuk keadaan sanitasi sehingga ketika t erjadinya hujan akan lebih mudah banjir.
Gambar 3. Sanitasi
Sumb Sumber: dokume kumen pri badi c. Alih fungsi lahan secara perlahan
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan kondisi lahan semakin menyempit. Hal ini tentunya juga berdampak pada RTH yang ada di Kota Tabanan. Fenomena alih fungsi lahan pada kawasan RTH yang ada di Kota Tabanan ialah adanya pemiliki lahan yang berdekatan RTH dan ketika membuat bangunan terjadi sedikit potongan pada lahan RTH. Hal tersebut mengakibatkan semakin berkurangnya RTH yang ada di Kota Tabanan sehingga hal ini menjadi ancaman tersendiri jika tidak dikendalikan dengan baik. Selain berbagai kendala di atas, pemanfaatan yang kurang bagus oleh masyarakat juga terjadi, sehingga hal ini dapat merusak kondisi RTH. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan RTH yang digunakan oleh masyarakat untuk jualan pedagang kaki lima yang seharusnya tidak digunakan untuk berjualan.
17
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan
Berdasarkan penulisan dan pembahasan di atas yang telah disajikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 5.1.1. Keberadaan ruang terbuka hijau di Kota Tabanan jika dilihat keberadaannya masih bagus dengan jumlah yang masih cukup luas, ada bebrapa pembagiaan dari jenis ruang terbuka hijau di kota tabanan yaitu ruang terbuka hijau untuk publik, ruang terbuka hijau privat, dan ada beberapa jalur j alur hijaunya, banyak permasalahan yang terjadi di beberapa tempat rung terbuka hijau kususnya ruang terbuka hijau yang digunakan oleh pukblik atau oleh masyarakat umum. Dari beberapa tempat yang di observasi penggunaan penggunaan dari ruang terbuka hijau hijau berbeda-beda berbeda-beda sesuai keadaan dari ruang terbuka hijau tersebut 5.1.2. Perencanaan tata Ruang Terbuka Hijau yang ada di Tabanan mengalami berbagai kendala diantaranya ialah sampah, sanitasi dan adanya alih fungsi lahan sehingga menyebabkan Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kota Tabanan semakin berkurang.
5.2 Saran
Dari penulisan makalah di atas, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. 5.1.3. Bagi pemerintah, perlu adanya sosialisasi secara rutin kepada masyarakat menganai pentingnya keberadaan Ruang Terbuka Hijau Kota Tabanan. Selain itu, pemerintah perlu membuat peraturan yang melibatkan masyarakat atau kelurahan ada berdekatan dengan area Ruang Terbuka Hijau. 5.1.4. Bagi masyarakat, perlu adanya peningkatan kesadaran terhadap pentingnya menjaga menja ga kebersihan di daearah Ruang Terbuka Hijau Kota Tabanan.
18
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Tabanan. 2016. Kabupaten Tabanan Dalam Angka 2016 . 2016 . Tabanan. Kantor BPS Kabupaten Tabanan. _______. 2016. Statistik Kecamatan Tabanan 2016. Tabanan: Kantor BPS Kabupaten Tabanan. Darmawati, Choirul Saleh, Imam Hanafi. 2015. Implementasi Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 4, No. 2. ISSN. 2442-6962 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan